Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN DM

Kata pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelasaikan
makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan Anak dengan DM Juveneli" tepat pada waktunya untuk
memenuhi tugas Keperawatan Anak.

Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa dapat lebih memahami tentang Asuhan
Keperawatan Anak dengan DM Juveneli. Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun
kami menyadari masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran ataupun kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun bagi kami.

BABI

A. Latar Belakang

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolism kronik yang ditandai dengan adanya kenaikan
kadar gula darah atau Hiperglikemia. Penyakit DM dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya produksi
insulin karena penurunan fungsi pada sel-sel beta pada pancreas yang dikenal dengan DM tipe 1 atau
tidak efektifnya kerja insulin dijaringan yang dikenal dengan DM 2. DM tipe 1 dikenal dengan DM
Juvenile Diabetes atau Insulint Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dengan jumlah penderita 5-10%
dari seluruh penderita DM dan biasanya terjadi pada anak-anak usia muda. DM tipe 2 juga Adult
Diabetes atau Non Insulint Depedent Diabetes Mellitus (NIIDM). Jumlah penderita ini mencapai 90-95%
dari seluruh penderita DM. timbulnya penyakit ini sangat khas yaitu diusia pertengahan dan terkait
dengan factor genetic serta resistensi insulin yang berhubungan dengan Adipositas. Persentase
penderita DM tipe 2 yang tinggi,maka penanganan kasus ini akan lebih menjadi prioritas utama.

Penyebab utama DM adalah adalah factor genetic dan factor resiko lingkungan. Padafactor lingkungan
yang disebabkan oleh usia, obesitas pada perut, resistensi / insulin, factor diit, kurangnya aktivitas fisik
serta urbanisasi dan modernisasi. Sebagian dari factor penyebab tersebut dapat dimodifikasi melalui
perubahan gaya hidup, sementara sebagian lainnya tidak dapat diubah.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Penyakit DM Juvaneli?

2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan DM Juvaneli?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Konsep Penyakit DM Juveneli

2. Untuk mengetahui Konsep Penyakit DM Juveneli

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Diabetes Mellitus Tipe-1 merupakan kelainan sistemik akibat gangguan metabolism glukosa yang
ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel B pancreas baik oleh
proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang atau berhenti.

Diabetes Mellitus tipe-1 (Diabetes Juveneli), dahulu disebut Insuli Dependent Diabetes Mellitus (IDDM
diabetes yang tergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel B penghasil insulin pada pulau-
pulau Langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh
anak-anak maupun orang dewasa. Dalam kondisi normal, system kekebalan tubuh akan menyerang dan

membentangi tubuh dari bakteri dan membentangi substansi-substansi atau virus yang

menyusup ke dalam tubuh. Namun pada diabetes tipe-1, tanpa alasan yang pasti.
system imun yang menyerang prankreas serta menghancurkan sel beta dan

menyebabkan terhambatnya produksi hormone insulin.

Penderita diabetes tipe-1 hanya memproduksi insulin dalam jumlah yang sangat sedikit atau bahkan
tidak sama sekali. Akibat glukosa dalam darah semakin meningkat (hiperglikemia) dan sel-sel tubuh tidak
mendapatkan asupan energy yang cukup, kondisi tersebut dapat menyebabkan:

a.Dehidrasi

Tingginya kadar gula dalam darah akan meningkatkan frekuensi urinasi (buang air kecil) sebagai reaksi
untuk mengurangi kadar gula. Saat gula darah keluar bersama urine, tubuh juga akan kehilangan banyak
air, sehingga mengakibatkan dehidrasi.

b. Kehilangan Berat Badan

Gula dalam darah (glukosa) merupakan sumber energy bagi tubuh. Glukosa yang terbuang bersama urin
juga mengandung banyak nutrisi dan kalori yang diperlukan tubuh manusia. Oleh karena itu penderita
diabetes tipe-1 juga akan kehilangan berat badannya secara drastis.

Kerusakan Tubuh c

Tinggnya level gula dalam darah akan menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Kondisi ini juga
akan merusak pembuluh darah kecil pada mata, ginjal dan jantung. Penderita diabetes beresiko tinggi
mengalami serangan jantung dan stroke.

Sampai saat ini diabetes tipe-1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan penderita diabetes tipe-1 memiliki
kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun
renspon tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap
awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel B pada diabetes tipe-1 adalah

kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel B pancreas. Reksi imunitas tersebut dapat dipicu
oleh adanya infeksi pada tubuh.

2. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe-1. Namun yang pasti
penyebab utama diabetes tipe-1 adalah factor genetic atau keturunan. Resiko perkembangan diabetes
tipe-1 akan diwariskan melalui factor genetic.

a. Factor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe-1 itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecendrungan genetic kearah terjadinya DM tipe-1. Kecendrungan genetic ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leukosit Antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

b. Factor-factor Imunologi

Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing, yaitu autoantibody terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Factor Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.

3. Manifestasi Klinis

Keluhan umum pasien DM seperti polyuria, polydipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada.
Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degenerative kronik pada
pembuluh darah dan syaraf.

Manifestasi klinis DM tipe-1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal. yang sering ditemukan.

a. Polyuria (banyak kencing) Hal ini disebabkan karena glukosa darah meningkat sampai melampaui daya

serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing. b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga
untuk mengimbangi klien lebih banyak minum. c. Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar) sehingga untuk
memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan
tersebut hanya akan berada sampai pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh bersama mendapat
peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar,
maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada ditubuh termasuk yang berada
dijaringan

otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap

kurus.

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol. fruktasi)yang disebabkan karena
insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.

f. Ketoasidosis

Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus kedalam ketoasidosis diabetic yang disertai atau tanpa
koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik.

4. Patofisiologi

Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang orang dengan system
imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat
yang menyerang antigen sel B pancreas. Factor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B
meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps)dan virus
coxsackie B4. oleh agen kimia yang bersifat toksik atau oleh sitotoksin perusak dan antibody yag dirilis
oleh imunosit yang disensitasi.

Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B pancreas
dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagi pula, gen-gen HLA
yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan
dengan gen-gen yang merespon system imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada
pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets Langerhans) sendiri atau yang
dikenal dengan istilah autoregresi.

Diabetes tipe-1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadiny ketosis apabila
tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pancreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu
memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurangatau tidak sama sekali. Penurunan jumlah insulin
menyebabkan gangguan jalur metabolic antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air
dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya
gluconeogenesis. Gluconeogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino, laktat dan
gliserolyang dilakukan counterregulatory hormone (glucagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin,
sintesis dan pengambilan protein, trigliserida, asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu.
Seharusnya terjadi lipolysis yang menghasilkan badan keton. Glukosa menjadi menumpuk dalam
peredaran darah karena tidak dapat diangkut kedalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180 mg/dl ginjal
tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul glikosuria.

Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang- kadang juga terjadi pada
orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia
tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan
karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glucagon plasma meningkat dan sel-sel B pancreas
gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlakukan pemberian insulin eksogen
untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis,dan menurunkan hiperglukagonemia dan
peingkatan kadar glukosa darah.

5. Klasifikasi

Klasifikasi DM tipe-1 berdasarkan etiologi sebagai berikut: Pada DM tipe-1, dikenal 2 bentuk dengan
patofisiologi yang berbeda.
a. Tipe-1A diduga pengaruh genetic dan lingkungan memegang peran utama untuk terjadinya kerusakan
pancreas. HLD-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang

sangat erat dengan fenomena ini.

b. Tipe-IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita yang juga sering
menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hashimoto disease, Graves disease. Pernicious
anemia, dan Myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada
usia sekitar 30-50 tahun.

6. Komplikasi

Komplikasi DM baik pada pada DM tipe-1 maupun tipe-2, dapat dibagi menjadi 2

kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.

a. Komplikasi Metabolic Akut

1) Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe-1)

Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemia dan glukosuria berat. penurunan
glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukan
benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hydrogen dan
asidosis metabolic. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotic dengan hasil akhir
dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat
koma dan meninggal.

2) Hipoglikemi Seseorang yang memliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar
glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan
sedangkan penderita mendapatkan terapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya
tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya
ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-
kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin juga akibat kekurangan
glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku anak, sensorium yang tumpul,
dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.

b. Komplikasi vascular jangka panjang (pada DM tipe-1 biasanya terjadi saat memasuki tahun ke 5)
1) Mikroangiopaty

Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty diabetic),
glomerulus ginjal (nefropaty diabetic), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa
mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan
neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Menifestasi dini
nefropaty berupa protein urin dan hipertensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien
akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan
jalur poliol (glukosa-sorbitol-fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa
mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa
dan penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang saraf-
saraf perifer, saraf-saraf kranial atau system saraf otonom.

2) Makroangiopaty Gangguang-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi

penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler, gangguan ini berupa:

. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada DM tipe-1 dan 2 umumnya tidak jauh berbeda
diantaranya:

a. Glukosa darah: meningkat 100-200 mg/dl

b. Aseton plasma (keton): positif secara mencolok e. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol
meningkat

d. Osmolaritas scrum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l

e. Elektrolit Natrium mungkin meningkat, atau menurun. Kalium normal atau

peningkatan semu (perpindahan seluler) selanjutnya akan menurun. Fosfor lebih


sering menurun. f. Hemoglobin glikosilat kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya
sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan controltidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden (mis ISK

baru).

g. Gas darah arteri biasanya menunjukkan PH rendah penurunan pada HCO3 (asidosis metabolic)
dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

h. Trombosit darah : HT mungkin meningkat (dehidrasi): leukosit: hemokonsentrasi

merupkan respon terhadap stress atau infeksi. i. Ureum/kreatinin mungkin meningkat atau normal
(dehidrasi / penurunan fungsi ginjal).

j. Amylase darah mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab
dari DKA

k. Insulin darah mungkin menurun bahkan sampai tidak ada (pada tipe-1) atau normal sampai tinggi
(pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin / atau gangguan dalam penggunaannya
(endogen/ eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody.

l. Pemeriksaan fungsi tiroid peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah
dan kebutuhan akan insulin.

m. Urine: gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat. n. Kultur dan
sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

8. Penatalaksanaan

a. Pemberian Insulin

Yang harus diperhatikan dalam pemberian terapi insulin adalah jenis, dosis, kapan pemberian, dan cara
penyuntikan serta penyimpanan. Terdapat berbagai jenis insulin berdasarkan asal maupun lama
kerjanya, menjadi kerja cepat / rapid acting, kerja pendek (regular soluble), menengah, panjang, dan
campuran.

b. Pengaturan Makanan Diet

1) Komposisi sumber kalori perhari sebaiknya terdiri atas: 50-55% karbohidrat, 10-15% protein (semakin
menurun dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak.

2) Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali

makanan kecil sebagai berikut:

⚫ 20% berupa makan pagi ⚫ 10% berupa makanan kecil

⚫ 25% berupa makan siang

⚫ 10% berupa makanan kecil

⚫ 25% berupa makan malam

10% berupa makanan kecil

c. Olahraga

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih 30 menit yang sifatnya
sesuai CRIPE (Continous Rytmical Interval Progresive Endurance Training) latihan yang dapat dijadikan
pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang dan bersepeda.
d. Obat Hiperglikemi Oral(OHO) Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani
yang teratur, tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat
berhasiat hioglikemiak.

• Sulfoniurca

Berfungsi untuk menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin,
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

• Biguanid

Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.

dianjurkan untuk pasien gemuk. Inhibitor a glukosidase

Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim a glukosidase sehingga menurunkan penyerapan glukosa
dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.

⚫ Insulin sentizing agent Berfungsi meningkatkan sensitifitas insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

c. Edukasi

Kegiatan edukasi meliputi pemahaman dan pengertian penyakit dan komplikasinya, memotivasi
penderita dan keluarga agar patuh berobat.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

DM Tipe 1 biasanya rentan terdiagnosis sebelum umur 30 tahun dan terjadi dengan onset anak-anak,
sedangkan DM tipe 2 umunya terjadi setelah usia 40 tahun dan lebih khas pada golongan dewasa tua,
dewasa obesitas, dan etnik serta ras tertentu.
b. Status kesehatan saat ini

1. Keluhan utama

Keluhan umum pada pasien DM yaitu pengeluaran urin dan rasa haus berlebihan, diikuti lapar
berlebihan. Kemudian gangguan lain yang sering dialami pasien ialah keluhan yang timbulkan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf (Bararah, 2013, p. 39). 2. Alasan masuk
rumah sakit.

Pasien biasanya datang dengan kondisi penurunan berat badan mencapai

20%, kelemahan dan intensitas rasa haus yang tinggi (Bararah, 2013)

3. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi persepsi pasien terhadap penyakitnya saat ini, sejak kapan tanda dan gejala mulai muncul.dan
apabila terdapat nyeri bagaimana tingkat karakteristik nyerinya, lalu seberapa luas penyebarannya dan
upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi penyakitnya (Tarwoto, 2012, p. 30).

e. Riwayat kesehatan terdahulu

1. Riwayat penyakit sebelumnya

Terdapat riwayat penyakit Diabetes Mellitus atau penyakit-penyakit lain

yang mendukung terjadinya defisiensi insulin seperti penyakit pancreas. Terdapat riwayat penyakit
penunjang seperti jantung. obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah diterapkan
maupun obat- obatan yang biasa digunakan oleh penderita (Bararah, 2013, p. 39)

2. Riwayat penyakit keluarga

Dilihat dari data genogram atau silsilah keluarga, umumnya ada salah satu anggota keluarga yang juga
menderita Diabetes Mellitus atau penyakit keturunan yang menyebabkan terjadinya defisiensi insulin.
Contohnya adalah hipertensi, jantung (Bararah, 2013)

3. Riwayat pengobatan

Klien dengan kondisi diabetes mellitus tipe I umumnya memakai terapi insulin eksogen, tetapi pada klien
dengan DM 2 juga memerlukan penggunaan insulin untuk mengatur kadar glukosa tetap efektif,
khususnya pada saat stress atau sakit. (Black, 2014, pp. 642-643). Obat antidiabetic oral atau oral
hipoglikemik lebih tepat diberikan pada DM tipe 2 apabila management nutrisi dan latihan gagal. Contoh
pengobatannya ialah sulfoniurea, biguanida meglitinid, inkretin mimetic,
amylonomimetik, inhibitor alfa-glukosidase (Tarwoto, 2012, p. 167).

d. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

a) Kesadaran Klien datang ke Rumah Sakit dalam keadaan composmentis (kesadaran penuh) dan terjadi
hipoglikemia akut karena ketidaktepatan dalam pemakaian insulin eksogen. Pasien umumnya juga
mengalami tremor. pucat, gelisah dan peningkatan denyut nadi (Takikardia) (Tarwoto. 2012, p. 33).

b) Tanda-tanda vital Tanda vital yaitu meliputi pernapasan, suhu, tekanan darah dan nadi dengan
karakteristik tekanan darah tinggi apabila disertai hipertensi Respiration rate (RR) dalam batas yaitu
normal 15-20 kali/menit.. pernapasan dalam atau dangkal, Denyut nadi kuat atau lemah. Dan terjadi
peningkatan suhu tubuh ketika infeksi (Bararah, 2013, p. 40).

2. Body system

a) System pernafasan

Terdapat sputum, batuk, nyeri pada dada, sesak nafas dan adanya suara tambahan. Pada klien dengan
Diabetes Mellitus rentan mengalami infeksi yang menganggu system pernafasannya (Bararah, 2013, p.
40).

b) System kardiovaskular

Keefektifan perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi atau bakikardi,
hipertensi atau hipotensi, aritmia
dan kardiomegalis(pembesaran jantung) (Bararah, 2013, p. 40).

c) System persarafan

Adanya penurunan pada sensoris, terasa paresthesia (kesemutan). anastesia, letargi, mengantuk, respon
reflek melambat dan disorientasi

(Bararah, 2013, p. 40). d) System perkemihan

Adanya Poliuri(urin berlebihan), retensi urine, rasa inkontinensia urin.

rasa panas disertai sakit saat berkemih (Bararah, 2013, p. 40).

e) System pencernaan

Adanya polifagi (makan berlebihan), peningkatan rasa haus(polidipsi)

mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, berat badan menurun, dan terjadi peningkatan angka lingkar
abdomen, obesitas (Bararah, 2013, p. 41). Turgor pada kulit menurun. terdapat ulkus atau menimbulkan

f) System integument

kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di area sekitar ulkus

dan gangrene teraba hangat, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur

rambut dan kuku (Bararah, 2013, p. 40).


g) System muskuloskletal

Terdapat penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan, cepat lemah, lelah, nyeri
adanya gangrene di ekstremitas (Bararah, 2013, p. 41).

h) System endokrin

Pada dm tipe 1 terjadi defisiensi insulin diakibatkan oleh destruksi sel beta pancreas, sedangkan pada
DM tipe 2 terjadi penurunan sensitivitas

jaringan terhadap insulin (resistensi insulin) (Bararah, 2013).

i) System reproduksi system pembuluh darah di organ reproduksi terjadi angiopati sehingga
menyebabkan gangguan fungsi potensi seks, gangguan kualitas dan ereksi, serta memberi dampak pada
ejakulasi serta orgasme (Bararah, 2013, p. 38).

j) System penginderaan

Pada klien dengan Diabetes Mellitus mengalami penglihatan kabur atau buram sebagai hasil dari
kelainan glukosa darah tinggi atau cahaya kilat (floaters) yang menjadi tanda terjadinya hemoragi atau
pelesapan retina (Black, 2014, p. 677).

k) System imun

Pasien dengan diabetes mellitus mudah terserang berbagai jenis infeksi. Lokasi yang terinfeksi sembuh
secara lambat akibat rusaknya pembuluh darah yang tidak mampu dalam membawa oksigen, zal gizi.
antibody dan sel darah putih yang cukup (Black, 2014, p. 677).

e. Pemeriksaan penunjang (Nurarif, 2016, p. 168). 1. Kadar Glukosa Darah


Tabel acuan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode

enzimatik sebagai pedoman

2. Kriteria diagnostic WHO pada diabetes mellitus yaitu pemeriksaan

sedikitnya 2 kali

a. Glukosa plasma sewaktu berkisar >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b. Glukosa plasma puasa berkisar 140/dl (7,8 mmol/L)

c. Glukosa plasma diambil dari sampel ketika 2 jam sesudah

mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prantdial (pp) > 200

mg/dl) 3. Tes Laboratorium DM

Jenis tes pada pasien dengan Diabetes Mellitus diantaranya mencakup tes saring, tes diagnostic, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mengetahui komplikasi yang dihasilkan

a. Tes saring

Tes-tes saring pada DM diantaranya adalah

1. GDP (Gula Darah Puasa) dan GDS (Gula Darah Sewaktu)


2. Tes glukosa urin dibagi menjadi dua yaitu a. Tes konvensional (suatu metode benedict atau reduksi)

b. Tes carik celup (suatu metode glucose oxidase/hexokinase) b. Testes diagnostic yang diberikan pada
klien dengan Diabetes Mellitus adalah: GDP, GDS, GD2PP(Glukosa Darah 2 jam Post Pradinal), Glukosa
jam ke-2 TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) c. Tes untuk mendeteksi komplikasi

Testes untuk mendeteksi komplikasi diantaranya adalah

1) Mikroalbuminaria : urin

2) Ureum, kreatinin, asam urat

3) Kolesterol total: plasma vena (puasa)

4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)

5) Kolesterol HDL plasma vena (puasa)

6) Trigliserida: plasma vena (puasa)

Hasil pemeriksaan gula darah 2 jam pasca pembedahan dikelompokkan

menjadi 3 yaitu:

1. 140 mg/dL normal


2. 140-200 mg/dl.: toleransi glukosa terganggu 3. >200 mg/dl. : diabetes (Nurarif. 2016, p. 167)

f. Penatalaksanaan (Tarwoto, 2012, pp. 165-169).

Intervensi penatalaksananaan klien dengan DM lebih bersifat individual, dalam artian perlu
diperhitungkan kebutuhan terhadap umur pasien, gaya hidup. kebutuhan nutrisi, kematangan, tingkat
aktivitas, pekerjaan dan kemampuan pasien untuk menjaga dan mengontrol gula darah sendiri. 1)
Managemen diet DM

Memantau dan menjaga nutrisi, diet serta berat badan seimbang merupakan komponen dasar
penanganan pasien dengan Diabetes Mellitus. Target yang paling utama dalam manajemen nutrisi dan
diet adalah menjaga dan memantau total kebutuhan kalori tubuh, intake yang diperlukan, usaha
mencapai kadar serum lipid dalam batas normal. Komposisi nutrisinya adalah kebutuhan akan kalori,
protein, karbohidrat, lemak dan serat Selain itu, untuk menunjang peningkatan derajat kesehatan pada
pasien Diabetes mellitus sebaiknya mengikuti pedoman 3J (Jumlah, jenis dan jadwal) diantaranya:
(Sutedjo, 2010) a. JI (Jumlah) adalah kuantitas kalori yang harus tercapai dan dihabiskan

karena sudah diperhitungkan dengan kebutuhan kalori pasien DM. b. J2 (waktu) adalah pedoman diet
yang diberikan dalam jangka waktu setiap 3 jam. pemberian diet ini yaitu dengan cara mengkonsumsi
tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan selingan dengan interval waktu 3 jam

c. 13 (Jenis) adalah jenis mkanan juga akan mempengaruhi status fungsional pada klien DM. Contohnya
adalah, pasien DM dilarang mengkonsumsi makanan manis termasuk buah golongan A (terdiir dari 6%
karbohidrat yang kalorinya perlu dipertimbangkan seperti manga. sawo, anggur). Sedangkan buah yang
direkomendasikan adalah buah yang memiliki intensitas manis dengan kadar rendah (terkandung 3%
karbohidrat) contohnya pepaya, pisang, apel. Tetapi, ketika mengkonsumsi buah B juga tidak boleh
berlebihan dan perlu dipantau

secara ketat. Untuk mengukur status gizi yaitu dengan cara menghitung rumus

body mass index atau indeks massa tubuh (IMT) (Tarwoto, 2012, p. 165).

Ketentuan:
a. BB Kurang IMT <18,5

b. BB normal-IMT 18,5-22,9

c. BB lebih = IMT >23

d. BB dengan resiko - IMT 23-24,9

e. Obes 1-IMT 25-29.9

f. Obes 2 = IMT > 30.0

a. Kebutuhan Kalori

Kebutuhan akan kalori bergantung dari tipe berat badan (kurus, ideal,

obesitas), jenis kelamin, usia dan aktivitas fisik, Untuk mengetahui

jumlah kalori yang diperlukkan, menggunakan rumus Broca yaitu

BBI (TB(cm)-100)- 10%

Ketentuan

1) Berat badan kurang-90% BB idaman 2) Berat badan normal 90-110% BB idaman


3) Berat badan lebih 110-120% BB idaman

4) Gemuk => 120% BB idaman

b. Kebutuhan karbohidrat

Karbohidrat adalah komponen mayor dari total jumlah kebutuhan kalori tubuh, yaitu berkisar antara 50-
60%

c. Kebutuhan protein

Tubuh memerlukan protein kira-kira berkisar 10-20% dari kebutuhan

kalori atau 0.8 g/kg.hari

d. Kebutuhan lemak

Tubuh memerlukan lemak kurang dari 30% dari jumlah kalori, dalam

pemakaiannya lebih baik menggunakan lemak nabati dan sedikit yang

berasal dari lemak hewani

e. Kebutuhan serat
Tubuh memerlukan serat sekitar 20-35 gram/hari yang berasal dari

berbagai bahan makanan dengan rata-rata 25 g/hari.

2) Latihan fisik atau exercise

Latihan fisik bertujuan

a. Menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan metabolism karbohidrat

b. Menjaga berat badan tetap normal sekaligus menurunkan berat badan

c. Meningkatkan tingkat kepekaan insulin d. Menurunkan kadar trigliserid dan meningkatkan kadar HDL
(High)

e. Untuk menurunkan nilai tekanan darah menjadi normal kembali

(Farwoto, 2012. p. 166).

3) Obat-obatan

a. Obat antidiabetic oral lebih cocok diberikan pada klien dengan DM tipe 2 jika pengaturan nutrsi dan
latihan dinyatakan gagal.

jenis obat-obatan diantaranya

1) Sulfoniurea cara kerjanya yaitu dengan merangsang sel beta


pankreas untuk melepaskan cadangan insulinnya.

(Gibenklamid, torbultamid, klorpropamid)

2) Biguanida cara kerjanya yaitu dengan menghalangi absorbsi glukosa di usus, misalnya metformin,
glukophage (Tarwoto, 2012,

p. 167). b. Hormone insulin

Sel beta pada pancreas pasien dengan DM tipe 1 tidak mampu menghasilkan insulin dalam tubuhnya,
sehingga sangat memerlukan pemberian insulin. Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan
profulftransport glukosa ke dalam sel dan menghalangi pemecahan glikogen dan asam amino untuk
glukosa, Berdasarkan daya attau durasi kerjanya, insulin dibedakan menjadi

1. Insulin dengan daya kerja pendek drlidsy (2-4 jam) seperti

regular insulin, actrapid

2. Insulin ini memiliki daya kerja menengah (6-12 jam) misalnya NPH insulin, lente insulim

3. Insulin dengan daya kerja panjang berkisar (18-24 jam) seperti

protamine zinc insulin dan ultralente insulin 4. Insulin campuran yaitu obat yang memiliki daya kerja
cepat

dan menengah (70& NPH 30% irregular)


Absorpsi tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Respiration rate (RR) normal 15-20 kali/menit,
pernapasan dalam atau dangkal. Denyut nadi kuat atau lemah. Suhu tubuh meningkat apabila terjadi
infeksi insulin bervariasa tergantung dari tempat penyuntikan, misalnya injeksi pada abdomen
diabsorbsi lebih epat daripada di lengan atau bokong sehingga durasinya lebih pendek (Tarwoto, 2012,
pp. 167-168).

4) Pendidikan kesehatan

Beberapa prioritas yang perlu disampaikan adalah: n. Penyakit Diabetes mellitus yang mencakup
definisi, tanda dan gejala

klinis, penyebab, patofisiologi dan test diagnostic

b. Pengaturan diet pada pasien dengan DM

c. Aktivitas schari-hari seperti latihan dan olahraga

d. Prevensi terhadap komplikasi DM diantaranya penatalaksanaan

hipoglikemia, pencegahan terjadinya gangrene di area kaki dengan

latihan senam kami. e. Pemberian obat-obatan DM dan terapi injeksi insulin

f. Teknik pemantauan dan pengukuran glukosa darah secara mandiri

(Tarwoto, 2012, p. 169).


5) Monitor Kadar Glukosa Darah

Pada pasien dengan Diabetes Mellitus perlu diberitahu tentang manifestasi klinis hipoglikemia dan
hiperglikemia dan diberikan pemahaman tentang cara memantau kadar gula darah secara mandiri.
Pemeriksaan ini menggunakan glucometer dan sangat vital untuk menjaga kadar glukosa dalam kondisi
optimal dan seimbang (Tarwoto, 2012, p. 169).

2. Diagnose keperawatan

Pada PPNI (2017) diagnose keperawatan Diabetes Mellitus diantaranya: a) Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

1) Definisi:

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism

2) Penyebab

a) Ketidakmampuan menelan makanan

b) Ketidakmampuan mencerna makanan

c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient

d) Peningkatan kebutuhan metabolism


c) Faktor ekononi (mis. Finansial tidak mencukupi) f) Faktor psikologis (mis. Stress, keenggangan untuk
makan)

) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif: (tidak tersedia)

Objektif a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

4) Gejala dan tanda minor

Subjektif

a) Cepat kenyang setelah makan

b) Kram atau nyeri abdomen

c) Nafsu makan menurun

Objektif

a) Bising usus hiperaktif

b) Otot pengunyah lemah

c) Otor menalan lemah


d) Membrane mukosa pucat e) Sariawan

f) Serum albumin menurun

g) Rambut rontok berlbihan

h) Diare

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Stroke b) Parkinson

c) Mobius syndrome

d) Cerebral palsy

e) Cleft lip

f) Clef palate

g) Amyotropic lateral sclerosis

h) Kerusakan neurovascular

i) Luka bakar
j) Infeksi

k) Kanker

1) AIDS Penyakit crohn's

m) (PPNI, 2017, p. 56).

b) Resiko Infeksi

1) Definisi

Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik 2)

Factor resiko

a) Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)

b) Efek prosedur invasive

c) Malnutrisi

d) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh


perimer:

(1) Gangguan peristaltic


(2) Kerusakan integritas kulit

(3) Perubahan sekresi pH

(4) Penurunan kerja siliaris

(5) Ketuban pecah lama

(6) Ketuban pecah sebelum waktunya

(7) Merokok

(8) Stastis cairan tubuh

f) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:

(1) Penurunan hemoglobin

(2) Imunosupresi

(3) Leukopenia

(4) Supresi respon inflamasi


(5) Vaksinasi tidak adekuat

3) Kondisi klinis terkait

a) AIDS

b) Luka bakar

c) Penyakit paru obstruktif kronis

d) Diabetes mellitus

e) Tindakan infansif

f) Kondisi penggunaan terapi steroid

g) Penyalahgunaan obat

h) Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) i) Kanker

j) Gagal ginjal

k) Imunosupresi

1) Lymophedema
m) Leukositopenia

n) Gangguan fungsi hati

(PPNI, 2017, p. 304)

c) Gangguan Integritas Jaringan atau kulit

1) Definisi

Kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau jaringan (membrane

mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan

atau ligament) 2) Penyebab

a) Perubahan sirkulasi

b) Perubahan status nutrisi ( kelebihan atau kekurangan)

c) Kekurangan atau kelebihan volume cairan. d) Penurunan mobilitas

e) Bahan kimia iritatif

f) Suhu lingkungan yang eksteme


g) Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi,
energy listrik bertegangan tinggi)

h) Efek samping terapi radiasi i) Kelembaban

j) Proses penuaan

k) Neuropati perifer

1) Perubahan pigmentasi

m) Perubahan humoral

n) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan melindungi integritas jaringan

atau

3) Gejala dan Tanda Mayor

Subyektif: tidak tersedia Obyektif:

Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit

4) Gejala dan tanda minor

Subjektif: tidak tersedia


Objektif:

a) Nyeri

b) Perdarahan c) Kemerahan

d) Hematoma

5) Kondisi Klinis terkait

a) Imobilisasi

b) Gagal jantung kogestif

c) Gagal ginjal

d) Diabetes mellitus

e) Imunodefisiensi (contoh AIDS)

(PPNI, 2017, p. 282).

d) Resiko syok

1) Definisi
Beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang

dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa

2) Factor resiko

a) Hipoksemia

b) Hipoksia

e) Hipotensi

d) Kekurangan volume cairan

e) Sepsis

f) Sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS)

(PPNI, 2017, p. 92).

D. IMPLEMENTASI

Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan
secara mandiri maupun kolaborasi dan rujukan.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam

pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau

intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah:

1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.

2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

3. Infeksi tidak terjadi

4. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah

5. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

BAB 4 PENUTUP

4.1

Kesimpulan

Diabetes milletus juvenil adalah penyakit yang disebabkan defisiensi insulin yang absolut. Penyakit ini
disebabkan oleh faktor genetik, imunologi, dan lingkungan. Diet untuk anak dengan IDDM merupakan
komponen yang sangat esensial. Tujuan diet pada IDDM ialah menyeimbangkan asupan makanan
dengan dosis insulin dan aktivitas dengan cara menjaga kadar glukosa dalam rentang normal. Sebaiknya
dapat diperkirakan jumlah karbohidrat yang dikandung dalam suatu makanan terutama bagi yang
menggunakan insulin kerja cepat secara injeksi atau pompa ketika makan. Karbohidrat kompleks (mis.
Sereal) dapat dikonsumsi sebelum tidur untuk mencegah terjadinya hipoglikemia nokturnal, terutama
bagi yang mengkonsumsi insulin dua kali sehari.

4.2 Saran

Diharapkan mahasiswa/i setelah mempelajari materi tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
diabetes mellitus juvenil dapat mengaplikasikan di lahan praktik.

DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Black, J. M. (2014). Keperawatan
Medikal Bedah, Indonesia: CV Pentasada Media Edukasi. Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan
Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic. Noc. Jogjakarta: Mediaction Publishing. PPNI
(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Sutedjo, A. (2010). 5. Strategi Penderita Diabetes Mellitus. Yogyakarta: KANSIUS. Tarwoto. (2012).
Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: CV.

Trans Info Media.

Wilkinson. (2013). Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.

Wilkinson, (2016). Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai