Anda di halaman 1dari 47

KLASIFIKASI PASIEN

A. Definisi

Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut


jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak
sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan
mereka pada pemberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk
memberikan perawatan.

B. Tujuan Sistem klasifikasi Pasien

Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian


nilai untuk mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi
perawatan yang dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg,
tujuan klasifikasi pasien adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga
yang dibutuhkan dan menentukan nilai produktivitas.

Setiap kategori deskriptor empat perawatan (aktifitas sehari-hari,


kesehatan umum, dukungan pengajar serta emosional, dan perlakuan
sekitar pengobatan) dipakai untuk menunjukkan karakteristik dan tingkat
perawat yang dibutuhkan pasien di dalam klasifikasi tersebut.

Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal


ini dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan sesuai dengan
kategori yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit.

C. Sistem klasifikasi Pasien

Kategori keperawatan klien menurut Swanburg (1999) terdiri dari :


1. Self-care

Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak


keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri
sendiri secara mandiri. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu
rata-rata efektif 1,5 jam/24 jam.

2. Minimal care

Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan


pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur
posisi. Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif
3,5 jam/24 jam.

3. Intermediate care

Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata


efektif 5,5 jam/24 jam.

4. Mothfied intensive care

Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata


efektif 7,5 jam/24 jam.

5. Intensive care

Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata


efektif 12 jam/24 jam.

Metode lain yang sering digunakan di Rumah Sakit adalah metode menurut
Donglas (1984), yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam
tiga kategori, yaitu perawatan miniaml, perawatan intermediate, dan
perawatan maksimal atau total.

1. Perawatan minamal
Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri,
mandi, dan ganti pakaian, termasuk minum. Meskipun demikian klien perlu
diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain pada klien
dengan klasifikasi ini adalah observasi tanda vital dilakukan setiap shift,
pengobatan minimal, status psikologis stabil, dan persiapan pprosedur
memerlukan pengobatan.

2. Perawatan intermediate

Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi
kebersihan diri, makan dan minum. Ambulasi serta perlunya observasi
tanda vital setiap 4 jam. Disamping itu klien dalam klasifikasi ini
memerlukan pengobatan lebih dan sekali. Kateter Foley atau asupan
haluarannya dicatat. Dan klien dengan pemasangan infus serta persiapan
pengobatan memerlukan prosedur.

3. Perawatan maksimal atau total

Perawat ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada


klasifikasi ini adalah klien harus dibantu tentang segala sesuatunya. Posisi
yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan selang
NGT (Naso Gastrik Tube), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat
penghisap (suction), dan kadang klien dalam kondisi gelisah/disorientasi.

Review : Sistem Klasifikasi pasien adalah pengelompokan


berdasarkan kebutuhan perawatan secara klinis dapat diobservasi oleh
perawat pada dasarnya sistem klasifikasi ini mengelompokkan pasien
sesuai dengan ketergantungan dengan perawat / waktu dan kemampuan
yang dibutuhkan 1 x untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan
pasien.
PERHITUNGAN TENAGA

A. Perhitungan Tenaga Perawat.

Didalam penerapan kebutuhan ketenagakerjaan harus diperhatikan adanya


faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :

a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit

b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien

c. Rata-rata hari perawatan klien

d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung

e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan

f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung

g. Pemberian cuti

Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan


hal-hal, sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.

a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai


dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan
sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.

b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan,


kebijakan pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia,
tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap
ethis professional.

c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay out keperawatan,
fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik
atau diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan
yang dilaksanakan.

d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan


pembinaan dan pengembangan.

2. Rumusan perhitungan tenaga perawat

a. Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan bahwa


perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan jumlah
perawat adalah sebagai berikut :

Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat.

b. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun 1971


menyebutkan bahwa :

Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.

c. Menggunakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan kebutuhan


tenaga.

Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas


(1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien
berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar
sebagai berikut :

a) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari

kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri


makanan dan minum dilakukan sendiri

ambulasi dengan pengawasan

observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift

minimal dengan status psikologi stabil

perawatan luka sederhana.

b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4


jam/hari

kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

ambulasi dibantu

pengobatan dengan injeksi

klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat

klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.

c) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari

semua kebutuhan klien dibantu

perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan

observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

makan dan minum melalui selang lambung

pengobatan intravena “perdrip”

dilakukan suction

gelisah / disorientasi

perawatan luka kompleks


B. Metode – metode Cara Perhitungan Ketenagakerjaan

Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode,


antara lain yaitu

Metode Douglas

Metode Sistem Akuitas

Metode Gillies

Metode Swanburg

Penjelasan dari metode-metode cara perhitungan ketenagakerjaan adalah


sebagai berikut :

1) Metode Douglas

Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah


perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi
klien, dimana masingmasing kategori mempunyai nilai standar per shift nya,
yaitu sebagai berikut :

Jumla Klasifikasi KLien


h
Minimal Parsial Total
Pasie
Pagi Sore Mala Pagi Sore Mala Pagi Sore Mala
n
m m m

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

dst
Contoh kasus

Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan


minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan
ketergantungan total.

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :

Minimal Parsial Total Jumlah

Pagi 0,17 x 3 = 0.27 x 8 = 0.36 x 6 = 4.83 (5)


0,51 2.16 2.16 orang

Sore 0.14 x 3 = 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4)


0.42 orang

Malam 0.07 x 3 = 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2)


0.21 orang

Jumlah secara keseluruhan perawat


perhari 11 Orang

2) Metode Sistem Akuitas

Kelas I : 2 jam/hari

Kelas II : 3 jam/hari

Kelas III : 4,5 jam/hari

Kelas IV : 6 jam/hari

Untuk tiga kali pergantian shift �¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%

Contoh :

Rata rata jumlah klien

1. kelas I = 3 orang x 2 jam/hari = 6 jam

2. kelas II = 8 orang x 3 jam/hari = 24 jam

3. kelas III = 4 orang x 4.5 jam/hari = 18 jam


4. kelas IV = 2 orang x 6 jam/hari = 12 jam

Jumlah jam : 60 jam

- pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)

8 jam

- Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )

8 jam

jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.

3) Metode Gillies

Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit


perawatan
adalah sebagai berikut :

Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah

yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun

Jumlah hari/tahun - hari libur x jmlh jam kerja

Masing2 tiap perawat

Perawat

jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun

= jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun

= jumlah perawat di satu unit

Prinsip perhitungan rumus Gillies :

Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :

1. waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi


pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam ,
keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total
care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam
= 8 jam.

2. Waktu keperawatan tidak langsung

· menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari

· menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1


jam/klien/hari

3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25


jam/hari/klien

4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata - rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
dengan rumus :

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %

Jumlah tempat tidur x 365 hari

5. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.

6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari (


hari minggu/libur = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah
sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan ,
begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).

7. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja
efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari
maka 40/5 = 8 jam per hari)

8. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah


20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).

9. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %

Contoh
1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari

2. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang


dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)

3. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah


jam kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari

4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)

Jumlah jam keperawatan langsung

- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam

- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam

- Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam

Jumlah jam = 63 jam

Jumlah keperawatan tidak langsung

17 orang klien x 1 jam = 17 jam

Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam

Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :

63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari

17 orang

Jadi,,

1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan :

4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )

(365 – 73) x 7 2044

2. Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang


3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang
/hari

Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8


orang

4) Metode Swansburg

Contoh:

Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .
Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.

1) total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah perawat yang dibutuhkan :
85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari

2) Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) =


84 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang (jumlah
staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift)

Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),


merekomendasikan untuk

pembagian proporsi dinas dalam satu hari •¨ pagi : siang : malam = 47 % : 36


% : 17 %

Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang

Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang

Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang

Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang

Review : Efektifitas dan efisiensi ketenaga kerjaan merupakan salah satu


Indikator keberhasilan RS bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumber daya
manusia yang cukup dengan kualitas yang tinggi .
DAFTAR PUSTAKA

DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I

Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th.
Ed,. Mosby -

year book, Inc.

Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition.


Philadelphia :

WB Saunders.

Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for
Nurses (3rd ed)

Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher

Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and Management
Functions in

Nursing (3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher

Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and


leadership for

nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers


MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN KLINIK

I. PENGERTIAN MUTU

Mutu pelayanan keperawatan merupakan komponen penting dalam sistem


pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada klien. Penilaian terhadap
kualitas praktik keperawatan dimulai sejak era Florence Nightingale (tokoh
perawat) yang mengidentifikasi peran keperawatan dalam kualitas
pelayanan kesehatan dan mulai mengukur hasil yang diharapkan pasien
(patient out come). Ia mempergunakan metode statistik untuk mencatat
hubungan ”patient outcomes” dengan kondisi lingkungan (Dossey, 2005;
Nightingale, 1859/1946). Beberapa tahun kemudian pengukuran terhadap
kualitas pelayanan kesehatan terus berkembang. Pada tahun 1970, ANA
(American Nurses Association) melakukan diseminasi secara luas model
penjaminan mutu terdiri dari komponen quality assurance (Rantz, 1995)
dan mengenalkan model ”Donabedian’ structure, process and outcomes
model (Donabedian, 1988, 1992) yang merupakan metode komprehensif
untuk menilai mutu pelayanan kesehatan.
Pada tahun 1994, ANA memperkenalkan Keselamatan Pasien dan Inisiatif
Kualitas (ANA, 1995) yang merupakan pilot studi di Amerika, dibiayai oleh
ANA untuk menilai hubungan staf keperawatan dengan kualitas pelayanan
(ANA, 1996a, 1997, 2000a, 2000b, 2000c). Berbagai indikator mutu telah
diidentifikasi, akhirnya ditetapkan 10 (sepuluh) indikator sensitif
keperawatan yang dipergunakan untuk menilai kualitas asuhan pasien
(Gallagher & Rowell, 2003) yaitu:

a. Berdasarkan uraian singkat di atas, sebenarnya perhatian terhadap


mutu pelayanan keperawatan sudah lama dimulai dan diterapkan di
sarana pelayanan keseahatan.

Beberapa pengertian tentang mutu secara umum diuraikan sebagai


berikut, mutu adalah:

 Kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen (Deming)

 Kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu sesuai dengan apa yang


diharapkan konsumen atas suatu produk (Feigenbaum)

 Pemenuhan terhadap kebutuhan/keperluan sesuai dengan apa yang


dipersyaratkan atau distandarkan (Crosby)

 Produk yang berorientasi pada pelanggan (Martinich, 1997: 563).

 Kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi


kebutuhan-kebutuhan pelanggan (Jay Heizer & Barry Render, 2001:
171)

b. Pengertian mutu sangat luas, tetapi mutu dapat diartikan dan diterapkan
di keperawatan melalui pernyataan sebagai berikut, mutu adalah:

 Caring” yang merupakan fokus/inti dari keperawatan


 Bersifat relatif untuk setiap klien, dinamis dan selalu berubah dari
waktu ke waktu dengan kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan
standar profesional.

 Berupa kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar


operasional

 Berupa pengawasan dimana diperlukan dalam lingkungan yang


kompetitif

 Merupakan tantangan yang harus diterima dan dipenuhi oleh


keperawatan.

Mengelola mutu keperawatan relatif sulit karena hasil keperawatan bersifat


unik dan dipengaruhi oleh sejumlah aktifitas, perilaku/perbuatan, keperluan,
teori serta konsep-konsep yang tercakup dalam praktik keperawatan.

Ada 3 (tiga) area tanggung jawab mutu dalam pelayanan keperawatan yang
harus menjadi perhatian utama pada setiap organisasi keperawatan yaitu:
pasien, praktisi dan profit/pembiayaan. Untuk area pasien, mutu
digambarkan dengan asuhan keperawatan, praktisi digambarkan dengan
penampilan kinerja perawat, serta profit digambarkan dengan pembiayaan
keperawatan.

Pada tahap awal, area mutu yang akan dibahas adalah pasien dalam
bentuk hasil dari asuhan keperawatan.

II. INDIKATOR KLINIK KEPERAWATAN

A. Pengertian
Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah
ditetapkan indikator klinik keperawatan.

Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau


kondisi. Contoh, berat badan bayi pada umumnya adalah indikator
status nutrisi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).

Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan satu


kecenderungan sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur
perubahan (Green, 1992) dan WHO (1981) menguraikan indikator
adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung
maupun tidak langsung.

Sedangkan indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman


untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan
berdampak terhadap pelayanan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka disimpulkan bahwa


indikator klinik keperawatan adalah suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan dan berdampak
terhadap pelayanan kesehatan.
B. Karakteristik (belum diuraikan)

Karakteristik dari suatu indikator adalah:

1. Sahih (valid)

2. Dapat dipercaya (reliable)

3. Peka (sensitive)

4. Spesifik (specific)

5. Berhubungan (relevan)

C. Jenis Indikator

Pada tahap pertama ditetapkan indikator klinik mutu pelayanan


keperawatan klinik sebagai berikut:

1. Keselamatan pasien (patient safety)

Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian


obat dan cidera akibat restrain.

2. Keterbatasan Perawatan Diri

Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar


manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain
sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan
perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi
saluran kemih, dll.

Keterbatasan perawatan diri merupakan terpenuhinya kebutuhan


perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan diri untuk
makan, mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi).
Keterbatasan perawata diri dibagi menjadi keterbatasan sebagian
dan total, sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan sebagian
dan total pada asuhan keperawatan.

3. Kepuasan pasien

Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan


keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga
terhadap pelayananan keperawatan yang diharapkan.

4. Kecemasan

Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman


seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman. Cemas
yang masih ada setelah intervensi menurunkan kecemasan, yang
diukur menjadi indikator klinik.

5. Kenyamanan

Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri
terkontrol.

6. Pengetahuan

Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai


pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien
untuk kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan
ke tempat lainnya. Dalam perencanaan pemulangan, pasien dapat
dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi,
nursing home, hospice, home care atau tempat – tempat lain diluar
rumah sakit.

INDIKATOR KLINIK MUTU


PELAYANAN KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN

I. KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

A. Angka Kejadian Dekubitus

Topik Indikator Angka Kejadian Dekubitus

Rasional

Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk


menggambarkan gangguan integritas kulit. Terjadi akibat
tekanan, gesekan dan atau kombinasi di daerah kulit dan
jaringan di bawahnya.

Formula Jumlah kejadian


dekubitus X 100 %

Jumlah pasien beresiko terjadi


dekubitus

Definisi Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan jumlah


operasional kejadian baru dekubitus yang terjadi selama periode waktu
tertentu.

Numerator Jumlah kejadian baru dekubitus selama dalam perawatan


(Pembilang) (insiden).

Denumerator Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus, yaitu jumlah


pasien yang mempunyai resiko terjadi dekubitus selama
periode waktu tertentu.

Pasien yang berisiko terjadi dekubitus adalah pasien baru


setelah dilakukan pengkajian memiliki satu atau lebih faktor
resiko sbb:

a. Usia lanjut

b. Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu dari


tubuh tanpa bantuan, seperti pada cidera medula
spenalis atau cidera kepala atau mengalami penyakit
neuromuskular

c. Malnutrisi / status gizi

d. Berbaring lama, mengalami penekanan disalah satu/


lebih area tubuh lebih dari 2 jam di TT / penggunaan
kursi roda

e. Mengalami kondisi kronik seperti DM, Penyakit vaskuler.

f. Inkontinen urine dan feses, yang dapat menyebabkan


iritasi kulit akibat kulit yang lembab.

Frekuensi Pengumpulan data dilakukan setiap hari

Pelaporan dilakukan setiap bulan


B. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat

Topik Indikator Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat Oleh Perawat

Rasional Kejadian kesalahan yang terjadi dalam pengobatan pasien.


Kejadian kesalahan pengobatan pasien yang dirawat inap dapat
mengakibatkan keadaan fatal atau kematian. Kejadian nyaris
cidera (KNC) pada pasien (near miss), kejadian ini sebagai
tanda bahwa adanya kekurangan dalam sistem pengobatan
pasien dan mengakibatkan kegagalan dalam keamanan pasien.

Kejadian tidak diharapkan (KTD) atau adverse event adalah :


suatu kejadian salah pemberian obat yang mengakibatkan
cidera yang tidak diharapkan, karena suatu tindakan atau karena
tidak bertindak.

Hasil riset: 1 dari 5 pemberian obat berpotensi medication error


(Leape, 2001)

Formula Angka KTD dalam pemberian obat =

Jumlah pasien yang terkena Kejadian Tidak Diharapkan dalam Pemberian


obat x 100%

Jumlah pasien pada hari tersebut

Angka KNC dalam pemberian obat =

Jumlah pasien yang terkena Kejadian nyaris cidera dalam Pemberian obat x100%

Jumlah pasien pada hari tersebut

Definisi Kejadian salah pemberian obat : Sesuai dengan 6 Benar


operasional
1. Salah pasien :

Dikarenakan salah nama dan tidak sesuai identitas pada


medical record

2. Salah waktu :

a. Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadual)*

b. Pemberian obat yang terlalu cepat (30 menit sesudah

jadual)*

c. Obat stop tetap dilanjutkan

3. Salah cara pemberian/ route :

adalah salah cara memberikan obat (Oral, Intravena, Intra


musculer, Subcutan, Supositoria, Drip). Misal: Pemberian
Intramuskuler diberikan secara Intravena, dll

4. Salah Dosis :

a. Dosis berlebih : adalah jika obat diberikan melebihi dosis


obat yang diresepkan dokter.

b. Dosis Kurang adalah jika dosis obat yang diberikan


kurang dari dosis yang diresepkan dokter

5. Salah obat :

adalah obat yang diberikan kepada pasien tidak sesuai


dengan yang diresepkan oleh dokter

6. Salah dokumentasi :

adalah dokumentasi yang dilakukan tidak sesuai dengan


pelaksanaan.

Kriteria KTD: Kejadian tidak diharapkan (adverse event) : suatu


kejadian salah pemberian obat yang mengakibatkan cidera yang
tidak diharapkan karena suatu tindakan atau karena tidak
bertindak.

Kriteria KNC: Kejadian nyaris cidera (near miss) : suatu


kesalahan pemberian obat akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, yang
dapat menciderai pasien tetapi cidera serius tidak terjadi karena
keberuntungan karena pencegahan atau peringanan.

Numerator Jumlah pasien yang mengalami kejadian pada pemberian


(Pembilang) kesalahan obat adalah jumlah insident Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) atau kejadian nyaris cedera (KNC) yang
terjadi dalam 1 hari.

Denumerator Jumlah pasien dalam sehari adalah jumlah pasien yang dihitung
berdasarkan sensus.

C. Angka Kejadian Pasien Jatuh

Topik Indikator Identifikasi pasien jatuh

Rasional Jatuh mengakibatkan cedera fisik, trauma psikologis


dan kematian pada pasien usia sama dan lebih dari 65
tahun. Satu dari tiga pasien usia diatas 65 tahun jatuh
setiap tahunnya. (referensi ??)

Rekomendasi kelompok untuk mencari angka


kejadian anak yg jatuh dalam kurun waktu tertentu.

Kejadian yang tidak diharapkan yang berhubungan


dengan pasien jatuh meliputi : patah tulang, injuri
jaringan lunak, dan ketakutan jatuh kembali. Intervensi
yang didasarkan pada pengkajian proactive, antisipasi
kebutuhan pasien, dan partisipasi dari tim multidisiplin
dalam pencegahan pasien jatuh adalah kritis.

Formula Jumlah pasien jatuh X 100%

Jumlah pasien yang beresiko jatuh

Definisi Pasien Jatuh adalah jatuhnya pasien di unit perawatan


operasional pada saat istirahat maupun saat pasien terjaga yang
tidak disebabkan oleh serangan stroke, epilepsy,
seizure, bahaya karena terlalu banyak aktivitas.

Angka Kejadian Pasien Jatuh adalah presentasi


jumlah insidensi pasien jatuh yang terjadi di unit
perawatan pada periode waktu tertentu setiap bulan.

Numerator jumlah pasien jatuh adalah total/jumlah pasien jatuh


(Pembilang) yang dirawat di unit perawatan selama waktu tertentu
setiap bulan.

Denumerator Jumlah pasien yang beresiko jatuh dirawat adalah


total/jumlah pasien yang beresiko jatuh (faktor intrinsik
dan ektrinsik) yang dirawat di unit perawatan selama
periode waktu tertentu setiap bulan

D. Angka Kejadian Cidera Akibat Restrain


Topik Indikator Angka pasien dengan cidera akibat restrain

Rasional Pasien yang dipasang restrain sangat berpotensi terjadi


cidera, bisa berupa lecet pada kulit, terjatuh, atau aspirasi.

Formula Jumlah pasien dengan cidera akibat restrain X 100 %


Total pasien yang dipasang restrain

Definisi Cedera akibat restrain adalah cedera berupa lecet pada kulit,
operasional terjatuh, atau aspirasi yang diakibatkan oleh pemasangan
restrain.

Pengecualiannya adalah semua pasien yang sudah cidera


sebelum dilakukan pemasangan restrain, seperti lecet atau
luka.

Numerator Jumlah pasien cidera akibat pemasangan restrain adalah


(Pembilang) jumlah pasien yang cidera saat dipasang restrain.

Denumerator Total pasien yang dipasang restrain adalah semua pasien


yang terpasang restrain pada periode waktu tertentu

ANGKA KETERBATASAN PERAWATAN DIRI

Topik Angka TIDAK terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, toileting


Indikator (eliminasi) yang disebabkan oleh keterbatasan perawatan diri

Rasional Mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi) merupakan kebutuhan


dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul
masalah-masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit,
rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll.

Pasien yang dirawat karena penyakitnya dapat mengalami


keterbatasan perawatan diri. Keterbatasan diri tergantung tingkat
ketergantungan diri klien pada asuhan keperawatan- sebagian atau
total.

Formula Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, berpakaian, toileting)


pada tingkat ketergantungan sebagian dan total=

Jumlah pasien yg tidak terpenuhi kebutuhan diri x 100%

Jumlah pasien dirawat dgn tingkat ketergantungan sebagian & total

Definisi Tingkat tidak terpenuhinya kebutuhan pasien terhadap kebutuhan


operasional diri untuk mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi).

Pemenuhan perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan


diri untuk mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi). Keterbatasan
diri dibagi menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga
menyebabkan tingkat ketergantungan sebagian dan total pada
asuhan keperawatan.

Cara Penghitungan:

 Mengisi format sub indikator sesuai dengan kriteria

 Sub indikator harus terisi seluruhnya/lengkap

 Dilakukan pada survey waktu tertentu.


 Dilakukan penjumlahan pasien yang tidak terpenuhi
kebutuhannya

Sub Indikator tidak terpenuhinya perawatan diri adalah

 Mandi : kulit, gigi, mata, rambut, tidak bau badan, perineum


bersih.

 Berpakaian dan berpakaian: Baju bersih dan kering, rambut

rapih, wajah segar

 Toileting: berkemih (b.a.k) dan defekasi (b.a.b) pola normal

Numerator Jumlah pasien tidak terpenuhi kebutuhan diri pada bulan


(Pembilang) pengukuran

Denumerator Jumlah pasien total dan partial care adalah jumlah pasien pada
bulan pengukuran.

II. TINGKAT KEPUASAN PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP


PELAYANAN KEPERAWATAN

Topik Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap pelayanan


Indikator keperawatan

Rasional Pelayanan keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan


kesehatan sehingga kepuasan merupakan tujuan utama dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas. Kepuasan merupakan
bagian yang penting dan hal tersebut akan terwujud bila ada
komitmen, persistensi dan determinasi mulai dari top manajer
perawatan dan staf.

Formula Angka kepuasan =

jumlah pasien yang menyatakan puas thd yankep X 100%

jumlah pasien yg dilakukan survey pada periode tertentu

Definisi Kepuasan pasien adalah


operasional
a. Terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap
pelayanan keperawatan yang diharapkan.

b. Persentase kepuasan pasien terhadap pelayanan


keperawatan.

Elemen indikator adalah kriteria yang memperlihatkan tingkatan


kepuasan pasien.

Elemen indikator pada survey terdiri dari:

a. kelengkapan dan ketepatan informasi

b. penurunan kecemasan

c. perawat trampil profesional

d. pasien merasa nyaman

e. terhindar dari bahaya

f. perawat ramah dan empati

Numerator Jumlah pasien pulang yang menyatakan puas terhadap


(Pembilang) pelayanan keperawatan yang diberikan.

Denumerator Jumlah pasien yang dilakukan survey pada periode tertentu.

Kriteria pasien yang dilakukan survey adalah setiap pasien baru


yang telah dirawat :

 selama 3 hari

 tidak pulang paksa


 pulang hidup

III. KENYAMANAN

a. Angka Tatalaksana Pasien Nyeri

Topik Indikator Tatalaksana Pasien Nyeri

Rasional  Tatalaksana nyeri adalah merupakan inti dari


pelayanan keperawatan. Buruknya pelayanan
keperawatan dalam penatalaksanaan nyeri
adalah merupakan indikator buruknya KUALITAS
pelayanan.

 Penatalaksanaan nyeri ditujukan untuk


mempertahankan kenyamanan dan memperbaiki
kualitas kehidupan pasien.

Tujuan  Paling sedikit 90% askep yang terdokumentasi


akan mencakup skala nyeri yang dialami pasien
seperti yang didefinisikan dalam standar nyeri.

 Paling sedikit 90% tindakan yang dilakukan


perawat adalah respon terhadap nyeri yang
dikemukakan oleh pasien untuk mencapai
kriteria nyaman/ nyeri terkontrol.

Formula Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam


askep:

Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%

Jumlah total pasien per periode waktu tertentu

Persentase tatalaksana pasien nyeri:


Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri x 100 %

Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala > 4 per periode


waktu tertentu

Definisi  Tindakan perawat adalah berbagai tindakan


operasional keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk
merespon nyeri sesuai ambang skala yang
ditetapkan dan sesuai dengan rencana perawatan
yang dibuat, termasuk kunjungan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan lain

 Nyeri adalah sensasi atau perasaan tidak nyaman


yang bersifat subjektif yang
diutarakan/digambarkan oleh pasien dan perlu
ditangani/ dilakukan tatalaksanan nyeri.

 Untuk tujuan indikator ini, yang dimaksud dengan


tindakan adalah berbagai tindakan yang dilakukan
sebagai respon terhadap ambang nyeri pada
skala nyeri 4 atau lebih TIDAK termasuk follow-up
pengkajian karena termasuk pada kewajiban

Numerator
Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri
(Pembilang)

Denumerator Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri pada skala


4/> per periode waktu tertentu

Sumber Data Medical Record Pasien/ catatan medik pasien

Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan

Frekuensi Per bulan

b. Angka Kenyamanan Pasien


Topik Indikator Pasien merasa nyaman: Pasien dengan rasa nyeri
terkontrol

Rasional Nyeri mengakibatkan ketidaknyamanan pasien.


Pasien akan puas dengan mempertahankan tingkat
kenyamanan (nyeri terkontrol) pada skala nyeri
kurang dari 4 pada skala 0-10, dengan, dengan
mengidentifikasikan 0 sebagai skala nyeri terendah
(tidak nyeri).

Formula Angka kenyamanan pasien=

Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol x 100 %

Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode


waktu tertentu

Definisi  Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih dari sekadar


operasional sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus
tertentu, bersifat subjektif dan sangat individual

 Pasien dengan nyeri terkontrol adalah pasien


yang menunjukkan skala nyeri dibawah 4 sampai
dengan 0 pada skala 0-10 atau dengan gold
standard : pasien menyatakan tidak merasakan
nyeri, tidak ada ketakutan, kecemasan dan
depresi setelah diberikan tindakan keperawatan
selama periode waktu tertentu.

Numerator
Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol
(Pembilang)

Denumerator Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode


waktu tertentu
Sumber Data Medical Record Pasien/ catatan medik pasien

Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan

Frekuensi Per bulan


IV. ANGKA KEJADIAN CEMAS

Topik Indikator Identifikasi kecemasan pasien

Rasional Kejadian cemas dapat mempengaruhi status


kesehatan pasien karena dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat dan
pasien dapat mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.

Formula Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Umum =

Jumlah pasien cemas x 100%

Jumlah pasien yang dirawat

Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Psikiatri =

Jumlah pasien cemas 3 x 24 jam


x 100%

Jumlah pasien yang dirawat dlm waktu 3x24 jam

Definisi Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak


operasional nyaman seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan
sebagai ancaman.

Angka Kejadian Pasien Cemas adalah presentasi


jumlah prevalensi pasien cemas (dari rata-rata
identifikasi aspek: materi pendidikan/penyuluhan
kepada pasien yang diberikan diulang/review oleh
pasien, materi pendidikan/penyuluhan direview
kembali oleh perawat dan dilakukan tanya jawab,
informasi yang cukup diberikan untuk mengurangi
cemas) yang dirawat di sarana kesehatan selama
periode waktu tertentu setiap bulan.
Numerator Jumlah pasien cemas adalah total/jumlah pasien
(Pembilang) cemas bedasarkan hasil identifikasi pasien cemas
(dari rata-rata identifikasi aspek : materi pendidikan/
penyuluhan kepada pasien yang diberikan
diulang/review oleh pasien, materi pendidikan/
penyuluhan direview kembali oleh perawat dan
dilakukan tanya jawab, informasi yang cukup diberikan
untuk mengurangi cemas) yang dirawat disarana
kesehatan selama waktu tertentu setiap bulan

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat adalah total/ jumlah


pasien dirawat di sarana kesehatan selama periode
waktu tertentu setiap bulan.
V. PENGETAHUAN

A. Pengetahuan tentang Perawatan Penyakitnya

Topik Indikator Pengetahuan Tentang Perawatan Penyakitnya

Rasional Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah


dalam memberikan informasi pengetahuan kepada
pasien di ruang perawatan.

Informasi yang diterima oleh pasien berhubungan


dengan kondisi dan perawatan yang diterimanya.

Formula Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x


100%

Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

Definisi Pengetahuan adalah kemampuan pasien mengetahui


operasional informasi tentang perawatan penyakitnya

Numerator Jumlah pasien yang kurang pengetahuan adalah


(Pembilang) jumlah pasien yang setelah dikaji menunjukkan bahwa
pasien/keluarga kurang pengetahuan tentang
penyakitnya dan perawatannya.

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu


adalah jumlah pasien yang dirawat di ruang tertentu
dan dihitung pada periode tertentu.

B. Perencanaan Pasien Pulang

Topik Indikator Perencanaan Pemulangan Pasien (discharge planning)


Rasional Waktu rawat pasien di ruang emergency menjadi lebih
pendek berkaitan dengan pembiayaan, meskipun demikian
pasien tetap membutuhkan perawatan bila pulang
kerumah. Dischard planning merupakan proses antisipasi
dan perencanaan kebutuhan pasien setelah pulang atau
bila dirujuk ke sarana kesehatan lain.

Perencanaan pemulangan dimulai sejak pasien masuk,


bahkan dapat dilakukan sebelumnya, sebagai contoh untuk
pasien yang akan dilakukan operasi, dokter telah
memberikan penjelasan berapa lama pasien akan dirawat

Formula Jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning pada periode
tertentu x 100%

Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

Definisi Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai


operasional sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi
kebutuhan pasien untuk kesempurnaan kepindahan pasien
dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya.

Numerator Jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning pada


(Pembilang) periode tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat pada
periode tertentu tidak dibuatkan discharge planning.

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu adalah


jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
PENGARAHAN

Definisi Pengarahan

Pengarahan atau directing, yaitu proses implementasi program agar


bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi
agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan
penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.
Adapun kegiatan-kegiatan pengarahan seperti:
1) Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan
pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

Motivasi adalah aktivitas perilaku yang bekerja dalam usaha memenuhi


kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan atau kumpulan perilaku yang
memberikan landasan bagi seseorang untuk bertindak dalam suatu cara yang
diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu.
Faktor Pemberian Motivasi

Kinerja yang diharapkan dari pemberian motivasi ditentukan oleh 3


faktor, yaitu:

1) Motivasi, yaitu yang terkait dengan keinginan untuk melakukan


pekerjaan
2) Kemampuan, yaitu kapabilitas dari tenaga kerja untuk melakukan
pekerjaan
3) Lingkungan pekerjaan, yaitu sumber daya dan situasi yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Contoh yang menunjukkan bagaimana perilaku seseorang oleh motivasi


dimulai ketika orang tersebut menyadari bahwa dirinya memiliki kebutuhan
atau kesenjangan atas kebutuhan tertentu, contohnya adalah pendapatan
yang minim. Maka akibatnya, orang tersebut kemudian mencari jalan keluar
untuk mendapatkan pendapatan yang lebih. Kemungkinannya orang tesebut
akan mencari pekerjaan alternative atau lebih bekerja keras guna memenuhi
kebutuhannya. Setelah mendapat pekerjaan alternative atau bekerja keras,
dirinya akan mengevaluasi apakah kerja kerasnya atau pekerjaan barunya
sudah memnuhi kebutuhannya atau tidak. Jika iya, maka dirinya akan
menentukan kebutuhan pada masa yang akan datang. Jika tidak, maka dirinya
akan melakukan pencarian kembali guna memenuhi tuntutan kebutuhannya
tersebut.

Bentuk-bentuk motivasi

Bagi setiap individu sebeneranya memiliki motivasi yang mampu menjadi


spirit dalam memacu dan menumbuhkan semangat kerja dalam bekerja. Spirit
yang dimiliki oleh seseorang tersebut dapat bersumber dari dirinya maupun
dari luar, dimana kedua bentuk tersebut akan lebih baik jika dua-duanya
bersama-sama ikut menjadi pendorong motivasi seseorang. Motivasi muncul
dalam dua bentuk dasar, yaitu :
1. Motivasi ekstrinsik ( dari luar ), dan

2. Motivasi intrinsic ( dari dalam diri seseorang/kelompok ).

Motivasi ekstrinsik muncul dari luar diri seseorang, kemudian selanjutnya


mendorong orang tersebut untuk membangun dan menumbuhkan semangat
motivasi pada diri orang tersebut untuk merubah seluruh sikap yang dimiliki
olehnya saat ini ke arah yang lebih baik.

Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang muncul dan tumbuh serta


berkembang dalam diri seseorang, yang kemudian mempengaruhi dia dalam
melakukan sesuatu secara bernilai dan berarti.

Perspektif Kebutuhan dan Teori Kebutuhan


Perspektif Kebutuhan
Perspektif kebutuhan terkait dengan proses pertama bagaimana
motivasi menjadi perilaku, yaitu mengenai kebutuhan dan kesenjangan
akan kebutuhan. Sebagian manajer mungkin akan berpendapat bahwa
orang akan termotivasi sekiranya diberikan upah yang tinggi, sebagian
lainnya mungkin tidak. Terdapat beberapa teori yang mencoba
menjelaskan motivasi dari perspektif kebutuhan, yaitu teori hierarki
kebutuhan Abraham Maslow, dan teori X dan Y McGregor.
Jml MINIMAL PARSIAL TOTAL

Pasien PAGI Siang MLM PAGI Siang MLM PAGI Siang MLM

2 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

3 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

7 0,57 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

KLASIFIKASI PASIEN

Perhitungan tenaga
Dipuskesmas Rawat inap diwarat 12 orang Pasien dengan kategori sebagai
berikut :

2 orang dengan perawatan minimal

3 orang dengan perawatan parsial

7 orang dengan perawatan total

Kebutuhan tenaga perawat adalah

√ Shif Pagi

2 pasien X 0,17 = 0,34

3 pasien X 0,27 = 0,81

7 pasien X 0,36 = 2,52

Total = 3,67

√ Shif Siang

2 pasien X 0,14 = 0,28

3 pasien X 0,28 = 0,45

7 pasien X 0,42 = 2,1

Total = 2,83

√ Shif Malam

2 pasien X0,10 = 0,2

3 pasien X 0,20 = 0,21


7 pasien X 0,30 = 1,4

Total = 1,81

Jadi Jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah :3,67 + 2,83 + 1,81 + 8,31 ( 8

Org )

Mutu Pelayanan Keperawatan ( Depkes ,2008 )

1. Keselamatan pasien = Tidak ada kejadian infeksi ,dekubitus dan pasien


terjatuh

2. Keterbatasan perawatan diri = Sebisa pasien di bantu dalam perawatan


diri

3. Kepuasan pasien = 85 % Pasien puas dengan pelayanan PKM

4. Kecemasan = 20 % Masih cemas dengan keadaan penyakitnya

5. Kenyamanan = 90 % Pasien nyaman dengan lingkungan PKM

6. Pengetahuan = 60 % Pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya 40


% Pasien mengerti dengan penyakitnya

Kebijakan berkaitan dengan perhitungan Ketenagaan perawat

1. Tenaga yang ada sudah cukup

2. Sebagian perawat sudah mengikuti pelatihan pelatihan yang sesuai dengan


beban kerja

3. Beban kerja dan volume kerja sudah seimbang


4. Perawat yang ada semuanya sudah profesional

5. Metode kerja dalam memberikan Asuhan Keperawatan adalah metode Tim

Kebijakan Mutu Pelayanan Keperawatan

◎Meningkatkan keselamatan Pasien

1. Mencegah terjadinya dekubitus dengan melakukan tirah baring bagi pasien


badrest

2. Pengumpulan data dilakukan setiap hari

3. Pelaporan dilakukan setiap bulan

4. Meminalisir terjadinya kesalahan pemberian obat oleh perawat dan cara


mengkroscek instruksi dokter dengan teliti dan mendokumentasikan setiap
instruksi yang diberikan

5. Mencegah kejadian pasien jatuh dengan cara meningkatkan keamanan dan


kenyamanan yang sesuai standar

◎ Keterbatasan perawatan diri

Melakukan tindakan keperawatan bagi pasien yang tidak bisa melakukan


personal hygiene sendiri ( mandiri ) seperti mandi , berpakaian ,Toileting dan
defekasi

◎ Kepuasan Pasien

1. Kelengkapan dan ketepatan pemberian informasi

2. Penuruna kecemasan

3. Perawat terampil Profesional

4. Pasien merasa nyaman

5. Terhindar dari bahaya


6. Perawat ramah dan empati

◎ Kenyamanan

Pasien dengan rasa nyeri terkontrol ditandai dengan mengatakan tidak


merasa nyeri , tidak ada ketakutan kecemasan dan depresi setelah diberikan
tindakan keperawatan selama periode waktu tertentu.

◎ Kecemasan

Memberikan materi pendidikan penyuluhan kepada pasien dengan diberikan


,Review oleh pasien di review oleh perawat dilakukan tanya jawab informasi
yang cukup diberikan untuk mengurangi cemas yang dirawat sarana
kesehatan selama periode waktu tertentu setiap bulan

◎ Pengetahuan

Memberikan informasi yang tepat dan akurat tentanf perawatan penyakitnya


dan kemungkinan berapa lama akan dirawat.
Daftar pustaka

- Gillies (1994)

- Swanburg
- Donglas ( 1984 ) Sistem klarifikasi keperawatan

- SK Mengkes RI no 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit

- Hudgin’s ( 1982 ) Standar Propesi

- Nursalam ( 2014 ) Mutu pelayanan keperawatan

- Depkes (2008) Mutu pelayanan keperawatan

- Basri ( 2005 ), Bisnis pengantar ( Yogyakarta ,BPFE )

- Goege R terry (1993 ), Prinsip - prinsip manajemen ( jakarta intermedia)

- Husaini usman (2008) , Managemen ( jakarta,Bumi aksara )

Anda mungkin juga menyukai