Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DEBRIDEMENT

DI OK SENTRAL/IBS RSUD ULIN

OLEH:

NOVIE MAYNITASARI A.

NPM : 1614901110153

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
BANJARMASIN
2017
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : NOVIE MAYNITASARI A.

NPM : 1614901110153

JUDUL LP : DEBRIDEMENT

Banjarmasin, Januari 2017

Ners muda,

()

.
PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

(..............................................) (...............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
DEBRIDEMENT

A. DEFINISI
Debridement merupakan sebuah tindakan pembedahan lokal yang dilakukan
dengan cara pengangkatan jaringan mati dari suatu luka, jaringan mati
tersebut dapat dilihat, warna lebih terlihat pucat, cokelat muda bahkan
berwarna hitam basah atau kering.
Debridement ialah sebuah tindakan eksisi yg bertujuan untuk membuang
jaringan nekrosis ataupun debris yg mengahalangi proses penyembuhan luka
& potensial terjadi atau berkembangnya infeksi sehingga merupakan tindakan
pemutus rantai respon inflamasi sistemik & maupun sepsis. Tindakan ini
dilakukan seawal mungkin, & dapat dilakukan tindakan ulangan sesuai
kebutuhan. Prinsip debridement adalah untuk membersihkan kontaminasi
yang terdapat di sekitar luka dengan melakukan pengangkatan terhadap
jaringan yang non viabel dan material asing, seperti pasir yang melekat pada
jaringan lunak. Dilakukan penilaian pada sekitar jaringan sekitar tulang,
cedera pembuluh darah, tendon, otot, saraf. Sebelum dilakukan debridement,
diberikan antibiotik profilaks yang dilakukan di ruangan emergency. Yang
terbaik adalah golongan sefalosforin. Biasanya dipakai sefalosforin golongan
pertama.

Jenis-jenis debridement
a. Debridemen alami : Pada peristiwa debridemen alami, jaringan mati akan
memisahkan diri secara spontan dari jaringan viable yg ada di bawahnya.
Tetapi, pemakaian preparat topical anti bakteri cenderung memperlambat
proses pemisahan ester yg alami. Tindakan mempercepat proses ini dapat
menguntungkan bagi pasien & dapat dilakukan dengan cara-cara lain
seperti debridemen mekanis atau bedah maka ketika antara terjadinya
invasi bakteri & tumbuhnya masalah lainnya dapat dikurangi.
b. Debridemen mekanis : Debridemen mekanis meliputi penggunaan gunting
bedah & forsep untuk memisahkan & mengangkat eskar. Teknik ini bisa
dilakukan oleh dokter atau perawat yg berpengalaman, & umumnya
debridemen mekanis dikerjakan setiap hari pada waktu penggantian
balutan serta pembersihan luka. Debridemen dengan cara-cara ini
dilaksanakan sampai tempat yg masih terasa sakit & mengeluarkan darah.
Preparat hemostatik atau balutan tekan bisa digunakan untuk
menghentikan perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yg kecil.
c. Debridemen bedah : Debridemen bedah ialah tindakan operasi dengan
melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai fasia ( eksisi
tangensial ) atau dengan mengupas lapisan kulit yg terbakar dengan cara
bertahap sampai mengenai jaringan yg masih berdarah. Tindakan ini dapat
dimulai beberapa hari atau segera sesudah kondisi hemodinamik pasien
stabil & edemanya berkurang. Selanjutnya lukanya segera ditutup dengan
graf kulit atau balutan. Balutan biologic temporer atau balutan biosintetik
dapat digunakan dahulu sebelum graf kulit dipasang pada pembedahan
berikutnya.
(http://askep33.com/2016/03/17/jenis-jenis-debridement/)

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep dan asuhan keperawatan yang harus diberikan
kepada klien dengan debridement.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami definisi dari debridement
2) Mahasiswa mampu memahami etiologi dari debridement
3) Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari debridement
4) Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari debridement
5) Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari debridement
6) Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari debridement,
meliputi :
a) Pengkajian
b) Diagnosa keperawatan
c) Perencananaan Intervensi Keperawatan

C. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI


Indikasi:
1. Luka dalam keadaan nekrosis (kematian jaringan)
Kontraindikasi:
1. Pasien memiliki kelainan pembekeuan darah
D. PENATALAKSANAAN/JENIS-JENIS TINDAKAN
A. Metode Debridement
Terdapat 4 metode debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan
surgikal. Metode debridement yang dipilih tergantung pada jumlah
jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan
penyakit sistemik.

1. Debridement Otolitik
Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,
melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik.
Debridement otolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang
dihilangkan. Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen
otolitik dapat dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau
semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak dengan
jaringan nekrotik. Debridement otolitik dapat dilakukan dengan
hidrokoloid, hidrogel atau transparent films.
Indikasi:
a. Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai
sedang.
Keuntungan:
a. Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.
b. Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh
sendiri untuk membersihkan luka debris nekrotik.
c. Efektif dan mudah
d. Sedikit atau tanpa nyeri.
Kerugian:
a. Tidak secepat debridement surgikal.
b. Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.
c. Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid
oklusif digunakan.

2. Debridement Enzymatik
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk
merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis,
debridement enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau
debridement otolitik dan mekanikal. Debridement enzimatik
direkomendasikan untuk luka kronis.
Indikasi:
a. Untuk luka kronis
b. Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.
c. Pembentukan jaringan parut
Keuntungan:
a. Kerjanya cepat
b. Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan
yang tepat.
Kerugian:
a. Mahal
b. Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.
c. Memerlukan balutan sekunder
d. Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

3. Debridement Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang
melekat pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat
pada balutan anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang
melekat pada anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut
non-viable, sementara beberapa yang lain viable. Debridement ini
nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak
sehat. Debridement mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering.
Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai
persiapan untuk pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe
debridement mekanik.Keuntungan dan risikonya masih
diperdebatkan.
Indikasi:
a. Luka dengan debris nekrotik moderat.
Keuntungan:
a. Materialnya murah (misalnya tule)
Kerugian:
a. Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau
jaringan penyembuhan
b. Lambat
c. Nyeri
d. Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga
penyebaran melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau
infeksi. Disinfeksi tambahan dapat menjadi sitotoksik.

4. Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan
menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain
Debridement surgikal merupakan standar perawatan untuk
mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan debridement surgikal
adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang dibuang.
Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati dan
dapat mengurangi waktu. Debridement surgikal dapat dilakukan di
tempat tidur pasien atau di dalam ruang operasi setelah pemberian
anestesi.
Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih
pucat(tahap awal), bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut),
konsistensi lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit mengeluarkan
darah. Debridement dilakukan sampai jaringan tadi habis, cirinya
adalah kita sudah menemulan jaringan yang sehat dan perdarahan
lebih banyak pada jaringan yang dipotong.
Indikasi:
a. Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
b. Jaringan terinfeksi.
Keuntungan:
a. Cepat dan selektif
b. Efektif
Kerugian:
a. Nyeri
b. Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi

Teknik Operasi
1. Tindakan antiseptic
2. Anestesi infiltrasi sekitar luka
3. Luka dicuci sampai bersih
4. Identifikasi jaringan nekrotik dan struktur neuro vaskular.
5. Jepit jaringan nekrotik dengan pinset, gunting
6. Ulangi langkah 5 sampai semua/sebagian besar jaringan terbuang.
Sampai jaringan sehat terlihat (sudah ada perdarahan normal)
7. Jika luka tertutup darah, cuci kembali dengan NaCl 0.9 %, lalu
kembali identifikasi jaringan nekrotik.
8. Selanjutnya tergantung tipe luka dapat dijahit primer atau dilakukan
perawatan luka terbuka atau tindakan definitif lainnya.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Hematologi
1. Hemoglobin
Molekul dalam eritrosit yang bertugas mengangkut oksigen
2. Eritrosit
Berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
3. Masa pembekuan darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat berapa lama diperlukan untuk
proses pembukaan darah karena ketika dilakukan debridement akan
ada perlukaan pada sekitar luka.
4. Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
Mengetahui kadar gula darah, apabila kadar gula darah tinggi >200
maka luka beresiko susah sembuh.

F.
G. GAMBAR
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Pre operasi
Ansietas berhubungan dengan koping individu inefektif
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan selama ..x..jam ansietas mampu ditangani
dengan kriteria hasil:
a. Ansietas berkurang
b. Menunjukan pengendalian diri terhadap ansietas
c. Koping individu baik

Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


a. Penurunan ansietas
Rasioanal: meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka, atau
perasaan tidak tenang yang b.d sumberbahaya yang diantisipasi dan
tidak jelas
b. Peningkatan koping
Rasional: membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi
stressor, perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan
tuntutan dan peran hidup
c. Dukungan emosi
Rasional: memberikan penenangan, penerimaan danbantuan/dukungan
selama masa stres

2. Intra operasi
Risiko hipotermi dengan faktor risiko lingkungan bersuhu rendah, dan
trauma
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x jam tidak terjadi
hipotermi.
Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh dalam batas normal (36-37,50C)
b. Tidak menggigil
Intervensi:
a. Pantau suhu tubuh klien
Rasional: mengetahui perubahan suhu tubuh apakah hipo atau hiper
atau normal
b. Berikan pakaian yang tebal dan hangat
Rasional: meningkat suhu panas pada tubuh.

3. Post operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ..x.. jam
masalah nyeri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
d. skala nyeri berkurang (0-10)
e. pasien terlihat rileks atau nyaman
f. pasien mampu mengontrol nyeri
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring dan posisi yang nyaman
Rasional: dengan adanya tirah baring akan mengurangi nyeri
b. Kaji nyeri menggunakan metode (PQRST) meliputi skala,
frekuensi nyeri, dll
Rasional: pengkajian dari frekuensi, skala, waktu, dapat
dipertimbangkan untuk tindakan selanjutnya.
c. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Rasional: teknik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri dan
membuat relaks
d. Monitor tanda tanda vital
Rasional: mengetahui perkembangan kesehatan pasien
e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional : pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan pasien.

2) Ketidakefektifan pembersihan jalan napas b/d obstruksi jalan nafas:


secret di bronki
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jam bersihan jalan
nafas menajdi efektif dengan kriteria hasil:
a. Tidak terdapat secret pada jalan nafas
b. Bunyi nafas bersih
Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
a. Manajemen Jalan Napas
R: memfasilitasi kepatenan jalan udara
b. Pengisapan Jalan Nafas
R: mengeluarkan secret dari jalan nafas dan memasukkan sebuah
kateter pengisap kedalamjalannafas oral atau trakea
c. KewaspadaanAspirasi
R: mencegah atau memilnimalkan faktor resiko pada pasien yang
beresiko mengalami aspirasi
d. Manajemen Asma
R: mengidintifikasi, menangani, dan mencegah reaksi inflamasi/
konstriksi di dalam jalan nafas
e. Peningkatan Batuk
R: menigkatkan inhalasi dalam pada pasien yang memiliki riwayat
keturunan mengalami tekanan intra toraksik dan kompresi
parenkim paru yang mendasari untuk pengerahan tenaga dalam
menghembuskan udara

3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka akibat post


operasi debridement
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ..x.. jam
diharapkan masalah gangguan integritas kulit dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan
b. Luka sembuh sesuai kriteria
c. Tidak ada luka atau lesi
d. Perfusi jaringan baik
e. Menunjukkan proses penyembuhan luka
Intervensi :
a. Anjurkan pasien memakai pakaian yang longgar
Rasional : udara tidak lembab jadi tidak menyebabkan kuman
tumbuh
b. Hindari dari kerutan tempat tidur
Rasional : meminimalkan perlukaan, atau nyeri tekan
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Rasional : mencegah kuman maupun bakteri berkembang di sekitar
lingkungan
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi), miring kanan, miring kiri
Rasional : menghindari adanya tekanan dalam waktu yang lama
e. Monitor perkembangan kulit pada luka post debridement
Rasional : perkembangan pada kulit / luka lebih baik
f. Mengobservasi luka : perkembangan, tanda tanda infeksi,
kemerahan,perdarahan, jaringan nekrotik, jaringan granulasi
Rasional : proses penyembuhan luka terkontrol
g. Lakukan teknik perawatan luka dengan prinsip steril
Rasional : luka terkontrol dari infeksi.

4) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post debridement


Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x... jam
diharapkan resiko infeksi dpat dicegah dan teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Pasien bebas dari tanda gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah lekosit dlam batas normal
d. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
a. Pertahankan teknik aseptif
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
c. Monitor tanda dan gejala infeksi
Rasional : merencanakan tindakan untuk menghambat tanda gejala
infeksi
d. Berikan perawatan luka pada area epiderma
Rasional : membersihkan luka, mencegah resiko infeksi
e. Observasi kulit, membrane mukosa terhadap kemerahan, panas ,
drainase
Rasional : mengetahui perkembangan penyembuhan luka
f. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
Rasional : mengetahui kondisi luka
g. Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : merencanakan pencegahan bakteri patologi / anaerob
menyerang pada insisi pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

http://askep33.com/2016/03/17/jenis-jenis-debridement/
http://graphicwitness.medicalillustration.com/generateexhibit.php?ID=7580
http://www.doereport.com/generateexhibit.php?ID=40416

Anda mungkin juga menyukai