Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, kelompok akan membahas tentang kesenjangan antara


teori dengan kasus “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Nn. D dengan resiko bunuh diri
di ruang Dewandaru RSJD DR. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah”. Dalam
melakukan asuhan keperawatan, kelompok kami menerapkan asuhan keperawatan
sesuai dengan teori yang ada, dimulai dengan Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan Keperawatan, Tindakan Keperawatan dan Evaluasi dilaksanakan secara
berkesinambungan.
A. Pengkajian
Pengajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari faktor predisposisi dan presipitasi yang
dikemukakan oleh Fitria dengan resiko bunuh diri adalah meliputi diagnosa
psikiatrik, sifat kepribadian, lingkungan psikososial, riwayat keluarga dan faktor
biokimia. Pada Nn. D ditemukan faktor predisposisi pasien sudah sering sekali
masuk RSJ dengan keluhan yang sama, kurang lebih sudah 8 tahun, pasien
mempunyai keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pasien tidak mengalami
aniaya fisik, aniaya seksual dan tindakan kriminal tetapi pasien pernah di ejek
oleh saudaranya karena sebelumnya dirinya hanya lulusan S1, sedangkan
saudaranya yang lain adalah lulusan S3 dan dirinya juga mengalami putus cinta
ketika masih kuliah.
Faktor prisepitasi sesuai antara teori dan kasus adalah faktor sifat
kepribadian dan faktor lingkungan psikososial dapat dilihat dari adanya stresor
saat pasien pernah di ejek oleh saudaranya karena sebelumnya dirinya hanya
lulusan S1, sedangkan saudaranya yang lain adalah lulusan S3 dan dirinya juga
mengalami putus cinta ketika masih kuliah.
Berdasarkan data yang diperoleh saat pengkajian pada Nn. D sesuai dengan
kasus yaitu pasien mengatakan mengalami gangguan jiwa sudah sejak 8 tahun
yang lalu dan sering keluar masuk Rumah Sakit Jiwa. Pasien mengatakan sudah

39
tidak ingat berapa kali menjalani perawatan. Pasien mengatakan tidak
mengkonsumsi obat secara rutin karena dipengaruhi oleh suara bisikan untuk
tidak minum obat. Setiap datang bulan/menstruasi pasien mendengarkan bisikan-
bisikan yang menyuruhnya kabur atau bunuh diri. Pasien sudah pernah
melakukan percobaan bunuh diri dengan makan peniti, makan penjepit kertas dan
minum air sabun.
Pohon masalah yang muncul dalam kasus sesuai teori terjadi
pengembangan pohon masalah yang terjadi diantaranya koping individu tidak
efektif mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah disebabkan
karena pasien merasa malu dengan kondisinya saat ini, terlebih jika orang-orang
sekitar mengetahui tentang kondisinya, sehingga pasien lebih memilih
menyendiri di kamar dan main HP. Dari gangguan konsep diri : harga diri
rendah menyebabkan isolasi sosial: menarik diri disebabkan oleh pasien
selama di rumah tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan di tempat
tinggalnya karena malu. Pasien lebih suka berdiam di rumah dalam kamar dan
bermain HP. Dari isolasi sosial : menarik diri menyebabkan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran yang didalamnya berupa bisikan –
bisikan menyuruhnya untuk kabur dan bunuh diri. Pasien sering mendengar suara
bisikan yang menyuruh untuk bunuh diri, tetapi suaranya sekarang sudah
berkurang. Pasien bisikan muncul 1-2 kali/ hari yang biasanya muncul pada
malam hari ketika pasien mau tidur (pasien yang lain sudah tidur dan suasana
sepi) dan ketika sebelum senam pagi. dari gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran mengakibatkan risiko bunuh diri ditandai dengan
pasien kalau sedang menstruasi selalu ada bisikan – bisikan menyuruhnya untuk
kabur dan bunuh diri, pasien sudah 3 kali mencoba untuk bunuh diri dengan
makan peniti, minum sabun dan penjepit kertas.
Faktor pendukung adanya sumber informan dari pasien sendiri dan perawat.
Tidak ada faktor penghambat dalam hal interaksi selama wawancara karena
pasien selalu kooperatif.

40
B. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus Nn. D kelompok menentukan lima diagnosa keperawatan sesuai
dengan teori yaitu resiko bunuh diri, gangguan sensori persepsi : halusinasi
pendengaran, isolasi sosial, harga diri rendah dan koping individu tidak efektif.
Sesuai dengan teori yaitu resiko bunuh diri diagnosa ini di ambil
berdasarkan data-data yang menunjang seperti, pasien mengatakan kalau sedang
menstruasi selalu ada bisikan – bisikan menyuruhnya untuk kabur dan bunuh
diri. Pasien mengatakan sudah 3 kali mencoba untuk bunuh diri dengan makan
peniti, minum sabun, penjepit kertas.
Diagnosa kedua yaitu gangguan sensori persepsi : halusinasi
pendengaran yang ditandai dengan pasien mengatakan kalau sedang menstruasi
selalu ada bisikan – bisikan menyuruhnya untuk kabur dan bunuh diri. Pasien
mengatakan sering mendengar suara bisikan yang menyuruh untuk bunuh diri,
tetapi suaranya sekarang sudah berkurang. Pasien mengatakan bisikan muncul 1-
2 kali/ hari yang biasanya muncul pada malam hari ketika pasien mau tidur
(pasien yang lain sudah tidur dan suasana sepi) dan ketika sebelum senam pagi.
Pada diagnosa ketiga yaitu isolasi sosial yang ditandai dengan pasien
mengatakan selama di rumah pasien tidak pernah mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di tempat tinggalnya karena malu. Pasien takut kalau tetangga
atau temannya tahu kalau mengalami gangguan kejiawaan, pasien lebih suka
berdiam di rumah dalam kamar dan bermain HP. Berdasarkan hasil observasi,
kadang pasien suka duduk sendiri di dalam kamar. Pasien hanya berbicara
seadanya saja, kontak mata pasien kurang terhadap lawan bicara.
Pada diagnosa yang keempat yaitu harga diri rendah yang ditandai dengan
pasien mengatakan merasa malu karena dirinya sudah lulus S2 tetapi belum
bekerja.
Pada diagnosa kelima koping individu tidak efektif yang ditandai dengan
Pasein mengatakan merasa malu dengan kondisinya saat ini, terlebih jika orang-
orang sekitar mengetahui tentang kondisinya, sehingga pasien lebih memilih
menyendiri di kamar dan main HP.

41
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan meliputi penetuan, tujuan, kriteria evaluasi, intervensi yang
harus disesuaikan dengan kebutuhan serta masalah yang dihadapi pasien.
Perencanaan pada Nn. D dengan resiko bunuh diri dengan cara mengendalikan
dorongan bunuh diri, dorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang
berharga, dorong pasien memilih pola koping yang konstruktif dan beri dorongan
pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan. Pada tahap ini
kelompok menekankan dan memfokuskan pada pemecahan masalah pada Nn. D
dan mengharapkan pasien aktif dan ikut bekerjasama sedangkan perawat
membimbing pasien untuk tercapainya tujuan keperawatan pada pasien.
D. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini kelompok mengacu pada perencanaan yang telah dirumuskan
sebelumnya dengan memprioritaskan masalah yang ada pada Nn. D dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi, serta kebutuhan pasien pada saat
dilakukan tindakan keperawatan, sebelumnya dilakukan dengan Nn.D bahwa
implementasi mulai pada tanggal 29 Januari 2020 dimulai dari pukul 15.00-18.00
WIB dilakukan perdiagnosa.
1. Diagnosa 1 : resiko bunuh diri, yang telah dilakukan yaitu :
SP 1 : Mengajarkan pasien untuk mengendalikan dorongan bunuh diri
SP 2 : Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga
SP 3 : Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
SP 4 : Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa
depan.
2. Diagnosa 2 : gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran yang telah
dilakukan yaitu :
SP 1 : Mengajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara
menghardik
SP 2 : Mengajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara minum
obat secara teratur

42
SP 3 : Mengajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
SP 4 : Mengajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara
melakukan kegiatan yang bisa dilakukan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap terakhir dalam proses keperawatan adalah evaluasi dimana
merupakan upaya untuk menilai hasil keperawatan yang telah dilakukan dalam
mengatasi masalah pasien. Evaluasi dilakukan setiap hari dengan melihat
perubahan perilaku klien sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam
melaksanakan proses keperawatan.
Untuk diagnosa 1 resiko bunuh diri, didapatkan hasil SP 1,2,3 dan 4 sebagai
berikut :
1. SP 1 : pasien mampu untuk mengendalikan dorongan bunuh diri
2. SP 2 : pasien mampu untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga
3. SP 3 : pasien mampu memilih pola koping yang konstruktif
4. SP 4 : pasien mampu melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan.
Untuk diagnosa 2 gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran,
didapatkan hasil SP 1,2,3 dan 4 sebagai berikut :
1. SP 1 : pasien dapat mengenal halusinasinya dan mempraktekkan cara
mengontrol halusinasinya dengan menghardik
2. SP 2 : pasien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara minum obat
secara teratur
3. SP 3 : pasien mampu mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
4. SP 4 : pasien mampu mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan jika halusinasi muncul.

43
ANALISIS JURNAL

JUDUL : PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

 P (Problem)
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Experiment (experimen semu) dengan menggunakan pendekatan One Group
Pretest-Postest. Penelitian dilaksanakan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang mulai bulan April-Mei 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi pendengaran dengan sampel
sebanyak 40 responden. Klien-klien halusinasi yang mengalami halusinasi
pendengaran dan kekambuhan dalam 1 tahun terahir, klien bersedia menjadi
responden adalah segala umur dan klien bersedia menjadi responden sebagai
criteria inklusi.

 I (Intervention)
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah alat ukur berupa lembar
kuasioner dan observasi yang hasilnya tertuang dalam lembar evaluasi
kemampuan mengontrol halusinasi dengar pada klien halusinasi yang tercantum
di lembar lampiran. Kuasioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan untuk
mengevaluasi responden, terdiri dari 5 pertanyaan dan cara penilaian dengan
memberi tanda centang (√ ), bila sering sekali nilainya 4, selalu nilainya 3,
kadang-kadang nilainya 2, tidak pernah nilainya 1. Dengan rentang nilai 5-10
(ringan), 11-15 (sedang), 16-20 (berat). Sedangkan pada lembar observasi
terdapat 5 pernyataan, cara penilaian dengan memberi centang (√ ) pada
kegiatan yang telah dilakukan responden, apabila YA nilainya 1 maka TIDAK
nilainya 0. Pada penilaian ini apabila 1 saja pernyataan dijawab TIDAK maka
dianggap tidak melakukan.

44
Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas yaitu pengaruh menghardik dengan variabel
terikat yaitu penurunan tingkat halusinasi dengar. Sebelum dilakukan uji
independent T-Test dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan
Kolmogorov Smirnov. Pada hasil uji Kolmogorov Smirnov didapatkan pada
variabel klasifikasi pre test p.value = 0,000 dan klasifikasi pos test p.value =
0,000. Maka disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga uji
statistic yang digunakan adalah Wilcoxon.

 C (Comparation)
Tidak ada jurnal pembanding

 O (Outcome)
Pada penelitian ini dari 40 responden sebagian besar memiliki halusinasi
dengar sebelum dilakukan menghardik dengan menutup telinga dengan
kategorik sedang sebanyak 26 (65%), dan halusinasi dengar dengan kategorik
berat sebanyak 14 (35%) responden. Pada penelitian ini seluruh responden 40
(100%) mengalami penurunan halusinasi dengar ringan setelah dilakukan terapi
menghardik dengan menutup telinga. Pada penelitian ini sebagian besar
responden memiliki halusinasi dengar sebelum terapi menghardik tanpa
menutup telinga dengan kategori sedang sebanyak 18 (54.5%), kategori berat 14
(42.4%), dan kategori ringan sebanyak 1 (13.0%) responden. Sebagian besar
responden memiliki halusinasi dengar setelah menghardik tanpa menutup
telinga dengan kategorik sedang sebanyak 22 (66.7%), kategorik ringan 11
(33.3%) responden. Ada perbedaan bermakna halusinasi dengar sebelum dan
sesudah diberikan terapi menghardik dengan menutup telinga (p value = 0,000).
Ada perbedaan yang bermakna halusinasi dengar sebelum dan sesudah
diberikan terapi menghardik tanpa menutup telinga (p value=0,000).

45

Anda mungkin juga menyukai