Anda di halaman 1dari 9

Nama : Alisha Qortrunnada M

NIM : 18052

SEMESTER 4B

UAS KEPERAWATAN LUKA I

1. Bagaimana konsep penatalaksanaan luka kronis?


a. Luka kronis (nekrotik hitam, kering)
1. Cuci tangan dengan sabun antiseptic
2. Bilas dengan NaCl 0,9%
3. Surgical debridement (jika memungkinkan), jika tidak
4. Irigasi dengan NaCl 0,9%/aquadest
5. Keringkan dengan kassa steril
6. Transparent dressing
7. Antibiotic
b. Luka kronik (nekrotik kuning, basah)
1. Cuci tangan dengan sabun antiseptic
2. Bilas dengan NaCl 0,9%
3. Surgical debridement (jika memungkinkan), jika tidak
4. Irigasi dengan NaCl 0,9%/aquadest
5. Keringkan dengan kassa steril
6. Transparent dressing
7. Antibiotic
c. Luka kronik (merah dengan cairan kuning kehijauan)
1. Kultur pus/nanah
2. Cuci tangan dengan sabun antiseptic
3. Surgical debridement (jika memungkinkan), jika tidak
4. Irigasi dengan NaCl 0,9%/aquadest
5. Keringkan dengan kassa steril
6. Transparent dressing
7. Antibiotic
d. Luka kronik (merah, basah/granulasi)
1. Cuci tangan dengan sabun antiseptic
2. Bilas dengan NaCl 0,9%
3. Absorbent dressing+ Transparent dressing
e. Luka kronik (merah muda)
1. Cuci tangan dengan sabun antiseptic
2. Bilas dengan NaCl 0,9%
3. Lakukan perawatan secara lembab yang dapat merangsang epitelisasi
4. Kassa non adherent+ Transparent dressing

2. Jelaskan debridemen yang tepat pada penanganan luka?


Debridemen ada beberapa jenis dan memiliki kelebihan dan kekurangan untuk
setiap jenis luka entah luka kronis ataupun luka akut. Jenis-jenis debridemen sebagai
berikut :
a. Debridement bedah / surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan
menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement surgikal
merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan
debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang
dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati dan dapat
mengurangi waktu. Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien
atau di dalam ruang operasi setelah pemberian anestesi. Ciri jaringan avital adalah
warnanya lebih kusam atau lebih  pucat(tahap awal), bisa juga lebih kehitaman
(tahap lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit mengeluarkan
darah. Debridement dilakukan sampai jaringan tadi habis, cirinya adalah kita sudah
menemulan jaringan yang sehat dan perdarahan lebih banyak pada jaringan yang
dipotong.
1) Indikasi
- Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
- Jaringan terinfeksi.
2) Keuntungan
- Cepat dan selektif
- Efektif
3) Kerugian
- Nyeri  
- Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi.
b. Debridement autolitik
Autolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,
melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement Autolitik
bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga tidak
nyeri bagi pasien. Debridemen Autolitik dapat dilakukan dengan menggunakan
balutan oklusif atau semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak dengan
jaringan nekrotik. Debridement Autolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid,
hidrogel atau transparent films.
1) Indikasi
Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.
2) Keuntungan
- Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya
- Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri
untuk membersihkan luka debris nekrotik
- Efektif dan mudah
- Sedikit atau tanpa nyeri.
3) Kerugian
- Tidak secepat debridement surgical
- Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi
- Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif
digunakan.

c. Debridement enzimatik
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk
merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridement
enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau debridement otolitik dan
mekanikal. Debridement enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis.
Enzim kimia adalah produk kerja cepat yang mengelupas jaringan nekrotik.
Enzim ini berasal dari mikroorganisme termasuk Clostridium histolyticum atau
dari tanaman, contohnya collagenase, varidase, papain dan bromelain. Metode ini
bekerja baik pada luka (terutama luka bakar) dengan sejumlah puing-puing
nekrotik atau dengan pembentukan eschar.
1) Indikasi
- Untuk luka kronis
- Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik
- Pembentukan jaringan parut.
2) Keuntungan
- Kerjanya cepat
- Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan  penggunaan yang
tepat.
3) Kerugian
- Mahal
- Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik
- Memerlukan balutan sekunder
- Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

d. Debridement mekanis
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat
pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada  balutan anyaman.
Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat  pada anyaman akan diangkat.
Beberapa dari jaringan tersebut non-viable, sementara beberapa yang lain viable.
Debridement ini nonselektif karena tidak membedakan antara  jaringan sehat dan
tidak sehat. Debridement mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering. Proses
ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan untuk
pembedahan. Hidroterapi  juga merupakan suatu tipe debridement mekanik.
Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan.
1) Indikasi
Luka dengan debris nekrotik moderat
2) Keuntungan
Materialnya murah (misalnya tule)
3) Kerugian
- Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau
jaringan penyembuhan
- Proses penyembuhan lambat
- Nyeri
- Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga  penyebaran
melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi
tambahan dapat menjadi sitotoksik.

3. Bagaimana konsep managemen nyeri (farmakologis) pada pasien luka kronis?


Luka kronis adalah luka yang mengalami kegagalan dalam waktu dan proses
penyembuhan atau luka patologis. Managemen nyeri (farmakologis) pada pasien luka
kronis di berikan sesuai tahapan nyeri yang dirasakan pasien dari nyeri ringan, sedang
dan hebat.
a. Nyeri ringan
1) Aspirin, dosis 2400-3600 mg/hari diberikan dalam 4-6kali. Hati-hati terhadap
riwayat perdarahan lambung.
2) Paracetamol, dosis 2000-4000 mg/hari, diberikan 4-6kali/hari. Overdosis dapat
mengakibatkan kerusakan hati.
3) Ibuprofen, 1200-1600 (max 2400)mg/hari, diberikan 3-4kali/hari. Perhatikan
adanya riwyat maag/iritasi lambung.
b. Nyeri sedang
1) Codeine dan aspirin (Codis), 325/30, aktif 4-6 jam. Efek samping mengantuk,
kosntipasi dan mual.
2) Codeine dan parasetamol (Paracodol), 500/8, 500/30, aktif 4-6 jam. Efek
samping konstipasi, mengantuk, pusing.
3) Codeine, 30-240, aktif 4-6 jam. Efek samping konstipasi dan depresi pusat
batuk.
4) Dihydrocodeine (DF118).
c. Nyeri hebat
Mulai dengan opioid yang lebih kuat, mungkin dengan adjuvan:
Dextropropoxyphene (Doloxene), Pentazocine (Sosend)

4. Bagaimana konsep managemen nyeri (nonfarmakologis) pada pasien luka kronis?


a. TENS
Stimulasi elektris saraf transkutan (TENS) menggunakan unit yang
dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk
menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau menegang pada area nyeri.
TENS telah digunakan baik pada nyeri akut dan kronik. TENS diduga dapat
menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor)
dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstrasmisikan nyeri.
b. HIPNOTERAPI (HYPNOSIS)
Bagian otak yang teraktivasi pada saat ada rangsang nyeri adalah
thalamus, primary somatosensory cortex (SI), secondary somatosensory cortex
(SII), insula, prefrontal cortex (PFC), amigdala, anterior cingulated cortex
(ACC). Hipnoterapi mempengaruhi ACC dimana akan berefek pada proses
afeksi terhadap pengalaman nyeri. Modulasi afeksi akan mempengaruhi
presepsi otak terhadap pengalaman nyeri tersebut sehingga mampu
menimbulkan koping positif. Nyeri tidak dapat dihilangkan akan tetapi koping
positif akan membuat seseorang dapat menerima dan menyadari rasa nyeri
dengan lebih nyaman seiring perubahan presepsi otak selama proses
hipnoterapi dan paska hipnoterapi.

5. Jelaskan konsep neuropatic diabetic foot ulcer?


Ulkus kaki diabetik adalah salah satu komplikasi kronis dari penyakit diabetes
melitus berupa luka pada permukaan kulit kaki penderita diabetes disertai dengan
kerusakan jaringan bagian dalam atau kematian jaringan, baik dengan ataupun tanpa
infeksi, yang berhubungan dengan adanya neuropati dan atau penyakit arteri perifer
pada penderita diabetes melitus (Alexiadou dan Doupis, 2012). Ulkus diabetic
merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir yang proses
timbulnya dimulai dari cedera jaringan lunak, pembentukan fisura antara jari kaki atau
daerah kulit yang kering atau pembentukan kalus (Smeltzer & Bare, 2002).

(Soal untuk no 6-10)


Seorang pasien bernama Mr. X datang ke Zaki Hospital dengan keluhan
terdapat luka diarea punggung. Luka tampak kotor, bernanah dan bau. Pasien
mengatakan mempunyai riwayat DM dan saat ini sudah dirawat selama 10 hari. TTV :
TD : 120/80 mmHg, N : 84 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,8 oC. hasil pemeriksaan
Lab : GDS 500 mg/dl. Pasien di diagnosis medis pasien pressure ulcer.
Buatlah proses keperawatan meliputi :
6. Pengkajian
Nama : Mr. X
Tanggal : 9 juni 2020
Jam : 17.00 WIB
a. Alasan utama masuk Rumah Sakit : Terdapat luka diarea punggung
b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan terdapat luka diarea
punggung. Luka tampak kotor, bernanah dan bau.
c. Riwayat kesehatan lalu : Pasien mengatakan mempunyai riwayat DM
dan saat ini sudah dirawat selama 10 hari.
d. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan tidak mempunyai
riwayat penyakit serupa dari keluarga.
e. Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg, N : 84 x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36,8 oC.
f. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan Lab GDS 500 mg/dl.

7. Diagnose keperawatan (dicantumkan analisa data)


a. Analisa data

No Hari/tanggal Data Etiologi Problem


1 Selasa/9 Ds: pasien mengatakan nekrosis Kerusakan
juni 2020 terdapat luka diarea kerusakan integritas
punggung. jaringan jaringan
Do: Luka tampak kotor, (nekrosis luka
bernanah dan bau. gangrene)
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,8 oC.

b. Diagnose keperawatan
Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka
gangrene).
8. Intervensi
a. Berikan posisi terhindar dari tekanan dan hindari kerutan pada tempat tidur
b. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka
c. Catat karakteristik cairan secret yang keluar
d. Bersihkan dengan cairan anti bakteri, Bilas dengan cairan NaCl 0,9%,
Lakukan nekrotomi
e. Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan, Lakukan pembalutan
f. Pertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan perawatan luka
g. Amati setiap perubahan pada balutan
h. Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka
9. Implementasi
a. Memberikan posisi terhindar dari tekanan dan hindari kerutan pada tempat
tidur
b. Mencatat karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka
c. Mencatat karakteristik cairan secret yang keluar
d. Membersihkan dengan cairan anti bakteri, Bilas dengan cairan NaCl 0,9%,
Lakukan nekrotomi
e. Mendressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan, Lakukan pembalutan
f. Mempertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan perawatan luka
g. Mengamati setiap perubahan pada balutan
h. Membandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka
10. Evaluasi
S:-

O : TD : 120/80 mmHg, N : 84 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,8 oC.

A : Masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi.

Evaluasi adalah proses keperawatan yang menyangkut pengumpulan data


subyetif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelaksanaan
keperawatan sudah tercapai atau belum, masalah apa yang perlu dipecahkan atau
dikaji, direncanakan atau dinilai kembali. Evaluasi bertujuan memberikan umpan
balik terhadap rencana keperawatan yang disusun. Penilaian dilakukan oleh perawat,
klien dan juga teman sejawat. Penilaian ini memberikan kemungkinan yaitu masalah
teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi, dan muncul masalah baru.
Ini bermanfaat untuk mengadakan perubahan, perbaikan rencana keperawatan
sehingga tindakan keperawatan dapat dimodifikasi (Nursalam, 2001).
Hasil Evaluasi dari Askep yang diberikan pada pasien dekubitus diharapkan
antara lain dapat berupa:
a. Pasien dapat mencegah dan mengidentifikasi factor penyebab luka dekubitus;
menunjukkan kemajuan penyembuhan.
b. Pasien mempunyai kulit tanpa neritema dan tidak pucat.
c. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan massa otot.
d. Kulit tidak akan teritasi akibat pemajanan terhadap fekal atau urine drainage.
e. Menunjukkan hasil pembelajaran yang efektif untuk tujuan pemulangan dan
perawatan pasien dirumah.

Anda mungkin juga menyukai