Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
1.2.1 Uterus
Fungsi: tempat menerima, mempertahankan dan memberi makan
ovum yang telah dibuahi.
Bagian-bagian:
1.2.1.1 Fundus : terletak di atas muara tuba uterine
1.2.1.2 Corpus : terletak dibawah bagian tuba uterine
1.2.1.3 Cervix : bagian bawah korpus yang menyempit
Cervix ini menembus dinding anterior vagina dan menjadi 2:
Portio supravaginalis
Portio vaginalis cervicis uteri
Struktur Uterus:
Semua bagian diliputi oleh peritoneum kecuali pada bagian anterior
dan di bawah ostium histologicum uteri interni. Di tempat ini
peritoneum berjalan ke depan di atas vesica urinaria. Di lateral juga
terdapat ruangan diantara tempat perlekatan lapisan ligamentum
latum.
Histologi:
Tunica muscularis (myometrium) sangat tebal dan dibentuk oleh
otot2 polos yang disokong oleh jaringan ikat.
Tunica mucosa yang membatasi corpus uteri disebut
endometrium. Tunica ini melanjutkan diri ke atas sebagai tunica
mucosa yang melapisi tuba uterine dan kebawah sebagai
membrane mukosa yang melapisi cervix.
Endometrium langsung melekat pada otot sehingga tidak
mempunyai lapisan submukosa. Lapisan ini dipengaruhi oleh
hormone ovarium.
Pendarahan:
Portio supravaginalis dikelilingi oleh fascia pelvis viceralis yang
disebut parametrium. Pada daerah ini, a. uterine disilang oleh ureter
pada kanan dan kiri cervix. Pendarahan: Arteri: a. uterine. Cabang dari
a. illiaca interna.
1.2.2 Tuba Falopii
Fungsi:
Menerima ovum dari ovarium
Saluran yang dilalui spermatozoa untuk mencapai ovum
Tempat terjadinya fertilisasi (biasanya terjadi di ampulla)
Menyediakan makanan untuk ovum yang terfertilisasi dan
membawanya ke cavitas uteri
Bagian-bagian:
1.2.2.1 Infundibulum
Ujung lateral tuba uterine. Berbentuk corong, menjorok ke
luar ligamentum latum dan terletak di atas ovarium. Ujung
lateralnya membentuk tonjolan seperti jari2 yang disebut
fimbriae yang melingkupi ovarium.
1.2.2.2 Ampulla
Bagian tuba yang paling luas.
1.2.2.3 Isthmus
Bagian tersempit tuba. Terletak lateral terhadap uterus.
1.2.2.4 Pars Uterina
Segmen tuba yang menembus dinding uterus.
Pendarahan:
Uterine → cabang dari a. illiaca interna
Arteri ovarica → cabang aorta abdominalis
1.2.3 Ovarium
Fungsi Ovarium:
Mengembangkan dan mengeluarkan ovum
Menghasilkan hormon steroid
Pendarahan
Arteri ovarica → berasal dari aorta abdominalis setinggi L1
Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan & berat janin yang dilahirkan
2.1.4 Abortus
Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup diluar kandungan.
Umur hamil sebelum 28 minggu.
Berat janin kurang dari 1000 gram.
2.1.5 Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu.
Berat janin kurang dari 2.449 gram.
2.1.6 Persalinan Aterm
Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu.
Berat janin diatas 2500 gram.
2.1.7 Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur 42 minggu.
Pada janin terdapat tanda postmaturitas.
2.18 Persalinan Presipitatus
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
2.2 Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain:
2.2.1 Teori oxytocin : Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh
karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
2.2.2 Keregangan otot-otot : Seperti halnya dengan kandung kencing dan
lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan
rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan.
2.2.3 Pengaruh janin : Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya
juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa.
2.2.4 Teori Plasenta Menjadi Tua: Turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan konstraksi rahim.
2.2.5 Teori Iritasi Mekanik: Di belakang servik terlihat ganglion servikale
(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
2.4 Patofisiologi
Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu:
2.4.1 Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
2.4.1.1 Fase laten :
a. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secar bertahap.
b. Berlangsung hingga seviks membuka kurang dari 4 cm
c. Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau
hingga 8 jam.
Mekanisme persalinan:
2.4.2.1 Engagement
a. Diameter biparietal melewati PAP
b. Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
c. Multipara terjadi permulaan persalinan
d. Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis
melintang pada PAP-Flexi Ringan
2.4.2.2 Descent (Turunnya Kepala)
Turunnya presentasi pada inlet disebabkan oleh 4 hal :
a. Tekanan cairan ketuban
b. Tekanan langsung oleh fundus uteri
c. Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
d. Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
2.4.2.3 Flexion
Majunya kepala mendapat tekanan dari servix, dinding
panggul atau dasar panggul, flexi (dagu lebih mendekati
dada).
2.4.2.4 Rotation Internal
a. Bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis
b. Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir (Bidang tengah dan PBP)
c. Terjadinya bersama dengan majunya kepala
d. Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah
kepala di dasar panggul.
2.4.2.5 Extension
Defleksi kepala, karena sumbu PBP mengarah ke depan dan
atas.
2.4.2.6 Rotation External
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah
panggul anak untuk menghilangkan torsi leher akibat
putaran paksi dalam. Ukuran bahu menempatkan pada
ukuran muka belakang dari PBP.
2.4.2.7 Expulsi
Bahu depan di bawah symphisis sebagai Hypomoklion,
lahir bahu belakang, bahu depan, badan seluruhnya.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan
arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput
yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
Evaluasi
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. Setiap 15 menit
pada 1 jam pertama pasca persalinan. Setiap 20-30 menit pada jam
kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia
uteri. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah:
2.6.1 Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik.
2.6.2 Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan
terjadi ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan
episiotomi.
2.6.3 Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa
berkontraksi setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan
hebat.
2.6.4 Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama
1 jam setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah
tyerdapat sebagian plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta
lahir.
2.6.5 Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam
dinding lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
2.6.6 Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian
atas vagina sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari
vagina. Hal ini dapat terjadi pada persalinan dengan disproporsi
kepala panggul.
2.6.7 Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
2.6.8 Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang sangat
berbahaya dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan
hebat.
2.6.9 Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak
akibat air ketuban masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus
vena yang terbuka pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-
pembuluh kapiler dalam paru-paru.
2.7 Prognosis
Prognosis pada persalinan normal baik.
Pemeriksaan Dalam :
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I
pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan
temuan-temuan yang ada pada partogram.
Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut :
Warna cairan amnion
Dilatasi serviks
Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan pemeriksaan
luar)
2.8.2 Kala II
Diagnosis :
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin
sudah tampak di vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
Penanganan :
Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan :
mendampingi ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum,
mengipasi dan meijat ibu
Menjaga kebersihan diri
Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
atau ketakutan ibu
Mengatur posisi ibu
Menjaga kandung kemih tetap kosong
Memberikan cukup minum
Penanganan :
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang
juga mempercepat pelepasan plasenta :
Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran
bayi
Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau
susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau
memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
2.8.4 Kala IV
Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis
bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik
yang luar biasa – sio ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi
sedanmg menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.
Penanganan
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-
30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase
uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan .
Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan
setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan
ibu makanan dan minuman yang disukainya.
Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih
dan kering
Biarkan ibu beristirahat
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu
dan bayi
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan.
Ajari ibu atau keluarga tentang :
- Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
- Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
b. Dada
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya
hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta ditemukan
adanya kolustrum.
c. Perut
Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi
linea alba/ nigra, terdapat striae gravidarum. Palpasi : usia
kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia
kehamilan prematur pertengahan pusat dan prosesus
xypoideus, punggung kiri/ punggung kanan, letak kepala,
sudah masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin lama
makin sering dan kuat. Auskultasi : ada/ tidaknya DJJ,
frekwensi antara 140 – 160 x / menit.
d. Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban.
Bila terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan, menandakan adannya
kelainan letak anak. Pemeriksaan dalam untuk mengetahui
jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan serviks, panggul
serta keadaan jalan lahir.
e. Ekstremitas
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena
karena penyakit jantung/ ginjal. Ada varices pada
ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan
pembesaran uterus yang menekan vena abdomen.
Kala II
Diagnosa 3: Ketidakefektifan pola napas b.d penurunan energi dan keletihan
3.2.6 Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak member ventilasi yang
adekuat
3.2.7 Batasan karakteristik
Subjektif:
Dispnea
Napas pendek
Objektif:
Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik tumpu
Bradipnea
Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Napas dalam
Peningkatan diameter anterior-posterior
Napas cuping hidung
Ortopnea
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan bibir mencucu
Kecepatan respirasi (bayi: <25 atau >60)
Takipnea
Rasio waktu
Penggunaan otot bantu asesoris untuk bernapas
3.2.8 Faktor yang berhubungan
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Penurunan energy dan kelelahan
Hiperventilasi
Sindrome hipoventilasi
Kerusakan musculoskeletal
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuscular
Obesitas
Nyeri
Kerusakan persepsi atau kognitif
Kelelahan otot-otot pernapsan
Cidera medulla spinalis
Kala III
Diagnosa 5. Defisit volume cairan
3.2.12 Definisi
Penurunan cairan intravaskularr, interstitial, dan atau cairan
intraselular ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan pada natrium
Kala IV
Diagnosa 6 : resiko infeksi (Nanda 00004)
3.2.15 Definisi
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri persalinan
3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria hasil
3.3.1.1 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
3.3.1.2 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3.3.1.3 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
3.3.1.4 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Diagnosa 4 : ansietas
3.3.7 Tujuan dan kriteria hasil
Ansietas berkurang dibuktikan dengan tingkat ansietas hanya ringan
sampai sedang dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap
ansietas, konsentrasi dan koping.
Kriteria hasil :
3.3.7.1 Tingkat ansietas berkurang
3.3.7.2 Mampu mengendalikan diri terhadap ansietas
3.3.7.3 Mampu untuk berkonsentrasi
(...............................................................) (...........................................................)
Preseptor Akademik
(.................................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)
DI RUANG VK BERSALIN
Disusun oleh :
ANNISA NOR DESYANA, S.Kep
1614901110025