Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PENATALAKSANAAN DEBRIDEMENT PADA TN. M DENGAN


GANGREN DIG 1 PED DEXTRA
DI RUANG TERATAI RSUD MARGONO SOEKARJO

Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Tugas Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah
Semester I

Disusun Oleh :

Yolanda Sri Bhunga


I4B022001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2022
WOC GANGREN DIABETIC

Definisi : Gangren adalah kerusakan Sebagian atau keseluruhan pada kulit yang meluas ke jaringan bawah
kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit Diabetes
melitus. Kondisi lebih lanjut berpotensi mengalami amputasi dan disabilitas (Sebtianingsih, 2016)

Etiologi: Gangren diabetic Manifestasi klinis: Klasifikasi:


diawali oleh neuropati, 1. Gangguan sensorik Klasifikasi gangren dengan system
angiopati, dan infeksi. 2. Perubahan trofik kulit, gangren wager-meggit berdasarkan
kedalaman gangren (6 grade luka):
Neuropati penurunan reflek kaki dingin, kuku
1. Grade 0: tidak ada luka terbuka,
sensorik pada kaki serta menebal
terdapat deformitas/selulitis
menyebabkan kelainan sendi 3. Atropati degenerative
dan jaringan, selanjutnya (sendi charcot)
terjadi angiopati 4. Nekrosis
(penyempitan pembuluh 5. Kesemutan/nyeri saat 2. Grade 1: ulkus superfusional,
darah) sehingga aliran darah kaki istirahat belum mengenai jaringan
menurun. Kurangnya aliran 6. Riwayat klaudikasio
darah menyebabkan intermiten (nyeri otot
pertumbuhan bakteri anaerob saat aktivitas)
(clostridium) pada luka 7. Pulsasi tidak teraba 3. Grade 2: ulkus sampai ligament,
(Rina, 2015). (Grace & R, 2011) tendon, kapsula sendi/fasia, tanpa
abses/osteomyelitis
Pemeriksaan Penunjang (Rina, 2015)
 Palapasi denyut perifer pada dorsalis pedis dan tibia
4. Grade 3: ulkus dengan abses
posterial
osteomyelitis/sepsis sendi
 Doppler flowmeter, pada arteri yang oklusi denyut
sistolik dan diastolic menjadi rendah dan monofasik
 Ankle brakial index, pengukuran menggunakan manset
pneumatic dan flow sensor/doppler ultrasound. Indikasi 5. Grade 4: Gangren yang berbatas
penyumbatan arteri Ketika sistolik di pergelangan kaki pada kaki bagian depan/tumit
lebih tinggi dari arteri bracialis
 Transcutaneous Oxymetri
 Magnetic Resonance Angoography 6. Grade 5: Gangren meluas meliputi
 Laboratorium: HbA1C, GDS, GDP, seluruh kaki

Penatalaksanaan Medik
 Pembedahan : Amputasi
 Perawatan Luka : Debridemen, Negative pressure wound dressing, modern dressing, dst
 Pengendalian infeksi: antibiotic broadspectrume (injeksi IV)

PATHWAY
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Debridement adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan mati
dari suatu luka. Jaringan avital dapat berwarna lebih pucat, coklat muda atau
hitam dan dapat kering atau basah. Debridement adalah suatu tindakan untuk
membuang jaringan nekrosis, callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang
dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke jaringan sehat. Debridement
meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang membantu proses
penyembuhan luka. Tindakan debridement ini dilakukan untuk membuang
jaringan yang mati serta membantu mempercepat penyembuhan luka.
Debridement dapat dilakukan secara surgical, kimia/ enzimatik, mekanik, atau
autolitik. Metode debridement yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan
nekrotik, luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik..
B. Tujuan
Debridement memiliki tujuan antara lain (Brunner and Suddart, 2001):
1. Menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda
asing, sehingga klien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri.
2. Menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi
graft dan penyembuhan luka.
C. Jenis-jenis debridement
a. Debridement Autolitik
Autolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,
melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement
Autolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan.
Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen Autolitik dapat
dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang
mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik.
Debridement Autolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau
transparent films.
1) Indikasi
Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.
2) Keuntungan
a) Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.
b) Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh
sendiri untuk membersihkan luka debris nekrotik .
c) Efektif dan mudah
d) Sedikit atau tanpa nyeri.
3) Kerugian
a) Tidak secepat debridement surgikal.
b) Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.
c) Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif
digunakan.

b. Debridement Enzymatik
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk
merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis,
debridement enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau
debridement otolitik dan mekanikal. Debridement enzimatik
direkomendasikan untuk luka kronis.
1) Indikasi
a) Untuk luka kronis
b) Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.
c) Pembentukan jaringan parut
2) Keuntungan
a) Kerjanya cepat
b) Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan
yang tepat.
3) Kerugian
a) Mahal
b) Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.
c) Memerlukan balutan sekunder
d) Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

b. Debridement Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang
melekat pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada
balutan anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat
pada anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable,
sementara beberapa yang lain viable.
Debridement ini nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan
sehat dan tidak sehat. Debridement mekanikal memerlukan ganti balutan
yang sering. Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau
sebagai persiapan untuk pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu
tipe debridement mekanik.Keuntungan dan risikonya masih
diperdebatkan.
1) Indikasi
Luka dengan debris nekrotik moderat.
2) Keuntungan
Materialnya murah (misalnya tule)
3) Kerugian
a) Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau
jaringan penyembuhan
b) Proses penyembuhan lambat
c) Nyeri
d) Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga
penyebaran melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau
infeksi. Disinfeksi tambahan dapat menjadi sitotoksik.

c. Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan
menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement
surgikal merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan
nekrotik. Keuntungan debridement surgikal adalah karena bersifat
selektif; hanya bagian avital yang dibuang. Debridement surgikal dengan
cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi waktu.
Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam
ruang operasi setelah pemberian anestesi.
Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih
pucat(tahap awal), bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut), konsistensi
lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit mengeluarkan darah.
Debridement dilakukan sampai jaringan tadi habis, cirinya adalah kita
sudah menemulan jaringan yang sehat dan perdarahan lebih banyak pada
jaringan yang dipotong.
1) Indikasi
a) Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
b) Jaringan terinfeksi.
2) Keuntungan
a) Cepat dan selektif
b) Efektif
3) Kerugian
a) Nyeri
b) Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Sudarth.(2001). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:
EGC.
Brannon Linda & Feist, Jess. (2000). Health psychology: an introduction to behavior
and health. United States of America: Matrix Production Inc.
http://stikespku.com/digilib/files/disk1/2/stikes%20pku--episciawah-74-1-
kti_epis-8.pdf
Cherlyna. (2020). Efficacy of iodine radioactive as a treatment of papillary thyroid
carcinoma: dynamic of thyroglobulin and thyroglobulin antibody. Universitas
Hasanuddin.
Dharma, I. P. A. (2021). Kanker kelenjar tiroid.
Kaplan & Sadock. (2010). Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku klinis, jilid 2.
Tangerang: Bina Rupa Asara Publisher.
Potter P. A., Perry A. G. (2006). Fundamental keperawatan: buku 2 edisi 7. Jakarta:
Penerbit Buku Salemba Medika.
Shah, J. P. (2015). Thyroid Carcinoma: Epidemiology, Histology, and Diagnosis.
Clinc Adv Hematol Oncol, 13(4).
Snyder, M., & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternaive therapies in nursing
(4th ed). New York: Springer publishing company.

Anda mungkin juga menyukai