Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

DI RUANG EMERALD RSUD Dr. MOCH ANSARI SALEH


BANJARMASIN

Oleh:
SITI KHUMAIROH, S. Kep
NPM. 19149011100074

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2019
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitungan
eritrosit berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah
(Sudoyo dkk, 2009).
Kriteria anemia menurut WHO
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa < 13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl
Wanita hamil < 11 g/dl

B. Etiologi
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena :
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).

Klasifikasi anemia menurut Etiopatogenesis


a. Anemia karena ganagguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
- Anemia defisiensi besi
- Anemia defisiensi asam folat
- Anemia defisiensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sumsum tulang
- Anemia aplastik
- Anemia mieloptisik
- Anemia pada keganasan hematologi
- Anemia diseritropoietik
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
b. Anemia akibat hemoragi
- Anemia pasca perdarahan akut
- Anemia akibatperdarahan kronik

c. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
- Gangguan membran eritrosit (membranopati)
- Gangguan enzim eritrosit (enzimipati)
- Gangguan hemoglobin (hemoglobinipati)
 Thalassemia
 Hemoglobinopati struktural : HbS, HbE dll
2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
- Anemia hemolitik autoimun
- Anemia hemolitik mikroangiopatik
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang
komplek

C. Manifestasi Klinis
1. Manfestasi klinis yang sering muncul
a. Pusing e. Resa mengantuk
b. Mudah kunang-kunang f. Susah konsentrasi
c. Lesu g. Cepat lelah
d. Aktivitas kurang h. Pikiran menurun/ prestasi kerja fisik
2. Gejala khas masing-masing anemia :
a. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia
defisiensi besi
b. Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, makin buncit, pada anemia
hemolitik
c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda anemia umum : pucat, takhikardi, pembesaran jantung,
pembuluh darah spontan, bising karotis
b. Manifestasi khusus apad anemia :
- Defisiensi besi : glositis
- Defisiensi B12 : paresis, ulkus di tungkai
- Hemolitik : ikterus, splenomegali
- Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

D. Patofisiologis
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses
ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

E. Komplikasi
1. Gagal jantung
2. Kejang dan parestesia (perasaan yang menyimpang seperti rasa terbakar ,
kesemutan )
3. Gagal ginjal

F. Pemeriksaan Penunjang
Tes darah lengkap (tingkat keparahan dan jenis anemia), biokimiawi pemeriksaan
untuk megukur kadar unsur-unsur yang diperlukan dalam perkembanan sel Fe,
asam folat,vit B 12, tes fungsi ginjal, (disfungsi ginjal). Biopsi sum-sum tulang
(mengevaluasi produksi SDM), MCH (27-31 Hb yang terdapat dalam sel darah,
MCV (8-91) volume eritrosit rata-rata, MCHC (30-36 g/100ml) konsentrasi Hb
rata-rata, Het (volume darah lengkap/eritrosit).

G. Pathway
Perdarahan saluran Difisiensi besi, vie B12, As. Overaktif RES,
cerna, uters, hidung, Folat, depresi sumsumtulang produksi SDM
luka abnormal

Produksi SDM
Kehilangan SDM (sel Penghancuran SDM
darah merah)

Pertahanan sekunder
Resiko infeksi
tidak adekuat

Penurunan jumlah Penurunan kadar Hb Efek GI


eritrosit

Gangguan penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi paru nutrisi & defisiensi folat

Peningkatan frekuensi
nafas Glositis berat (lidah
Beban kerja dan curah meradang, diare,
jantung meningkat kehilangan nafsu makan
Dypsnea (kesulitan
benapas)
Takikardia, angina
Intake nutrisi turun
(nyeri dada), iskemia
(anoreksia)
miokardium, beban Penurunan transport O2
kerja jantung
Ketidakseimbangan
Hipoksia
nutrisi kurang dari
Ketidakefektifan kebutuhan tubuh
perfusi jaringan
perifer nyeri akut

Lemah, lesu, parestesia, mati Ketidakefektifan pola


Peningkatan
rasa, ataksia, gangguan nafas
kontraktilitas
koordinasi, bingung

palpitasi
Defis perawatan diri

Penebalan dinding ventrikel

kardiomegali

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastik:
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-
10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dengan pemberian makanan yang adekuat.Pada defisiensi besi diberikan sulfas
ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5
gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. Sedangkan pada anemia
defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
6. Anemia pasca perdarahan :
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7. Anemia hemolitik :
Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.

I. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer
oksigen keparu
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
kurang, anoreksia
4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
5. Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung
6. Resiko infeksi

J. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer
oksigen keparu

NOC NIC
Tujuan : Airway management
Setelah dilakukan tindakan 1. Buka jalan nafas
keperawatan pernafasan kembali 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
membaik ventilasi
Kriteria Hasil : 3. Monitor respirasi dan status O2
1. Mendemonstrasikan batuk 4. Keluarkan secret dengan batul
efektif, tidak ada sianosis dan Oxygen therapy
dypsneu 1. Pertahankan jalan nafas yang paten
2. Menunjukkan jalan nafas yang 2. Atur peralatan oksigenasi
paten 3. Pertahankan posisi pasien
3. TTV dalam rentang normal Vital Sign Monitor
1. Monitor TD, Nadi, suhu, dan RR
2. Monitor suara paru
3. Monitor pernafasan abnormal
4. Monitor sianosis perifer

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan


darah, suplai oksigen berkurang

NOC NIC
Tujuan : 1. Monitor adanya paratese
Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor kemampuan BAB
keperawatan tidak terjadi 3. Kolaborasi pemberian analgetik
penurunan sirkulasi darah ke perifer 4. Monitor adanya tromboplebitis
Kriteria Hasil : 5. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan
1. Tekanan systol dan diastol punggung
dalam rentang yang diharapkan 6. Instruksika keluarga untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi
2. Tidak ada ortostatistik
hipertensi
3. Tidak ada tanda-tanda TIK
4. Menunjukkan fungsi sensorik
motori cranial yang utuh

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang


kurang, anoreksia

NOC NIC
Tujuan : 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
Setelah dilakukan tindakan akurat
keperawatan asupan nutrisi 2. Monitor status nutrisi
tercukupi 3. Monitor vital sign
Kriteria Hasil : 4. Kaji lokasi dan luas edema
1. Adanya peningkatan BB sesuai 5. Monitor penambahan BB
dengan tujuan 6. Monitor BB, BP, HR, RR
2. BB ideal sesuai dengan TB 7. Monitor kemungkinan ketidakseimbangan
3. Mampu mengidentifikasi cairan
kebutuhan nutrisi 8. Kolaborasi pemberian diuretik
4. Tidak ada tanda-tanda 9. Monitor masukan makanan atau cairan dan
malnutrisi hitung intake kalori
5. Tidak terjadi penurunan berat 10. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan
badan retensi cairan

4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik

NOC NIC
Tujuan : Self-care assistance:
Setelah dilakukan tindakan Bthing/hygiene
keperawatan selama …. Defisit
1. Pertimbangkan budaya pasien ketika
perawatan diri teratasi
mempromosikan aktivitas perawatan diri
Kriteria Hasil:
2. Pertimbangkan usia pasien ketika
1. Perawatan diri ostomo: mempromosikan aktivitas perawatan diri
tindakan pribadi 3. Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang
mempertaankan ostomiuntuk di butuhkan
eleminasi 4. Tempat handuk, sabun, deodorant, alat
2. Perawatan diri ; aktivitas pencukur,dan aksesoris lainnya dibutukan di
kehidupan sehari-hari (ADL) kamar mandi
mampu untuk melakukan 5. Menyediakan artikel pribadi yang
aktivitas perawatan fisik dan diingin(misalnya deodorant,sikat gigi, sabun
pribadi secara mandiri/dengan mandi, sampho,lotion, dan produk
alat bantu aromaterapi)
3. Perawatan diri mandi: mampu
untuk membersihkan tubuh
sendiri secara mandiri dengan
alat/alat bantu
4. Perawatan diri hygiene :
mampu untuk mempertaankaan
kebersihan dan penampilan
yang rapi secara mandiri
dengan/tanpa alat bantu

5. Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung

NOC NIC
Tujuan : 1. Lakukan pengkajian secara komprehensif
Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi nonverbal
keperawatan nyeri teratasi 3. Jarkan teknik norfarmakologi
Kriteria Hasil : 4. Kontrol lingkungan yang memperngaruhi
1. Mempu mengontrol nyeri nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri 5. Berikan analgetik untuk mengurangi
berkurang nyeri
3. Mampu mengenali nyeri 6. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
4. Menyatakan rasa nyaman kualitas dan derajat nyeri
setelah nyeri berkurang 7. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetik

6. Resiko infeksi

NOC NIC
Tujuan : 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Setelah dilakukan tindakan pasien
keperawatan tidak terjadi infeksi 2. Batasi pengunjung bila perlu
Kriteria Hasil : 3. Cuci tangan sebelum dan sesudan
1. Klien bebas dari tanda dan tindakan keperawatan
gejala infeksi 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
2. Mendeskripsikan proses pelindung
penularan penyakit 5. Dorong masukan nutrisi yang cukup
3. Menunjukkan kemampuan 6. Inspeksi kondisi luka
mencegah timbulnya infeksi 7. Inspeksi kulit dan membran mukosa
4. Jumlah leukosit dalam batas terhadap kemerahan, panas
normal 8. Monitor tanda dan gejala infeksi
5. Menunjukkan perilaku hidup 9. Ajarkan cara menghindari infeksi
sehat 10. Dorong masukan cairan

Daftar pustaka

Huda, A. & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Nanda, NIC,NOC dalam Berbagai Kasus. Edisi Revisi Jilid1. Jakarta.
Mediaction
Tjokoprawiro dkk, 2015, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. UNAIR

Tarwoto & Wartonah. (2008). Keperwatan Medikal Bedah Gangguan Sistem


Hematologi. Jakarta: Trans info media

Banjarmasin, 12 November 2019

Preseptor Klinik Ners Muda

(Siti Rusmiladiyah, S.Kep.Ns ) (Siti Khumairoh, S.Kep)

Banjarmasin, 12 November 2019


Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(Dessy Hadrianti, Ns.,M.Kep) (Rusdianawati, S.Kep.,Ns )

Anda mungkin juga menyukai