Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

1. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1.1 Anatomi Fisiologi Genitalia bagian Luar (Vulva)

Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

1.1.1 Mons pubis / mons veneris


Lapisan lemak di bagian anterior simfisis os pubis. Pada masa pubertas
daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
1.1.2 Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas
labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada
commisura posterior).
1.1.3 Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf.
1.1.4 Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,
dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.\
1.1.5 Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/
orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus
glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara
fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
1.1.6 Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi,
dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk
lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk
fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae
myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada
wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
1.1.7 Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix
uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral.
Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix
anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina :
untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan
untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu
fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar
1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.
1.1.8 Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

1.2 Anatomi Fisiologi Genitalia bagian Dalam

1.2.1 Uterus
Fungsi: tempat menerima, mempertahankan dan memberi makan
ovum yang telah dibuahi.
Bagian-bagian:
1.2.1.1 Fundus : terletak di atas muara tuba uterine
1.2.1.2 Corpus : terletak dibawah bagian tuba uterine
1.2.1.3 Cervix : bagian bawah korpus yang menyempit
Cervix ini menembus dinding anterior vagina dan menjadi 2:
 Portio supravaginalis
 Portio vaginalis cervicis uteri
Struktur Uterus:
Semua bagian diliputi oleh peritoneum kecuali pada bagian anterior
dan di bawah ostium histologicum uteri interni. Di tempat ini
peritoneum berjalan ke depan di atas vesica urinaria. Di lateral juga
terdapat ruangan diantara tempat perlekatan lapisan ligamentum
latum.
Histologi:
 Tunica muscularis (myometrium) sangat tebal dan dibentuk oleh
otot2 polos yang disokong oleh jaringan ikat.
 Tunica mucosa yang membatasi corpus uteri disebut
endometrium. Tunica ini melanjutkan diri ke atas sebagai tunica
mucosa yang melapisi tuba uterine dan kebawah sebagai
membrane mukosa yang melapisi cervix.
 Endometrium langsung melekat pada otot sehingga tidak
mempunyai lapisan submukosa. Lapisan ini dipengaruhi oleh
hormone ovarium.
Pendarahan:
Portio supravaginalis dikelilingi oleh fascia pelvis viceralis yang
disebut parametrium. Pada daerah ini, a. uterine disilang oleh ureter
pada kanan dan kiri cervix. Pendarahan: Arteri: a. uterine. Cabang dari
a. illiaca interna.
1.2.2 Tuba Falopii
Fungsi:
 Menerima ovum dari ovarium
 Saluran yang dilalui spermatozoa untuk mencapai ovum
 Tempat terjadinya fertilisasi (biasanya terjadi di ampulla)
 Menyediakan makanan untuk ovum yang terfertilisasi dan
membawanya ke cavitas uteri
Bagian-bagian:
1.2.2.1 Infundibulum
Ujung lateral tuba uterine. Berbentuk corong, menjorok ke
luar ligamentum latum dan terletak di atas ovarium. Ujung
lateralnya membentuk tonjolan seperti jari2 yang disebut
fimbriae yang melingkupi ovarium.
1.2.2.2 Ampulla
Bagian tuba yang paling luas.
1.2.2.3 Isthmus
Bagian tersempit tuba. Terletak lateral terhadap uterus.
1.2.2.4 Pars Uterina
Segmen tuba yang menembus dinding uterus.
Pendarahan:
 Uterine → cabang dari a. illiaca interna
 Arteri ovarica → cabang aorta abdominalis

1.2.3 Ovarium
Fungsi Ovarium:
 Mengembangkan dan mengeluarkan ovum
 Menghasilkan hormon steroid
Pendarahan
 Arteri ovarica → berasal dari aorta abdominalis setinggi L1

2. Konsep Persalinan Normal


2.1 Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan
dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam melalui jalan lahir.

Menurut Mochtar (1998), Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil


konsepsi (janin + uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui
jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan normal disebut juga partus
spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan
tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai
(inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap.
Bentuk - bentuk persalinan :
2.1.1 Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2.1.2 Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
2.1.3 Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari
luar dengan rangsangan.

Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan & berat janin yang dilahirkan
2.1.4 Abortus
 Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup diluar kandungan.
 Umur hamil sebelum 28 minggu.
 Berat janin kurang dari 1000 gram.
2.1.5 Persalinan prematuritas
 Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu.
 Berat janin kurang dari 2.449 gram.
2.1.6 Persalinan Aterm
 Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu.
 Berat janin diatas 2500 gram.
2.1.7 Persalinan Serotinus
 Persalinan melampaui umur 42 minggu.
 Pada janin terdapat tanda postmaturitas.
2.18 Persalinan Presipitatus
 Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.

2.2 Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain:
2.2.1 Teori oxytocin : Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh
karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
2.2.2 Keregangan otot-otot : Seperti halnya dengan kandung kencing dan
lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan
rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan.
2.2.3 Pengaruh janin : Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya
juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa.
2.2.4 Teori Plasenta Menjadi Tua: Turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan konstraksi rahim.
2.2.5 Teori Iritasi Mekanik: Di belakang servik terlihat ganglion servikale
(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

2.3 Tanda dan gejala


Apabila ibu hamil mengalami tanda-tanda seperti di bawah ini,
mengindikasikan bahwa proses persalinan akan segera berlangsung.
2.3.1 Ada dua macam tanda persalinan:
2.3.1.1 Tanda persalianan asli (true labor)
a. Kontraksi
 Tejadi secara teratur, makin lama makin
kuat/kencang, semakin lama, dan dalam waktu yang
semakin berdekatan
 Intensitas kontraksi meningkat bila sambil berjalan
 Dirasakan dipunggung bagian bawah dan menyebar
kebagian bawah abdomen.
b. Serviks
 Memperlihatkan perubahan yang cepat (lunak, dilatasi
yang ditandai dengan adanya perdarahan)
 Perubahan ke posisi anterior, sulit ditentukan tanpa
pemeriksaan vagina.
c. Janin
Bagian presentasi biasanya sudah berada dirongga pelvis
(sering disebut “lightening/ dropping”). Keadaan ini
meningkatkan kemudahan bernafas, dan pada saat yang
bersamaan kandung kemih akan tertekan akibat dorongan
bagian presentasi janin ke arah rongga pelvis).

2.3.1.2 Tanda persalinan palsu (false labor)


a. Kontraksi
 Terjadi secara tidak teratur atau teratur tetapi hanya
sebentar
 Kontraksi berhenti jika berjalan atau jika berubah
posisi
 Dirasakan di daerah punggung atau abdomen diatas
navel.
b. Serviks
 Mungkin lunak tetapi tidak ada dilatasi atau tanda-
tanda adanya perdarahan
 Seringkali di posisi posterior, tidak dapat dipastikan
tanpa pemeriksan vagina
c. Janin
Bagian presentasi biasanya belum masuk rongga pelvis.

2.3.2 Tanda persalinan sudah dekat :


2.3.2.1 Terjadi lightening. Menjelang minggu ke-36 pada primigravida
terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk
pintu atas panggul yang disebabkan:
 Kontraksi Braxton Hicks
 Ketegangan dinding perut
 Gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah
2.3.2.2 Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu
hamil
 Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
 Dibagian bawah terasa sesak
 Terjadi kesulitan saat berjalan
 Sering miksi (beser kencing)
2.3.2.3 Terjadinya His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks
ditemukan sebagai keluhan karena dirasakan sakit dan
mengganggu terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen,
progesteron, dan memberikan kesempatan rangsangan
oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan
progesteron makin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi lebih sering sebagai his palsu. Sifat his
permulaan (palsu) adalah rasa nyeri ringan di bagian bawah,
datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan pada serviks,
durasinya pendek, tidak bertambah bila beraktifitas.

2.3.3 Tanda persalinan:


2.3.3.1 Terjadinya his persalinan, his persalinan mempunyai sifat:
 Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
 Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya
makin besar
 Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
 Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah.
2.3.3.2 Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda), dengan his
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan:
 Pendataran dan pembukaan
 Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada
kanalis servikalis lepas
 Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
2.3.3.3 Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

2.4 Patofisiologi
Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu:
2.4.1 Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
2.4.1.1 Fase laten :
a. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secar bertahap.
b. Berlangsung hingga seviks membuka kurang dari 4 cm
c. Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau
hingga 8 jam.

2.4.1.2 Fase aktif :


a. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bartahap (kontraksi dianggap akurat/ memadai
jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-
rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih
dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

2.4.2 Kala II (pengeluaran janin)


His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek
menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga
merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada
multi 0.5 jam.

Mekanisme persalinan:
2.4.2.1 Engagement
a. Diameter biparietal melewati PAP
b. Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
c. Multipara terjadi permulaan persalinan
d. Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis
melintang pada PAP-Flexi Ringan
2.4.2.2 Descent (Turunnya Kepala)
Turunnya presentasi pada inlet disebabkan oleh 4 hal :
a. Tekanan cairan ketuban
b. Tekanan langsung oleh fundus uteri
c. Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
d. Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
2.4.2.3 Flexion
Majunya kepala mendapat tekanan dari servix, dinding
panggul atau dasar panggul, flexi (dagu lebih mendekati
dada).
2.4.2.4 Rotation Internal
a. Bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis
b. Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir (Bidang tengah dan PBP)
c. Terjadinya bersama dengan majunya kepala
d. Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah
kepala di dasar panggul.
2.4.2.5 Extension
Defleksi kepala, karena sumbu PBP mengarah ke depan dan
atas.
2.4.2.6 Rotation External
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah
panggul anak untuk menghilangkan torsi leher akibat
putaran paksi dalam. Ukuran bahu menempatkan pada
ukuran muka belakang dari PBP.
2.4.2.7 Expulsi
Bahu depan di bawah symphisis sebagai Hypomoklion,
lahir bahu belakang, bahu depan, badan seluruhnya.

2.4.3 Kala III (pengeluaran plasenta)


Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba
keras, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir secara spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh
proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
2.4.4 Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang
kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-
obat oksitosin.

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal


I. Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
 Perineum menonjol.
 Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan


2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau
steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).

III. Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan
ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam
wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam
larutan dekontaminasi, langkah # 9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam eadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100 – 180 kali /
menit).
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

IV. Menyiapkan Ibu & Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan


Meneran
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan
untuk meneran.
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(tidak meminta ibu berbaring terlentang)
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
 Menganjurkan asupan cairan per oral.
 Menilai DJJ setiap lima menit.
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera.

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran:


 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman.
 Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan
ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi
tersebut dan beristirahat di antara kontraksi
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

VI.Menolong Kelahiran Bayi


Lahirnya kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernapas cepat saat kepala lahir.
 Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee
disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang
baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi :
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.

Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

Lahir badan dan tungkai


23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya
saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi
dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

VII. Penanganan Bayi Baru Lahir


25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut
ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.

VIII. Penanganan Bayi Baru Lahir


Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penegangan tali pusat terkendali


34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan
klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan
tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara
menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan
hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan
tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu

Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan
arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
 Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput
yang tertinggal.

Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).

VIII. Menilai Perdarahan


40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
masase selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

IX. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan


42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

Evaluasi
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. Setiap 15 menit
pada 1 jam pertama pasca persalinan. Setiap 20-30 menit pada jam
kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia
uteri. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

Kebersihan dan keamanan


53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu
ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
2.5 Pathway

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah:
2.6.1 Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik.
2.6.2 Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan
terjadi ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan
episiotomi.
2.6.3 Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa
berkontraksi setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan
hebat.
2.6.4 Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama
1 jam setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah
tyerdapat sebagian plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta
lahir.
2.6.5 Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam
dinding lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
2.6.6 Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian
atas vagina sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari
vagina. Hal ini dapat terjadi pada persalinan dengan disproporsi
kepala panggul.
2.6.7 Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
2.6.8 Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang sangat
berbahaya dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan
hebat.
2.6.9 Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak
akibat air ketuban masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus
vena yang terbuka pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-
pembuluh kapiler dalam paru-paru.

2.7 Prognosis
Prognosis pada persalinan normal baik.

2.8 Penanganan medis dan keperawatan


Diagnosis dan Penanganan Persalinan  
2.8.1 Kala I 
Diagnosis :
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang
dari 4 cm dan kontraksi terjadi tertur minimal 2 kali dalam 10 menit
selama 40 detik.
Penanganan :
 Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan
dan kesakitan
 Jika ibu tersebut tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat
diberikan; lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan,
dll.
 Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
 Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi
serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil
pemeriksaan
 Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar
kemaluannya setelah buang air besar/ kecil.
 Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi
dengan cara : gunakan kipas angina/ AC, kipas biasa dan
menganjurkan ibu mandi sebelumnya.
 Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi
berikan cukup minum
 Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin 

Pemeriksaan Dalam :
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I
pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan
temuan-temuan yang ada pada partogram.
Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut :
 Warna cairan amnion
 Dilatasi serviks
 Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan pemeriksaan
luar)

Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama


mungkin diagnosis in partu belum dapat ditegakkan. Jika terdapat
kontraksi yang menetap periksa ulang wanita tsb setelah 4 jam untuk
melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa
tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan in partu jika
tidak terdapat perubahan maka diagnosanya adalah persalinan palsu.
Pada kala II lakukan pemriksaan dalam setiap jam

Kemajuan Persalinan dalam Kala I 


Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan kala I :
 Kontraksi teratur  yang progresif dengan peningkatan frekwensi
dan durasi
 Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam
selama persalinan
 Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin

Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada


persalinan kala I :
 Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
 Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam
selama persalinan fase aktif
 Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin

Kemajuan pada kondisi janin


 Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari 100
atau       lebih dari 180 denyut permenit) curigai adanya gawat
janin
 Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks
fleksi sempurna digolongkan kedalam malposisi atau
malpresentasi
 Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan
lama tangani penyebab tersebut.

Kemajuan pada kondisi Ibu


 Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :
 Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui
oral atau I.V. dan berikan anlgesia secukupnya.
 Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan
 Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi
yang kurang segera berikan dektrose I.V.

2.8.2 Kala II
Diagnosis :
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin
sudah tampak di vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

Penanganan :
 Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan :
mendampingi ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum,
mengipasi dan meijat ibu
 Menjaga kebersihan diri
 Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
 Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
atau ketakutan ibu
 Mengatur posisi ibu
 Menjaga kandung kemih tetap kosong
 Memberikan cukup minum

Posisi saat meneran :


 Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
 Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu
untuk mengambik nafas
 Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi
untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( < 120 )

Kemajuan persalinan dalam Kala II


Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan kala II:
 Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
 Dimulainya fase pengeluaran
Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat persalinan
tahap kedua 
 Tidak turunnya janin di jalan lahir
 Gagalnya pengeluaran  pada fase akhir

Kelahiran kepala Bayi


 Mintalah ibu mengedan atau memberikan  sedikit dorongan saat
kepala bayi lahir
 Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu
cepat
 Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
 Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran
lendir/darah
 Periksa tali pusat:
- Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar
selipkan tali pusat melalui kepala bayi
- Jika  lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua
tempat kemudian digunting diantara kedua klem tersebut
sambil melindungi leher bayi.

Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya


 Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
 Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
 Lakukan tarikan lembut  ke bawah untuk melahirkan bahu depan
 Lakukan tarikan lembut  ke atas untuk melahirkan bahu
belakang
 Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang
bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya
ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
 Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya
 Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai
pernafasan bayi
 Jika bayi menangis atau bernafas (dada bayi terlihat naik turun
paling sedikit 30x/m) tinggalkan bayi tsb bersama ibunya
 Jika  bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan
dan segera mulai resusitasi bayi
 Klem dan potong tali pusat
 Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit
dengan kulit dada ibu.
 Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan
selimut dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk
menghindari hilangnya panas tubuh.

2.8.3 Kala III


Manajemen Aktif Kala III
 Pemberian oksitosin dengan segera
 Pengendalian tarikan tali pusat
 Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir

Penanganan :
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang
juga mempercepat pelepasan plasenta :
 Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran
bayi
 Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau
susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau
memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.

Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :


 Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis
pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan
gerakan dorso kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu.
 Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm
didepan vulva.
 Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi
kuat ( 2-3 menit )
 Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang
terus-menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus.
 PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
 Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan
tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas,
keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan
jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput
ketuban.
 Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan
masase fundus agar menimbulkan kontraksi.
 Jika menggunkan manajemen aktif  dan plasenta belum juga
lahir dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis
kedua dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin
dosis pertama.
 Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada
serviks atau vagina atau perbaiki episotomi.

2.8.4 Kala IV
Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis
bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik
yang luar biasa – sio ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi
sedanmg menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.

Penanganan
 Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-
30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase
uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan .
 Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan
setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
 Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan
ibu makanan dan minuman yang disukainya.
 Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih
dan kering
 Biarkan ibu beristirahat
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu
dan bayi
 Bayi sangat siap segera setelah  kelahiran
 Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan.
 Ajari ibu atau keluarga tentang :
- Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
- Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

3. Rencana Asuhan Persalinan Normal


3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama, umur : dalam kategori usia subur (15 – 49 tahun). Bila
didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih
dari 35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi. Pendidikan,
pekerjaan dan alamat klien.

3.1.2 Riwayat penyakit sekarang


Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara
38 –42 minggu disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri
pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur,
kuat, adanya show (pengeluaran darah campur lendir), kadang ketuban
pecah dengan sendirinya.

3.1.3 Riwayat penyakit dahulu


Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, TBC, hepatitis,
penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat
memperberat persalinan.

3.1.4 Riwayat penyakit keluarga


Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, keturunan
hamil kembar pada klien, TBC, hepatitis, penyakit kelamin,
memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga
memperberat persalinannya.

3.1.5 Pemeriksaaan fisik


3.1.5.1 Keadaan umum
a. Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih
pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena
kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat
badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan peningkatan
berat badan selama hamil antara 10–12 kg.
b. Tekanan Darah
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak
dilahirkan biasanya tekanan darah akan naik kira-kira 10
mmHg (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45).
c. Suhu badan nadi dan pernafasan.
Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara 360-
370 C, bila suhu lebih dari 370C dianggap ada kelainan.
Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu badan 370C-
370C masih dianggap normal karena kelelahan. Keadaan
nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, Bila suhu naik
keadaan nadi akan bertambah pula dapat disebabkan karena
adanya perdarahan.
Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya
agak pendek karena kelelahan, kesakitan dan karena
membesarnya perut pernafasan normal antara 80 – 100 x/
menit, kadang meningkat menjadi normal kembali setelah
persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam.

3.1.5.2 Head to toe


a. Kepala dan leher
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya
pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang
pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada
polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis, pembesaran
kelenjar.

b. Dada
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya
hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta ditemukan
adanya kolustrum.
c. Perut
Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi
linea alba/ nigra, terdapat striae gravidarum. Palpasi : usia
kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia
kehamilan prematur pertengahan pusat dan prosesus
xypoideus, punggung kiri/ punggung kanan, letak kepala,
sudah masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin lama
makin sering dan kuat. Auskultasi : ada/ tidaknya DJJ,
frekwensi antara 140 – 160 x / menit.
d. Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban.
Bila terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan, menandakan adannya
kelainan letak anak. Pemeriksaan dalam untuk mengetahui
jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan serviks, panggul
serta keadaan jalan lahir.
e. Ekstremitas
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena
karena penyakit jantung/ ginjal. Ada varices pada
ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan
pembesaran uterus yang menekan vena abdomen.

3.1.6 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan,
waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang
pemeriksaan serologi untuk sifilis.
3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Kala 1
Diagnosa 1 : nyeri persalinan (Nanda 00256)
3.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang bervariasi dari yang
menyenangkan sampai tidak menyenangkan, yang dikaitkan dengan
persalinan dan melahirkan.

3.2.2 Batasan karakteristik


 Diaforesis
 Dilatasi pupil
 Ekspresikan wajah mis: mata kurang bercahaya, gerakan mata
berpencar, meringis.
 Kontraksi uterin
 Mual
 Muntah
 Nyeri
 Perubahan frekuensi jantung
 Perubahan frekuensi pernapasan
 Perubahan fungsi neuroendokrin
 Perubahan fungsi urinarius
 Perubahan pola tidur
 Perubahan tekanan darah

3.2.3 Faktor yang berhubungan


Dilatasi serviks dan ekspulsi fetal

Diagnosa 2 : Ansietas (Nanda 00146)


3.2.4 Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertidak menghadapi ancaman.
3.2.5 Faktor resiko
 Agen farmaseutikal
 Barier kelebihan cairan
 Berat badan ekstrem
 Gangguan mekanisme regulasi
 Kehilangan cairan melalui rute normal
 Kehilangan volume cairan aktif
 Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan

Kala II
Diagnosa 3: Ketidakefektifan pola napas b.d penurunan energi dan keletihan
3.2.6 Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak member ventilasi yang
adekuat
3.2.7 Batasan karakteristik
Subjektif:
Dispnea
Napas pendek
Objektif:
Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik tumpu
Bradipnea
Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Napas dalam
Peningkatan diameter anterior-posterior
Napas cuping hidung
Ortopnea
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan bibir mencucu
Kecepatan respirasi (bayi: <25 atau >60)
Takipnea
Rasio waktu
Penggunaan otot bantu asesoris untuk bernapas
3.2.8 Faktor yang berhubungan
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Penurunan energy dan kelelahan
Hiperventilasi
Sindrome hipoventilasi
Kerusakan musculoskeletal
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuscular
Obesitas
Nyeri
Kerusakan persepsi atau kognitif
Kelelahan otot-otot pernapsan
Cidera medulla spinalis

Diagnosa 4. Nyeri Akut


3.2.9 Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan jaringan, yang aktual atau potensial, atau
digambarkan dalam hal sedemikia rupa.

3.2.10 Batasan karakteristik


Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan
isyarat
Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertega
sampai kaku)
- Respons autonomic (misalnya diaphoresis; perubahan tekanan
darah, pernapasan, atau nadi; dilatasi pupil)
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi (misalnya mondar-mandir, mencari orang
lain dan/atau aktivitas lain, aktivitas berulang)
- Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan
menghela nafas panjang)
- Wajah topeng (nyeri)
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Fokus menyempit (misalnya gangguan persepsi waktu,
gangguan proses piker, interaksi dengan orang lain atau
lingkungan menurun)
- Bukti nyeri yang dapat diamati
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau
tidak menentu dan menyeringai)

3.2.11 Faktor yang berhubungan


Agen-agen penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, dan
psikologis

Kala III
Diagnosa 5. Defisit volume cairan
3.2.12 Definisi
Penurunan cairan intravaskularr, interstitial, dan atau cairan
intraselular ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan pada natrium

3.2.13 Batasan karakteristik


Haus penurunan haluaran urine
Kelemahan penurunan pengisian vena
Kulit kering penurunan tekanan darah
Membrane mukosa kering penurunan tekanan nadi
Peningkatan frekuensi nadi penurunan turgor kulit
Peningkatan hematokrit penurunan turgor lidah
Peningkatan konsentrasi urine penurunan volume nadi
Peningkatan suhu tubuh perubahan status mental
Penurunan berat badan tiba-tiba

3.2.14 Faktor yang berhubungan


Kegagalan mekanisme regulasi
Kehilangan cairan aktif

Kala IV
Diagnosa 6 : resiko infeksi (Nanda 00004)
3.2.15 Definisi
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik

3.2.16 Faktor resiko


 Penyakit kronis
 Pengetahuan yang tidak cukup
 Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
 Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
 Vaksinasi tdak adekuat
 Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
 Prosedur invasif
 Malnutrisi

Diagnosa 7 : resiko perdarahan (Nanda 00206)


3.2.17 Definisi
Rentan mengalami penurunan volume darah yang dapat
mengganggu kesehatan
3.2.18 Fsktor resiko
 Aneurisme
 Gangguan fungsi hari
 Gangguan gastrointestinal
 Koagulasi inheren
 Koagulasi intravaskulat diseminata
 Komplikasi kehamilan (misalnya: pecah ketuban dini, plasenta
previa/abrupsio, kehamilan kembar)
 Kurang pengetahuan tentang kewaspadaan perdarahn
 Program pengobatan
 Riwayat jatuh
 Sirkumsisi
 Trauma

3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri persalinan
3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
 Pain level
 Pain control
 Comfort level
Kriteria hasil
3.3.1.1 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
3.3.1.2 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3.3.1.3 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
3.3.1.4 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

3.3.2 Intervensi keperawatan


2.3.2.1 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor
presipitasi
2.3.2.2 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
2.3.2.3 Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
2.3.2.4 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
2.3.2.5 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
2.3.2.6 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
2.3.2.7 Ajarkan tentang tekhnik nonfarmakologi

Diagnosa 2 : resiko infeksi


3.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
 Status imunitas
 Pengetahuan : kontrol infeksi
 Kontrol resiko
Kriteria hasil :
3.3.3.1 Klien bebas dari tanda gejala infeksi
3.3.3.2 Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3.3.3.3 Jumlah leukosit dalam batas normal
3.3.3.4 Menunjukan perilaku hidup sehat

3.3.4 Intervensi keperawatan


3.3.4.1 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
3.3.4.2 Batasi pengunjung bila perlu
3.3.4.3 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung
3.3.4.4 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
3.3.4.5 Gunakan alat pelindung diri
3.3.4.6 Tingkatkan intake nutrisi
3.3.4.7 Berikan terapi antibiotik bila perlu
3.3.4.8 Monitor tanda dan gejala infeksi
3.3.4.9 Berikan perawatan kulit yang luka
3.3.4.10 Dorong istirahat
3.3.4.11 Ajarkan cara menghindari infeksi

Diagnosa 3 : resiko kekurangan volume cairan


3.3.5 Tujuan dan kriteria hasil
 Keseimbangan cairan
 Keseimbangan elektrolit dan asam basa
 Hidrasi
 Status nutrisi: asupan makanan dan cairan
Kriteria hasil :
3.3.5.1 Keseimbangan cairan dalam ruang intrasel dan ekstrasel
tubuh
3.3.5.2 Keseimbangan elektrolit dan non elektrolit dalam
kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh
3.3.5.3 Jumlah air dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh
yang adekuat
3.3.5.4 Jumlah makanan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh
selama periode 24 jam

3.3.6 Intervensi keperawatan


3.3.6.1 Menejemen elektrolit
3.3.6.2 Pemantauan elektrolit
3.3.6.3 Manajemen cairan/elektrolit
3.3.6.4 Pemantauan cairan
3.3.6.5 Manajemen hipovolemia
3.3.6.6 Terapi intravena (IV)
3.3.6.7 Pemantauan nutrisi

Diagnosa 4 : ansietas
3.3.7 Tujuan dan kriteria hasil
Ansietas berkurang dibuktikan dengan tingkat ansietas hanya ringan
sampai sedang dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap
ansietas, konsentrasi dan koping.
Kriteria hasil :
3.3.7.1 Tingkat ansietas berkurang
3.3.7.2 Mampu mengendalikan diri terhadap ansietas
3.3.7.3 Mampu untuk berkonsentrasi

3.3.8 Intervensi keperawatan


3.3.8.1 Memantau manifestasi perilaku ansietas
3.3.8.2 Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas
3.3.8.3 Meminilmalkan kekhawatiran, ketakutan dan perasaan
tidak menyengkan
3.3.8.4 Membantu pasien beradaptasi dengan persepsi, perubahan
dan peran hidup
3.3.8.5 Memberikan penenangan, penerimaan dan dukungan
selama masa stress
Diagnosa 5 : resiko perdarahan
3.3.9 Tujuan dan kriteria hasil
Perdarahan tidak terjadi dengan kriteria hasil berikut:
Kriteria hasil :
3.3.9.1 Tingkat keparahan perdarahan berkurang
3.3.9.2 Tanda-tanda vital normal
3.3.9.3 Mampu untuk berkonsentrasi
3.3.9.4 Jumlah trombosit klien meningkat
3.3.10 Intervensi keperawatan
3.3.10.1 Anjurkan untuk membatasi pergerakan
3.3.10.2 Kontrol tanda-tanda vital
3.3.10.3 Kontrol perdarahan
3.3.10.4 Anjurkan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda
tanda perdarahn lebih banyak
4. Daftar Pustaka
Carpenito LJ. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Depkes.2008 . Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID.

Doenges EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

FKUI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Gary dkk. 2006. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta: EGC.

Halminton. 2005. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta: EGC.

Manuaba IBG. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi


Dan KB. Jakarta: EGC.

Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Mochtar. 2005. Perawatan Persalinan Ibu. Jakarta: Medika Pustaka.

Retno, dkk. 2011. Buku Panduan Praktek Laboraturium: Keperawatan


Maternitas. Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Jenderal Achmad
Yani. Yogyakarta.

Wiknjosastro G. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Keperawatan Persalinan


Normal. Jakarta : ISBN.

Pelaihari, Januari 2017


Preseptor Lapangan, Preseptor Laporan

(...............................................................) (...........................................................)

Preseptor Akademik
(.................................................................)

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)
DI RUANG VK BERSALIN
Disusun oleh :
ANNISA NOR DESYANA, S.Kep
1614901110025

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
BANJARMASIN, 2016

Anda mungkin juga menyukai