Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177 - 190 p-ISSN 2085-1049

LPPMKeperawatan
Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Volume Kendal 2019, Hal 177-190
11 No 3 September e-ISSN
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu 2549-8118
Kesehatan Kendal

PENGARUH TEHNIK DISTRAKSI MENGHARDIK DENGAN SPIRITUAL


TERHADAP HALUSINASI PASIEN
Nurlaili1*, Adnil Edwin Nurdin2, Dewi Eka Putri2
1
Program Studi Magister Keperawatan, Universitas Andalas Padang
2
Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas kedokteran Universitas Andalas Padang
* nur09615@gmail.com

INFORMASI ABSTRAK
ARTIKEL Halusinasi merupakan gejala positif dari skizofrenia. Halusinasi pendengaran
Riwayat Artikel sering ditemukan diantara halusinasi lainnya.Halusinasi mengakibatkan bunuh
Diterima : diri, mencederai orang lain atau merusak lingkungan. Halusinasi harus
30 Agustus 2019 diturunkan dengan asuhan keperawatan mandiri dan kolaborasi obat-obatan.
Diterima dalam bentuk Fokus penelitian ini pada tehnik distraksi menghardik yang dikombinasikan
revisi : dengan terapi spiritual.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
03 September 2019 tehnik distraksi menghardik dengan spiritual terhadap halusinasi pasien.
Disetujui : Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain “Quasy
24 September 2019 Experimental Pre-Post Test With Control Group”. Tehnik pengambilan
sampel dengan purposive sampling berjumlah 94 pasien halusinasi
pendengaran, terdiri dari 47 responden kelompok intervensi dan 47 responden
kelompok kontrol. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dari Haddock
berupa Auditory Hallucinations Rating Scale (AHRS). Teknik analisis
menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji paired t-test dan
independent t-test. Hasil Penelitian ada pengaruh tehnik distraksi menghardik
dengan spiritual terhadap penurunan halusinasi pasien dengan nilai ƿ value
0,000. Kesimpulan penerapan tehnik distraksi menghardik dengan spiritual
dapat menurunkan halusinasi pasien.

Kata kunci: tehnik distraksi, halusinasi, spiritual, skizofrenia

THE EFFECT OF SPIRITUAL HARDING DISTRACTION TOWARDS PATIENT


HALUSINATION

ABSTRACT
Hallucinations are positive symptoms of schizophrenia. Auditory hallucinations are often found
around 70% among other hallucinations. Hallucinations result in suicide, injury to others or damage
the environment. Hallucinations must be derived from independent nursing care and drug
collaboration. The focus of this research is on the rebuking distraction technique combined with
spiritual therapy. This study aims to determine the effect of spiritual rebuking techniques on
hallucinations of patients. The research uses quantitative method with "Quasy Experimental Pre-Post
Test With Control Group" design. The sampling technique used is purposive sampling amounted to 94
patients with auditory hallucinations, consisting of 47 respondents in the intervention group and 47
respondents in the control group. The instrument used in this research is a questionnaire from
Haddock in the form of the Auditory Hallucinations Rating Scale (AHRS). Then, the data were
analyzed by using univariate and bivariate analysis with paired t-test and independent t-test. In the
end, the results of this study shows that there is the effect of spiritual rebuking distraction techniques
on decreasing hallucinations of patients with a ƿ value ,000 0,000. In conclusion, the application of
spiritual rebuking distraction techniques can reduce patients` hallucinations.

Keywords: rebuking distractions, auditory hallucinations, spiritual, schizophrenia

177
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN Halusinasi dibagi menjadi empat tahap (Stuart


Skizofrenia adalah suatu kelainan 2016). Pertama tahap Comforting dimana
neurobiologis otak yang menyebabkan halusinasi tampak menyenangkan dengan
gangguan dalam berpikir, merasakan dan sulit cemas sedang. Kedua tahap Condemning
berinteraksi (Swearingen, 2016). Skizofrenia dimana halusinasi menyalahkan pasien dan
disebutkan juga sebagai suatu penyakit pasien mulai cemas berat. Tahap ketiga adalah
neurobiologis yang mempengaruhi otak yang Controlling dimana halusinasi sudah
menyebabkan timbulnya gangguan dan mengendalikan pasien hingga pasien sangat
keanehan pada pikiran, persepsi, emosi, cemas berat dan keempat tahap Conquering
gerakan dan perilaku (Videbeck, 2011). dimana halusinasi sudah melebur dan pasien
Skizofrenia dapat diartikan suatu gangguan sangat ketakutan sampai panik dan tidak dapat
neurobiologis otak berat yang mempengaruhi membedakan khayalan dan kenyataan.
cara berpikir, kemauan, emosi dan tingkah Upthegrove et al (2016), membuktikan bahwa
laku sehingga fungsi fisik, sosial, ekonomi dan awal halusinasi dirasa menyenangkan dan
pekerjaan terabaikan karena ketidakmampuan pasien menerima secara pasif karena sedang
menilai kenyataan. mempertahankan ego selanjutnya halusinasi
mulai memaksa dan memerintah yang
Skizofrenia merupakan masalah dunia. World mengakibatkan kegelisahan secara fisik juga
Health Organization (WHO 2016)menyatakan emosional.
sekitar 21 juta penduduk dunia mengalami
skizofrenia atau sebanyak 1,7 per 1.000 Halusinasi dapat terjadi pada semua
penduduk. Rhoads & Murphy (2015) pancaindra. Stuart (2016) membagi halusinasi
mendiskripsikan skizofrenia terjadi pada 1% menjadi tujuh yaitu auditorik, visual, olfaktori,
populasi umum. Indonesia dirilis dalam gustatori, taktil, kinestetik dan cinestetik.
RISKESDAS (2018) angka kejadian gangguan Halusinasi pendengaran dialami sebanyak
jiwa berat salah satunya skizofrenia adalah 7 70%, 20% halusinasi visual dan 10% untuk
per mil dan Aceh menunjukkan angka kejadian halusinasi lainnya (Stuart, 2016; Suryani,
9 per mil yaitu diatas rata-rata nilai nasional. 2013). Chaudhury (2010), Puri et al (2013),
O’Brien et al (2014) dan ELhay et al (2017)
Skizofrenia ada dua gejala dominan yaitu menyatakan halusinasi pendengaran adalah
gejala negatif dan gejala positif. Gejala positif halusinasi paling umum terjadi pada pasien
diantaranya adalah halusinasi. Halusinasi skizofrenia. Halusinasi pendengaran
adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada merupakan yang paling banyak ditemukan
respon neurobiologis maladaptif tanpa pada pasien skizofrenia sehingga perlu
stimulus eksternal atau internal yang terjadi diketahui dampak-dampaknya.
saat kesadaran penuh dan dapat terjadi pada
semua pancaindra (Stuart 2016; Stephanie et Dampak negatif halusinasi pendengaran dapat
al. 2018). Halusinasi dapat diartikan suatu melukai dirinya sendiri atau orang lain
persepsi yang salah dalam keadaan sadar tanpa (Schultz & Videbeck, 2013; Puri et al., 2013).
ada rangsangan pada semua pancaindra. Kumari et al (2013), ELhay et al (2017) dan
Luhrmann et al (2015) menyatakan pasien
Penyebab dari halusinasi meliputi respon sangat terganggu dan gelisah karena seringnya
metabolik terhadap stres, gangguan frekuensi, banyaknya jumlah tekanan dan
neurokimiawi, lesi otak, usaha tidak sadar tingginya intensitas tekanan dari halusinasi
untuk mempertahankan ego dan ekspresi pendengaran yang membuat mereka sulit
simbolis dari pikiran yang terpisah (Schultz membedakan khayalan dengan kenyataan yang
and Videbeck 2013). Suryani (2013) dan Sari membuat mereka depresi. Jackson et al (2009)
& Wijayanti (2014), menemukan bahwa menyebutkan 46% pasien skizofrenia
halusinasi diawali oleh kecemasan yang mengalami depresi. Depresi pada pasien
berkepanjangan. O’Brien et al (2014) dan Day skizofrenia dengan halusinasi mengakibatkan
et al (2014) menyatakan halusinasi berkaitan 9%-13% bunuh diri dan 20%-50% diantaranya
dengan pengalaman yang dipersepsikan mulai melakukan percobaan bunuh diri (Stuart
kurang menyenangkan berkaitan dengan harga 2016).
diri dan akan muncul secara bertahap.

178
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Dampak halusinasi sangat mengancam jiwa untuk meningkatkan kemampuan pasien


yang memerlukan penangganan cepat dan mengontrol halusinasi.
harus tepat (Puri et al., 2013; Stuart,
2016;Swearingen, 2016). Penanganan intensif Zarghami et al (2012) dan Kaneko et al (2010)
di unit pelayanan diperlukan bila halusinasi berpendapat hanya distraksi melawan dengan
sudah mencelakakan diri sendiri, orang lain suara keras, kombinasi obat-obatan dan
atau lingkungan (Swearingen 2016). konseling direktif dapat menurunnya
Sulistyono et al (2017) menemukan pasien halusinasi pasien. Anggraini et al (2013) dan
yang mengalami halusinasi pada tahap Jusliani & Sudirman (2014), berpendapat sama
contolling dan conqeuring maka prioritas bahwa distraksi menghardik dengan suara
tindakan manajemen krisis harus didahulukan keras dapat mengurangi halusinasi. Distraksi
bersamaan dengan fungsi kolaborasi tanpa menghardik adalah tindakan mandiri tanpa
mengenyampingkan psikoterapi dari perawat. melibatkan orang lain. Dukungan orang
terdekat agar optimalnya kemampuan individu
Kolaborasi dengan psikofarmaka adalah cara sangat dibutuhkan pasien untuk meningkatkan
penanganan halusinasi disamping psikoterapi. rasa percaya diri sehingga pasien mampu
Obat-obatan yang dipakai adalah obat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa
antipsikotik golongan tipikal dan golongan bantuan orang lain (Barahmand &
atipikal sesuai dengan tanda dan gejala Sheikhahmad, 2016). Berdasarkan kajian
(Rhoads & Murphy, 2015; Puri et al., diatas distraksi menghardik dapat menjadi
2013;Stuart, 2016). Halusinasi dapat terkendali pilihan pertama untuk menurunkan halusinasi
sekitar 80% dengan kombinasi obat-obatan, pasien karena tidak memerlukan kehadiran
konseling direktif dan terapi suara (Kaneko et orang lain.
al, 2010).
Tehnik distraksi menghardik dapat
Psikoterapi adalah cara kedua untuk menurunkan halusinasi. Fenomena di rumah
menurunkan halusinasi pasien. Psikoterapi sakit jiwa Aceh tahun 2017 dan 2018
dalam keperawatan jiwa menurut Stuart (2016) ditemukan bahwa pasien dengan diagnosa
yaitu tehnik menstimulasi lingkungan secara keperawatan halusinasi berada pada urutan
minimal dan tehnik distraksi dengan pertama. Modifikasi tindakan keperawatan
kebisingan membantu meredam halusinasi. sangat dibutuhkan untuk membantu pasien
Sedangkan O’Brien et al (2014), menyatakan mengurangi halusinasi sehingga pasien dapat
dengan melibatkan pasien pada aktifitas mengoptimalkan kemampuannya dan pasien
interpersonal merupakan distraksi pengabaikan dapat hidup sehat dimasyarakat tanpa harus
dan pengalihan untuk menghadirkan dirawat inap. Nilai spiritual dapat
kenyataan. Distraksi menghardik, disandingkan karena spiritual mempengaruhi
mengabaikan dan mengalihkan cara efektif terjadinya sakit (Laroi et al. 2014). McCarthy-
yang dilakukan perawat untuk membantu Jones,et.al (2013), O’Brien et al (2014) dan
pasien agar dapat membedakan khayalan Stuart (2016) menyatakan nilai spiritual dapat
dengan kenyataan. mempercepat penyembuhan. Nilai Spiritual
mencakup keyakinan kepada Tuhan atau
Keliat & Akemat (2014) menjelaskan ada kekuatan yang lebih tinggi, praktik
empat cara mengontrol halusinasi dalam keagamaan, keyakinan dan praktik budaya
standar asuhan keperawatan generalis, pertama (Townsend, 2014). Sesuai teori Sunrise
tehnik distraksi menghardik dengan suara dengan pendekatan Culture care oleh
yang keras dan mengatakan Leininger memandang beberapa nilai yang
“pergi…pergi…kamu suara palsu saya tidak salah satunya adalah nilai spiritual yang
mau dengar”, kedua dengan patuh obat, ketiga bertujuan untuk memampukan manusia
bercakap-cakap dan keempat melakukan menghadapi penyakit (Parker 2005).
aktifitas terjadwal. Carolina (2008) dan
Wardani (2016) yang menyatakan keempat Perawat sangat berperan penting dalam
tehnik distraksi berpengaruh pada peningkatan membantu pasien menyelesaikan masalah
kemampuan mengontrol halusinasi. Semua halusinasi. Pemahaman perawat tentang
tehnik distraksi dan kolaborasi diperlukan spiritual dapat dikombinasikan dalam asuhan
keperawatan jiwa agar mendapatkan hasil

179
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

lebih baik (O’Brien et al.,2014). Pasien di rawat inap di ruang intermediate Rumah
mengharapkan terapi spiritual dari perawat Sakit Jiwa Aceh. Penentuan sampel
yang diungkapkan oleh 13% respondendapat menggunakan purposive sampling. Sampel
membantu mengurangi halusinasi, yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak
menurunkan depresi sehingga hilangnya 94 respondenterdiri dari 47 responden
keinginan bunuh diri(Lucchetti et al., 2018). kelompok intervensi dan 47 responden
kelompok kontrol. Kelompok intervensi
Terapi spiritual sudah terbukti dapat diberikan perlakuan tehnik distraksi
menurunkan halusinasi pasien. Hidayati et al menghardik dengan spiritual. Pemberian terapi
(2014) dan Gasril (2015) keduanya tehnik distraksi menghardik dengan spiritual
merekomendasikan terapi zikir sebagai terapi dilakukan sebanyak 1 kali dan selanjutnya
tambahan, tetapi sampai saat ini terapi zikir dilakukan pengamatan dan bimbingan bila
belum ada dalam standar asuhan keperawatan. pasien melakukan tehnik distraksi tidak sesuai
Pada penelitian ini ingin dilakukan kombinasi dengan modul maka akan diberikan bimbingan
terapi generalis individu dengan terapi kembali.
spiritual yaitu zikir yang digabungkan dengan
tehnik distraksi menghardik yang diharapkan Pengumpulan data dilakukan dengan
dapat mengefisienkan dan mengefektifkan pretestdan posttest dilakukan 1 hari setelah
tindakan keperawatan.Dan terapi spiritual diberi terapi tehnik distraksi menghardik
Islam dikombinasi dalam asuhan keperawatan dengan spiritual. Data dikumpulkandengan
walaupun pasien muslim hidup sebagai kaum menggunakan kuisioner karakteristik
minoritas (Rassool, 2018). Penelitian ini responden yang terdiri dari umur, jenis
dilaksanakan di daerah Aceh dengan sebagian kelamin, pendidikan, lamanya sakit, lamanya
besar penduduknya beragama Islam. dirawat dan frekuensi dirawat. Selain itu juga
Masyarakat Aceh yang membudaya spiritual terdapat kuisioner penilaian karakteristik
Islam dalam kehidupan sehari seperti dalam halusinasi yang dikembangkan oleh Haddock
merawat orang dengan masalah kejiwaan berupa Auditory Hallucinations Rating
dilakukan dengan membaca ayat-ayat al- Scale/AHRS (Ratcliff, et al, 2011). Adapun
qur’an atau berzikir (Yoesuf, 2015). kriteria penilaian yang dikembangkan oleh
Haddock dengan total nilai 0-44. Penentuan
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan tingkat atau tahap halusinasi melalui
bahwa masalah halusinasi pasien harus perjumlah skor, yaitu bila Skor = 0 berarti
ditanggani segera. Penelitian ini dilakukan pasien belum berada pada tahap halusinasi,
dengan pengkombinasian terapi tehnik bila Skor 1-11 berarti pasien berada pada
distraksi menghardik dengan terapi spiritual. tahap I (tahap comforting), bila Skor 12-22
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui berarti pasien berada pada tahap 2 (tahap
gambaran tentang “pengaruh tehnik distraksi comdemning) dan bilaskor 23-33 pasien
menghardik dengan spiritual terhadap berada pada tap III (tahap controlling) serta
halusinasi pasien. Jenis penelitian ini adalah bila skor 34-44 berarti pasien sudah berada
menggunakan rancangan kuantitatif. pada tahap IV (tahap conquering). Teknik
analisis data menggunakan analisis data
METODE univariat dan bivariat. Analisis univariate
Penelitian ini menggunakan rancangan untuk data numerik dilakukan analisis dengan
kuantitatif dengan desain “Quasy sentral tendensi dan untuk data kategorik
Experimental Pre-Post Test With Control dianalisis distribusi frekuensi. Analisis bivariat
Group”. Penelitian dilakukan terhadap menggunakan uji Paired t-tes danindependent-
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. test.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat
bagaimana pengaruh tehnik distraksi HASIL
menghardik dengan spiritual terhadap Analisis data karakteristik responden meliputi
halusinasi pasien. Penelitian dilakukan pada umur, lamanya sakit, lamanya dirawat dan
bulan April hingga Mei 2019. frekuensi dirawat yang dijabarkan pada Tabel
1 dan untuk karakteristik responden mengenai
Populasi penelitian adalah seluruh pasien jenis kelamin dan pendidikan akan dijabarkan
dengan diagnosa halusinasi pendengaran yang pada tabel 2.

180
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 1.
Karakteristik responden berdasarkan umur, lamanya sakit, lamanya dirawat dan frekuensi
dirawat pada kelompok intervensi dan kontrol (n = 47)
Variabel Kelompok Mean SD Min-Max p-value
Intervensi 38,15 8,903 24-60
Umur 0,783
Kontrol 38,00 8,060 24-60
Intervensi 8,17 8,700 1-20
Lamanya Sakit 0,783
Kontrol 8,06 6,546 1-20
Intervensi 26,57 16,043 7-60
Lamanya dirawat 0,783
Kontrol 27,53 17,245 7-60
Intervensi 5,91 4,548 1-15
Frekuensi dirawat 0,783
Kontrol 5,89 4,603 1-15
Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata rata-rata sudah 8 tahun, lamanya responden
karakteristik responden pada kelompok dirawat 28 hari serta frekuensi responden
intervensi berumur 38 tahun, lamanya dirawat rata-rata 6 kali. Berdasarkan hasil uji
responden menderita sakit rata-rata sudah 8 homogenistas untuk masing-masing variabel
tahun, lamanya responden dirawat 27 hari serta menunjukkan bahwa nilai p value> 0.05 artinya
frekuensi responden dirawat rata-rata 6 kali. data pada kelompok intervensi maupun
Pada kelompok kontrol mempunyai rata-rata kelompok kontrol tidak bervariasi (homogen).
responden berumur 38 tahun, lamanya sakit

Tabel 2.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan pada kelompok intervensi dan
kontrol (n=47)
Karakteristik Responden Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol (p value)
f % f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 40 85,1 37 78,7 0.592
Perempuan 7 14,9 10 21.3
Pendidikan
SD 14 29,8 13 27,7 0.994
SMP 16 34,0 16 34,0
SMA 12 25,5 13 27,7
PT 5 10,6 5 10,6
Tabel 2. menunjukkan bahwa responden pada maupun kelompok kontrol tidak bervariasi
kelompok intervensi hampir seluruh responden (homogen).
berjenis kelamin laki-laki yaitu 40 orang
(85,1%) dan hampir sebagian responden Pengaruh tehnik distraksi menghardik
berpendidikan SMP yaitu 16 orang (34,0%). dengan spiritual terhadap halusinasi
Pada karakteristik responden pada kelompok pasien saat pretest dan saat posttest pada
kontrol hampir seluruh responden juga berjenis kelompok intervensi dan kontrol
kelamin laki-laki yaitu 37 orang (78,7%) dan Untuk mengetahui pengaruh tehnik
hampir sebagian responden juga berpendidikan
SMP yaitu 16 orang (34,0%). Berdasarkan hasil
distraksi menghardik dengan spiritual akan
uji homogenitas untuk masing-masing variabel dilakukan analisis dengan uji Paired t-test
menunjukkan bahwa nilai p value> 0.05 artinya yang akan dijabarkan pada Tabel 3.
data penelitian baik pada kelompok intervensi

181
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 3.
Pengaruh tehnik distraksi menghardik dengan spiritual terhadap halusinasi pasien pre-posttest pada
kelompok intervensi dan control (n= 47)
Kelompok Mean Selisih SD p-value
Intervensi Pretest 28,30 4,318
10,383 0.000
Posttest 17,91 5,287
Kontrol Pretest 27,30 3,495
0.362 0,084
Posttest 26,94 3,547
Berdasarkan tabel 3 dapat terlihat rata-rata spiritual terhadap halusinasi pasien, dan pada
halusinasi pasien di kelompok intervensi saat kelompok kontrol didapat ƿ value 0,084 (ƿ >
pretest 28.30, SD ± 4.318, rata-rata 0,05) yang artinya tidak ada pengaruh
saatposttest17.91, SD ± 5.287, selisih rata-rata intervensi tehnik distraksi menghardik dengan
antara pretest dan posttest adalah 10.383. Rata- spiritual terhadap halusinasi pasien.
rata halusinasi pasiensaatpretestdi kelompok
kontrol adalah 27.30, SD ± 3.495, rata-rata saat Perbedaan rata-rata halusinasi pasien saat
posttest26.94, SD ± 3.547, selisih rata-rata posttest pada kelompok intervensi dan
antara pretest dan posttestadalah 0.362. kontrol
Perbedaan halusinasi pasien saat posttest antara
Analisis selanjutnya dengan uji paired sample kelompok intervensi dibandingkan dengan
test pada kelompok intervensi didapat ƿ value kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.
0,000 (ƿ < 0,05) yang artinya ada pengaruh
intervensi tehnik distraksi menghardik dengan

Tabel 4.
Perbedaan rata-rata halusinasi pasien saat posttest pada kelompok intervensi dan control (n= 47)
Kelompok Mean SD SE p-value
Intervensi 17,91 5,287 0,771 0,000
Kontrol 26,94 3,547 0,517
tabel 4. menunjukkan rata-rata pada tahun. Umur antara 25 tahun sampai 45
kelompok intervensi adalah 17.91 dengan tahun adalah umur yang sangat rentan
SD ± 5.287 dan kelompok kontrol terhadap masalah (Kaplan, et al 2010).
mendapatkan rata-rata adalah 26.94 dengan Hurlock (1999) menyatakan rentang umur
SD ± 3.547. Hasil uji statistik dengan uji 20 sampai 40 tahun adalah umur dewasa
independen t test(prooled t test) didapatkan muda. Pada umur tersebut tugas
nilai ρ value 0.000 (ρ< 0.05). Hal tersebut perkembangan yang harus dipenuhi salah
berarti terdapat perbedaan yang bermakna satunya adalah menikah. Menikah berarti
halusinasi pasien antara kelompok bertambahnya tanggung jawab dan bila
intervensi dibandingkan kelompok kontrol. tugas dari tanggung jawab tidak dicapai
dengan baik maka akan mempengaruhi
PEMBAHASAN tugas tanggung jawab pada tahap
Karakteristik responden penelitian dilihat selanjutnya dan ini dapat mengakibatkan
dari umur, jenis kelamin, pendidikan, ketidakstabilan kehidupan seseorang
lamanya sakit, lamanya dirawat dan (Krisnatuti & Yuliati, 2016).
frekuensi dirawat. Karakteristik responden
pada masing-masing kelompok tidak Berdasarkan jenis kelamin hampir seluruh
memiliki perbedaan yang signifikan responden berjenis kelamin laki-laki di
sehingga dikatakan homogen. umur kedua kelompok dengan frekuensi 85,1%
responden pada kelompok intervensi dan dan 78,7%. Sesuai dengan penelitian
kontrol rata-rata berumur 38 tahun dengan Wahyuni, et al, (2004); Carolina (2008) dan
mean 38,15 dan 38,00. Sejalan dengan Anggraini, et al, (2013), pasien skizofrenia
Hidayati, et al (2014), menyatakan pasien dengan halusinasi pendengaran yang
yang dirawat di rumah sakit jiwa lebih dirawat dirumah sakit jiwa hampir seluruh
banyak yang berumur antara 25 sampai 45 responden berjenis kelamin laki-laki.
182
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Penelitian ini tidak sejalan dengan Rhoads Sekitar 26,57% pada kelompok intervensi
(2011), yang menyatakan angka kejadian dan 27,53% pada kelompok kontrol artinya
halusinasi pendengaran pada laki-laki dan didapatkan rata-rata responden sudah
perempuan adalah sama. dirawat selama 27 hari. Hasil penelitian in
disimpulkan ternyata lamanya dirawat tidak
Pendidikan hampir sebagian responden menentukan bahwa pasien sudah mampu
berpendidikan SMP dikedua kelompok menurunkan halusinasinya. Sejalan dengan
dengan nilai yang sama yaitu 34,00%. Wahyuni, et al, (2004) dan Carolina, (2008)
Pendidikan dikaitkan dengan cara berpikir menemukan dalam penelitiannya tentang
atau cara seseorang menganalisis sesuata lamanya dirawat tidak ada pengaruh yang
hal. Pendidikan berhubungan dengan cara signifikan seseorang mampu menurunkan
berpikir untuk menganalisis sesuatu halusinasi. Penelitian ini juga sejalan
persoalan dalam menghindari stress yang dengan Kaneko, et al, (2010) dan
timbul di kehidupan sehari-hari (Rhoads Zarghami, et al (2012), yang
and Murphy 2015: Swearingen, 2016).Hasil mengungkapkan hal yang sama yaitu
penelitian ini menemukan bahwa pasien lamanya dirawat di rumah sakit tidak
dengan lulusan perguruan tinggi dan SMA berpengaruh terhadap peningkatan
dapat menerima tehnik distraksi kemampuan pasien untuk menurunkan
menghardik dengan spiritual dan halusinasi.
melaksanakan pengulangan secara terus-
menerus selama 7 hari. Sejalan dengan Frekuensi dirawat pada kelompok
penelitian (Kristiadi, et al. 2014) bahwa intervensi dan kontrol didapatkan 5,91%
semakin tinggi pendidikan maka semakin dan 5,89% yang artinya pasien sudah
mampu seseorang menganalisa, dirawat yang ke 6 kalinya. Hasil penelitian
menghadapi dan menyelesaikan masalah tidak ada perbedaan kemampuan pasien
yang disertai mempertahankan perilaku yang sudah beberapa kali dirawat
positifnya dalam menyelesaikan masalah. dibandingkan dengan pasien yang baru
pertama dirawat dalam menurunkan
Berdasarkan lamanya sakit pada kelompok halusinasi. Hasil penelitian ini sejalan
intervensi 8,17% dan 8,06% pada kelompok dengan Carolina (2008), yang menemukan
kontrol yaitu responden sudah mengalami bahwa frekuensi dirawat dapat membuat
sakit selama 8 tahun.Lamanya sakit pasien depresi karena kekambuhan.
dihubungkan peneliti salah satu dari Kekambuhan dapat menurunkan
penyebab halusinasi pasien tidak menurun kemampuan kognitif (Puri, et al., 2013).
karena lamanya sakit berkaitan dengan
penurunan fungsi kognitif. Sesuai dengan Halusinasi pasien saat pretest pada
Puri et al; (2013), menyatakan skizofrenia keduakelompokditemukan berada pada
dengan halusinasi pendengaran tahap 3 (tahap controlling) dengan rata-rata
menampilkan gambaran klinis secara khas 28,30 di kelompok intervensidan 27,30 di
mencakup satu atau lebih hal-hal, seperti: kelompok kontrol. Hasil penelitian pada
perubahan berpikir, perubahan persepsi, tahap 3 (tahap controlling) data yang
afek tumpul atau tidak sesuai dan disampaikan pasien yaitu frekuensi
penurunan tingkat fungsi sosial, namun halusinasi yang muncul satu jam sekali
fungsi kognitif biasanya utuh pada tahap dengan durasi halusinasi berlangsung
awal. Sejalan Julkaisuja, et al. (2010) sampai satu jam. Lokasi halusinasi
buruknya kognitif dan terganggunya insight dirasakan pasien ada di dalam kepala/dekat
pada pasien skizofrenia adalah hambatan dengan telinga dan ada yang diluar
untuk manajemen pengobatan dan kepala/jauh dari telinga, kenyaringan
perawatan. halusinasi lebih keras dari suara sendiri dan
pasien percaya bahwa halusinasi lebih 50%
dari eksternal. Jumlah isi suara negatif
183
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

mencapai 50% tidak menyenangkan dengan controlling adalah tahap halusinasi sudah
tingkat isi suara negatif sudah melecehkan mengendalikan pasien dengan frekuensi
secara verbal yang berkaitan dengan konsep satu jam sekali dan halusinasi berlangsung
diri misalnya “kamu malas, jelek, gila, satu jam, pasien merasa tertekan sehingga
sesat”. Jumlah tekanan dari halusinasi pasien mulai menyerah untuk melawan
banyak yang menyedihkan dan intensitas halusinasi dan pasien mulai mengikuti
tekanan dirasakan pasien sering halusinasi, pasien juga menghindari
menyedihkan sehingga pasien merasa lebih hubungan interpersonal, kurang
buruk karena tertekan. Suara juga konsentrasi, seperti tidak mampu ikuti
mengakibatkan gangguan berat karena sulit petunjuk (Schultz & Videbeck, 2013;
konsentrasi sehingga gangguan parah dalam Keogh, 2014;Swearingen, 2016). Tahapan
kehidupan sehari-hari dan pasien halusinasi dibedakan oleh tingkat
membutuhkan rawat inap walaupun pasien kecemasan, perilaku dan emosi yang
masih dapat mempertahankan beberapa ditampilkan pasien. Tahap controlling
kegiatan sehari-hari dengan bimbingan tingkat kecemasan pasien berada pada
tetapi pasien mengalami gangguan berat kecemasan berat (Stuart 2016).
dalam mengerjakan kegiatan yang perlu
ketrampilan dan sulit menjalin hubungan Hasil penelitian sesudah intervensi
sosial walaupun kemampuan mengontrol halusinasi pasien pada kelompok intervensi
halusinasi dipercayai pasien masih ada rata-rata menjadi 17.91 dengan skor
tetapi sebagian besar suara tidak terkendali. terendah 10 dan tertinggi 25. Sedangkan
pada kelompok kontrol didapat rata-rata
Hasil penelitian Upthegrove et al. (2016) 26.94 dengan skor terendah 22 dan tertinggi
menemukan pasien yang dirawat inap di 33 dari 11 item pertanyaan (karakteristik
rumah sakit jiwa mengeluh seringnya halusinasi). Hasil penelitian pada kelompok
frekuensi halusinasi terjadi dengan lokasi intervensi dari analisis kuesioner didapat
suara ada di dalam kepala dan ada diluar 47.5% pasien berada pada tahap 2
kepala, pasien juga percaya halusinasi dari halusinasi (tahap condemning). Persentase
ekternal, suara halusinasi terdengar jelas halusinasi pasien yang berbeda pada
dan keras dimana suara halusinasi kelompok kontrol sesudah intervensi yaitu
mengatakan pasien idiot juga bodoh dengan 29.8% pasien berada pada 2 (tahap
jumlah suara menyedihkan lebih banyak condemning). Pada tahap 2 (tahap
dan pasien merasa tertekan karena condemning) skor terendah 12 dan tertinggi
halusinasi sangat banyak membicarakan 22.
tentang kesedihan, pasien merasa sulit
konsentrasi, halusinasi juga mengganggu Hasil penelitian pada tahap 2 (tahap
aktifitas sehari-hari dan pasien merasa tidak condemning didapat data dari pasien yaitu
dapat mengerjakan pekerjaan yang ringan halusinasi muncul satu hari sekali dan
serta pasien juga merasa tidak ada motivasi berlangsung beberapa menit saja, suara
untuk bersosialisasi tetapi pasien merasa berasal diluar kepala tetapi dekat di telinga
dapat mengontrol suara tetapi suara tersebut dan suara terdengar seperti suara sendiri.
sulit dikendalikan. Pasien mulai percaya bahwa suara hanya
sedikit dari sebab eksternal dan hanya
Hasil penelitian Sayied and Ahmed (2017) sedikit jumlah suara negatif dimana suara
juga menunjukkan bahwa sebelum mulai berkomentar saja, suara menyedihkan
halusinasi pendengaran pasien yang dirawat dan suara menyenangkan sudah pada
inap berada pada tahap 3 (controlling) jumlah yang sama dan pasien mulai
dengan data yang didapat 40% lokasi suara menghindar dari suara tetapi halusinasi
ada didalam kepala dan ada di luar kepala, masih menyebabkan beberapa gangguan
sebagian besar sampel mengatakan 63.3% aktifitas siang hari juga sedikit gangguan
konten suara tidak menyenangkan. Tahap interaksi sosial serta pasien percaya dapat
184
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

mengontrol suara walaupun kadang-kadang sehingga pasien mengalami kesulitan


pasien masih larut dengan suara mengingat hal yang baru dipelajari dan sulit
halusinasinya. bagi pasien untuk menerapkannya. Akan
tetapi, bila dilakukan intervensi
Hasil penelitian ini sesuai dengan Schultz keperawatan dengan sesuatu yang telah
and Videbeck (2013), yang merilis bahwa diketahui dan dikombinasikan dengan
pada tahap condemning pengalaman budaya yang dianut pasien sebagai
pancaindra pasien masih menakutkan. kekuatan akan mempermudah pasien
Pasien yang mengalami halusinasi masih mengenal halusinasi dan melaksanakan
merasa kehilangan kendali dan mungkin tindakan itu tanpa paksaan sehingga terjadi
mencoba untuk menjauhkan diri dari penurunan halusinasi. Sesuai dengan
sumber yang dirasakan. Pasien merasa malu penelitian Rassool (2018), yaitu perawat
dengan pengalaman sensorinya sehingga jiwa berbasis rumah sakit dan komunitas
pasien tidak berinteraksi dengan orang lain. harus bekerja sama dengan pemuka agama
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai Islam untuk meningkatkan kesehatan jiwa
rata-rata pada kelompok intervensi menurun yang sesuai dengan budaya pasien yang
pada 17.91 dengan SD ± 5.287 dan kelompok mengalami halusinasi pendengaran.
kontrol mendapatkan nilai rata-rata 26.94 Intervensi keperawatan jiwa dengan
dengan SD ± 3.547. Hasil uji statistik dengan
pendekatan spiritual dan budaya yang
uji independen t test (prooled t test) didapatkan
nilai ρ value 0.000 (ρ< 0.05). Hal tersebut
dianut pasien dapat menurunkan halusinasi.
berarti terdapat perbedaan yang bermakna
halusinasi pasien antara kelompok intervensi Halusinasi dapat diturunkan oleh perilaku
dibandingkan kelompok kontrol. yang diterapkan pasien dengan arahan
perawat. Perilaku dapat dipengaruhi oleh
Perbedaan halusinasi pasien saat posttest pengetahuan. Perilaku akan bertahan lama
yang terjadi pada kelompok intervensi bila didasari pengetahuan (Notoadmojo,
dipengaruhi oleh intervensi tehnik distraksi 2008). Berdasarkan hal tersebut maka pada
menghardik dengan spiritual sehingga penelitian ini pasien dibimbing untuk
terjadi penurunan halusinasi pasien yang mengenal dulu halusinasi, mengetahui
dapat dibuktikan pada penurunan rata-rata dampak dari halusinasinya dan dilanjutkan
melalui uji statitik dan penurunan poin membimbing pasien tehnik individu agar
halusinasi pasien antara kelompok pasien dapat menurunkan halusinasinya
intervensi dibandingkan kelompok kontrol. secara mandiri. Sejalan dengan penelitian
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sayied and Ahmed (2017), menyatakan
penelitian-penelitian sebelumnya. Carolina, bahwa para profesional psikiatrik harus
(2008); Anggraini, et al, (2013),Jusliani dan memberikan pengetahuan yang akurat
Sudirman, (2014) dan Budi (2010), untuk membimbing pasien dengan strategi
menyatakan tehnik distraksi menghardik individu agar pasien dapat mengurangi
dapat menurunkan halusinasi pasien. halusinasi pendengarannya secara mandiri.

Halusinasi merupakan salah satu dari gejala Hidayati, et.al., 2014; Gasril (2015);
positif skizofrenia. Halusinasi yang terjadi Suryani, et al, (2018); Sari & Wijayanti
akan berpengaruh terhadap penurunan (2014) masing-masing dalam penelitian
kognitif (Puri, et al, 2013). Sejalan dengan tentang terapi spiritual zikir dapat
Ma et al. (2018) yang menemukan dari hasil mengurangi halusinasi pasien. Zikir
penelitiannya bahwa pasien yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari untuk
mengalami halusinasi pendengaran akan menentramkan hati (Akrom, 2010). Sejalan
mengalami penurunan kognitif. dibuktikan olehSari & Wijayanti (2014);
Berdasarkan adanya perubahan kognitif Suryani, et al, (2018); bahwa pasien
yang menurun dan gangguan konsentrasi menggunakan kalimat zikir membantu
menentramkan hati dan menurunkan
185
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

halusinasi. Spiritual dan budaya Islam post-test adalah 26,94. Hasil uji paired t-
terbukti mempunyai peranan yang besar test didapatkan p-value 0,084 (p>0,05) yang
dalam memenuhi kebutuhan psikososial berarti tidak ada pengaruh tehnik distraksi
pada pasien muslim walaupun mereka menghardik dengan spiritual terhadap
bermasyarakat dengan budaya yang halusinasi pasien pada kelompok kontrol.
mayoritas non muslim (Rassool 2018).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Tehnik distraksi menghardik dengan
tehnik distraksi menghardik dengan spiritual merupakan tindakan keperawatan
spiritual dapat menurunkan halusinasi pilihan untuk menurunkan halusinasi
pasien sehingga terjadi perbedaan hasil pasien. Sesuai dengan O’Brien, et al,
pada kelompok intervensi dengan kelompok (2014); Stuart (2016); Swearingen (2016);
kontrol. Lucchetti et al. (2018) yang menyarankan
asuhan keperawatan jiwa untuk
Penelitian ini dilakukan modifikasi asuhan dimodifikasikan dengan spiritual. Spiritual
keperawatan dengan terapi spiritual yang Islam adalah pilihan dalam penelitian ini.
diyakini masyarakat setempat. Penelitian ini Spiritual dan budaya Islam harus dihormati
sejalan dengan pendekatan dimensi struktur walaupun Islam didunia barat hanya
budaya dan sosial oleh Leininger yang minoritas karena pasien skizofrenia yang
menyatakan bahwa perubahan perilaku muslim ditemukan ada kebutuhan
pada manusia dipengaruhi oleh beberapa psikososialnya yang tidak terpenuhi saat
faktor diantaranya faktor agama atau nilai pasien muslim sedang dalam perawatan
spiritual (Parker 2005). Terapi spiritual (Rassool, 2018).
merupakan terapi yang harus
dipertimbangkan oleh perawat dalam Stuart (2016), menyatakan dalam merawat
mengatasi masalah kesehatan terutama pasien skizofrenia yang salah satunya
kesehatan jiwa (O’Brien et al., 2014; dengan halusinasi pendengaran sangat perlu
Townsend, 2014). Penelitian ditujukan pada pengkajian tentang sumber koping karena
masyarakat Aceh yang membudayakan bertujuan untuk mengoptimalkan
Islam dalam kehidupannya sehari-hari, kemampuan individu. Sumber koping
seperti menyelesaikan masalah kesehatan terdiri dari personal ability/kemampuan
dengan membaca Al-Qur’an atau berzikir individual pasien, social support/dukungan
(Yoesuf 2015). sosial yang dipercaya oleh pasien dapat
membantu untuk menyelesaikan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa masalahnya, financial/dukungan ekonomi
modifikasi asuhan keperawatan antara dan tersedianya pusat pelayanan kesehatan
tehnik distraksi menghardik dengan terapi yang diyakini pasien dapat membantu
spiritual terdapat adanya perbedaan penyembuhannya, dan positif belief/nilai-
halusinasi pasien secara bermakna antara nilai yang dianut yang diartikan sebuah
kelompok intervensi yang dibandingkan nilai spiritual dan pasien mengganggap
dengan kelompok kontrol dengan nilai p sebagai kekuatannya dalam menyelesaikan
value 0.000. Halusinasi pasien di kelompok masalah.
intervensi saat pretest adalah 28,30 dan saat
posttest adalah 17,91. Hasil uji paired t-test Spiritual yang diyakini oleh seseorang
didapatkan p-value 0,000 (p<0,05) yang berarti adalah suatu hasil peleburan dari
menunjukkan hasil yang signifikan sekelilingnya atau budaya setempat.
yaituterdapatpengaruh perlakuan tehnik Budaya dapat berkembang sesuai dengan
distraksi menghardik dengan spiritual terhadap
perkembangan zaman tetapi nilai luhur dari
halusinasi pasien pada kelompok intervensi.
leluhur kadang-kadang masih
Kelompok kontrol rata-rata halusinasi dipertahankan bila sangat bermakna. Teori
pasien saat pre-test adalah 27,30 dan saat Sunrise dengan pendekatan Culture care
oleh Leininger adalah teori yang holistik
186
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

karena menghargai totalitas kehidupan spiritual yang digunakan adalah zikir


manusia, termasuk sosial struktur, nilai pilihan pasien.
spiritual, pandangan dunia, nilai kultural,
konteks lingkungan, ekspresi bahasa serta Hasil penelitian ini ditemukan juga tidak
sistem profesional yang bertujuan untuk semua pasien sama dalam menerima akan
memampukan manusia menghadapi manfaat dari tehnik distraksi menghardik
penyakit (Parker, 2005). Masyarakat yang dengan spiritual yang dibuktikan dengan
menjunjung tinggi aspek budaya memaknai tidak samanya penurunan poin halusinasi
budaya sebuah kekuatan yang salah satunya pada masing-masing responden. Namun,
nilai spiritual (Leininger, 2006). Laroi et al. tehnik distraksi menghardik dengan
(2014), menyatakan budaya terlibat dalam spiritual secara umum dapat menerima
proses terjadi masalah halusinasi, sebaiknya hipotesis penelitian ini yaitu ada pengaruh
budaya juga diikutsertakan dalam tehnik distraksi menghardik dengan
mengatasi masalah halusinasi. spiritual terhadap penurunan halusinasi
pasien yang bermakna melalui uji statistik
Budaya sangat berarti dan berpengaruh bagi dengan nilai p value 0.000.
seseorang dalam menjalani dan memaknai
hidupnya yang dijadikan sebagai kekuatan SIMPULAN
yang salah satunya nilai spiritual. Hasil Evaluasi setelah dilakukan post-test
penelitian ini membuktikan bahwa asuhan didapatkan 47 pasien yang menerapkan
keperawatan jiwa yang dikombinasikan tehnik distraksi menghardik dengan
dengan spiritual dan hal-hal budaya atau spiritual mengalami penurunan halusinasi
kebiasaan masyarakat setempat dapat yang dinilai dari karakteristik frekuensi,
digunakan untuk menyelesaikan masalah. durasi, lokasi, kenyaringan, kepercayaan
Sesuai dengan penelitian oleh Windarwati asal usul suara, jumlah isi suara negatif,
(2008); Risna, et al (2017) dan Subandi tingkat isi suara negatif, jumlah tekanan,
(1997) yang mengkombinasikan nilai intensitas tekanan, gangguan akibat suara
spiritual Islam dan budaya yaitu dapat dan kemampuan mengontrol halusinasi.
meningkatkan kerjasama keluarga dalam Tehnik distraksi menghardik dengan
merawat pasien skizofrenia karena Islam spiritual terbukti mampu menurunkan
mengajarkan kita untuk menyayangi dan halusinasi pasien pada seluruh karakteristik.
membantu meringatkan beban orang lain. Evaluasi penurunan halusinasi terjadi
Hasil penelitian pada kelompok penurunan poin yang bervariasi dimulai
intervensi sesuai dengan penelitian dari 2 poin sampai 19 poin. Adanya
Anggraini, et al, (2013),Jusliani and pengaruh yang signifikan dari penerapan
Sudirman, (2014) dan Budi (2010), yang tehnik distraksi menghardik dengan
menyatakan bahwa tehnik distraksi spiritual terhadap penurunan halusinasi
menghardik mampu menurunkan halusinasi pasien dengan nilai p value 0,000 yang
pasien. Sejalan diungkapkan oleh Jalil artinya hipotesis Ha dipenelitian ini
(2012), bahwa pasien mempunyai cara diterima.
sendiri yang dianggap terbaik untuk
menurunkan halusinasinya (tehnik pilihan DAFTAR PUSTAKA
pribadi pasien). Gasril (2015) dan Hidayati, Anggraini, K, A Nugroho, and Supriyadi.
et al, (2014), menemukan hasil penelitian 2013. “Pengaruh Menghardik
bahwa halusinasi pasien menurun setelah Terhadap Penurunan Tingkat
pasien mendapat intervensi terapi spiritual Halusinasi Dengar Pada Pasien
zikir. Penurunan bermakna halusinasi Skizofrenia Di RSJD DR.
pasien pada kelompok intervensi di Aminogondohutomo Semarang.”
penelitian ini ditegaskan peneliti karena
tehnik distraksi menghardik Barahmand, Usha, and Ruhollah Heydari
dikombinasikan dengan spiritual dimana Sheikhahmad. 2016. “Expressed
187
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Emotion and Hallucination a First Episode of Psychosis: A


Proneness: The Mediating Role of Randomised Controlled Trial of
Metacognitive Beliefs.” 10(1): 17– Cognitive Therapy to Reduce Post
24.. Psychotic Trauma Symptoms.”
Behaviour Research and Therapy
Carolina. 2008. “Pengaruh Penerapan 47(6): 454–62.
Standar Asuhan Keperawatan http://dx.doi.org/10.1016/j.brat.2009.
Halusinasi Terhadap Kemampuan 02.009.
Klien Mengontrol Halusinasi Di Rs
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.” Julkaisuja, Turun Yliopiston, Annales
Universitatis Turkuensis, and Turun
Chaudhury, Suprakash. 2010. Yliopisto. 2010. PATIENT
“Hallucinations: Clinical Aspects and EDUCATION TO SUPPORT THE
Management.” SELF-MANAGEMENT.
Day, B.A et al. 2014. “Shot through with Jusliani, and Sudirman. 2014. “Pengaruh
Voices: Dissociation Mediates the Penerapan Strategi Pelaksanaan
Relationship between Varieties of Tindakan Keperawatan Halusinasi
Inner Speech and Auditory Klien Terhadap Kemampuan
Hallucination Proneness.”. Mengontrol Halusinasi Di Rskd
Provinsi Sulawesi Selatan.” 5: 248–
ELhay, Eman S. Abd, Mona A. El-Bilsha, 53.
and Mohamed H. El-Atroni. 2017.
“The Effect of Auditory Kaneko, Y, Y Oda, and F Goto. 2010.
Hallucinations Management Program “Two Cases of Intractable Auditory
on Quality of Life For Schizophrenic Hallucination Successfully Treated
Inpatients, Egypt.” IOSR Journal of with Sound Therapy.” 16(1): 29–31.
Nursing and Health Science 06(01):
01–11. Kaplan, Saddock. 2010. Sinopsis Psikiatri
http://www.iosrjournals.org/iosr- Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
jnhs/papers/vol6-issue1/Version- Klinik, Edisi 7. Jakarta: Binarupa
7/A0601070111.pdf. Aksara.

Gasril, Pratiwi. 2015. “Pengaruh Terapi Keliat, Budi Anna, and Akemat. 2014.
Psikoreligius: Dzikir Dalam Model Praktik Keperawatan
Mengontrol Halusinasi Pendengaran Profesional Jiwa. eds. Budi anna
Pada Pasien Skizofrenia Yang Keliat and Akemat. Jakarta: EGC.
Muslim Di Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau.” Krisnatuti, Diah, and Lilik Noor Yuliati.
2016. “The Effects of Family
Hidayati, Wahyu catur, Dwi heppy Developmental Tasks on Marital
Rochmawati, and Targunawan. 2014. Satisfaction on First-Time.” 9(1): 1–
“Pengaruh Terapi Religius Zikir 10.
Terhadap Peningkatan Kemampuan
Mengontrol Halusinasi Pendengaran Kristiadi, Yoel, Heppy Dwi Rochmawati,
Pada Pasien Halusinasi Di RSJD Dr. and Sawab. 2014. “Pengaruh
Amino Gondohutomo Semarang.” Aktivitas Terjadwal Terhadap
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Terjadinya Halusinasi Di Rsj Dr
Kebidanan (JIKK): 1–9. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.” 000: 1–6.
Jackson, C. et al. 2009. “Improving
Psychological Adjustment Following Kumari, Ranju et al. 2013. “Dimensions of
188
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hallucinations and Delusions in Jakarta: Elsevier.


Affective and Nonaffective Illnesses.”
ISRN Psychiatry 2013: 616304. Rassool, G Hussein. 2018. “Archives of
http://www.hindawi.com/journals/isrn Psychiatric Nursing Cultural
/2013/616304/. Competence in Counseling the
Muslim Patient : Implications for
Laroi, Frank et al. 2014. “Culture and Mental Health.” Archives of
Hallucinations: Overview and Future Psychiatric Nursing 29(5): 321–25.
Directions.” Schizophrenia Bulletin http://dx.doi.org/10.1016/j.apnu.2015.
40(SUPPL. 4): 213–20. 05.009.

Lucchetti, Alessandra L Granero, Mario F Rhoads, Jacqueline, and Patrick J M


Prieto Peres, Homero P Vallada, and Murphy. 2015. Clinical Consult to
Giancarlo Lucchetti. 2018. “Spiritual Psychiatric Nursing for Advanced
Treatment For Depression In Brazil: Practice.
An Experience From Spiritism.”
Explore: The Journal of Science and RISKESDAS. 2018. “Hasil Utama
Healing 11: 377–86. Riskesdas 2018.”
http://dx.doi.org/10.1016/j.explore.20
15.07.002. Sari, Sri Padma, and Diyan Yuli Wijayanti.
2014. “Keperawatan Spiritualitas
Luhrmann, T M, R Padmavati, H Tharoor, Pada Pasien Skizofrenia.” Jurnal Ners
and A Osei. 2015. “Differences in 9(1): 126–32. https://e-
Voice-Hearing Experiences of People journal.unair.ac.id/JNERS/article/dow
with Psychosis in the USA , India and nload/3262/2353.
Ghana : Interview-Based Study.” :
41–44. Schultz, Judith M, and Sheila L Videbeck.
2013. Psychiatric Nursing Care
McCarthy-Jones, Simon, Amanda Waegeli, Plans, Edition 9..
and John Watkins. 2013. “Spirituality
and Hearing Voices: Considering the Stephanie, Thiebes et al. 2018. “Author
Relation.” Psychosis 5(3): 247–58. Version : Published Ahead of Online
http://dx.doi.org/10.1080/17522439.2 First Alterations in Interhemispheric
013.831945. Gamma-Band Connectivity Are
Related to the Emergence of Auditory
Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Promosi Verbal Hallucinations in Healthy
Kesehatan Dan Prilaku Kesehatan. Subjects during NMDA-Receptor
Pertama. Jakarta: Rineka Cipta. Blockade the Emergence of Auditory
Verbal Hall.” (January).
O’Brien, P. G, W. Z Kennedy, and K. A.
Ballard. 2014. Keperawatan Stuart, GW. 2016. Prinsip Dan Praktek
Kesehatan Jiwa Psikiatrik Teori & Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Praktek. Bahasa Ind. ed. Bhetsy Singapore: Elsevier Inc.
Angelina. Jakarta: EGC.
Sulistyono, Indah Winarni, and Heni Dwi
Parker, Marilyn E. 2005. Nursing Theories Windarwati. 2017. “Pengalaman
& Nursing Practice. ed. Joanne P Perawat Dalam Merawat Pasien
DaCunha. Phidelphia. Perilaku Kekerasan Yang Disebabkan
Halusinasi Di Ruang Melati RSJ Dr.
Puri, B.K, P.J Laking, and I. H Treasaden. Radjiman Wediodiningrat Lawang.”
2013. Textbook of Psychiatrry. eds. 91: 399–404.
Husni Muttaqin and Frans Dany.
189
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Suryani, Suryani. 2013. “Pengalaman Khademloo. 2012. “Control of


Penderita Skizofrenia Tentang Proses Persistent Auditory Hallucinations
Terjadinya Halusinasi The Process of through Audiotape Therapy (Three
Hallucination as Described by People Case Reports).” European review for
Diagnosed with Schizophrenia medical and pharmacological
Abstract.” (April 2013). sciences 16 Suppl 4: 64–65.

Swearingen, Pamela L. 2016. ALL-IN-ONE


NURSING CARE PLANNING
RESOURCE Medical-Surgical,
Pediatric, Maternity, and Psychiatric-
Mental Health.

Townsend c. Merry. 2014. Essentials of


Psychiatric Mental Health Nursing.
ed. Jacalyn. c Clay.

Upthegrove, Rachel et al. 2016. “Auditory


Verbal Hallucinations in First-
Episode Psychosis: A
Phenomenological Investigation.”
British Journal of Psychiatry Open
2(1): 88–95.
http://bjpo.rcpsych.org/lookup/doi/10.
1192/bjpo.bp.115.002303.

Videbeck, Sheila L. 2011. Psychiatric–


Mental Health Nursing.

Wahyuni, Sri, Sri Novita Yuliet, and Veni


Elita. 2004. “HUBUNGAN LAMA
HARI RAWAT DENGAN
KEMAMPUAN PASIEN DALAM
MENGONTROL HALUSINASI.” :
69–76.

Wardani, Nuniek Setyo. 2016. “Pengaruh


Pelaksanaan Standar Asuhan
Keperawatan Halusinasi Terhadap
Kemampuan KOgnitif Dan
Psikomotor Pasien Dalam
Mengontrol Halusinasi Di Rumah
Sakit Jiwa Pontianak.” VII(1).

WHO. 2016. “World Health Statistics SDG


S.”

Yoesuf, A. 2015. “Survey Dan Penyusunan


Database Budaya Aceh.” Biomass
Chem Eng.

Zarghami, M., F. S Moonesi, and M.


190

Anda mungkin juga menyukai