Anda di halaman 1dari 14

Kerusakan pada Struktur Saraf Tulang Belakang Menyebabkan

Terganggunya Ekstremitas Inferior


Urai Fanny Andrini
102016001
Email: urai.2016fk001@civitas.ukrida.ac.id
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Abstrak
Saraf tulang belakang (spinal cord) adalah sebuah kolom jaringan saraf yang menjalar dari
dasar tengkorak ke punggung. Saraf ini dikelilingi oleh tiga selaput pelindung (meninges tulang
belakang) dan terlindung di dalam vertebra. Medula spinalis merupakan bagian utama dari sistem
saraf pusat yang melakukan impuls saraf sensorik dan motorik dari dan ke otak. Selain itu, saraf
spinal yang merupakan serat saraf, melekat pada kedua sisi tulang belakang. Saraf spinal berfungsi
membawa impuls saraf dari dan ke sumsum tulang belakang. Manusia, memilki 31 pasang saraf
spinal yang keluar dari akar dorsal dan akar ventral di kedua sisi tulang belakang. Akar dorsal (bagian
belakang) terdiri atas serat saraf sensori yang menghantar impuls saraf dari reseptor sensori ke
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Akar ventral (bagian depan) terdiri atas serat saraf motor
yang menghantar ke impuls saraf ke luar sumsum tulang belakang. Akar dorsal dan akar ventral
bercabang pendek kemudian bergabung kembali dan keluar melayani bermacam bagian tubuh. Jika
sebuah saraf dihilangkan, maka sensasi dan pengontrolan motor yang dilayani saraf tersebut akan
hilang.
Kata kunci : Saraf tulang belakang, saraf spinal.

Abstract
Spinal cord is a column of nerve tissue that extends from the base of the skull to the spine.
This nerve is surrounded by three protective membranes (meninges of the spine) and protected inside
the vertebrae. The spinal cord is the main part of the central nervous system that perform sensory and
motor nerve impulses to and from the brain. In addition, the spinal nerve is the nerve fibers, attached
to either side of the spine. Spinal nerve function carries nerve impulses to and from the spinal cord.
Humans, have the 31 pairs of spinal nerves that exit from the dorsal roots and ventral roots on both
sides of the spine. Dorsal root (back) consists of sensory nerve fibers which deliver nerve impulses
from sensory receptors to the spinal cord. The root of the ventral (front) consists of the motor nerve
fibers that leads to nerve impulses outside the spinal cord. Dorsal and ventral roots branched short
roots then join back and serve out the various parts of the body. If a nerve is removed, then the
sensation and motor control nerves served will be lost.
Key words : Spinal cord, spinal nerves.

Pendahuluan

Menyadari bahwa tulang belakang sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari


dimana ketika kita tidak menjaganya maka sangat berdampak besar dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari, dimana pada tulang belakang terdapat saraf-saraf yang sangat penting

1
bagi kelangsungan hidup kita. Pentingnya tulang belakang dalam kehidupan kita sangat besar
dikarenakan bahwa sebagian besar kita dapat menjalani hidup ini dengan normal adalah
karena tulang belakang kita masih kuat dan sehat. Namun tidak semua orang menyadari
bahwa tulang belankang sangat berperan penting dalam kehidupannya.

Tulang Belakang

Columna vertebralis atau tulang belakang terdiri atas 7 buah tulang cervical, 12 buah
tulang thoracal, dan 5 buah tulang lumbal, sacral yang merupakan gabungan dari 5 tulang
sacral dan coccyx merupakan gabungan 3-5 tulang coccyges. Jika dilihat dari samping bentuk
tulang belakang akan membentuk 4 kurvatura. Pada daerah cervical akan membentuk
kurvatura konkaf (lordosis), daerah thoracal membentuk kurvatura konveks (kyphosis),
daerah lumbal membentuk kurvatura concave (lordosis), sedangkan sacral membentuk
kurvatura konveks (kiphosis). Fungsi tulang belakang antara lain : mempertahankan posisi
tegak tubuh, menyangga berat tubuh, fungsi pergerakan tubuh, dan pelindung jaringan tubuh.1

Lordosis Lumbal

Lordosis lumbal adalah suatu kurvatura kearah depan tubuh dari tulang vertebra
lumbal 1 sampai lumbal 5. Pada posisi normal, saat berdiri kelengkungan lordosis lumbal ini
akan berada pada garis tengah bilamana dilihat dari sisi lateral tubuh, sehingga saat di daerah
perut (lumbal) garis tersebut akan benar-benar di tengah, sedangkan peningkatan lordosis
lumbal adalah jika pada pengambilan garis tengah dari sisi lateral, maka di bagian perut, garis
tersebut melintas lebih kearah posterior tubuh. Tulang vertebra lumbal ini memungkinkan
gerak fleksi dan extensi dengan range of motion 8-20 derajat, fleksi lateral kira-kira 3-6
derajat, sedangkan untuk rotasi sangat terbatas. Dengan range of motion 1-2 derajat.

Fungsi utama tulang belakang adalah menopang berat badan, dan sebagian besar
peran ini merupakan tugas tulang vertebra lumbal, pada posisi berdiri tegak atau sikap
ekstensi, lumbal yang paling banyak terkompresi adalah L3-L4 tercatat bahwa tekanan yang
diterima oleh discus intervertebralisnya sebesar 270 kPA, sedangkan beban kompresi tulang
belakang sebesar 380 N. Angka ini akan lebih besar jika tubuh mempertahankan posisi
ekstensi yaitu tekanan pada discus sebesar 720 kPA, dan beban kompresi sebesar 1010 N.
Beban pada lumbal ini akan meningkatkan 2-2,5x ketika berjalan atau jalan cepat. Fungsi
tulang belakang tubuh juga dibantu otot-otot serta jaringan ikat, pada posisi berdiri tegak atau
sikap ekstensi tubuh, otot yang paling berperan adalah otot erector spinae. Otot ini terdiri atas
2
: otot iliocostalis, longissimus, dan spinalis. Otot lain yang juga berperan ketika berdiri adalah
otot-otot perut dan otot-otot psoas.

Beberapa keadaan atau kondisi latihan, dimana terjadinya low back pain juga sering dikaitkan
dengan lordosis lumbal yang berlebihan atau hiperekstensi dari tubuh. Berikut ini adalah
kondisi latihan yang dapat menyebabkan hiperlordosis lumbal antara lain : mengangkat kedua
kaki, menendang dengan kedua kaki ke belakangdengan kedua tangan di lantai atau
tendangan keledai, membengkokkan tubuh ke belakang dan kaki balet (berdiri dengan jari-
jari kaki).1,2

Medulla Spinalis

Medulla spinalis adalah saraf yang tipis yang merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat
dari otak dan melengkungi serta dilindungi oleh tulang belakang. Fungsi utama medulla
spinalis adalah transmisi pemasukan rangsangan antara perifer dan otak.

Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Saraf Pusat. Terbentang dari foramen
magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus
terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah cornu terminalis serabut-serabut bukan
saraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat. Terdapat 31 pasang saraf
spinal; 8 pasang saraf servikal; 12 pasang saraf thorakal; 5 pasang saraf lumbal; 5 pasang
saraf sacral dan 1 pasang saraf coxigeal. Akar saraf lumbal dan sacral terkumpul yang disebut
dengan

3
Gambar 1. Medulla Spinalis

Cauda Equina. Setiap pasangan saraf keluar melalui intervertebral foramina. Saraf spinal
dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen dan juga oleh meningen spinal dan CSF.

Struktur internal terdapat substansi abu-abu dan substansi putih. Substansi abu-abu
membentuk seperti kupu-kupu dikelilingi bagian luarnya oleh substansi putih. Terbagi
menjadi bagian kiri dan kanan oleh anterior median fissure dan median septum yang disebut
dengan posterior median septum. Keluar dari medulla spinalis merupakan akral ventral dan
dorsal dari saraf spinal. Substansi abu-abu mengandung badan sel dan dendrit dan neuron
efferent, akson tak bermyelin, saraf sensoris dan motorik dan akson terminal dari neuron.
Substansi abu-abu membentuk seperti huruf H dan terdiri dari 3 bagian yaitu: anterior,
posterior dan commisura abu-abu. Bagian posterior sebagai input/afferent, anterior sebagai
output/efferent, commisura abu-abu untuk refles silang dan substansi putih merupakan
kumpulan serat saraf bermyelin. 1

Sel-sel pada Sistem Saraf

1. Neuron

4
Merupakan unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan
sitoplasma.

a. Badan sel, atau perikarion, suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan


neuron. Bagian ini tersusun dari komponen satu nukleus tunggal, nukleolus yang
menonjol dan organel lain seperti kompleks Golgi dan mitokondria, tetapi nukleus ini
tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi. Badan Nissl, terdiri dari retikulum
endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.
Neurofibril, yaitu neurofilamen dan nerotubulus yang dapat dilihat melalui mikroskop
cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.

b. Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek, serta
berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh. Permukaan dendrit penuh dengan spina
dendrit yang dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron lain. Neurofibril dan badan
Nissl memanjang ke dalam dendrit.

c. Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit.
Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot
atau kelenjar), atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson. Origo akson, akson
berasal dari badan sel pada hillock akson, yaitu regia yang tidak mengandung badan
Nissl. Ukuran akson, Panjang akson mungkin berukuran kurang dari 1 mm sampai 1 m
lebih ( 1 mm = 0,04 inci: 1 m = 3,28 kaki ). Di bagian ujungnya, sebuah akson dapat
bercabang banyak.

1) Pelapisan akson

a) Semua akson dalam sistem saraf perifer dibungkus oleh lapisan Schwann, disebut
juga neurilema yang dihasilkan sel-sel Schwann. Akson besar (diameter di atas 2
µm), memiliki lapisan dalam yang disebut mielin, suatu kompleks lipoprotein yang
dibentuk oleh membran plasma sel-sel Schwann. Akson ini yang tampak berwarna
putih disebut serabut termielinisasi.

b) Akson dalam SSP tidak memiliki lapisan neurilema. Serabut termielinisasi tanpa
neurilema terdapat di bagian putih otak dan medulla spinalis. Serabut tidak
termielinisasi tanpa neurilema terdapat dalam substansi abu-abu otak dan medulla
spinalis.

5
c) Terminasi akhir dari semua serabut saraf tidak memiliki neurilema dan mielin.

d) Regenerasi neuron yang rusak memerlukan neurilema.

e) Neuron dalam SSP tidak memiliki neurilema dan tidak beregenerasi.

2. Klasifikasi neuron

a. Fungsi. Neuron diklasifikasikan secara fungsional berdasarkan arah transmisi


impulsnya.

1. Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit,
organ indera, atau suatu organ internal ke SSP.

2. Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor

3. Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam SSP. Neuron


ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke
interneuron lain.

b. Struktur. Neuron diklasifikasikan secara struktural berdasarkan jumlah prosesusnya

1. Neuron multipolar memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih. Sebagian besar
neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis masuk dalam
golongan ini

2. Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini ditemukan pada
organ indera, seperti mata, telinga, dan hidung.

3. Neuron unipolar (pseudounipolar) kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal,


tetapi neuron ini sebenarnya bipolar. Semua neuron sensorik (aferen) pada ganglia
spinal termasuk dalam pseudounipolar. Neuron ini terdapat pada embrio dan dalam
fotoreseptor mata.

3. Sel neuroglial

Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang
berfungsi sebagai jaringan ikat. Tidak seperti neuron, sel glial dapat menjalani mitosis selama
rentang kehidupannya dan bertanggung jawab atas terjadinya tumor sistem saraf. Astrosit
adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang, sebagian besar

6
melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau “kaki vaskular”. Sel ini memberikan
penopang struktural dan mnegatur transpor materi di antara darah dan neuron. Kaki vaskular
dipercaya berkontribusi terhadap barier darah-otak, atau tingkat kesulitan makromolekul
tertentu pada plasma darah untuk masuk ke jaringan otak. Astrosit fibrosa terletak di
substansi putih otak dan medulla spinalis; astrosit protoplasma ditemukan pada substansi abu-
abu. Oligodendroglia (oligodendrosit) menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan
jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Mikroglia ditemukan dekat neuron dan
pembuluh darah, dan dipercaya memiliki peran fagositik. Sel glia berukuran kecil dan
prosesusnya lebih sedikit dari jenis sel glial lain. Sel ependimal membentuk membran
epitelial yang melapisi rongga serebral (otak) dan rongga medulla spinalis.1,2

Neurotransmitter

Neurotransmitter adalah “kurir” pembawa pesan dari satu neuron ke neuron lainnya.
Kurir ini dapat bergerak melesat dengan kecepatan sangat tinggi, dalam beberapa kasus dapat
mencapai sekitar 450 km per jam. Setiap neuron memeiliki beberapa tentakel bercabang dan
filamen serupa dengan benang atau axon, yang dapat dilewati oleh impuls listrik. Pada ujung-
ujung axon terdapat bola-bola kecil berisi sedikit bahan kimia yang disebut neurotransmitter.
Ketika sel saraf mendapat rangsangan, neurotransmitter ini akan dilepaskan ke dalam ruang
antar sel saraf tersebut dengan sel saraf tetangganya. Hal ini akan merangsang dendrit di sel
saraf tetangga. Selanjutnya, neuron akan melepaskan neurotransmitter-nya, sehinggga akan
merangsang sel saraf tetangga berikutnya, dan demikian seterusnya. Dengan cara itulah
jutaan pesan dikirimkan dari satu neuron ke neuron lainnya setiap menit.

7
Gambar 2. Mekanisme umum kerja neurotransmitter

Sekitar 60 jenis bahan kimia neurotransmitter diketahui dan diduga terdapat dalam
sistem saraf manusia. Mungkin masih banyak lagi yang ditemukan. Beberapa
neurotransmitter yang sudah cukup dikenal antara lain adalah serotonin, endorphin,
noradrenalin (juga disebut norepinefrin), dan asetilkolin. Neurotransmitter juga berpengaruh
besar terhadap emosi kita.

a. Asetilkolin (Ach) dilepas oleh neuron motorik yang berakhir di otot rangka (sambungan
nerumuskular). ACh juga dilepas oleh neuron parasimpatis dalam SSO dan oleh neuron
tertentu di otak. Sebagian besar Ach disintesis dari kolin dan koenzim asetil A dalam
badan neuron motorik; kemudian ditranspor ke terminal akson dan disimpan dalam
vesikel sinaptik. Setelah dilepas; Ach dipecah oleh enzim asetilkolinesterase menjadi
asetat dan kolin. Kolin kemudian ditarik terminal akson dan disklusulangkan.
Asetilkolinesterase, seperti esterin dan prostigmin, dipakai secara terapeutik pada kasus
miastenia gravis, penyakit yang ditandai dengan melemahnya otot karena penurunan
daya respons sel-sel otot rangka terhadap Ach.

b. Katekolamin meliputi norepinefrin (NE), epinefrin (E) dan dopamin (DA). Katekolamin
mengandung nukleus katekol dan merupakan derivat dari asam amino tirosin.
Katekolamin digolongkan sebagai monoamina karena memiliki satu gugus tunggal
amina. Ketiganya merupakan neurotransmitter dalam SSP; NE dan E juga berfungsi
sebagai hormon yang disekresi kelenjar adrenal. Katekolamin terinaktivasi setelah
pelepasan karena penyerapan tulang oleh terminal akson, Degradasi enzimatik oleh
monoamina oksidase (MAO) terjadi pada ujung neuron presinaptik. Degradasi enzimatik
oleh katekolamin-O-metil transferase (COMT) terjadi pada neuron postsinaptik.

c. Seratonin termasuk monoamina, tetapi tidak mengandung nukleus katekol. Seratonin


merupakan derivat dari asam amino triptofan yang ada dalam SSP dan pada sel-sel
tertentu dalam darah dan sistem pencernaan.

8
d. Beberapa asam amino, seperti glisin, asam glutamat, asam aspartat, dan asam
aminobutirat gamma, berfungsi sebagai neurotransmitter. Neurotransmitter terbuat dari
asam amino yang dapat ditemukan dalam makanan berprotein, seperti daging, ikan, dan
keju. Vitamin dan mineral merupakan bahan utama yang diperlukan untuk mengubah
asam amino biasa menjadi neuromessenger ‘penyampai pesan’. Nutrisi tersebut akan
menjamin agar otak dapat menjalankan semua fungsinya dengan cepat dan efisien.

e. Sejumlah neuropeptida, berkisar dari dua sampai 40 asam amino dalam setiap rantai
panjang, telah diidentifikasi dalam organ tubuh. Senyawa seperti substansi P, enkefalin,
bradikinin, dan kolesistokinin berperan sebagai neuromodulator untuk mempengaruhi
pelepasan, atau respons terhadap transmitter aktual. Semuanya memiliki efek nonsaraf
dan saraf.1,3

Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf


Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut
saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan
bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan
kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus)
pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan
potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per detik,
tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.

Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls,
karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat
berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.Energi yang digunakan
berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf.

Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan
impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka
impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan
jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.1-3

Vitamin Neurotropik

9
Vitamin neurotropik disebut juga vitamin B kompleks yang terdiri dari vitamin B1,
B6, dan B12. Vitamin neurotropik berfungsi menjaga dan menormalkan fungsi saraf dengan
memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf, dan memberikan asupan yang dibutuhkan
supaya saraf dapat bekerja dengan baik. Vitamin ini juga terlibat dalam metabolisme energi
sel, sehingga dapat dipakai untuk mengatasi kelelahan dan membantu dalam masa
penyembuhan penyakit. Asupan vitamin B12 yang lebih banyak sangat dibutuhkan oleh
tubuh, karena vitamin B12 yang masuk ke tubuh hanya diserap kurang dari 2% asupannya.4

a. Vitamin B1 (Tiamin)

Vitamin B1 terdapat dalam daging, otak, hati, jantung, kuning telur, wortel, susu, ragi,
beras pecah kulit, dan bekatul. Tiamin merupakan senyawa heterosiklik yang mengandung 2
sistem lingkar, yaitu lingkar pirimidina dan lingkar tiazol. Struktur kimianya tersusun atas 2-
metil-6-aminopirimidina yang terikat pada gugus metilina pada 4-metil-5-hidroksi
metiltiazol. Garamnya yang penting adalah tiamin hidroklorida. Dalam keadaan murni,
tiamin hidroklorida berupa kristal putih, mempunyai bau khas seperti bau ragi. Vitamin B1
melebur pada suhu 248C, stabil dalam keadaan kering, serta larut dalam air dan gliserin,
tetapi tidak larut dalam etanol dan dietileter.

Vitamin B1 stabil dalam suasana asam dan belum mengalmi perubahan pada pH = 4
atau kurang, jika dipanaskan pada suhu 120C selama 20 menit. Sebaliknya, dalam suasana
basa, tiamin hidroklorida cepat mengalami perubahan sehingga lingkar tiazolnya akan
terbuka. Tiamin dalam bentuk tiamin pirofosfat (=TPP) atau tiamin difosfat, dapat bertindak
sebagai koenzim yang dikenal sebagai kokarboksilase. Struktur kimia tiamin pirofosfat
identik dengan struktur kimia tiamin, hanya gugus hidroksietil yang terikat pada lingkar
tiazol diesterkan dengan pirofosfat. Bagian aktif koenzim ini adalah lingkar tiazol. Piritiamin
atau neopiritiamin telah diketahui sebagai antagonis tiamin. Senyawa ini mempunyai struktur
yang identik dengan tiamin, tetapi perbedaannya hanya inti tiazol pada tiamin diganti dengan
inti piridin.

Kebutuhan tubuh akan tiamin tidak dapat ditentukan dengan pasti sebab dalam
banyak hal bergantung pada jumlah karbohidrat yang kita makan sehari-hari. Berdasarkan
penelitian, makin banyak karbohidrat yang kita makan, makin banyak jumlah tiamin yang
kita butuhkan. Demikian juga pada waktu demam, laktasi, dan kehamilan, kebutuhan tubuh
akan vitamin ini meningkat. Walaupun banyak faktor yang memengaruhi jumlah timamin

10
yang diperlukan oleh tubuh. Rata-rata kebutuhan vitamin pada untuk orang dewasa yang
bekerja tidak terlalu berat, kebutuhan per hari sekitar 1,0 – 2,0 mg, sedangkan untuk anak-
anak per hari diperlukan sekitar 0,5 – 0,75 mg.

Defisiensi tiamin dalam jumlah yang tidak begitu banyak mengakibatkan hilangnya
nafsu makan. Namun, apabila defisiensi tiamin dalam jumlah banyak dan berlangsung lama
akan mengakibatkan terjadinya polineuritik, yaitu radang saraf yang disertai dengan kaki,
dada, dan muka bengkak. Kekuatan otot-otot menjadi berkurang yang akhirnya terjadi
kelumpuhan.5

b. Vitamin B6 (Piridoksin)

Kelompok vitamin B6 terdiri atas tiga senyawa yang saling berkaitan erat dan
ketiganya mempunyai inti piridin. Ketiga senyawa tersebut adalah piridoksol, yang juga
dikenal sebagai piridoksin atau adermin, piridoksal, dan piridoksamin. Piridoksin terdiri dari
sekelompok substansi yang terdapat secara alami dan turut serta sebagai kofaktor enzim-
enzim yang terlibat dalam metabolisme lemak dan asam amino. Hipovitaminosis sekunder
vitamin B6 terjadi karena pemakaian obat-obat yang bekerja sebagai antagonis piridoksin,
termasuk isoniazid (digunakan pada pengobatan tuberkulosis).

Dalam tanaman dan biji-bijian, kebanyakan vitamin B6 terdapat dalam bentuk


piridoksol, sedangkan yang diperoleh dari hewan ada dalam bentuk piridoksal dan
piridoksamin fosfat. Hati, ragi, madu dari lebah, kentang, alpukat, ubi jalar, sayur-sayuran,
biji-bijian dan lembaga gandum adalah sumber-sumber vitamin B6. Piridoksol berupa kristal
berwarna putih, berbentuk rombik (bentuk belah ketupat), memiliki rasa asam, tetapi sedikit
pahit, dan melebur pada suhu 1650C. Dalam keadaan padat, piridoksal cukup stabil, namun
mudah dipengaruhi oleh sinar matahari. Dalam suasana netral dan basa, vitamin ini dapat
mengalami kerusakan oleh pengaruh sinar ultraviolet.piridoksal dapat teroksidasi oleh
hidrogen peroksida atau oksidator lain. Larutannya bersifat basa. Larutan piridoksal dalam air
peka terhadap panas. Piridoksal larut dalam air dan etil alkohol 95% sukar larut dalam
alkohol dan tidak larut dalam eter.

Piridoksamin mempunyai sifat basa. Kristalnya mencair pada suhu 193 0C dan mudah
larut dalam alkohol. Garam kloridanya, yaitu piridoksamin dihidroklorida, adalah kristal
berbentuk lembaran-lembaran yang mencair pada suhu 2270C. Piridoksal larut dalam air.5,6

11
c. Vitamin B12 (Kobalamin)

Struktur vitamin B12 bersifat kompleks. Di dalam tubuh, kobalt bereaksi dengan
karbon sebuah gugus metil, membentuk metilkobalamin, atau dengan karbon 5
deoksiadenosin, membentuk 5-deoksiadenosilkobalamin. Walaupun dapat dihasilkan oleh
bakteri, vitamin B12 tidak dapat disintesis oleh tumbuhan atau hewan tinggi. Manusia
memperoleh sedikit vitamin B12 dari flora usus. Namun, sumber utama vitamin B12 adalah
daging, telur, produk susu, ikan, unggas, dan makanan laut dalam makanan. Hewan yang
menjadi sumber makanan tersebut memeperoleh vitamin B12 terutama dari bakteri dalam
makanannya.

Faktor intrinsik, suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel parietal lambung,
diperlukan untuk menyerap vitamin B12. Faktor ini membentuk kompleks dengan vitamin
B12 (faktor ekstrinsik) dan mempermudah penyerapan vitamin ini oleh sel ileum, tepatnya
segmen distal usus halus. Setelah diserap, vitamin disimpan di hati dalam jumlah cukup
sehingga diperlukan waktu 3-6 tahun untuk dapat timbul lagi gejala defisiensi kalau kita
beralih dari diet yang adekuat ke diet yang sedikit atau tidak mengandung vitamin B12.
Vitamin B12 terlibat dalam dua reaksi di dalam tubuh; pemindahan gugus metil dari FH4 ke
homosistein untuk membentuk metionin serta penyusunan ulang gugus metil pada
metilmalonil KoA untuk membentuk suksinil KoA. Tetrahidrofolat menerima gugus satu-
karbon dari serin atau dari sumber lain. Karbon ini mengalami reduksi ke tingkat metil.
Karbon tersebut kemudian dipindahkan ke vitamin B12, membentuk metil-B12 (atau
metilkobalamin). Vitamin B12 memindahkan gugus metil ke homosistein, yang diubah
menjadi metionin. Gugus metil pada metionin dipindahkan ke senyawa lain melalui SAM.

Vitamin B12 juga berperan serta dalam perubahan metilmalonil KoA menjadi suksinil
KoA. Dalam hal ini, bentuk aktif koenzim ini adalah 5-adenosilkobalamin. Reaksi ini adalah
bagian dari rute metabolik untuk konversi karbon dari valin, isoleusin, treonin, timin, dan 3
karbon terakhir pada asam lemak rantai ganjil, yang semuanya membentuk propionil KoA,
menjadi zat antara dalam siklus ATK, yakni suksinil KoA.7

Kesimpulan

Terjadi kerusakan pada saraf bagian pleksus lumbal dimana saraf dari pleksus ini
menginervasi kulit dan otot dinding abdomen, paha, dan genitalia eksternal. Saraf terbesar
adalah saraf femoral, yang mensuplai otot fleksor paha dan kulit pada paha anterior, regia
12
panggul, dan tungkai bawah dan pleksus sakral dimana saraf dari pleksus ini menginervasi
anggota gerak bawah, bokong, dan regia perineal; saraf terbesar adalah saraf skiatik. Serta
pleksus koksiks yang merupakan awal saraf koksiks yang mensuplai regia koksiks. Sehingga
mengakibatkan kelumpuhan pada daerah extremitas inferior. Penyembuhan kelumpuhan saraf
ini dapat dibantu dengan pemberian suplemen vitamin neurotropik.

Daftar Pustaka

1. Sloane, Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC;2003.h.163,179,180

2. Gunawijaya FA. Penuntun praktikum : kumpulan foto mikroskopik histologi. Jakarta :


Penerbit Universitas Trisakti;2007.h.54.

3. Paretta L. Makanan untuk otak. Jakarta : Erlangga;2005.h.8,9

4. PERDOSSI. Konsumsi vitamin neurotropik sejak dini cegah neuropati. Jakarta : PT


Merck Tbk;2013.h.2

5. Sumardjo D. Pengantar kimia : buku panduan mahasiswa kedokteran dan program strata
I fakultas bioeksakta. Jakarta : EGC;2008.h.367,373

13
6. Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. Buku saku dasar patologis penyakit. Ed ke-7. Jakarta :
EGC;2008.h.275

7. Marks, Dawn B. Biokimia kedokteran dasar : sebuah pendekatan klinis. Jakarta :


EGC;2000.h.602-4.

14

Anda mungkin juga menyukai