Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIAPER RASH

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

o ANITA BAHAR (019.01.3621)


o LALU ANDRIADI (019.01.3636)
o YUSI RIZKIANTI (019.01.3655)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak-Nyalah
makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini membahas tentang DIAPER RASH yang
merupakan penyakit mematikan yang belum ada obatnya hingga sekarang. Dalam
penyusunan makalah ini kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
yang mengampu, yang telah memberikan tugas ini, kepada kami, sehingga pengetahuan kami
bertambah mengenai penyakit DIAPER RASH.

Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan
tentang DIAPER RASH. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempunaan tugas ini.Semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca.    

2
DAFTAR ISI
JUDUL ………………………………………………………………………………..... 1
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………... 3
A. Latar belakang ………………………………………………………………… 4
B. Rumusan masalah …………………………………………………………….. 4
C. Tujuan penulisan ……………………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………. 6
A. Definisi Diaper Rash ………………………………………………………….. 6
B. Anatomi fisiologi ………………………………………………………………. 6
C. Etiologi …………………………………………………………………………. 9
D. Jenis-jenis iritasi pada kulit bayi ……………………………………………… 9
E. Cara mencegah dan merawat bayi yang menderita diaper rash ........................ 12
F. Cara mencegah dan merawat bayi yang menderita diaper rash …………........ 13
G. Patofisiologi …………………………………………………………………….. 13
H. Manifestasi klinis ………………………………………………………………. 14
I. Pemeriksaan penunjang ……………………………………………………….. 16
J. Penatalaksanaan ……………………………………………………………….. 16
BAB III Konsep dasar asuhan keperawatan …………………………………………. 18
A. Pengkajian ……………………………………………………………………… 18
B. Diagnose keperawatan ………………………………………………………… 18
C. Intervensi keperawatan ……………………………………………………….. 20
D. Implementasi …………………………………………………………………… 20
E. Evaluasi ………………………………………………………………………… 20
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………… 21
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….. 21
B. Saran…………………………………………………………………………….. 21
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Balakang
Ruam popok adalah iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat. Ini bisa terjadi
jika ia popok basahnya telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat,
infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema. Ruam popok merupakan masalah kulit
pada daerah genital bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit,
biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi.
Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan
diolesi lotion atau cream khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popok beberapa
waktu.
Incidence rate (angka kejadian) ruam popok berbeda-beda di setiap negara,
bergantung pada hygiene, pengetahuan orang tua (pengasuh) tentang tata cara
penggunaan popok dan menurut saya mungkin juga berhubungan dengan faktor cuaca.
Kimberly A Horii, MD (asisten profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan John
Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20 % Diaper dermatitis dijumpai pada
praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar antara 7-

4
35%, dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib, MD
menyebutkan ruam popokk berkisar 4-35 % pada usia 2 tahun pertama
Meskipun ruam popok menyebabkan sakit dan sangat mengganggu bayi Ibu,
namun  biasanya tidak berbahaya. Ruam popok umumnya terjadi  pada bayi dengan kulit
yang lebih sensitive. Jika ruam pada bayi Ibu disebabkan oleh popok yang basah atau
infeksi jamur, maka hanya dengan melepas popok dan membiarkan kulitnya terkena
angin sudah mampu menyembuhkan.Pastikan Ibu mengganti popoknya dengan rutin.
Membasuh pantat bayi dan mengeringkannya sebelum memakaikan yang baru. Bisa juga
menggunakan krim khusus untuk membantu melindungi iritasi pada kulit bayi akibat
ruam popok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari diaper rash?
2. Apa saja jenis iritasi kulit yang dapat mengiritasi kulit bayi?
3. Bagaimana cara merawat dan mencegah diaper rash pada bayi?
4. Bagaimana rencana perawatan pada bayi yang menderita diaper rash?

C. Tujuan penulisan
1. Memahami iritasi kulit pada bayi terutama diaper rash
2. Memahami berbagai jenis iritan yang dapat mengiritasi kulit bayi
3. Memahami teknik cara perawatan dan pencegahan diaper rash pada bayi
4. Memahami rencana perawatan pada bayi yang mengalami diaper rash

   

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Ruam popok (diaper rash) adalah iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat.
Ini bisa terjadi jika ia popok basahnya telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak
menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema.
Ruam popok merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai
dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang
memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam
beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus
ruam popok, atau dengan melepaskan popok beberapa waktu.
Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim ditemukan pada bayi.
Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada
kisaran usia 8 – 10 bulan.
Ruam Popok adalah peradangan di daerah yang tertutup popok, seperti sekitar
alat kelamin, pantat, dan pangkal paha bagian dalam. Ruam popok sering dialami oleh
bayi baru lahir. Biasanya berwarna kemerahan disertai lecet-lecet ringan dan gatal.
Ruam popok terjadi karena ada gesekan antara popok dengan kulit bayi. Hal ini
karena kulit bayi masih sangat peka dan sensitif. Jika dia memakai popok maka
kulitnya otomatis tertutup, akibatnya kulit menjadi lembab. Kelembaban yang
berlebihan inilah yang memicu timbulnya ruam popok.
B. Anatomi Fisiologi
Organ Kulit
1. Epidermis (Kutilkula)

6
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis
dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain
seperti berikut :
a. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.
Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan
epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami
pengelupasansecara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang
baru.

b. Stratum lusidum
Berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan
rambut.Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka
warna kulit akan menjadi semakin gelap. Coba Anda perhatikan kulit
orang “suku Dani di Irian dengan suku Dayak di Kalimantan.Jika
dikaitkan dengan hal ini apa yang terjadi pada kulit dari kedua suku
tersebut? Selain memberikan warna pada kulit, melanin ini juga
berfungsi untuk melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet matahari
yang dapat membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah
yang tepat sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah
lemaktertentu di kulit menjadi vitamin D, tetapi dalam jumlah yang
berlebihan sangat berbahaya bagi kulit. Kadang-kadang seseorang
menghindari sinar matahari di siang hari yang terik, karena ingin
menghindari sinar ultraviolet ini. Hal ini disebabkan karena ternyata
sinar ultraviolet ini dapat membuat kulit semakin hitam. Berdasarkan
riset, sinar ultraviolet dapat merangsang pembentukan melanosit menjadi
lebih banyak untuk tujuan perlindungan terhadap kulit. Sedangkan jika
kita lihat seseorang mempunyai kulit kuning langsat, ini disebabkan
orang tersebut memiliki pigmen karoten.
c. Stratum granulosum
Menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin.
Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak pada bagian paling
bawah dari jaringan epidermis.
d. Stratum germinativum,

7
Sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini
merupakan lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah
luar untuk membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk
akan mendorong sel-sel yang ada di atasnya selanjutnya sel ini juga
akan didorong dari bawah oleh sel yang lebih baru lagi. Pada saat yang
sama sel-sel lapisan paling luar mengelupas dan gugur.
2. Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis,
yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis
yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang
membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang
membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur
berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang
sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah
lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel
rambut dan struktur sekitarnya.
a. Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus
arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan
membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan
berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila
rambut dicabut.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui
pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga
rambut dapat tumbuh.
c.  Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar
minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
d. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat
berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang
banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar

8
hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak
tangan dan telapak kaki.(Sukma)
e. Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung
akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa
panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.Jaringan dermis juga dapat
menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki bau khas pada
seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan
jenisDermis (Kulit Jangat)

C.  Etiologi
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis,
napkin dermatitis ), antara lain:
1. Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
2. Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera
diganti setelah pipis atau BAB (feces).
3. Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
4. Alergi bahan popok.
5. Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
6. Kebersihan kulit yang tidak terjaga.
7. Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing.
8. Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
9.  Reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen

D. Jenis-jenis Iritasi Pada Kulit Bayi


Jenis-jenis IritanPada bayi, struktur kulitnya lebih tipis, ikatan antar selnya lebih
lemah dan lebih halus. Kulit bayi juga memiliki pigmen yang lebih sedikit, dan tidak mampu
mengatur temperatur seperti halnya anak-anak dengan usia lebih tua atau orang dewasa.
Munculnya kemerahan dan peradangan pada kulit merupakan salah satu gejala dari
reaksi alergi pada tubuh bayi. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit kulit yang
umum dijumpai pada bayi :
1) Intertrigo

9
Intertrigo mengacu pada suatu peradangan pada lipatan tubuh. Hal ini
biasanya terletak di paha bagian dalam, ketiak, dan bagian bawah payudara
atau perut. Lipatan tersebut membuat kulit tampak merah, gatal dan
menyebabkan rasa sakit bila terjadi gesekan. Umumnya terjadi pada bayi yang
gemuk.
Penyebab : Bisa terjadi karena lembab berlebihan pada lipatan bayi, yang tidak
pernah mendapatkan udara.
Yang harus dilakukan : Cuci bagian dalam lipatan kulit bayi Anda dengan air
dan oleskan krim penghalang zinc-oxide atau petroleum jelly  untuk
melindungi kulit bayi.
2) Biang keringat 
Biang keringat atau lebih dikenal dengan sebutan miliaria, biasanya
terjadi pada leher, wajah, punggung, atau bokong bayi. Secara klinis miliari
terlihat dengan adanya kulit kemerahan disertai rasa gatal sehingga bayi rewel,
dengan gelembung-gelembung kecil berair.
Penyebab : Udara panas, cuaca lembab, pakaian yang ketat dan aktivitas bayi
yang tinggi dapat memicu ruam biang keringat.
Yang harus dilakukan : Sedapat mungkin hindari bayi Anda dari suhu yang
terlalu panas dan berikan pakaian yang longgar. Dengan begitu, ruam akan
terlihat lebih baik dalam waktu sekitar 30 menit.
3) Seborrhea 
Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang
menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah, kadang pada bagian
tubuh lainnya seperti belakang telinga, leher, pipi, dan dada. Penyakit ini yang
paling sering terjadi pada bayi di bawah usia 6 bulan. Pada kulit kepala,
seborrhea tampak seperti ketombe, sisik kuning atau berkerak.
Penyebab : belum diketahui.
Yang harus dilakukan : Lakukan pengobatan tradisional dengan menggosokan
minyak zaitun ataubaby oil pada kulit kepala bayi Anda, kemudian sikat
dengan lembut.
4) Eksim 
Eksim dapat muncul di manapun pada tubuh bayi mulai dari usia 3 sampai
4 bulan, meskipun sangat jarang ditemukan di daerah bekas pemakaian popok.

10
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat
yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada
kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Kondisi yang lebih
parah, penyakit ini juga dapat menyebabkan kulit berubah menjadi merah,
mengeluarkan nanah, dan kerak.
Penyebab : Apa pun bisa menjadi pemicu bayi rentan terhadap eksim (dengan
predisposisi genetik atau riwayat alergi dalam keluarga). Setiap bayi
mempunyai pencetus eksim yang berbeda-beda. Ada orang yang setelah
memegang sabun atau deterjen akan merasakan gatal yang luar biasa, ada pula
yang disebabkan oleh bahan atau alat rumah tangga yang lain.
Yang harus dilakukan : Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan
rasa gatal untuk mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering
dan gatal, lotion dan krim pelembab sangat dianjurkan untuk membuat kulit
menjadi lebih lembab. Untuk kasus yang lebih parah, konsultasikan dengan
dokter Anda soal penggunaan salep steroid, untuk mengurangi peradangan.
5) Dermatitis kontak
 Dermatitis kontak adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit
telah terpapar oleh bahan yang mengiritasi atau menyebabkan reaksi alergi.
Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa
terbakar.
Penyebab : Jika ruam terjadi di seluruh tubuh bayi Anda, maka sabun atau
deterjen mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Jika dada dan lengan yang
terkena, pelakunya bisa dari baju yang kotor.
Yang harus dilakukan : Pada kasus ringan dan sedang, penghindaran bahan
iritan (penyebab iritasi) dan penggunaan krim yang mengandung hidrokortison
(kortikosteroid) dapat membantu mengurangi gatal dan kemerahan di kulit.
Pada kasus yang berat, obat yang diminum jenis kortikosteroid dan antiradang
diperlukan untuk mengurangi peradangan dan gatal. Sebaiknya lakukan
konsultasi terlebih dahulu dengan dokter Anda sebelum menggunakan krim
hidrokortison atau antihistamin.
6) Candidal diaper dermatitis, yakni ruam popok yang disebabkan oleh infeksi
jamur Candida albicans. Sekitar 40-70% ruam popok yang berlangsung lebih 3
hari dapat memicu terjadinya kolonisasi jamur kandida.

11
7) Bacterial diaper dermatitis, yakni ruam popok yang disebabkan oleh infeksi
kuman (bakteri), terutama Staphylococcus, Streptococcus dan
Enterobacteriaceae. Jenis ruam popok karena infeksi kuman yang kerap
dijumpai adalah impetigo dan sesulitis (cellulitis) serta folikulitis (folliculitis).
8) Granuloma gluteal infantum, merupakan gangguan kulit pada ruam popok
yang jarang terjadi. Biasanya timbul karena terlalu lama iritasi dan infeksi
mikro-organisme yang tidak diobat

E. Cara Mencegah dan Merawat Bayi yang Menderita Diaper Rash


1. Mencegah Diaper Rash
Saat ini sekitar 50 % bayi dan balita yang menggunakan popok sering
mengalami Diaper Rash , maka ada tips-tips untuk mencegah Diaper Rash :
 Segera ganti popok setelah buang air besar
 Gunakanlah popok sekali pakai sesuai dengan daya tampungnya
 Bersihkan kulit dengan air hangat setelah buang air besar. Gunakan
sabun, bilas sampai bersih lalu keringkan. Anginkan sebentar baru pakai
popok yang baru
 Agar kulit bayi/balita tidak lembab, setiap hari paling sedikit 2-3 jam
bayi/balita tidak memakai popok
 Pilih popok yang sesuai ukurannya dan terbuat dari bahan yang menyerap
air
2. Merawat Bayi yang Menderita Diaper Rash
Perawatan Ruam Popok 
Perawatan kulit yang seksama dan higienis adalah penanganan terpenting
ruam popok. Berikut beberapa tips perawatan ruam popok yang dapat membantu
penyembuhan ruam popok pada bayi.
 Ganti popok lebih sering dari biasanya
 Cuci bersih kulit bayi dengan sabun yang lembut, lalu keringkan.
 Setelah dibersihkan, biarkan kulit terbuka terhadap udara, tanpa popok
beberapa saat.
 Makanan tertentu mungkin dapat memperburuk ruam. Jangan memberikan
makanan tersebut pada bayi sampai ruam hilang.

12
 Jika ruam disebabkan oleh dermatitis alergi, hentikan penggunaan sabun
atau detergen baru, yang dapat menyebabkan ruam.
 Jika ruam ternyata disebabkan oleh infeksi candida, gunakan krim obat
luar anti jamur.
Perawatan Medis Ruam Popok
Jika bayi ternyata memiliki infeksi candida, dokter mungkin akan
merekomendasikan krim atau obat anti jamur. Jika ruam bukan karena infeksi
jamur, dokter mungkin akan merekomendasikan pengobatan dengan krim atau
salep steroid topikal. Jika bayi memiliki impetigo (infeksi bakteri), dokter
mungkin akan memberikan obat antibiotik.

F. Tanda dan Gejala


Gejalanya antara lain :
1. Iritasi pada kulit yang terkena muncul sebagai crytaema
2. Crupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan, perut
bawah paha atas.
3. Keadaan lebih parah terdapat : crythamatosa.
4. .Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau tajam.
5. Awal ruam biasanya timbul di daerah kelamin, bukan di dubur.
6. Beruntutan di daerah kelamin, pantat, dan pangkal paha.
7. Timbul lepuh-lepuh di seluruh daerah popok.
8. Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering
terkolonisasi ( ditumbuhi) oleh jamur, terutama jenis Candida Albicans, sehingga
kelainan kulit bertambah merah dan basah
9. Mudah terjadinya infeksi kuman, biasanya staphylococcus aureus atau
Sreptococcus beta hemolyticus sehingga kulit menjadi lebih bengkak, serta di
dapatkan nanah dan keropeng
10. Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri.

G. Patofisiologi
Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet karena pemakaian
popok. Lokasi yang sering terkena adalah bagian pantat, sekitar kemaluan, maupun

13
paha. Bahkan, jika bakteri yang terdapat dalam urine bayi Anda terurai menjadi
amonia, ruam ini bisa bertambah parah. Tentu saja keadaan ini sangat tidak
menyenangkan buat si kecil.
Bayi yang senang tidur lama sebenarnya tidak ada masalah. Tetapi
masalahnya bila popoknya basah berkali-kali dan membuatnya lembab. Karena
penyebab ruam popok yang paling utama adalah popok yang lembab. Popok yang
lama terkena air seni dan tinja bisa menimbulkan iritasi pada kulit. Bila Bunda tak
segera membersihkannya, bakteri dan jamur akan tumbuh. Selain karena lembab ada
juga bayi yang memang alergi terhadap popok sekali pakai. Lebih baik gunakan
popok tradisional dengan resiko Bunda harus lebih sering menggantinya bila bayi
buang air kecil atau besar.Penggunaan produk bayi yang mengandung parfum juga
bisa meningkatkan resiko terkena ruam popok termasuk juga deterjen untuk mencuci
pakaiannya. Disarankan menggunakan diapers tanpa pewangi. Tetapi alangkah
baiknya bila melakukan upaya pencegahan, seperti :
a. Ganti popok sesering mungkin. Bila si kecil buang air besar, jangan menunda-
nunda untuk segera menggantinya.
b. Minimalisasikan penggunaan tissue basah untuk membersihkan area
popoknya. Air bersih adalah pilihan terbaik.
c. Hindari menggesek kulit bayi walau pun dengan handuk lembut. Sebaiknya
tepuk-tepuk dan angin-anginkan saja pantat si kecil untuk mengeringkannya.
d. Beri sirkulasi udara untuk area kulitnya yang terkena popok dengan cara
menggunakan popok kain, khususnya pada waktu tidur.
e. Jangan mengikat atau merekatkan popok terlalu kencang.
 Perhatian :
f. Bila ruam tidak hilang lebih dari 3 hari konsultasikan segera ke dokter,
terutama bila timbul demam dan tidak nafsu makan.
g. Jangan mengolesi ruam (bintik-bintik merah) dengan lotion atau baby oil.
Gunakan salep anti jamur yang mengandung Zinc di bawah pengawasan
dokter.

H. Manifestasi Klinis
umumnya terjadi pada minggu ketiga hingga minggu kedua  belas, namun
dapat pula dialami oleh anak yang lebih tua dan orang dewasa yang mengalami
inkontinensia urin. Gambaran yang paling sering dijumpai pada diaper rash ini berupa

14
eritema yang meluas pada permukaan kulit yang bersentuhan dengan  popok (diaper),
yakni bokong, genital, perut bawah dan area pubis serta paha bagian atas. Bagian
yang lebih dalam dari lipatan kulit biasanya tidak mengalami eritema. Sulit untuk
dibedakan dengan dermatitis kontak alergi.(6,7)

Gambar 1.  Diaper rash primer, menunjukkan efek pada kulit yang menonjol dan tidak
mengenai lipatan kulit
 
 Diaper rash sendiri dapat diakibatkan oleh beberapa keadaan, misalnya pada infeksi S.
Aureus memberikan manifestasi berupa impetigo bullosa dengan gambaran vesikel yang
tersebar dan bulla, Pada Infeksi Streptococcus grup A muncul eritema  perianal, disuria, gatal
pada vagina, dan inflamasi vulva. Apabila glans penis mengalami erupsi yang berat, maka
dapat timbul gejala retensi urin.(6,7)
Beberapa varian dari diaper rash dapat terjadi, invasi sekunder oleh C. albicans apabila
terjadi, memberikan gambaran eritem yang lebih kemerahan, dan  juga melibatkan area
lipatan kulit. Pinggiran dari lesi semakin jelas, sedikit bergerigi dan memiliki skuama pada
pinggirnya. Dalam area marginal, dapat juga ditemukan adanya pustul kecil dan juga
ditemukan pada daerah sekitar dari eritem yang memberikan gambaran lesi satelit. Gambaran
klinis ini dikaitkan dengan keterlibatan antara C. Albicans dan feses.(7)

Gambar 2. Candidiasis: Diaper rash Menunjukkan erosi, skuama pada pinggir, dan lesi satelit

15
Jacquet erosive dermatitis merupakan bentuk terberat dari diaper rash Kondisi ini dapat
muncul ada diare, dengan gambaran klinis berupa erosi, nodul eritem, ulkus dengan batas
tegas dan pinggiran yang meninggi. Milaria juga dapat muncul pada daerah dimana popok
menutup kelenjar ekrin kulit. Pada reaksi akut, eritem tampak mengkilap dan juga kulit
tampak terkelupas. Hipopigmentasi pasca inflamasi juga dapat terjadi pada bayi yang
memiliki banyak pigmen. Bentuk lain yang juga dapat ditemui, area eritem dengan batas
yang tegas namun memiliki skuama psoariasiformis dikenal sebagai
napkin psoriasis.(1,7)
Erupsi kulit terbatas hanya pada daerah yang tertutupi oleh popok, atau mungkin juga
menunjukkan daerah yang sering mengalami gesekan dengan popok. Erupsi kulit dapat juga
terlokalisir pada daerah lateral dari paha atas, bokong, umumnya unilateral namun dapat juga
bilateral pada posisi perekat dari popok  bersentuhan. Pola ini mungkin menunjukkan
diaper rash akibat efek iritasi, namun dapat juga diakibatkan sensitisasi oleh bahan perekat itu
sendiri.(1)

I. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan perubahan sesuai manifestasi klinis
dan juga spongiosis akut, subakut ataupun kronik, atau infiltrasi inflamasi pada
lapisan dermis.
J. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a) Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini mencegah
lembab pada kulit. Janganlah memakai popok dengan ketat khususnya
sepanjang malam hari. Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian
yang basah dan terkena tinja tidak menggesek kulit lebih luas. Bersihkan
dengan lembut daerah popok dengan air. Anda tidak perlu menggunakan
sabun setiap kali mengganti popok atau setiap kali buang air besar. (Bayi
yang mendapat ASI dapat BAB sebanyak 8 kali per hari). Gunakan sabun
hanya bila tinja tidak mudah keluar.
b) Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat menyebabkan
masalah dengan pernapasan pada bayi anda.

16
c) Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan
kulit. Alkohol atau parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit
bayi.
2. Penanganan
a) Gantilah popok yang telah penuh sesering mungkin
b) Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali mengganti
popok. Gunakan air mengalir sehingga anda dapat membersihkandan
membilas tanpa tidak perlu menggosok.
c) Tepuk sehingga kering; jangan menggosok. Biarkan area di udara terbuka
sehingga benar-benar kering
d) Gunakan tipis-tipis ointment atau krim pelindung (seperti yang
mengandung zinx ixide atau petrolatum) untuk membentuk lapisan
pelindung pada kulit. Salep ini biasanya tebal dan lengket dan tidak hilang,
seluruhnya pada penggantian popok berikutnya. Perlu diingat garukan
keras atau gosokan kuat hanya akan lebih memperberat kerusakan kulit.
3. Pengobatan
a) Konsultasikan dengan dokter anda bila ruam:
 Melepuh atau terdapat nanah
 Tidak hilang dalam waktu 48 sampai 72 jam
 Menjadi lebih berat
b) Gunakan krim yang mengandung steroid hanya bila dokter anda
merekomendasikan. Krim tersebut jarang diperlukan dan mungkin
berbahaya

17
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian (Assessment)
Identitas pasien dan keluarga, pola sensori, pemeriksaan fisik (status kesehatan
umum, pemeriksaan head to toe, pemeriksaan penunjang), pemeriksaan tanda-tanda vital
dan riwayat penggunaan obat-obatan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena
destruksi jaringan.
3. Gangguan mobilitas fisik, kerusakan
C. Intervensi Keperawatan
1. DX 1 :Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit /
jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan
nyeri dapat teratasi.
      Kriteria Hasiil : Nyeri berkurang / terkontrol
Ekspresi wajah rileks.
Intervensi:
1. Pastikan ibu mengganti popoknya secara rutin.
Rasional : supaya permukaan tidak dalam keadaan lembab/ basah.
2. Berikan tempat tidur ayunan secara indikasi
Rasional : peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri
3. Membasuh pantat bayi dan mengeringkanya
Rasiona : Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit bayi
4. Melepas popok dan membiarkan kulitnya terkena angin
Rasional : Mempercepat penyembuhan ruam popok

18
2. DX 2: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan
permukaan kulit karena destruksi jaringan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan
masalah dapat teratasi.
     Kriteria Hasil:
- Menunjukan regenerasi jaringan
- Mencapai penyembuhan tepat waktu.
Intervensi:
2) Berikan perawatan ruam popok dengan tepat dan tindakan control infeksi.
Rasional : menyiapkan jaringan baru dan menurunkan infeksi.
3) Tinggikan area graft bila mungkin
Rasional : menurunkan pembengkakan / mengatasiresiko pemisahan graft
4) Pantau kondisi luka yang terjadi akibat ruam popok.
Rasional : memberikan informasi dasar tentang keb penanaman kulit
5) Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci dan minyai dengan krim.
Rasional : kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan
khusus

3. Dx 3  : Gangguan mobilitas fisik, kerusakan


  Tujuan:
dilakukan tindakan kep selama 2×24 jam diharapkan masalah dapat teratasi.
Kreteria Hasil:
1. Menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktifitas.
2. Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya   kontraktus.
3. Menunjukan teknik / perilaku yang memampukan melakukan aktivitas.
Intervensi:
1.   Pertahankan posisi tubuh tepat dan dukungan
Rasional : meningkatkan fungsional pada ekstremitas.
2. Lakukan rehabilitasi pada penerima.
Rasional : akan lebih mudah membuat partisipasi
3. Berikan obat sebelum aktivitas/ latihan
Rasional : menurunkan kekuatan otot/ jaringan.
4. Bersihkan daerah luka dengan cepat.

19
Rasional : eksisi dinidiket untuk menurunkan jaringan parut serta resiko infeksi.
D. Implementasi
Dapat dilaksanakan penuh pada masing-masing diagnosa keperawatan. Meliputi:
a. Monitor tanda-tanda vital,
b. monitor input-output,
c. monitor kesadaran,
d. monitor hipoglikemi,
e. obserfasi tanda infeksi,
f. lakukan teknik aseptik perawatan kulit,
g. jelaskan tentang penyebab, komplikasi dan pengobatan atau terapi decubitus.
h. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat-obatan

E. Evaluasi
Keefektifan tindakan, peran anggota keluarga untuk membantu mobilisasi pasien,
kepatuhan pengobatan dan mengefaluasi masalah baru yang kemungkinan muncul.

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diaper rash adalah infeksi jamur yang di sebabkan karena adanya kelembaban yang
berlebihan pada lipatan popok. Sehingga terjadi iritan yang dapat mengiritasi kulit pada
bayi
B. Saran
Jika ruam pada bayi Ibu disebabkan oleh popok yang basah atau infeksi jamur, maka
hanya dengan melepas popok dan membiarkan kulitnya terkena angin sudah mampu
menyembuhkan. Pastikan Ibu mengganti popoknya dengan rutin. Membasuh pantat bayi
dan mengeringkannya sebelum memakaikan yang baru. Bisa juga menggunakan krim
khusus untuk membantu melindungi iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Arvin, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 1. Edisi 15. Jakarta: EGC.
2. Doenges, E Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
3. Posted by Defka Blog. Askep Ruam Popok. (Tanggal Posting 11 februari 2013/
Online; Diakses tanggal 11 februari 2013).
4. www.google.com / Diaper Rash. (Online, diakses 11 februari 2013).
5. www.tanya dokter anda.com / Diaper rash. (Online; siakses 11 februari  2013).
6. Sabzghabaee AM, Nili F, Ghannadi A, Eizadi-Mood N, Anvari M. Role of
menthol in treatment of candidial napkin dermatitis. World J Pediatr.
2011;7(2):167-70
7. Li C, Zhu Z, Dai Y. Diaper Dermatitis: A Survey of Risk Factors for Children
Aged 1 - 24 Months in China. J Int Med Res. 2012;40

22

Anda mungkin juga menyukai