NIM : 18017
KELAS : SEMESTER 4 A
MAKUL : UAS KEPERAWATAN LUKA 1
c. Autolysis Debridement
1) Yaitu pengangkatan jaringan mati sendiri oleh tubuh dengan menciptakan kondisi
lembab pada luka.
2) Luka hitam dan kuning akan melunak mudah diangkat bahkan hilang diserap oleh
absorbent dressing.
3) Tubuh mengeluarkan enzim proteolitik endogen yang berperan selama proses
autolisis berlangsung.
4) Balutan yang melunakkan seperti gel, koloid, cream, salf.
Autolysis adalah tekhnik debridemen yang membuat suasana lembab untuk
mengaktifkaan enzim di dalam luka atau yang berasal dari dalam tubuh sendiri yang
akan menghancurkan jaringan non vital. menggunakan enzim tubuh dan pelembab
untuk rehidrasi, melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik.
Debridement otolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan.
Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan
menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang mempertahankan cairan luka
kontak dengan jaringan nekrotik. Debridement otolitik dapat dilakukan dengan
hidrokoloid, hidrogel atau transparent films.
1) Indikasi
Pada luka stadium III dan IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.
2) Keuntungan
a) Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya
b) Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri untuk
membersihkan luka debris nekrotik.
c) Efektif dan mudah
d) Sedikit atau tanpa nyeri
3) Kerugian
a) Tidak secepat debridemen surgikal
b) Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda – tanda infeksi
c) Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif digunakan.
d. Surgical Debridement
1) Yaitu tindakan pembedahan dengan menggunakan benda tajam dan tidak hanya
pada jaringan yang mati, tetapi juga pada jaringan yang sehat
2) Memerlukan anestesi untuk mengurangi nyeri sehingga
3) Tindakan ini hanya boleh dilakukan oleh dokter umum dan bedah
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan
menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement surgikal
merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan
debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang
dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati dan dapat
mengurangi waktu. Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau
di dalam ruang operasi setelah pemberian anestesi. Tujuan dari surgikal debridmen
adalah eksis luka sampai jaringan normal, lunak, vaskularisasi baik.
Seingkali tindakan ini dilakukan karena : keadaan umum penderita jelek,
persyaratan pembiusan ( kadar hemoglobin, kadar gula darah, albumin, elektrolit,
batuk pilek, tidak ada yang mengurus penderita, antrian jadwal operasi, adamya
masalah dalam pembiayaan,)
1) Indikasi
a) Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
b) Jaringan terinfeksi
2) Keuntungan
a) Cepat dan selektif
b) Efektif
3) Kerugian
a) Nyeri
b) Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi
a. Biological debridement
Merupakan terapi upaya debridement secara biological menggunakan larva
disebut sebagai manggot debridement therapy (MDT). Larva ini memiliki kemampuan
untuk menghasilkan enzim proteolitik yang bergina untuk mencerna jaringan yang mati
atau nekrotik.
Cara debridmen
Caranya :
1. Lihat lukanya apakah luka luar atau luka dalam
2. Lihat apakah masih ada pendarahan atau tidak, kalau masih ada pendarahan berarti
luka dalam maka di lakukan proses deep ( ditekan menggunakan kassa)
3. Bersihkan luka dengan air yang mengalir , apabila ada sisa – sisa jaringan yang mati
maka dihilangkan
4. Untuk membunuh bakteri pada luka menggunakan betadin, H202 (peroksida) atau
antiseptic.
e. Conservative Sharp Wound Debridement (CSWD)
1) Yaitu pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan gunting, pinset dan
bisturi hanya pada jaringan mati sehingga tidak banyak berdarah dan tidak
menimbulkan nyeri pada pasien.
2) CSWD dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berlisensi, spt Enterostomal
Therapi Nurse (ETN), Wound Ostomi Continence Nurse (WOCN) Certified
Wound Care Spesialist (CWCS)
3) Pengangkatan jaringan mati memerlukan waktu tambahan dalam penyembuhan
luka sekitar 2 minggu jika tanpa penyulit.
Seorang pasien bernama Mr. X datang ke zaki Hospital dengan keluhan terdapat luka diarea
punggung. Luka tampak kotor, bernanah dan bau. Pasien mengatakan mempunyai riwayat DM
dan saat ini sudah dirawat selama 10 hari. TTV TD : 120/80 mmHg, N :84 x/menit, RR : 20
x/menit, S : 36,8 C. HASIL PEMERIKSAAN LAB : gds 500 mg/Dl. Pasien didiagnosis medis
pasien pressure ulcer.
6. Pengkajian
A. Identitas pasien
a. Nama : Mr. X
b. Tanggal lahir : Tidak terkaji
c. Umur : Tidak terkaji
d. Agama : Tidak terkaji
e. Pendidikan : Tidak terkaji
f. Pekerjaan : Tidak terkaji
g. Golongan darah : Tidak terkaji
h. Jenis kelamin : Tidak terkaji
i. Alamat : Tidak terkaji
B. Identitas penagnggung jawab
a. Nama : Tidak terkaji
b. Umur : Tidak terkaji
c. Agama : Tidak terkaji
d. Pendidikan : Tidak terkaji
e. Pekerjaan : Tidak terkaji
f. Gol darah : Tidak terkaji
Hub dengan kloien :
C. Alasan masuk RS : -
D. Riwayat penyakit sekarang : pasien luka diarea punggung. Luka tampak kotor, bernanah
dan bau.
E. Riwayat kesehatan yang lalu : pasien pernah mempunyai riwayat DM
F. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak terkaji
G. Riwayat pengobatan atau elergi : tidak terkaji
H. Data Penunjang : Hasil pemeriksaan labooratorium GDS 500mg/dl
I. Pemeriksaan Fisik
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,8 C
J. Analisa data
No
Hari/Tanggal Data Fokus Etiologi Problem
1.
Selasa, 9 Juni DS: Faktor Mekanis Gangguan
2020 DO : - Pasien Nampak (mis. integritas
terdapat luka di area Penekanan pada kuit
punggung tonjolan
- Luka tampak kotor tulang ,
- Luka tampak gesekan).
bernanah dan bau
TTV
TD : 120/80 mmHG
N : 84 x/ menit
RR : 20 x/menit
S : 36,8 C
7. Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang,
gesekan)
8. intervensi
9. Implementasi
10. Evaluasi
SUMBER
Lebrun E. Tomic – Canic M, Kirsner RS.(2010). The Role of surgical Debridement in Healing of
Diabetic Foot ulcers. Wound repai and regeneratrion,
Brunner and Sudarth (2001) Keperawatan medikal bedah, Edisi 8 Vol 2. Jakarta :EGC