Pemilihan suture material dapat berbeda-beda bergantung pada jaringan yang terkena
dan pemahaman dokter mengenai karakteristik suture material, karakteristik jaringan tubuh,
dan proses penyembuhan luka. (Dunn DL, 2002)
1. Benang
Benang merupakan benda asing yang diimplant ke dalam jaringan tubuh. Dimana benda
asing ini dapat mengakibatkan timbulnya reaksi jaringan, sehingga dalam menutup
luka, suatu lapang kerja steril dan teknik aseptik sangat diperlukan untuk
meminimalisasi terjadinya resiko infeksi. (Terhure M, 2012)
A. Klasifikasi benang :
1) Berdasarkan bisa atau tidaknya diserap oleh tubuh, benang
diklasifikasikan menjadi benang absorbable (dapat diserap tubuh) dan non-
absorbable (tidak dapat diserap tubuh). (Preuss S, Breuing KH, Eriksson E;
2000)
Benang yang dapat diabsorbsi, benang catgut didapatkan dari submukosa usus
domba atau serosa usus sapi. Benang catgut dapat terurai di dalam jaringan
dalam beberapa hari, sedangkan benang catgut yang direndam di dalam asam
kromik dapat bertahan dua sampai empat kali lebih lama. (Preuss S, Breuing
KH, Eriksson E; 2000)
Benang yang dapat diserap lainnya merupakan sintetis dengan metode-metode
kimiawi dan kemudian dimodifikasi secara fisik untuk dimaksimalkan
fungsinya dengan tujuan tertentu. Umumnya, benang yang cepat diabsorbsi
digunakan untuk menjahit mukosa, sedangkan benang yang lama diabsorbsi
untuk dermis / kulit. (Preuss S, Breuing KH, Eriksson E; 2000)
Benang-benang yang tidak dapat diserap dapat terdiri dari beberapa serat
alami, seperti linen, kapas, atau sutera, yang dipilin atau dikepang. Serat-serat
sintetis seperti nilon dapat juga dikepang. Umumnya, benang-benang sintetis
monofilamen halus lebih dipilih oleh karena benang-benang ini menyebabkan
sedikit reaksi jaringan. Benang-benang yang paling umum adalah yang terbuat
dari polypropylene atau polyethylene (nilon). (Preuss S, Breuing KH, Eriksson
E; 2000)
Benang-benang stainless steel dapat juga digunakan sebagai benang
monofilamen atau multifilament yang dipilin. Stainless steel mempunyai
kekuatan regang yang sangat baik tetapi sering sekali sulit dipergunakan.
(Preuss S, Breuing KH, Eriksson E; 2000)
Benang yang dapat diserap biasanya banyak digunakan untuk : (Terhure M,
2012)
Internal (bagian dalam)
Intradermal / subkutikular
Kulit (jarang)
Benang yang tidak dapat diserap biasanya banyak digunakan untuk : (Terhure
M, 2012)
Chromic surgical gut berasal dari bahan kolagen pada usus domba
atau sapi yang dilapisi oleh chromium sehingga menjadi lebih keras dan
diabsorbsi lebih lama. Material jenis ini mengakibatkan reaksi jaringan
yang moderat dan tidak direkomendasikan untuk jaringan yang sembuh
lama serta membutuhkan perawatan yang lama. Rata-rata kekuatan
regangannya (tensile strength) antara 10 hingga 14 hari. Kekuatan regangan
ini akan hilang secara komplit dalam 21 hingga 28 hari. Chromic surgical
gut berwarna coklat dan kebiruan, ukuran : 3,0 – 3. Chromic surgical gut
digunakan untuk penjahitan luka yang diperkirakan belum merapat dalam
10 hari, untuk menjahit tendon pada penderita yang tidak kooperatif dan
bila mobilisasi segera harus segera dilakukan. (Dunn DL, 2002)
Polyglecaprone 25(Monocryl)
Polyglecaprone 25(Monocryl) merupakan benang monofilament
yang merupakan kopolimer dari glikolat dan ekaprolakton. Suture material
ini mudah digunakan dan disimpul. kekuatan regangan (tensile strength)
sangat tinggi (7 hari) dan akan menghilang dalam 12 hari. Absorbsi akan
komplit pada 91 hingga 119 hari. Polyglecaprone 25 biasanya digunakan
untukn subkutikular, soft tissue, dan ligasi. (Dunn DL, 2002)
Polysorb
Karakteristik dari benang Polysorb lebih baik dari Polygactin 910.
Permukaan dari Polysorb dilapisi untuk menurunkan koefisien friksi.
Suture material ini dilapisi oleh campuran antara kaprolakton atau
kopolimer glikolat dan kalsium stearil laktilat. Absorbsi akan komplit
antara 56 hingga 70 hari. (Dunn DL, 2002)
Polydioxanone (PDS)
Polydiaxanone (PDS) merupakan benang monofilament polyester
yang dibuat dari polydiaxanone. Benang ini sangat sedikit menyebabkan
reaksi jaringan. Kekuatan regangan (tensile strength) bertahan selama 14
hari (70%) dan 42 hari (25%). Waktu absorbsinya minimal 14 hari dan
komplit dalam 6 bulan. PDS digunakan untuk soft tissue terutama pada
bedah anak, bedah kardiovaskular, ginekologi, opthalmologi, bedah plastik,
dan bedah digestif. Namun material jenis ini tidak direkomendasikan untuk
jaringan yang penyembuhannya lambat yang membutuhkan perawatan
yang lama. (Dunn DL, 2002)
Maxon
Merupakan suture material sintetis absorbable yang baru dan terbuat
dari polymetilen karbonat (Maxon). Karakteristiknya sangat mirip dengan
PDS II, termasuk kekuatan regangan (tensile strength) dan profil absorbsi.
(Dunn DL, 2002)
V-lock
Merupakan suture material berkait. V-lock dibuat untuk menutup
luka tampa perlu simpul. Absorbsi terjadi dalam waktu 26 hari. (Dunn DL,
2002)
Caprosyn
Benang caprosyn sangat cepat diabsorbsi dan merupakan inovasi
terbaru dari perkembangan benang monofilament absorbable. Benang
monofilament dari bahan sintetis ini berasal dari Polyglytone 621 poliester
sintetis yang tersusun dari glikolat, kaprolakton, trimetilen karbonat dan
laktat. Kekuatan regangan (tensile strength) dari bahan ini hilang saat 21
hari post implantasi. (Dunn DL, 2002)
Non-Absorbable Berbahan Alami Atau Natural
Surgical Silk
Benang surgical silk terbuat dari benang sutera. Silk terdiri atas 95%
protein serta 5% lilin, lemak, dan garam. Banyak ahli bedah menyatakan
bahwa surgical silk merupakan benang standard yang utama. (Dunn DL,
2002)
Walaupun diklasifikasikan sebagai benang non-absorbable, namun
surgical silk akan diabsorbsi lewat proteolisis sehingga surgical silk juga
dapat diklasifikasikan sebagai suture material absorbable yang lambat.
Secara in vivo, seluruh kekuatan dari silk akan menghilang dalam waktu
dua tahun. Sering kali benang ini tidak terdeteksi pada bekas luka setelah
dua tahun. (Dunn DL, 2002)
Masalahnya adalah surgical silk dapat merangsang reaksi inflamasi
akut. Reaksi inflamasi yang terjadi akan memicu proliferasi dari sel
polimorfonuklear, limfosit serta makrofag. Kemudian selanjutnya akan
terjadi reaksi tubuh biasanya berupa enkapsulasi oleh jaringan ikat fibrosa.
(Dunn DL, 2002)
Surgical silk bersifat tidak licin karena sudah dikombinasi dengan
perekat. Pada penggunaan disebelah luar benang harus dibuka kembali.
Berwarna hitam dan putih. Ukuran : 5,0 – 3. Kegunaan untuk menjahit kulit,
mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai teugel (kendali). (Dunn
DL, 2002)
Surgical cotton
Suture material ini dibuat dari jalinan panjang serat kapas. Surgical
cotton memiliki sifat non-absorbable. (Dunn DL, 2002)
Surgical steel
Benang surgical steel dibuat dari bahan stainless steel (besi-
kromium-nikel-molybdenum alloy) dan terdapat dalam bentuk
monofilament dan multifilament. Pada surgical steel terdapat kekuatan
regangan (tensile strength) yang besar dan reaksi jaringan yang rendah.
Suture material ini juga dapat disimpul dengan baik dan kuat. (Dunn DL,
2002)
Surgical steel digunakan pada bedah ortopedi, bedah saraf, dan
bedah thorax. Tipe dari benang ini juga dapat digunakan untuk penutupan
dinding abdomen serta penutupan sternum. Namun benang jenis ini dapat
sulit digunakan karena dapat terjadi fragmentasi dan bengkok.
Terpotongnya serta terkoyaknya jaringan tubuh akan menjadi resiko. (Dunn
DL, 2002)
2.2.2.2. Jarum
Terlepas dari tujuan penggunaannya, setiap jarum bedah memiliki tiga dasar komponen
: (Dunn DL, 2002)
Mata.
Tubuh.
Ujung.
Ukuran jarum diukur dalam inci atau dalam satuan metrik. Pengukuran berikut
menentukan ukuran jarum : (Dunn DL, 2002)
Chord length - jarak garis lurus dari ujung jarum ke mata jarum.
Needle length - jarak yang diukur sepanjang jarum itu sendiri dari ujung jarum ke
mata jarum mengikuti kelengkungan jarum.
Radius - jarak dari pusat lingkaran ke tubuh jarum.
Diameter - ketebalan kawat jarum. Jarum yang berukuran sangat kecil dilihat dari
diameternya diperlukan untuk operasi mikro. Jarum yang besar dan berat
digunakan untuk menembus tulang sternum.
Plester bedah dapat digunakan sendirian atau dengan penjahitan dan perekat. Ahli
bedah harus berhati-hati untuk tidak memberikan tegangan yang berlebihan pada plester karena
hal ini dapat menyebabkan lecet pada kulit. Pada wajah, plester bedah sering dilekatkan secara
longitudinal. Selain untuk membantu penutupan luka, plester juga berfungsi sebagai pembalut
yang melindungi dan membungkus luka selama proses penyembuhan. (Preuss S, Breuing KH,
Eriksson E; 2000)
Sejumlah perekat luka biologis atau sintetis diuji untuk dipergunakan dalam penutupan
luka. Perekat jenis fibrin tidak sekuat perekat-perekat sintetis namun lebih ditoleransi oleh
jaringan. Perekat ini dapat digunakan sendirian atau dengan penjahitan. (Preuss S, Breuing KH,
Eriksson E; 2000)
Perekat-perekat sintetis seperti acrylic glues digunakan di atas luka. Perekat luka
berguna karena mereka sering mengantikan kebutuhan anestesi lokal untuk menutup luka.
Peran penting perekat ini pada prosedur elektif dan nonelektif belum ditentukan. (Preuss S,
Breuing KH, Eriksson E; 2000)
2.2.2.4. Staples
Dua kekurangan utama pada staples meliputi : (Preuss S, Breuing KH, Eriksson E;
2000)
1. Dengan menggunakan staples sulit untuk mencapai ketelitian dan perkiraan dari
tepi kulit seperti pada penjahitan.
2. Untuk menghilangkan staples selalu lebih sakit dibandingkan dengan penjahitan.
Peralatan staples yang dapat menghilangkan dua kerugian ini akan sangat praktis untuk
digunakan. (Preuss S, Breuing KH, Eriksson E; 2000)
Terhure M, et al. Materials of Wound Closure.
www.emedicine.medscape.com/article/1127693-overview Update : April 3, 2012.
Preuss S, Breuing KH, Eriksson E; Plastic Surgery Techniques Volume One. Mosby.
Philadelphia. 2000.