Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek Keperawatan Komunikasi bertujuan untuk meningkatkan dan

memelihara kesehatan masyarakatdengan menekankan pada peningkatan peran

serta masyarakat dalam melekukan upaya pencegahan, peningkatkan dan

mempertahankan kesehatan. Salah satu sasaran Praktek Keperawatan Komunitas

adalah keluarga sehingga dikenal dengan sebutan asuhan Keperawatan Kesehatan

Keluarga. Hal ini karena keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat itu

sendiri. Namun kenyataan menunjukkan bahwa penerapan konsep asuhan

Keperawatan Kesehatan Keluarga sampai dengan saat ini belum dilaksanakan

dengan baik oleh perawat Puskesmas.

Menurut Salvicion G. Bailon & Arracelis Maglaya, Perawat Kesehatan

Keluarga, 1978), selama ini perawat kesehatan diakui dan dihormati sebagai

anggota tim Kesehatan karena sifat-sifat pribadi dan kemampuannya sebagai

individu bukan karena kemampuan profesionalitasnya sebagai perawat. Hal ini

disebabkan karena kurang pengetahuan atau ketidakmampuan perawat untuk

menegaskan perannya, tidak ada polahan yang sama dalam keperawatan dan tidak

ada kesepakatan perawat tentang peranan sebenarnya dari perawat. Tentu dalam

hal ini termasuk juga perawat kesehatan masyarakat dalam kondisi seperti ini,

praktek keperawatan kesehatan masyarakat seperti tidak nampak untuk dinikmati


oleh masyarakat dari perawat sebagai sebuah profesi, oleh karena itu kehadiran

perawat dalam tim kesehatan hanyalah sebagai pelengkap belaka terutama sebagai

pembantunya dokter.

Jenjang pendidikan keperawatan di Indonesia yang beraneka ragam tanpa

adanya batasan yang jelas akan peran dan fungsi masing-masing semakin

mempersulit praktek Keperawatan Komunitas. Belum adanya standart praktek

Keperawatan Komunitas yang diakui berdasarkan kesepakatan masyarakat

Keperawatan Indonesia mengakibatkan praktek Keperawatan Komunitas menjadi

kabur. Termasuk belum adanya jenjang spesialisasi perawat Komunitas

mengakibatkan persepsi konsep Keperawatan Komunitas ditafsir secara sendiri-

sendiri oleh perawat dan tidak adanya figur narasumber yang bisa didengar dan

dipanuti berdasarkan tingkat kepahaman. Konsep Keperawatn Komunitas yang

ada saat ini masih merupakan adopsi dari konsep-konsep luar negeri yang belum

tentu cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia.

Berdasarkan berbagai uraian yang telah dipaparkan di atas maka tantangan

perawat kesehatan masyarakat begitu berat untuk dipecahkan. Namun

Keperawatan Nasioanal Indonesia sebagai sebuah profesi yang diakui

berdasarkan hasil Lokakarya Keperawatan Nasional tahun 1985 dituntut mampu

memecahkan berbagai persoalan tersebut sebagai konsekwensi profesi masyarakat

Keperawatan yang tergabung dalam wadah PPNI harus mampu merumuskan

bersama akan peran, fungsi dan standart praktek Keperawatan Komunitas. Perlu

dirujuk kembali berdasarkan ketentuan WHO (Salvicion G. Bailon & Arracelis


Maglaya, 1978) dimana untuk mencapai sasaran kesehatan masyarakat Perawat

Kesehatan harus mendapat tanggungjawab yang lebih luas dalam hal diagnostik

dan penggobatan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dan

bagaimana upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat

dengan menekankan pada aspek peran serta masyarakat dalam melakukan upaya

pencegahan, peningkatan dan mempetahankan status kesehatan sebagai tujuan

praktek Keperawatan Komunitas perlu dilakukan berbagai studi dalam Kontes

Keperawatan Komunitas. Namun karena dibatasi oleh waktu dan biaya maka

penulisan ini hanya didasarkan pada studi Kasus Perawatan Kesehatan Keluarga

dengan fokus pengalaman belajar yang ditekankan pada aspek Metode Proses

Keperawatan yang meliputi :

1. Bagaimana melakukan pengkajian keperawatan kesehatan keluarga ?

2. Bagaimana menetapkan diagnose keperawatan kesehatan keluarga ?

3. Bagaimana menetapkan perencanaan keperawatan kesehatan keluarga ?

4. Bagaimana melaksanakan perawatan kesehatan keluarga ?

5. Bagaimana melaksanakan evaluasi perawatan kesehatan keluarga ?


C. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Untuk memepelajari penerapan asuhan Keperawatan Kesehatan

Keluarga secara konprehensip dengan menggunakan Metode Proses

Keperawatan.

2. Tujuan Khusus :

a. Agar mampu menerapkan pengkajian keperawatan kesehatan keluarga.

b. Agar mampu menegakkan diagnose keperawatan kesehatan keluarga.

c. Agar mampu membuat perencanaan keperawatan kesehatan keluarga.

d. Agar mampu menginplementasikan keperawatan kesehatan keluarga.

e. Agar mampu melakukan evaluasi keperawatan kesehatan keluarga.


BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keluarga

I. Data Umum :

1. Nama Kepala Keluarga : TN A (Umur : 66 tahun).


2. Alamat dan Telepon : Gunung Anyar Lor, RT 01, RW 01 Kel.
Gunung Anyar.
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Tukang batu dan kayu.
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SD tidak tamat.
5. Komposisi Keluarga :

No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan


Kelamin dengan KK
1. Ibu Zuroh P Isteri 40 th SD
2. Abdul Anas L Anak 18 th STM
3. Abdul Somat L Anak 17 th SMU
4. Habibie L Anak 11 th SD
5. Indahtul. A P Anak 3th -

Genogram :

Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal Laki-laki
: Meninggal Perempuan
6. Tipe Keluarga.

Keluarga inti terdiri dari TN.A, NY. A dan keempat anak kandung.

7. Suku bangsa.

Jawa – Indonesia. TN .A berasal dari Blitar dan NY.A asli Rungkut Surabaya.

8. Agama.

Seisi keluarga menganut agama Islam. Tidak ada keyakinan yang berdampak

buruh pada status kesehatan.

9. Status Sosial Ekonomi Keluarga.

Penghasilan keluarga perbulan > Rp. 500.000,- yang diperoleh dari hasil kerja

TN.A jika kondisinya sehat, usaha NY.A membutat krupuk dan 4 buah kamar

dikostkan. TN.A dan Ibu mengatakan dari penghasilan yang ada cukup unuk

biaya makan, minum, berobat dan beli pakaian serta biaya sekolah anak.

10. Aktifitas Rekreasi Keluarga.

 Anak-naka kadang memancing, bermain dan berkunjung ke rumah

teman, mendengar radio dan menonton TV bersama TN.A dan Ibu.

 Sesekali keluarga mengunjungi sanak famili TN.A di Blitar atau

bersendagurau dengan penghuni kost.

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :


Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia remaja.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

Anak I berusia 18 tahun dan sedang sekolah. TN.A dan NY.A mengatakan

komunikasi dengan anak-anaknya bersifat terbuka dan masing-masing anak

tahu akan tugas dan kewajibannya.

3. Riwayat keluarga inti :

Bapak dan Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan

tertentu. Hanya pada usia mudanya TN .A pernah menderita penyakit batu

ginjal yang sedianya akan dioperasi dokter, tetapi akhirnya hancur sendiri

tanpa operasi. Mengenai anak-anak dikatakan tidak pernah menderita penyakit

berat tertentu, kecuali demam, batuk pilek biasa. Saat ini anak TN.A yang

terakhir sedang menderita “kekurangan energy protein” berdasarkan diagnosa

dokter puskesmas Gunung Anyar sejak lebih dari 2 tahun lalu.

4. Riwayat keluarga sebelumnya :

Pak Kamsir mempunyai saudara 5 orang dan TN.A anak bungsu (ke enam).

Ke empat saudaranya masih hidup kecuali anak ke lima sudah meninggal

dengan riwayat sakit yang tidak diketahui persis. NY.A mempunyai saudara 4

orang denan NY.A sebagai anak bungsu (ke lima). Anak sulung sudah

meninggal dengan riwayat sakit yang juga tidak diketahui persis.

III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah :

Luas rumah 48 m2 dengan panjang 12 m dan lebar 4 m. terdiri dari 2 kamar

tidur, satu kamar mushola, satu WC, satu kamar mandi, tanpa gudang, satu

biuah dapur dan satu ruang tamu. Tipe rumah permanent. Jendela rumah

terdapat diruang tamu dengan posisi menghadap ke timur, satu buah diruang

tengah menghadap ke utara, satu buah dimushola dan di kamar tidur

masing-masing satu buah. Secara umum sistem ventilasi di kamar tidur dan

ruang tengah sangat kurang. Barang-barang diletakkan dilorong/ruang

tengah dan di ruang belakang depan dapur dan mushola. Tidak mempunayi

septi tank. WC permanent dibuat saluran pembuangan langsung ke kali kecil

di belakang rumah. Sumebr air minum dari PAM yang dibeli secara ecertan

(tidak berupa pipa permanent). Sumber air bersih untuk memcuci digunakan

sumur. Kebiasaan memasak menggunakan kayu bakar sehingga banyak asap

dalam rumah keluar rumah. Lantai rumah terbuat dari tegel dengan

kebiasaan keluarga keluar masuk rumah tanpa melepaskan alas kaki

sehingga kesanya banya debu/tanah.

Denah Rumah :

D
RT
KK KK KK KK M KT II KT I

Keterangan :
RT = Ruang Tamu
KT = Kamar Tidur
M = Mushola
D = Dapur
KK = Kamar Kost.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :

Keluarga TN.A bertetangga dengan satu keluarga Polisi dan lainnya

wiraswasta. Semua tetangga beragama Islam dari suku jawa asli yang taat

beribadah kebiasaan kerja bakti dilakukan bersama sebulan sekali.

Hubungan dengan tetangga dilakukan sepanjang tegur sapa biasa. Kunjung

mengunjung dilakukan bila hari raya Agama.

3. Mobilitas geografis keluarga :

Keluarga ini tidak pernah berpindah-pindah tempat tinggal. Bapak dan Ibu

kebanyakan berada di rumah selama TN.A masih sakit. NY.A setiap dua hari

sekali pergi kewarung-warung di dekat rumah untuk menitip kerupuk. Anak-

anak aktif ke sekolah pada siang hari.

4. Perkumpulan keluaraga dan interaksi dengan masyarakat :

Keluarga TN A aktif dalam perkumpulan Tahlilan bagi Bapak dan Ibu.

Sedangkan anak-anak aktif kegiatan ngaji dan remaja masjid dan sebagai

anggota pondok pesantren.

5. Sistem pendukung keluarga :

ITN A dan NY A serta 3 anaknya sehat-sehat saja. Selama ini yang aktif

merawat anaknya yang sakit hanya NY A sendiri. TN.A dan ibu mengatakan

tidak punya tabungan khusus hari tua atau untuk membiayai kesehatan.
Jarak rumah degan fasilitas kesehatan terdekat yaitu Puskesmas ± 500 m.

Adanya kegiatan jimpitan kelompok yang bisa dipakai untuk biaya

kesehatan. Selain itu TN.A mengatakan untuk biaya pengobatannya kadang-

kadang dibantu oleh saudara-saudara NY.A termasuk memberikan dorongan

agar mencari pengobatan secara teratur. Tapi Saat ini TN.Alebih memilih

pasrah pada kesehatan anaknya

IV. Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi Keluarga :

TN A dan Ibu mengatakan komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka.

Menurut TN .A kadang-kadang menegur dengan keras kepada anak-anaknya

yang melalaikan tugas-tugas sekolah atau terlambat pulang makan kalau

bertandang ke rumah teman.

2. Struktur Peran Keluarga :

TN A mengatakan dirinya sudah tua dan tidak punya pekerjaan yang bias

menunjang kehidupan keluarganya. Oleh karena itu tidak mempunyai peran

khusus untuk merubah perilaku orang lain di masyarakat. Kecuali terhadap

anak-anak yang sering diingatkan untuk menjaga pergaulan yang baik agar

tidak terjerumus dalam perbuatan yang merusak citra keluarga.

3. Struktur Peran (formal dan informal) :

TN A hanya sebagai anggota Takmir Masjid sedangkan NY.A sebagai

anggota organisasi Fatayat.


4. Nilai dan Norma Keluarga :

Keluarga memandang sakit disebabkan oleh penyakit, bukan karena faktor

magis dan lainnya. Menurut TN.A hal magis memang ada tetapi tidak terlalu

diperhitungkannya karena selama ini keluarganya tidak pernah

menyusahkan orang lain.

Menurut TN.A, ... selama ini banyak orang beranggapan bahwa magis

merupakan keadaan yang menakutkan sehingga kalau sakit lebih suka ke

dukun terutama penyakit yang tak kunjung sembuh. Pada hal menurut paka

Kamsir kita harus teguh pada keyakinan agama. Oleh karena itu

keluarganya sering berobat ke sarana kesehatan bila sakit dan ada biaya.

Namun sakitnya anak TN.A karena yang harus berobat rutin ke dokter

dimana harga obat semakin mahal sehingga akhir-akhir ini lebih cenderung

pasrah pada keadaan Di samping itu menurut TN.A dan ibu sebagaimana

pandangan umum masyarakat disekitarnya bahwa obat yang diperoleh dari

puskesmas sangat terbatas/sederhana sehingga sakit seperti anak pak

Kamsir dianggap bisa sembuh walaupun tanpa diobati

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif :

Menurut TN.A dan ibu serta kedua anak yang sudah remaja Zuroh dan

Abdul Anas, mereka memandang dirinya masing-masing layaknya manusia

normal lainnya. Kecuali TN.A mengatakan dirinya semakin tua dan stidak
punya pekerjaan yang bias membiayai keluarganya sementara anak-

anaknya masih kecil. Ibu mengatakan keluarganya saling menghormati satu

sama lain dan tetap mempertahankan keharmonisan keluarga.

2. Fungsi Sosial :

Menurut keluarga, kehidupan mereka tidak lepas dari corak lingkungan

agamis muslim yang taat pada aturan ibadah, organisasi dan aktivitas

keagamaan.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan :

Secara Umum keluarga masih belum mampu mengenal karakteristik

penyakit kekurangan energy protein yang diderita anak TN.A, Dalam

mengambil keputusan tindakan kesehatan masih lemah, kemampuan

memberikan perawatan pada anak TN.A masih kurang, kemampuan

menciptakan lingkungan yang meningkatkan status kesehatan masih kurang,

demikian juga dengan pemanfaatan sarana kesehatan sudah cukup baik

tetapi tidak konsisten.

4. Fungsi Reproduksi :

TN.A mempunyai 4 orang anak dan mengatakan tidak ingin punya anak

lagi. Ibu berumur 40 tahun dan mengatakan belum berhenti haid tetapi

pasangan ini tidak mengikuti program KB. Menurut ibu, selain karena takut

juga pada TN.A sudah tua sehingga hampir tidak pernah melakukan

hubungan suami istri. Menurut pak Kamsir dan ibu, keduanya bisa

menerima keadaan seperti ini selain karena anak-anaknya semakin besar


juga harus bisa menerima kenyataan hidup dan memikirkan kondisi anaknya

yang sedang sakit

5. Fungsi Ekonomi :

TN.A mengatakan kondisi akan keluarga saat ini menurun drastis sejak

kondisinya anaknya semakin buruk. Oleh karena itu pemanfaatan keuangan

seefisien mungkin.

VI. Stres dan Koping Keluarga

1. Stresor Jangka Pendek dan panjang :

MenurutTN A, sejak ± 6 bulan terakhir ini,ia sering memikirkan keadaan

anaknya yang semakin buruk dan sementara 3 anak-anaknya masih

sekolah, belum ada yang bekerja. Tetapi Pak dan ibu mengaakan tidak

terlalu cemas karena semuanya sudah diatur oleh yang Maha Kuasa.

2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stresor :

Selain kepasrahannya, TN.A berharap anaknya Zuroh cepat mendapat

pekerjaan setamat STM nanti.

3. Strategi Koping Yang Digunakan :

TN.A bersama istri selalu berdiskusi untuk memecahkan problem keluarga

dengan kadang-kadang melibatkan anaknya Zuroh sebagai anak sulung.


Selain itu TN.A dan ibu mengatakan disamping berusaha juga berpasrah

pada kehendak Yang Maha Kuasa. kalau kebutuhan yang sangat mendesak,

keluarga ibu Kamsir selalu dimintai bantuan.

4. Strategi Adaptasi Disfungsional :

Menurut Bapak dan ibu, anak sulung Zuroh mulai belajar merokok. Tetapi

menurut Zuroh sendiri, hal itu dilakukannya hanya sebatas penampilan

sebagai anak muda untuk melepas ketegangan. Selama ini tidak pernah

membeli rokok dari uang pemberian orang tua kecuali diberi teman-

temannya.

VII. Pemeriksaan Fisik.

 TN.A: T : 120/80, N : 72x/m, S : 365c. , suara parau, agak kurus,

 NY.A: T : 130/90, N : 68x/m, S : 360c.

 indatul :80/menit ,S:36

VIII. Harapan Keluarga.

TN.A dan ibu berharap sesekali petugas puskesmas mau berkunjung seperti

ini sehingga keluarganya bisa memahami norma-norma kesehatan. Selain itu

pengobatan di puskesmas kalau bisa lebih lengkap lagi terutama untuk

penyakit-penyakit yang mereka tidak mengerti.

 Analisa Data, Perumusan masalah dan Diagnosa Keperawatan

Data Subyektif :
 TN.A mengatakan anaknya menderita kekurangan eneri protein sejak lebih

dari 2 tahun lalu berdasarkan diagnosa dokter puskesmas Gunung

Anyar:PENYAKIT KEKURANGAN ENERGI PROTEIN

 Akhir-akhir ini sering menggunakan pengobatan alternatif ke Tabib karena

berobat ke dokter semakin mahal sementara pengobatana di puskesmas tidak

cukup obatnya.

 Sering berpindah-pindah dokter.

Data Obyektif :

 Ventilasi rumah kurang akurat.

 Kebiasaan keluarga memasak menggunakan kayu bakar sehingga

banyak asap dalam rumah.

 Lantai rumah hanya disapu, jarang dipel, kebiasaan keluarga ke luar

masuk rumah tanpa melepas alas kaki sehingga banyak debu/tanah bertebaran.

 Ank tn.a nampak kurus

 Perumusan Masalah.

Resiko tinggi bertambah memburuknya penyakit kekurangan energi protein

yang dideritaank ank tn.A.

Etimologi :

 Ketidakmampuan mengenal karakteristik penyakit kekurangan energi protein

dan perawatannya.

Diagnosa Keperawatan 1
Resiko tinggi bertambah memburuknya penyakit kekurangan energi protein yang

diderita ank tn A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

karakteristik penyakit dan perawatannya.

Data Subyektif :

 TN dan NY.A mengatakan anaknya itu malas untuk makan dan tidakada

suplai gizi yang baik bagi anaknya karena kekurangan biaya/keterbatasan

ekonomi

Data Obyektif :

 Mempunyai 4 orang anak dengan usia anak pertama 18 tahun, laki-laki,

dan yang bungsu 8 tahun, perempuan.

 Keterbatasan ekonomi merupakan faktor pendukung sdalam kejadian ini.

 Perumusan Masalah.

Dianosa 1

Diagnosa Keperawatan 2.

Resiko tinggi terjadinya kehamilan ibu Kamsir diluar rencana berhubungan

dengan ketidakmampuan mengenal program KB.

Data Subyektif :

 Keluarga mengatakan mempunyai WC tetapi tanpa septi tank. Sistem

penyalurannya langsung ke kali kecil dibelakang rumah.


Data Obyektif :

 Kondisi WC tanpa septi tank.

 Sistem penyaluran dibuang langsung ke kali kecil dibelakng rumah.

 Air kali mengalir menyusuri perkampungan.

 Perumusan Masalah

Resiko tinggi terjadinya penularan penyakit saluran pencernaan bagi keluarga.

Etiologi :

Ketidakmampuan keluarga mempertahankan dan menciptakan lingkungan rumah

sehat.

Diagnosa Keperawatan 3

Resiko tinggi terjadinya penularan penyakit saluran pencernaan bagi keluarga

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mempertahankan dan

menciptakan lingkungan rumah sehat.


B. Perencanaan

Untuk menentukan skala prioritas pemecahan masalah dalam rencana

perawatan keluarga tn.a terlebih dahulu dibuat sistem skoring masalah kesehatan

sebagai berikut :

1. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi bertambah

memburuknya penyakit Bronchitis Kronis yang diderita Pak Kamsir

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal karakteristik

penyakit dan perawatannya.

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenahan


1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah adalah keadaan
kurang/tidak sehat dan
memerlukan tindakan
segera.
2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 Sumber-sumber yang ada
dapat diubah dan tindakan untuk me-
mecahkan masalah dapat
dijangkau keluarga.
3. Potensi untuk mence- 3/3 x 1 1 Masalah dapat dicegah
gah masalah untuk tidak memper-
buruk keadaan dapat
dilakukan pak Kamsir
dan keluarga dengan
memperbaiki perilaku
hidup sehat.
4. Menonjolnya masalah ½x1 1/2 Keluarga menyadari
adanya masalah tetapi
tidak didukung dengan
pemahaman yang ade-
kuat tentang karakteristik
penyakit.
Total Skor 4 1/2
2. Resiko tinggi terjadinya kehamilan ibu Kamsir diluar rencana berhubungan

dengan ketidakmampuan mengenal program KB.

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenahan


1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Adanya ancaman keseha-
tan tetapi tidak perlu
ditangani segera.
2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 Untuk menjadi aseptor
dapat diubah KB dengan mengguna-
kan kontrasepsi mungkin
sulit bagi pasangan tetapi
menggunakan metode ka-
lender melalui pemaha-
man siklus haid dapat
diajarkan tanpa biaya
mahal.
3. Potensi untuk mence- 3/3 x 1 1 Dengan menggunakan
gah masalah metode kalender yang
sifatnya mudah dan mu-
rah, pasangan dapat le-
luasa berhubungan seks.
4. Menonjolnya masalah 1/2 x 1 1/2 Bapak dan ibu Kamsir
mengatakan dapat mene-
rima keadaan hidup tanpa
berhubungan seks lagi.
Total Skor 4 1/6
3. Resiko tinggi terjadinya penularan penyakit saluran pencernaan bagi keluarga

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mempertahankan dan

menciptakan lingkungan rumah sehat.

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenahan


1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Adanya ancaman keseha-
tan tetapi tidak perlu
ditangani segera.
2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 Untuk membuat septi
dapat diubah tank permanent tidak
terlalu membutuhkan bia-
ya mahal lagipula keluar-
ga dapat menabung sedi-
kit demi sedikit apalagi
pak Kamsir sendiri se-
orang tukang batu.
3. Potensi untuk mence- 3/3 x 1 1 Resiko terjadinya penula-
gah masalah ran penyakit saluran pen-
cernaan dapat dicegah
bagi keluarga.
4. Menonjolnya masalah 0/2 x 1 0

Total Skor 4 1/6


PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA PAK KAMSIR

No Diagnosa Kp. Tujuan Khusus Tgl Implementasi Evaluasi


Keluarga
1. Resti bertambah 1. Keluarga mengenal 5-6-01  Menggali pengetahuan keluarga tentang  Keluarga hanya mengenalnya sebagai
memburuknya karakteristik karakteristik penyakit Bronchitis Kronis. jenis penyakit saluran pernapasan.
penyakit Bronchitis penyakit Bronchitis  Menggali pengetahuan keluarga tentang cara-  Keluarga hanya bisa mengandalkan
Kronis yang diderita Kronis. cara perawatan di rumah. obat dokter atau pengobatan alternatif
pak Kamsir b/d  Mendiskusikan bersama tentang karakteristik dari Tabib.
ketidakmampuan penyakit Bronchitis Kronis dan perawatannya  Keluarga mengerti.
keluarga mengenal yang meliputi :  Keluarga (pak Kamsir) mampu
karakteristik penyakit - Pengertian Bronchitis Kronis. menjawab dengan baik.
Bronchitis Kronis dan - Penyebab.
perawatannya. - Cara memberikan perawatan di rumah.
 Menanyakan kembali materi diskusi tentang
karakteristik penyakit Bronchitis Kronis dan
perawatannya.
2. Keluarga membuat Membantu menyokong keluarga membuat Keluarga mampu membuat keputusan dan
keputusan yang tepat keputusan yang tepat tentang upaya pengobatan ke pak Kamsir menyatakan bersedia berhenti
tentang upaya sarana kesehatan dan kemampuan memberikan merokok.
pengobatan pak perawatan di rumah serta pak Kamsir sendiri
Kamsir ke Sarana mampu membuat keputusan untuk berhenti
kesehatan dan merokok.
sanggup
memberikan
perawatan yang baik
dan benar serta pak
Kamsir mengatakan
bersedia berhenti
merokok.
3. Keluarga sepakat 7-6-01  Meyakinkan keluarga akan manfaat lantai - Pak Kamsir sudah dirawat/opname di
jika diadakan bersih dan terhindar dari debu/tanah. RSUD Dr. Soetomo dengan Diagnose :
evaluasi sewaktu-  Meyakinkan pak Kamsir akan bahaya Gagal jantung kanan. Saat dirawat pak
waktu oleh merokok terhadap penyakit yang diderita. Kamsir sedang terpasang O2 dan Infus
perawat.  Meyakinkan keluarga akan bahaya dapur Nacl 0,9%. (di Ruang Cardiologi).
terutama bagi pak Kamsir.
DAFTAR PUSTAKA

Bailon G. Salvicion & Maglaya Arracelis. Perawatan Kesehatan Keluarga. Copyriche 1978. UP Coleege of Nursing.
Dillman. Quezon City. Philippines. Jakarta. 1989.

Depkes RI. Tata Laksana Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 1987.

________ Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Seri C. Jakarta. 1994.

Fakultas Keparawatan Universitas Indonesia. Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. 2000.
RENCANA PERAWATAN KELUARGA PAK KAMSIR
TANGGAL 01 JUNI 2001

No Diagnosis Kep. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi


Keluarga Umum Khusus Kriteria Standart
Resiko tinggi bertam- Setelah dilakukan 1. Keluarga dapat Verbal a. Pengertian Bronchitis Kronis. 1. Galih pengetahuan keluarga tentang karakteristik penyakit
bah memburuknya pen- tindakan mengenal ka- b. Penyebab : Bronchitis Kronis dan perawatannya.
yakit Bronchitis Kronis keperawatan, rakteristik pen- 2. Diskusikan bersama tentang karakteristik penyakit
yang diderita pak keadaan penyakit yakit Bronchitis
 Merokok
Bronchitis Kronis dan perawatannya.
Kamsir berhubungan pak Kamsir Kronis.  Serangan
3. Berikan bimbingan dengan ilustrasi menggunakan gambar,
dengan ketidakmam- berangsur Bronchitis Kronis berulang.
brosur dan sebagainya.
puan keluarga menge- membaik.  Radang
nal karakteristik penya- 4. Dengarkan dengan seksama sanggahan yang diajukan
hidung. keluarga.
kit dan perawatannya.
 Penyakit 5. Tanggapi pertanyaan dengan sabar.
saluran Pernapasan lain 6. Bimbing keluarga untuk mengulangi penjelasan yang sudah
disertai penumpukan dahak. diberikan.
 Menjawab 7. Berikan pujian bila keluarga mampu menjawab dengan baik
pertanyaan dengan baik dan dan benar.
benar.
2. Keluarga dapat Verbal Keputusan yang dibuat keluarga 1. Diskusikan alternatif untuk mengatasi masalah yaitu :
membuat kepu- dan pak Kamsir sendiri - Pentingnya berobat teraur ke sarana kesehatan.
tusan yang tepat - Modifikasi lingkungan agar pak Kamsir terhindar dari
tentang upaya pe- asap dapur.
ngobatan pak Kam-
sir ke sarana kese- - Resiko jika pak Kamsir tetap merokok.
hatan dan bersedia - Pentingnya kerjasama dengan petugas kesehatan.
memberikan pera- - Manfaat lantai rumah bersih dan terhindar dari
watan yang baik debu/tanah.
dan benar dan pak 2. Beri dorongan kepada keluarga dan pak Kamsir untuk
Kamsir menyata- membuat keputusan.
kan bersedia ber- 3. Beri pujian terhadap keputusan yang baik dan benar
henti merokok. sebaliknya beri koreksi atas keputusan keliru.
3. Keluarga sepakat Perilaku - Lantai rumah dipel bersih. 1. Jelaskan manfaat evaluasi sewaktu-waktu.
jika diadakan - Pak Kamsir telah berhenti 2. Jelaskan bahwa diskusi akan dilanjutkan jika hasil evaluasi
evaluasi sewaktu- merokok. tidak sesuai dengan keputusan yang telah dibuat keluarga.
waktu. - Terhindar dari asap dapur.

Anda mungkin juga menyukai