Anda di halaman 1dari 35

BAB III

PEMBAHASAN
A. GIZI BURUK PADA ANAK
1. Karakteristik Demografis Keluarga
Tabel 1. Karakteristik Demografis Keluarga
No

Nama

Kedudukan

L/P

Bapak
Bambang
Ibu
Supatni

Ayah

Umur
Pendidikan
(tahun)
38
STM

Ibu

35

SMP

L
P
P

8
3,5
-

SD
-

3
4
5

Edo
Anak
Anggun
Anak
Ibu Wiryo Nenek

Pekerjaan Penderita
Klinik
Buruh
bangunan
Ibu
Rumah
Tangga
Gizi Buruk
-

2. Identitas Penderita
a. Nama

: Irene Anggun Paratusa

b. Umur
: 3 tahun 6 bulan
c. Jenis kelamin
: Perempuan
d. Agama
:e. Pekerjaan
:f. Alamat
: Wake Semboto, Wonosari, Klaten
g. Status pernikahan
:h. Tanggal kunjungan
: 5 November 2015
3. Penetapan Masalah Pasien
a. Riwayat medis
Dari pemantauan KMS dan pengukuran secara langsung, diketahui Anggun
mengalami gizi buruk. Diketahui juga sebelumnya Anggun sering mengalami
batuk dan pilek.
b. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga Anggun tidak didapatkan riwayat penyakit kronis, seperti
diabetes mellitus dan hipertensi. Riwayat alergi juga tidak ditemukan dalam
keluarga.
c. Riwayat kebiasaan
Diketahui Anggun tidak memiliki kebiasaan buruk.
d. Riwayat sosial ekonomi
Kebutuhan keluarga sehari-hari dapat tercukupi. Orang tua anggun sering
mengikuti kegiatan kerja bakti di daerah setempat.

e. Riwayat gizi
Berat badan pada bulan Oktober diketahui 8,6 kg dengan tinggi badan diukur
secara langsung 82 cm. Dari pengukuran didapatkan lingkar kepala 41,5 cm,
sehingga termasuk mikrosefal. Anak tampak kurus dengan mata cekung dan
pucat. Selama kunjungan anak terlihat tidak aktif, tetapi dapat mengikuti
semua instruksi yang diberikan dengan baik.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
Keluarga tinggal dalam satu rumah terdiri dari ayah (Bapak Bambang, 38
tahun), ibu (Ibu Supatni, 35 tahun), anak pertama (Edo, 8 tahun), anak kedua
(Anggun, 3,5 tahun), dan nenek (Ibu Wiryo). Diketahui anak kedua mengalami
gizi buruk dan nenek memiliki riwayat hipertensi.
b. Fungsi sosial
Diketahui ayah dan ibu aktif mengikuti kegiatan masyarakat, seperti kerja
bakti.
c. Fungsi psikologis
Hubungan antar anggota keluarga baik. Pekerjaan ayah sebagai buruh
bangunan membuat interaksi keluarga hanya terlihat mulai sore hari.
d. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan keluarga sehari-hari dapat dipenuhi dengan baik.
e. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Keluarga dapat berinteraksi dengan masyarakat dengan baik tanpa masalah.
f. Fungsi fisiologis (Skor APGAR)
Tabel 2. Skor APGAR
Sering

A.P.G.A.R. keluarga

keluarga saya bila saya menghadapi masalah


Saya

puas

dengan

cara

keluarga

saya

membahas dan membagi masalah dengan saya


G Saya

puas

dengan

cara

keluarga

saya

menerima dan mendukung keinginan saya


untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

Jarang

/Selalu -kadang / tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


P

Kadang

A Saya puas dengan cara keluarga


mengekspresikan

kasih

sayangnya

saya
dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama


Berdasarkan skor APGAR, diketahui fungsi biologis baik

g. Fungsi patologis (Skor SCREEM)


SUMBER
Social

PATOLOGI
Hubungan dengan masyarakat cukup baik dan harmonis.
Partisipasi yang cukup aktif dalam kegiatan yang ada di
masyarakat.

Cultural

Menggunakan bahasa Indonesia, tata krama dan kesopanan

Religious

Pemahaman agama baik. Seluruh keluarga juga menjalani


ibadah secara rutin dan tertib.

Economic

KET

Ekonomi keluarga ini tergolong kurang, walaupun kebutuhan

keluarga sehari-hari dapat terpenuhi.


Educationa

Riwayat pendidikan keluarga yang kurang. Ayah dan ibu

pasien hanya tamat SMP.

Medical

Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya


datang ke puskesmas, bidan, atau rumah sakit. Hal ini
menandakan keluarga dapat mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai.

5. Struktur Keluarga
PAK SUROSO
BU SUMARNI

PAK BAMBANG

Edo

PAK SADIKIN
IBU SUPATNI

IRENE ANGGUN

IBU SAMIRA

SRI WARNI

6. Interaksi Keluarga
Pola Interaksi Keluarga
Mbah Wiryo

Edo

Irene Anggun

IBU SUPATNI

PAK BAMBANG

Gambar Pola Interaksi Keluarga

Keterangan:
Hubungan harmonis
Hubungan kurang/tidak harmonis
Laki-laki

perempuan

7. Keadaan Rumah dan Lingkungan


Ukuran rumah pasien sekitar 6,5x8,5 meter2 dengan 5 penghuni yaitu pasien,
ibu dan ayah pasien, kakak pasien dan nenek pasien.. Dalam rumah tersebut terdapat 2

kamar tidur tanpa pintu, satu kamar tidur ditempati oleh orang tua pasien,pasien dan
kakak pasien, serta satu kamar tidur ditempati oleh nenek pasien. Dalam dua kamar
tersebut terdapat jendela sehingga sirkulasi udara baik. Namun tidak terdapat
penerangan yang memadai.
Lantai rumah pasien dari keramik kecuali dapur ,lantai rumah terlihat bersih.
Sementara ventilasi rumah sudah cukup memadai dan dibuka. Untuk penerangan
rumah kurang memadai. Dapur pada rumah pasien terlihat rapi,piring disusun rapi
didalam rak. Lantai dapur terbuat dari semen. Kamar mandi pasien terletak di dalam
rumah dengan lantai keramik dibatasi dengan tembok semen dan sebuah pintu. Airnya
memadai dan jernih, berasal dari pompa sumur. Tempat penampungan air
menggunakan bak mandi yang terlihat bersih. Untuk buang air besar sudah tersedia
kloset jongkok dengan leher angsa dan cukup terawat dan terdapat septic tank pada
rumah pasien.
Untuk sampah di daerah rumah pasien ditumpuk didalam dapur dan dibuang ke kebun
dekat rumah pasien, lalu dibakar.
8. Denah Rumah

KAMAR TIDUR UTAMA

9. Daftar Masalah
a. Masalah Medis
Lingkar kepala pasien = 41,5 cm.
Pasien memiliki lingkar kepala 41,5 cm di usianya yang memasuki 3,5
tahun. Angka jauh dari kriteria WHO untuk anak perempuan usia 3,5 tahun
yaitu 46-52 cm. Pasien tergolong microcephalus.

Berat badan = 8,6 kg, tinggi badan 82 cm.


Dari keterangan keluarga, berat badan pasien turun 0,3 kg dikarenakan
pasien sakit batuk pilek. Pasien yang masih berumur 3,5 tahun masih
dalam masa pertumbuhan, sehingga berat badan idealnya mengalami
kenaikan dari waktu ke waktu.Letak Berat badan pasien pada KMS dibawah

3 SD
b. Masalah Non-Medis
Perilaku:

Ibu kurang tekun dalam memberi makan anaknya, didapatkan dari


anamnesis dimana ibu bercerita anak hanya mau makan dua suap ketika tidak
disuap.

Masalah Psikososial
Dari hasil anamnesis tidak ditemukan adanya masalah psikososial baik di

dalam keluarga, maupun dengan tetangga sekitar.


10. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Keluhan utama: gizi buruk dan microcephalus
Bentuk keluarga: extended
Diagnosis biopsikososial:
Biologi: gizi buruk dan microcephalus
Psikologi: tidak didapatkan masalah psikologi
Sosial Ekonomi: tidak didapatkan masalah sosial dan ekonomi
b. Saran
Keluarga dapat dihimbau untuk lebih tekun memberi makan anak, terutama
anak kedua yang mengalami gizi buruk. PMT yang diberikan akan lebih
memberikan perbaikan nyata bila dimanfaatkan dengan maksimal.
Orang tua juga dapat diedukasi untuk segera membawa anak ke tenaga
kesehatan ketika memiliki masalah kesehatan. Batuk, pilek, dan kurang
nafsu makan seringkali menjadi masalah kesehatan anak kedua. Hal tersebut
dapat diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui akar permasalahan kesehatan
yang sebenarnya dimiliki.
B. KEHAMILAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS
Ibu Fajar adalah seorang ibu hamil dengan usia 24 tahun yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Dalam usia tersebut menurut teori merupakan usia ideal untuk
kehamilan. Berikut adalah asil wawancara kami untuk mengetahui kondisi
biopsikososial keluarga tersebut. Selain itu, kami juga melakukan pemeriksaan
status gizi seperti pengukuran lingkar lengan atas dan berat badan.
1. Karakteristik Demografis Keluarga
Tabel 1. Demografi keluarga pasien dalam satu rumah
No

Nama

Keduduka
n

L/P

Usia
Pekerjaan
(tahun)

Penderita Klinik

Nur Hasan

Suami

26

Wiraswasta

Fajar

Istri

24

Ibu rumah
tangga

Sutrisno

Orang Tua

50

Wiraswasta

Sri Handayani

Orang Tua

45

Wiraswasta

Fatin

Anak

2. Identitas Penderita
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Pekerjaan
f. Alamat
g. Status Perkawinan
h. Tanggal Kunjungan

Hamil
Kekurangan
Energi Kronis

: Fajar
: 24 tahun
: Perempuan
: Islam
: Ibu rumah tangga
: Nanggulan, Duwet, Wonosari, RT I RW II, Klaten
: Menikah
: 5 November 2015

3. Penetapan Masalah Pasien


Sebelum menentukan prioritas masalah, terlebih dahulu dibuat daftar
masalah yang ada pada keluarga tersebut. Dari sini kemudian ditentukan

masalah utama dan sampingan.


Riwayat medis
a. Riwayat penyakit sekarang : Keluhan utama : Pasien hamil G2P1A0
dengan kehamilan kurang energi kronis. Usia kehamilan pasien saat
dilakukan kunjungan rumah adalah 34 minggu. Resiko tinggi yang ada
pada pasien adalah terdapat gejala kekurangan energi kronis, serta jarak
awal kehamilan dengan persalinan terakhir berjarak 18 bulan dan
kelahiran pertama dilakukan dengan operasi. Tidak sedang dirawat
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien juga terdapat riwayat kehamilan KEK
pada kehamilan pertama
c. Riwayat penyakit keluarga : Riwayat penyakit keluarga ayah dan kakak
pasien menderita diabetes
d. Riwayat kebiasaan : Tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak
menggunakan narkoba, kebiasaan makan tidak baik, asupan gizi sehari

hari kurang, kebiasaan mencuci tangan, mandi, BAB, buang sampah dan
potong kuku baik.
i. Riwayat sosial ekonomi
Ditinjau dari sosial ekonomi, pasien merupakan penduduk dengan kelas
ekonomi menengah kebawah. Pasien mencukupi kebutuhan hidupnya
dengan menggunakan uang hasil dari berjualan. Pasien mengaku
pengasilan yang didapatkan cukup. Pasien juga sudah terdaftar dalam
program BPJS.

j.Riwayat gizi
Riwayat gizi kurang baik. Pasien kurang mendapat edukasi tentang
menyadari pentingnya menjaga pola makan yang sehat, baik untuk
kehamilannya ataupun untuk keluarganya. Pasien memiliki pola makan
yang tidak baik dan kurang dalam hal pemenuhan asupan gizi sehari hari.
i. Diagnostik Holistik
a. Biologis: Pasien mengalami kehamilan kurang energi kronis dengan
usia 24 tahun dan jarak awal kehamilan dan kelahiran terakhir 18
bulan.
b. Psikologis: Secara keseluruhan pasien memiliki psikis yang sehat
pada saat ini, karena keluarga mendukung dan berusaha melayani
kebutuhan pasien dengan baik.
c. Sosial: Pasien jarang mengikuti kegiatan sosial di desanya dan s
ekarang mempunyai hubungan yang baik dengan tetangga sekitar.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
Keluarga terdiri dari kakek (Sutrisno, 50 tahun), nenek (Sri Handayani
45 tahun), ayah (Nur Hasan, 26 tahun), ibu (Fajar, 24 tahun), anak (Fatin, 2
tahun). Mereka tinggal dalam satu rumah yang terdiri dari kakek, nenek,
ayah, ibu, anak. Ibu Fajar memiliki riwayat persalinan dengan operasi, dan

tidak pernah mengalami keguguran sebelumnya. Pasien belum pernah


menggunakan KB.
b. Fungsi social
-

Kedudukan sosial dalam masyarakat: sebagai masyarakat, pasien


mampu melakukan interaksi dengan tetangga sekitar dengan

baik.
Keaktifan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan : tidak memiliki
peran dalam masyarakat.

c. Fungsi psikologis
Penderita tinggal serumah dengan: orang tua,suami dan anaknya.
Hubungan antar anggota keluarga: baik.
Penyelesaian masalah dengan keluarga: dengan cara diskusi antara orang tua,
suami, dan anak
d. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Penghasilan utama keluarga dari: gaji suami , Sebesar: Rp (tidak tentu,
tergantung hasil berjualan). Pekerjaan penderita: ibu rumah tangga.
Penghasilan: Rp 0. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi.
e. Pengawasan Masalah dan kemampuan beradaptasi
Keputusan penting keluarga dipegang oleh suami. Cara menyelesaikan
masalah dengan keluarga dengan musyawaran dan diskusi keluarga.
Hubungan dengan masyarakat sekitar baik sekali.

f. Fungsi fisiologis (skor APGAR)


Tabel 8. APGAR Keluarga
Nama anggota keluarga: Ibu Fajar

Sering

(skor 2) (skor 1) (skor 0)

Posisi dalam keluarga: Ibu


A

Kadang Jarang

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah.


P

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya


G

Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

dan mendukung saya untuk melakukan kegiatan


baru atau arah hidup yang baru.
A

Saya

puas

dengan

cara

keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon


emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll.
R

Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama


APGAR SCORE: 10

FUNGSI

Baik

KELUARGA:

Skoring :
Hampir selalu/sering

: 2 poin

Kadang kadang

: 1 poin

Hampir tak pernah/jarang

: 0 poin

= kurang; 6 7 = cukup; 8 10 = baik (Prasetyawati, 2011).

Hasil anamnesis dengan Ibu Fajar didapatkan skor APGAR 10. Hal ini
menunjukkan fungsi keluarganya baik.

g. Fungsi patologis (SCREEM)


Untuk menilai fungsi patologis digunakan beberapa aspek antara lain:
Tabel 9. SCREEM
SUMBER
Social

PATOLOGI
Hubungan dengan masyarakat cukup baik dan harmonis.
Partisipasi yang lumayan aktif dalam kegiatan yang ada di
masyarakat.

Culture

KET

Aktif dalam kegiatan setempat dan menganut adat tata krama

dengan baik.
Religious

Pemahaman agama cukup baik. Keluarga menjalankan ibadah


sesuai keyakinan dengan tertib.

Economic

Ekonomi keluarga ini tergolong cukup, walaupun kebutuhan

keluarga sehari-hari dapat terpenuhi. Pemenuhan ekonomi


dilakukan dari dana penghasilan ayah dan orang tua yang
berjualan.
Educationa

Riwayat pendidikan keluarga yang cukup. Pasien kurang dapat

memahami medis dasar mengenai kehamilan.

Medical

Keluarga mendapatkan biaya kesehatan gratis dari puskesmas.


Untuk kehamilan ini bisa dikatakan mencukupi karena
mendapat bantuan dari program BPJS

Fungsi patologis dinilai dari beberapa aspek seperti sosial, budaya, agama/ religius,
ekonomi, edukasi, dan medis. Pada keluarga fungsi patologis yang menonjol antara lain
fungsi ekonomi dan medis. Keluarga berasal dari ekonomi menengah dan tingkat keuangan
pemenuhan medis keluarga yang masih kurang meskipun pasien memahami kondisi
medisnya dengan cukup.

5. Pola Interaksi Keluarga

Gambar 3. Pola Interaksi Keluarga


Keterangan:
Hubungan harmonis

Hubungan kurang/tidak harmonis


Laki-laki

perempuan

meninggal

6. Keadaan Rumah Dan Lingkungan


Ukuran rumah pasien kurang luas dan memiliki 7 ruangan. Ruang yang
dimaksud adalah ruang keluarga, ruang tamu, ruang tidur tiga buah, kamar mandi,
dan dapur. Kondisi ini membatasi ruang gerak yang cukup bagi penghuni rumah di
dalamnya. Dalam rumah tersebut juga tampak kurang rapi karena tampak ada
beberapa barang berserakan. Penerangan dan ventilasi cukup baik yang memadai.
Bangunan memiliki tembok dari batu bata semua dan lantai rumah pasien dari
plester kecuali dapur dan kamar mandi.
Dapur kurang tertata rapi dengan lantai dari tanah. Kamar mandi terletak
terpisah dari rumah dengan dinding tembok dan jamban sudah dengan leher angsa.
Serta terdapat septic tank pada rumah pasien sehingga limbah kamar mandi dapat
ditampung dengan baik.
Untuk sampah di daerah rumah pasien memang dibuang ke pembuangan
berupa lubang di kebun dekat rumah pasien, lalu dibakar. Cara pengolahan sampah
seperti ini memang mencegah lalat datang ke sampah yang menumpuk, namun asap
hasil pembakaran sampah mencemari lingkungan dan berdampak buruk pada
kesehatan pernafasan masyarakat sekitar.

7. Denah Rumah

Ruang
tidur

Dapur

Ruang
keluarga
Ruang
tidur

Ruang
tamu

Ruang
tidur

Kamar
mandi
Gambar 4. Denah Rumah Pasien Kehamilan Risiko Tinggi

8. Daftar Masalah
a. Masalah Medis : Ibu Hamil dengan kekurangan energi kronis. Selain itu Ibu
Fajar juga memiliki riwayat kelahiran dengan operasi.
b. Masalah Non-Medis
Perilaku hidup : Kebiasaan makan kurang baik
Masalah psikososial : Tidak ada
9. Kesimpulan
Keluhan utama pasien : Sering merasa lemas. Bentuk keluarga : extended family.
Diagnosis biopsikososial : Kurang energi kronis pada masa kehamilan.
10. Saran

Dapat dilakukan tata laksana secara komprehensif yaitu melalui tatalaksana


promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif. Berikut tata laksana yang kami
anjurkan kepada ibu tersebut yaitu : a. Promotif : Modifikasi gaya hidup; b.
Preventif : Modifikasi gaya hidup; c. Kuratif : Tablet Fe dengan dosis 60 mg/hari;
Tablet vitamin; d. Rehabilitatif : Modifikasi gaya hidup.
Pasien Ibu Fajar diberi konseling agar pola makan dijaga dan asupan gizi dipenuhi.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:
1. Pola makan diperbanyak, pada umumnya ibu hamil mendapat porsi 2 kali
lebih besar dari ibu yang tidak hamil.
2. Memenuhi asupan gizi, dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.
3. Rutin memeriksakan kehamilan pada tenaga medis yang memiliki
kompetensi tentang kehamilan.
4. Relaksasi dan istirahat cukup, sehingga mengurangi stress.
5. Rutin konsumsi obat penambah Fe untuk memperbaiki asupan zat besi agar
tidak sampai jatuh ke dalam penyakit anemia.

C. TUBERKULOSIS
1. Karakteristik Demografis Keluarga
Nama Kepala Keluarga
: Bapak Yamto (53 thn)
Alamat lengkap
: Pajangan, RT.1, RW.4, Bolali,

Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.


: Extended Family

Bentuk Keluarga

Tabel 4. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah


No

Nama

Kedudukan

L/P

Bp. Yamto

Ayah

Usia
(th)
53

Pendidikan

Pekerjaan

Penyakit

Tidak tamat

Tidak

MDR TB

SD

bekerja

Ibu Tumirah

Ibu

48

SD

Wiraswasta

Ibu Sarto

Nenek

75

Tidak

sekolah
4

Iwan

Anak

20

SMA

Kriswanto
Keterangan:
Dalam keluarga Bp. Yamto yang berbentuk extended family, didapatkan Bp Yamto,
53 tahun yang menderita penyakit MDR Tuberculosis.
2. Identitas Penderita
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. Agama

: Bp. Yamto
: 53 tahun
: Laki-laki
: Tidak bekerja
: Tidak tamat SD
: Islam
g. Alamat
:

Pajangan,

RT.1,

RW.4,

Bolali,

Kecamatan Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.


h. Status Perkawinan : Menikah (30 tahun).
i. Tanggal Kunjungan : 05 November 2015
3. Penetapan Masalah Pasien
a. Riwayat medis :
RPS: Bp. Yamto didiagnosis Tuberculosis sejak 11 bulan yang lalu, diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala klinis, tes dahak BTA (+), dan pemeriksaan foto
thoraks di RSUP. Setelah mendapat terapi TB Kategori 1 selama 6 bulan, pada

bulan ke-8 penyakit TB kambuh dan didiagnosis menjadi MDR Tuberculosis


dan mendapat terapi TB kategori II.
RPD: Hipotensi dan Gastritis kronis.
b. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada riwayat penyakit menular maupun
penyakit menurun pada keluarga.
c. Riwayat kebiasaan : Merokok (-), minum alkohol (-), olahraga sering, istirahat
cukup, dan pola makan teratur.
d. Riwayat sosial ekonomi : Keadaan sosial ekonomi cukup baik. Bp. Yamto
berperan sebagai kepala keluarga. Sebelum didiagnosis TB, bekerja
sebagai tukang bangunan. Namun setelah didiagnosis TB, sudah tidak
bekerja lagi. Pemenuhan ekonomi keluarga dilakukan oleh Ibu Tumirah
selaku istri yang bekerja sebagai wiraswasta (berjualan makanan di depan
rumah). Selain itu juga dibantu oleh anak pertama dan keduanya yang
sudah bekerja di luar kota.
e. Riwayat gizi : Terjadi penurunan berat badan 5 kg selama 2 minggu. Sejak
didiagnosis TB, Bp. Yamto menjadi semakin tidak nafsu makan (anoreksia).
Dari inspeksi, Bp. Yamto terlihat sangat kurus. Ada keluhan lemas, anoreksia,
dan perih lambung akibat efek samping obat.

4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
Dalam rumah, Bp. Yamto tinggal dengan istri, ibu dan 1 orang anaknya. Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit menular maupun menurun. Anggota keluarga
lainnya juga tidak memiliki riwayat penyakit menular maupun menurun.
Anggota keluarga sangat mendukung terapi Bp. Yamto. Dibuktikan dengan istri
yang selalu siap menjadi PMO.
b. Fungsi sosial
Hubungan Bp. Yamto dengan tetangga sekitar rukun, beliau tidak memiliki
masalah dan semuanya dalam keadaan baik. Pasien akrab menjalin hubungan
kerja sama dengan tetangga. Tetangga sekitar tidak mengisolasi dan

memandang negatif penyakit pasien. namun aktivitas luar rumah dan interaksi
Bp. Yamto dengan tetangga berkurang setelah didiagnosis TB. Hal ini
dikarenakan Bp. Yamto tidak ingin menulari tetangganya.
c. Fungsi psikologis
Hubungan antar anggota keluarga tampak harmonis dan terdapat komunikasi
yang baik antara pasien dengan istri, ibu (nenek) dan anak-anak. Penyelesaian
masalah dalam keluarga dilakukan dengan cara baik. Pasien paling dekat
dengan istri (Ny. Tumirah, 48 th).
d. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Pasien sudah tidak bekerja lagi. Pemenuhan kebutuhan keluarga berasal dari
pekerjaan istri (wiraswasta). Penghasilan keluarga pasien setiap bulannya
bervariasi dan tidak pasti. Namun pemenuhan kebutuhan dirasa cukup oleh
keluarga. Biaya berobat selama ini gratis dari pihak puskesmas, yaitu
menggunakan pelayanan program penanggulangan penyakit tuberculosis.
e. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Keputusan keluarga berdasarkan musyawarah antara seluruh anggota keluaga.
Cara penyelesaian masalah keluarga dengan dilakukan dengan baik-baik.
Hubungan dengan masyarakat sekitar berlangsung dengan baik
f. Fungsi fisiologis (skor APGAR)
Skor APGAR menilai 5 aspek yang menunjukkan fungsi fisiologis keluarga,
yaitu Adaptation, Partnership, Growth, Affection, dan Resources. Berikut hasil
penilaian skor APGAR Bp. Yamto

Tabel 5. APGAR Keluarga


A.P.G.A.R. keluarga
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P

Sering

saya

Jarang

/Selalu -kadang / tidak

Saya puas dengan cara keluarga saya


membahas dan membagi masalah dengan

Kadang

G Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru


A Saya puas dengan cara keluarga
mengekspresikan

kasih

sayangnya

saya
dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,


perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

Rekomendasi nilai APGAR Bp. Yamto = 9

Skoring :
Hampir selalu/sering

: 2 poin

Kadang kadang

: 1 poin

Hampir tak pernah/jarang

: 0 poin

Nilai dari APGAR Bp. Yamto sebesar 9, artinya fungsi fisiologis baik. Berikut
kategori fungsi fisiologis berdasarkan skor APGAR (Prasetyawati, 2011):
5

= kurang; 6 7 = cukup; 8 10 = baik

g. Fungsi patologis (SCREEM)


Fungsi-fungsi patologis digolongkan dalam beberapa aspek antara lain sosial,
culture/budaya, religius, ekonomi, edukasi, dan medical. Pada keluarga Bp.
Yamto fungsi patologis yang menonjol antara lain fungsi patologis edukasi dan
medical. Ekonomi menengah ke bawah, tingkat pendidikan rendah (tidak tamat
SD), serta kurangnya edukasi terhadap penularan dan pengobatan penyakit TB

merupakan aspek yang paling berpengaruh dalam proses terjadinya sakit pada
keluarga Bp. Yamto. Berikut hasil penilaian SCREEM keluarga Bp. Yamto:

Tabel 6. SCREEM
SUMBER
Social

PATOLOGI

KET

Antara anggota keluarga saling memberi perhatian dan kasih


sayang. Tiap anggota keluarga aktif di masyarakat. Interaksi
dengan tetangga sekitarnya juga berjalan baik dan tidak ada

masalah. Namun interaksi berkurang akibat penyakit.


Cultural

Keluarga Bp. Yamto masih memegang budaya Jawa, hal ini

dapat dilihat pada komunikasi Bp. Yamto dan istrinya


sehari-hari yang menggunakan bahasa Jawa. Namun tidak
ada kebudayaan yang menghambat proses pengobatan.
Religious

Semua keluarga Bp. Yamto memeluk agama Islam.


Pemahaman agama baik. Seluruh keluarga juga menjalani
ibadah secara rutin dan tertib.

Economic

Ekonomi keluarga ini tergolong cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari (menengah ke bawah).


Educational

Riwayat pendidikan Bp. Yamto tidak tamat SD (hanya

sampai kelas 2). Istri hanya sampai lulus SD. Ibu kandung
Bp. Yamto tidak sekolah sama sekali, masih mengalami buta
huruf. Namun Bapak Yamto sudah mampu menyekolahkan
anak-anaknya hingga tingkat SMA.
Medical

Bp. Yamto menderita penyakit tuberculosis sejak 11 bulan


yang lalu dan sudah didiagnosis sebagai MDR TB. Dalam
mencari pelayanan kesehatan keluarga Bp. Yamto biasanya
datang

ke

puskesmas

Wonosari

karena

merupakan

puskesmas terdekat dari tempat tinggal Bp. Yamto. Biaya


berobat di puskesmas tersebut gratis. Bp. Yamto melakukan
pemeriksaan radiologi di RS Paru Surakarta karena dirasa
lebih lengkap dan modern.
Pada saat didiagnosis TB, dan mendapat terapi TB Kategori
I, minum obat teratur. Setelah menjalani terapi selama 6
bulan secara teratur, oleh dokter dinyatakan sembuh.
Namun, 2 bulan kemudian, Bp, Yamto kembali mengalami
gejala batuk terus menerus disertai hemoptoe, anoreksia,
lemas. Setelah dilakukan kembali pemeriksaan BTA dahak,
dan radiologi Thoraks, Bp, Yamto dinyatakan kambuh
(MDR TB) dan mendapat terapi TB Kategori II.
Efek samping dari obat ini adalah Bp. Yamto semakin tidak
nafsu makan dan gastritisnya semakin parah. Sehingga Bp.
Yamto mengkonsumsi obat TB sebanyak setengah dosis dari
yang seharusnya. Hal ini dikarenakan kurangnya edukasi
dari dokter tentang cara konsumsi obat.

5. Struktur Keluarga (Genogram)


Ibu Sarto, 75 tahun

Bp. Yamto, 53 tahun


MDR-TB

= Laki-laki

= Perempuan

Ibu Tumirah, 48 tahun

Gambar 4. Struktur Keluarga (Genogram)

6. Pola Interaksi
Pola Interaksi Keluarga
Ibu Tumirah

Bp. Yamto

Ibu SartoGambar 5. Pola Interaksi Keluarga

Iwan

Keterangan:
Hubungan harmonis
Hubungan kurang/tidak harmonis
Laki-laki

perempuan

meninggal

7. Keadaan Rumah dan Lingkungan (Indoor dan Outdoor)


a. Ukuran rumah
: 170 m2
b. Ruang tamu
: ada, di bagian depan
c. Ruang keluarga
: ada, digabung dengan ruang tamu
d. Kamar tidur
: ada 4,

e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Kamar mandi/WC
: ada, WC permanen
Dapur
: ada, menggunakan kompor gas
Dinding rumah
:sebagian tembok (permanen) dan triplek
Ventilasi rumah
: baik, jendela ada 5
Lantai rumah
: semen, kedap air
Sumur/sumber air
: ada, di belakang rumah
Septic tank
: ada, di depan rumah
Tempat pembuangan sampah
: dibakar dan dibuang ke sungai

8. Denah Rumah

Gambar 5. Denah Rumah

9. Daftar Masalah

Keluarga Bp. Yamto masih termasuk keluarga dengan cukup sadar pentingnya
kesehatan, meski dengan terbatasnya pelayanan kesehatan. Apabila ada anggota
keluarga yang sakit diobati dengan berobat ke puskesmas. Menurut pengakuan Bp.
Yamto setelah didiagnosis TB dan rutin mengkonsumsi OAT muncul keluhan mual,
muntah, perih lambung, lemas, tidak nafsu makan dan pusing sehingga
mengharuskan Bp. Yamto beristirahat di rumah. Rasa perih di lambung ini muncul
sejak awal Bp. Yamto meminum OAT dan berkurang jika dosis obat dikurangi,
sehingga dipastikan hal ini merupakan efek samping OAT. Hal ini mengganggu
fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan keluarga Bp. Yamto karena
menyebabkan Bp. Yamto tidak dapat bekerja. Karena efek samping ini, Bp. Yamto
mengkonsumsi obat TB sebanyak setengah dari dosis yang seharusnya. Sehingga
bisa menyebabkan kuman TB semakin resisten.
10. Kesimpulan dan Saran
a. Pasien
Pasien merupakan pasien MDR- TB yang telah menjalani pengobatan selama 3
bulan. Pasien tinggal bersama istri, ibu, dan anaknya. Bentuk keluarga pasien
adalah extended family. Pasien telah mampu menerima keadaan dan keluarga
pasien memberi dukungan optimal terhadap upaya pengobatan pasien.
Pemberian edukasi tentang:

Diet sehat Makan dengan karbohidrat kompleks : nasi, roti. Makan


makanan yang tinggi protein dan gula. Perbanyak makan buah dan sayur

berserat tinggi. Jadwal makan juga sebaiknya sedikit-sedikit tapi sering.


Meningkatkan kebersihan pribadi dan lingkungan
Kontrol ke Puskesmas setelah obat habis
Olahraga rutin dipertahankan
Minum obat TB dengan teratur
Edukasi pemberian obat istri sebagai PMO harus selalu mengingatkan.
Jika takut lupa sebaiknya dicatat di kalender. Konsumsi obat sebaiknya
setelah makan untuk mengurangi efek samping.

Modifikasi cara minum obat: Jika takut menimbulkan perih lambung yang
sangat, dosis bisa dikonsumsi setengah dengan catatan, setengahnya lagi
tetap dikonsumsi beberapa selang waktu kemudian.

b. Keluarga Pasien

Pasien menutup mulut ketika batuk dan langsung mencuci tangan,


membuang dahak tidak disembarang tempat, mengguyur dahak dengan air,
dan menggunakan masker untuk mencegah penularan anggota keluarga yang

lain maupun lingkungan.


Keluarga pasien agar tetap memperhatikan kesehatan pasien dan

memberikan pasien cukup perhatian dan kasih sayang.


Keluarga pasien agar mengingatkan pasien untuk dapat makan secara teratur.
Anggota keluarga sekitar pasien memiliki risiko untuk menderita TB paru,
sehingga mereka harus menjaga kebersihan dan meningkatkan pencahayaan
ultraviolet didalam rumah. Karena bakteri Mycobacteriumtuberculosis

mampu mati akibat sinar ultraviolet.


Dilakukan tes dahak pada semua anggota keluarga yang tinggal serumah
dengan pasien untuk mengetahui kemungkinan adanya anggota keluarga

yang tertular penyakit TB.


Keluarga pasien agar selalu mengingatkan pasien untuk kontrol secara rutin
ke puskesmas dan rutin meminum obat. Istri pasien yang juga berperan
sebagai PMO harus bersikap tegas dalam mengingatkan pasien jangan
sampai putus berobat.

D. DIABETES MELLITUS
Karakteristik Demografis Keluarga
Nama Kepala Keluarga
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga

: Suhadi
: Padasan, RT 08/RW 03 Desa Pandanan, Kecamatan
Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.
: Extended Family

Tabel Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah


No

Nama

Kedudukan

L/P

Bp. Suhadi

Ayah

Usia
(th)
64

Pendidikan

Pekerjaan

Penyakit

SMA

Pensiunan

PNS,
petani
2

Ny. Sumi

Ibu

Ny. Reni T

Anak

58

26

SMP

D3

Petani,

Diabetes

wiraswata

Mellitus

Ibu Rumah

Tangga
4

Bp. Mulyadi

Anak

31

SMP

Karyawan

Menantu
5

Bilal

Anak

Pabrik
L

PAUD

Keterangan:
Keluarga Bp. Suhadi terdiri dari Bp. Suhadi sebagai kepala keluarga dan
empat anggota keluarga lain yaitu istri, anak, menantu, dan cucu. Keluarga
berbentuk extended family dengan Ny Sumini menderita diabetes mellitus.
c. Identitas Penderita
j. Nama
k. Umur
l. Jenis kelamin
m. Pekerjaan
n. Pendidikan
o. Agama

: Ny. Sumi
: 58 tahun
: Perempuan
: Petani
: SMP
: Islam
p. Alamat
:

Padasan, RT 08/RW03 Desa Pandanan,

Kecamatan Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.


q. Status Perkawinan : Menikah
r. Tanggal Kunjungan : 5 November 2015
d. Penetapan Masalah Pasien

Riwayat medis : Ny. Sumi menderita diabetes mellitus tipe dua dengan ulkus

tarsal dekstra selama dua bulan disertai dengan adanya riwayat hipertensi.
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ditemukan riwayat penyakit diabetes
mellitus dan kedua orang tua Ny. Sumi. Penyakit kardiovaskular dan penyakit

menular disangkal.
Riwayat kebiasaan : Merokok (-), alkohol (-), olahraga jarang.
Riwayat sosial ekonomi : Ny. Sumi bekerja sebagai petani dengan lahan milik
sendiri. Status ekonomi tergolong cukup akan tetapi mengalami gangguan setelah
Ny. Sumi sakit. Pemenuhan kebutuhan rumah tangga bergantung pada uang
pensiunan Bp. Suhadi. Tidak ditemukan masalah mengenai hubungan sosial keluarga
dengan tetangga.
Riwayat gizi : Pola makan setelah sakit tidak seimbang. Komposisi makanan
cenderung hanya mengonsumsi karbohidrat dan protein nabati. Pasien raguragu mengonsumsi protein hewani seperti daging merah maupun putih.

e. Fungsi Keluarga
h. Fungsi biologis
Keluarga Ny. Sumi yang berbentuk extended family terdiri dari kepala keluarga,
Ny. Sumi sebagai istri, seorang anak perempuan yang telah berkeluarga,
menantu, dan seorang cucu. Pasien baru mengetahui dirinya mempunyai
penyakit diabetes mellitus setelah menemukan luka di telapak kaki kanan yang
tidak kunjung sembuh. Riwayat penyakit menular maupun menurun disangkal.
i. Fungsi sosial
Kegiatan Sosial Ny. Sumi tergolong aktif. Ny. Sumi masih berinteraksi dengan
anggota keluarga lain dan tetangga sekitar. Hanya saja jangkauan sosial pasien
tergolong sempit dan hanya mencakup lingkungan sekitar rumah.
j. Fungsi psikologis
Hubungan antar keluarga tampak baik-baik saja dan masih menjalin
komunikasi yang baik. Anak perempuan pasien sering membantu pasien dalam
menjalankan kegiatan sehari-hari seperti mandi, memasak, dan lain-lain. Tidak
ada perselisihan yang tampak selama wawancara dilakukan.
k. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

Semenjak sakit, pasien tidak bekerja dan banyak menghabiskan waktu di


rumah. Keuangan keluarga berasal dari sawah yang dimiliki, gaji pensiunan Bp.
Suhadi, dan gaji karwayan Bp. Mulyadi. Pasien juga memiliki usaha kecil
berupa warung yang menjual barang sembako dan lain-lain. Kebutuhan rumah
tangga masih tercukupi walaupun terjadi sedikit penurunan setelah pasien sakit.
l. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Permasalahan keluarga yang ada diselesaikan dengan musyawarah dan
komunikasi yang baik dan jelas antar anggota keluarga. Pasien dan keluarga
dapat menguasai masalah dengan baik dan beradaptasi dengan perubahan
kondisi pasien setelah sakit.
m. Fungsi fisiologis
Pasien dan keluarga mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi pasien dari
sebelum sakit ke sakit. Suami, anak, dan menantu pasien mendukung
penyembuhan pasien ditandai dengan rutinnya dilakukan cek kesehatan baik di
puskesmas maupun di rumah sakit. Keluarga saling memberikan perhatian yang
dibutuhkan oleh pasien untuk kesembuhan pasien. Jadi dapat disimpulkan
fungsi keluarga dalam keluarga pasien dalam keadaan yang baik.

n. Fungsi patologis
Fungsi-fungsi patologis digolongkan dalam beberapa aspek antara lain sosial,
culture/budaya, religius, ekonomi, edukasi, dan medical. Keluarga Ny. Sumi
termasuk ke dalam keluarga dengan ekonomi menengah. Tingkat pendidikan
keluarga termasuk sedang dilihat dari semua anggota keluarga yang merupakan
lulusan SMP ke atas. Kesehatan sangat dijaga oleh keluarga pasien ditandai
dengan rajinnya melakukan kunjungan ke pusat kesehatan terdekat. Keluarga
pasien juga terlihat menjaga kebersihan lingkungan bila dilihat dari kondisi
rumah yang terbilang bersih. Secara keseluruhan, tidak ada poin yang menonjol
dari fungsi patologis keluarga.

f. Struktur Keluarga (Genogram)

Gambar 4. Struktur Keluarga (Genogram)

Gambar 5. Pola Interaksi Keluarga


Keterangan:
Hubungan harmonis

Hubungan kurang/tidak harmonis


Laki-laki

perempuan

meninggal

g. Keadaan Rumah dan Lingkungan (Indoor dan Outdoor)


a. Ukuran rumah
: 400 m2
b. Ruang tamu
: luas, berdebu, jarang dibersihkan
c. Ruang keluarga
: cukup baik, bersih
d. Kamar tidur
: Terdapat 3 kamar tidur, bersih
e. Kamar mandi /WC
: Terdapat 1 kamar mandi dengan WC jongkok leher
f.
g.
h.
i.
j.

angsa dan satu tempat mencuci piring serta pakaian di sampingnya.


Dapur
: Bersih menggunakan kompor gas, ventilasi cukup
Dinding rumah
: Semen plaster dan dicat.
Lantai rumah
: Keramik, bagian dapur semen plaster
Sumur/sumber air
: sumur dengan pompa mesin.
Septiktank
: Terdapat septiktank dengan jarak dari sumur lebih

dari 10 meter
k. Tempat pembuangan sampah : Dikumpulkan di pekarangan kemudian dibakar.
Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah berjumlah lima orang
diantaranya empat orang dewasa dan satu anak batita. Rumah dilengkapi dengan
ventilasi udara dan penerangan yang cukup hanya saja sanitasi ruangan perlu
ditingkatkan.
h. Denah Rumah

Gambar 6. Denah Rumah


Keterangan
RT

: Ruang tamu

KT

: Kamar tidur

: Dapur

: Sumur

i. Daftar Masalah

Pasien didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe dua yang disertai dengan ulkus
pada tarsal kanan. Pasien juga pernah memiliki riwayat tekanan darah tinggi
walaupun tekanan darah yang sekarang termasuk normal. Pendengaran pasien
mengalami penurunan walaupun hal ini dicurigai akibat peningkatan usia. Keluhan
ini telah diperiksakan ke tenaga kesehatan dan tidak didapatkan hasil yang
abnormal. Pasien Ny Sumi merupakan pasien yang sadar akan kesehatannya. Pasien
mengerti akan keadaannya dan mampu beradaptasi dengan kondisinya yang
sekarang. Pasien juga rajin memeriksakan keadaannya terlebih kondisi kakinya
yang masih dalam tahap penyembuhan. Ny. Sumi mengaku rajin mengonsumsi obat
yang diberikan oleh puskesmas.
j. Kesimpulan
k. Pasien
Pasien memiliki penyakit diabetes mellitus tipe dua dengan ulkus diabetikum
pada tarsal kanan.
l. Bentuk Keluarga
Keluarga termasuk ke dalam extended family atau keluarga besar
m. Diagnosis biopsikososial
Pasien menderita diabetes mellitus tipe dua dengan ulkus diabetikum tarsal
kanan. Pasien memiliki riwayat hipertensi ringan. Kondisi psikologis pasien
termasuk baik dengan sikap pasien yang menerima akan keadaannya. Pasien
juga bersemangat dalam menjaga pola makannya dan rajin mengonsumsi obat.
Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga sekitar termasuk ke dalam
hubungan yang baik serta tidak terlihat adanya perselisihan.
n. Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan rumah pasien secara keseluruhan dalam kondisi yang baik.
Tidak ada permasalahan yang berarti dalam hal sanitasi ruang, ventilasi dan juga
penerangan. Limbah rumah tangga dikumpulkan di suatu tempat pada
pekarangan rumah yang nantinya akan dibakar.
o. Saran
a. Promotif : tidak membatasi aktivitas sehari hari namun tetap menjaga
sterilitas ulkus.

b. preventif

: menjaga pola makan dengan diet terkontrol, memperbaiki

pola olahraga agar sensitivitas jaringan terhadap insulin meningkat, dan


mengontrol kadar gula darah.
c. kuratif
: meminum obat (Metformin) dengan teratur sebanyak 2 kali
sehari (2x500mg)
d. rehabilitatif : kontrol rutin ulkus diabetikum ke Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai