Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DEBRIDEMENT
DI OK SENTRAL/IBS RSUD ULIN

Oleh :
ANDI FAJAR MAUDI AKBAR
NPM. 1714901110037

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2017

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Andi Fajar Maudi Akbar

NPM : 1714901110037

Judul LP : Debridement

Banjarmasin, November 2017

--------------------------------------------------
LAPORAN PENDAHULUAN

DEBRIDEMENT

A. DEFINISI
Debridement merupakan sebuah tindakan pembedahan lokal yang dilakukan
dengan cara pengangkatan jaringan mati dari suatu luka, jaringan mati tersebut
dapat dilihat, warna lebih terlihat pucat, cokelat muda bahkan berwarna hitam
basah atau kering.
Debridement ialah sebuah tindakan eksisi yg bertujuan untuk membuang
jaringan nekrosis ataupun debris yg mengahalangi proses penyembuhan luka
& potensial terjadi atau berkembangnya infeksi sehingga merupakan tindakan
pemutus rantai respon inflamasi sistemik & maupun sepsis. Tindakan ini
dilakukan seawal mungkin, & dapat dilakukan tindakan ulangan sesuai
kebutuhan. Prinsip debridement adalah untuk membersihkan kontaminasi
yang terdapat di sekitar luka dengan melakukan pengangkatan terhadap
jaringan yang non viabel dan material asing, seperti pasir yang melekat pada
jaringan lunak. Dilakukan penilaian pada sekitar jaringan sekitar tulang,
cedera pembuluh darah, tendon, otot, saraf. Sebelum dilakukan debridement,
diberikan antibiotik profilaks yang dilakukan di ruangan emergency. Yang
terbaik adalah golongan sefalosforin. Biasanya dipakai sefalosforin golongan
pertama.

Jenis-jenis debridement
a. Debridemen alami : Pada peristiwa debridemen alami, jaringan mati akan
memisahkan diri secara spontan dari jaringan viable yg ada di bawahnya.
Tetapi, pemakaian preparat topical anti bakteri cenderung memperlambat
proses pemisahan ester yg alami. Tindakan mempercepat proses ini dapat
menguntungkan bagi pasien & dapat dilakukan dengan cara-cara lain
seperti debridemen mekanis atau bedah maka ketika antara terjadinya
invasi bakteri & tumbuhnya masalah lainnya dapat dikurangi.
b. Debridemen mekanis : Debridemen mekanis meliputi penggunaan gunting
bedah & forsep untuk memisahkan & mengangkat eskar. Teknik ini bisa
dilakukan oleh dokter atau perawat yg berpengalaman, & umumnya
debridemen mekanis dikerjakan setiap hari pada waktu penggantian
balutan serta pembersihan luka. Debridemen dengan cara-cara ini
dilaksanakan sampai tempat yg masih terasa sakit & mengeluarkan darah.
Preparat hemostatik atau balutan tekan bisa digunakan untuk
menghentikan perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yg kecil.
c. Debridemen bedah : Debridemen bedah ialah tindakan operasi dengan
melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai fasia ( eksisi tangensial
) atau dengan mengupas lapisan kulit yg terbakar dengan cara bertahap
sampai mengenai jaringan yg masih berdarah. Tindakan ini dapat dimulai
beberapa hari atau segera sesudah kondisi hemodinamik pasien stabil &
edemanya berkurang. Selanjutnya lukanya segera ditutup dengan graf kulit
atau balutan. Balutan biologic temporer atau balutan biosintetik dapat
digunakan dahulu sebelum graf kulit dipasang pada pembedahan
berikutnya.
(http://askep33.com/2016/03/17/jenis-jenis-debridement/)

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep dan asuhan keperawatan yang harus
diberikan kepada klien dengan debridement.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari debridement
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari debridement
3. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari debridement
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari debridement
5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari debridement
6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari
debridement, meliputi :
a) Pengkajian
b) Diagnosa keperawatan
c) Perencananaan Intervensi Keperawatan 

C. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


1. Indikasi :
Debridement luka bakar diindikasikan pada luka bakar yang dalam
misalnya luka bakar deep-dermal dan subdermal. Luka bakar yang dalam
ini ditandai dengan permukaan yang keputihan, merah, kecoklatan, kuning
atau bahkan kehitaman dan tidak adanya capillary refill ataupun
sensibilitas kulit.

2. Kontraindikasi :
a. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan
b. Gangguan pada proses pembekuan darah
c. Tidak tersedia donor yang cukup untuk menutup permukaan terbuka
(raw surface) yang timbul

D. PENATALAKSANAAN/JENIS-JENIS TINDAKAN
1. Metode Debridement
Terdapat 4 metode debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan
surgikal. Metode debridement yang dipilih tergantung pada jumlah
jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan
penyakit sistemik.
a. Debridement Otolitik
Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,
melembutkan dan akhirnya melisiskan  jaringan nekrotik. Debridement
otolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan.
Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen otolitik dapat
dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang
mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik.
Debridement otolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel
atau transparent films.
Indikasi:
- Pada luka stadium III atau IV  dengan eksudat sedikit sampai
sedang.

Keuntungan:

- Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.


- Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh
sendiri untuk membersihkan luka debris nekrotik.
- Efektif dan mudah
- Sedikit atau tanpa nyeri.

Kerugian:

- Tidak secepat debridement surgical


- Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi
- Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif
digunakan.

b. Debridement Enzymatik
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk
merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis,
debridement enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau 
debridement otolitik dan mekanikal. Debridement enzimatik
direkomendasikan untuk luka kronis.
Indikasi:
- Untuk luka kronis
- Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik
- Pembentukan jaringan parut
Keuntungan:
- Kerjanya cepat
- Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang
tepat
Kerugian:
- Mahal
- Penggunaan harus hati-hati  hanya pada jaringan nekrotik
- Memerlukan balutan sekunder
- Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

c. Debridement Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat
pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada balutan
anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat pada
anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable,
sementara beberapa yang lain viable. Debridement ini nonselektif karena
tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak sehat. Debridement
mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering. Proses ini bermanfaat
sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan untuk
pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement
mekanik.Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan.
Indikasi:
- Luka dengan debris nekrotik moderat
Keuntungan:
- Materialnya murah (misalnya tule)
Kerugian:
- Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau
jaringan penyembuhan
- Lambat
- Nyeri
- Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran
melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi
tambahan dapat menjadi sitotoksik.

d. Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan
menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement
surgikal merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan
nekrotik. Keuntungan debridement surgikal adalah karena bersifat
selektif; hanya bagian avital yang dibuang. Debridement surgikal dengan
cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi waktu.
Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di
dalam ruang operasi setelah pemberian anestesi.
Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih
pucat(tahap awal), bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut), konsistensi
lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit mengeluarkan darah.
Debridement dilakukan sampai jaringan tadi habis, cirinya adalah kita
sudah menemulan jaringan yang sehat dan perdarahan lebih banyak pada
jaringan yang dipotong.
Indikasi:
- Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
- Jaringan terinfeksi

Keuntungan:
- Cepat dan selektif
- Efektif

Kerugian:
- Nyeri
- Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi
Teknik Operasi
1. Tindakan antiseptic
2. Anestesi infiltrasi sekitar luka
3. Luka dicuci sampai bersih
4. Identifikasi jaringan nekrotik dan struktur neuro vascular
5. Jepit jaringan nekrotik dengan pinset, gunting
6. Ulangi langkah 5 sampai semua/sebagian besar jaringan terbuang.
Sampai jaringan sehat terlihat (sudah ada perdarahan normal)
7. Jika luka tertutup darah, cuci kembali dengan NaCl 0.9 %, lalu
kembali identifikasi jaringan nekrotik
8. Selanjutnya tergantung tipe luka dapat dijahit primer atau dilakukan
perawatan luka terbuka atau tindakan definitif lainnya.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hematologi
1. Hemoglobin
Molekul dalam eritrosit yang bertugas mengangkut oksigen
2. Eritrosit
Berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh
3. Masa pembekuan darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat berapa lama diperlukan untuk
proses pembukaan darah karena ketika dilakukan debridement akan ada
perlukaan pada sekitar luka
4. Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
Mengetahui kadar gula darah, apabila kadar gula darah tinggi >200 maka
luka beresiko susah sembuh
F. GAMBAR
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Pre operasi
Ansietas berhubungan dengan koping individu inefektif
a. Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan ansietas mampu ditangani dengan kriteria
hasil:
1) Ansietas berkurang
2) Menunjukan pengendalian diri terhadap ansietas
3) Koping individu baik
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1) Penurunan ansietas
Rasioanal: meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka,
atau perasaan tidak tenang yang b.d sumberbahaya yang
diantisipasi dan tidak jelas
2) Peningkatan koping
Rasional: membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi
stressor, perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan
tuntutan dan peran hidup
3) Dukungan emosi
Rasional: memberikan penenangan, penerimaan
danbantuan/dukungan selama masa stres

2. Intra operasi
Risiko hipotermi dengan faktor risiko lingkungan bersuhu rendah, dan
trauma
a. Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan tidak terjadi hipotermi dengan
kriteria Hasil:
1) Suhu tubuh dalam batas normal (36-37,50C)
2) Tidak menggigil
b. Intervensi:
1) Pantau suhu tubuh klien
Rasional: mengetahui perubahan suhu tubuh apakah hipo atau
hiper atau normal
2) Berikan pakaian yang tebal dan hangat
Rasional: meningkat suhu panas pada tubuh.

3. Post operasi
Ketidakefektifan pembersihan jalan napas b/d obstruksi jalan nafas: secret
di bronki
a. Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan bersihan jalan nafas menajdi
efektif dengan kriteria hasil:
1) Tidak terdapat secret pada jalan nafas
2) Bunyi nafas bersih
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1) Manajemen Jalan Napas
R: memfasilitasi kepatenan jalan udara
2) Pengisapan Jalan Nafas
R: mengeluarkan secret dari jalan nafas dan memasukkan sebuah
kateter pengisap kedalamjalannafas oral atau trakea
3) Kewaspadaan Aspirasi
R: mencegah atau memilnimalkan faktor resiko pada pasien yang
beresiko mengalami aspirasi
H. DAFTAR PUSTAKA
http://askep33.com/2016/03/17/jenis-jenis-debridement/
http://graphicwitness.medicalillustration.com/generateexhibit.php?ID=7580
http://www.doereport.com/generateexhibit.php?ID=40416

Banjarmasin, November 2017

Preseptor Akademik Preseptor Akademik


Uni Afriyanti, M.Kep Khairul Islah, S.Kep.,Ners

(..………………………...) (……..………………...)

Anda mungkin juga menyukai