BAB 1
PENDAHULUAN
1
tingkat seluler maupun pada tingkat organ yang dapat mengakibatkan terjadinya
degenerasi sejalan dengan proses menua.
Proses menua ini dapat berpengaruh pada perubahan fisiologis yang tidak
hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan
tanggapannya pada kehidupan sehari-hari. Setiap individu mengalami perubahan-
perubahan tersebut secara berbeda, ada yang laju penurunannya cepat dan
dramatis, serta ada juga yang perubahannya lebih tidak bermakna. Pada lanjut usia
terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada
kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit seperti
peningkatan kadar asam urat. Hiperurisemia bisa timbul akibat produksi asam
urat yang berlebihan dan pembuangan asam urat yang berkurang. Faktor yang
menyebabkan hiperurisemia adalah produksi asam urat di dalam tubuh meningkat
terjadi karena tubuh memproduksi asam urat berlebihan penyebabnya antara lain
adanya gangguan metabolisme purin bawaan (penyakit keturunan), berlebihan
mengkonsumsi makanan berkadar purin tinggi, dan adanya penyakit kanker
atau pengobatan (kemoterapi) serta pembuangan asam urat sangat berkurang
keadaan ini timbul akibat dari minum obat (anti TBC, obat duretik/HCT, dan
salisilat), dalam keadaan kelaparan (Soekamto, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah:
1.2.1 Bagaimana Konsep Dasar Penuaan ?
1.2.2 Bagaimana Konsep Dasar Asam Urat ?
1.2.3 Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Asam Urat ?
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun
(Potter & Perry, 2005).
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah,
seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu
usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu
telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004 dalam
Psychologymania, 2013).
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti
akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley and Patricia, 2006).
2.1.3 Teori Proses Menua
Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut :
1) Teori Biologis
a. Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan
dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan
berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan
pigmen dan kolagen pada proses penuaan. Radikal bebas tidak mengandung
DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan
menghasilkan produk-produk limbah yang menumpuk di dalam inti dan
sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul, akan terjadi kerusakan
membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada
akhirnya mengganggu fungsi. Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan
dalam lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran
lipofusin pada penuaan mungkin kemampuannya untuk mengganggu transportasi
sel dan replikasi DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik penuaan,
adalah dengan produk oksidasi dan oleh karena itu tampaknya terkait dengan
radikal bebas.
b. Teori cross-link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan
regiditas sel, cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan
senyawa antara melokul-melokul yang normalnya terpisah (Ebersole & Hess,
1994 dalam Potter & Perry, 2005).
c. Teori imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan
terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan
sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.perubahan sistem imun ini
diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan
dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada
sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan
pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.
2) Teori Psikososial
a. Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat
dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial
telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat
menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami
dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.
b. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses
maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara
yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu
komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa
hilangnya fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan
aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan
sepanjang kehidupan.
c. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan
kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku
hidup yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan
akan semakin menurunkan kualitas hidup.
Prose
s
Peningkatan radikal
bebas
Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
2.1.7 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
1. Perubahan Organik
a) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b) Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya menghilang.
c) Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d) Jumlah lemak meningkat.
e) Penggunaan oksigen menurun.
f) Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
g) Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h) Ekskresi hormon menurun.
i) Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
j) Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k) Lumen arteri menebal
2. Sistem Persarafan
Tanda:
a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel
neuroglial.
b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler,
parkinsonisme
b) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c) Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d) Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek, dan
menekukke depan
e) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala
3. Sistem Pendengaran.
Tanda :
a) Hilangnya neuron auditorius
b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c) Peningkatan serumen
d) Angiosklerosis telinga
Gejala :
a) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya,
penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan)
b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang
mengganggu, atau bila percakapan cepat.
c) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
4. Sistem Penglihatan
Tanda :
a) Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b) Penumpukan pigmen.
c) Penurunan kecepatan gerakan mata.
d) Atrofi otot silier.
e) Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f) Penurunan sekresi air mata.
Gejala :
a) Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan adaptasi
terhadap terang/gelap
b) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
c) Peningkatan insiden glaucoma
d) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh
e) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f) Peningkatan kekeringandan iritasi mata.
5. Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a) Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b) Aterosklerosis pembuluh darah
c) Peningkatan tekanan darah sistolik.
d) Penurunan komplian ventrikel kiri.
e) Penurunan jumlah sel pacemaker
f) Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.
Gejala:
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar
c) Peningkatan aritmia
d) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f) Penurunan toleransi
6. Sistem Respirasi
Tanda:
a) Penurunan elastisitas jaringan paru.
b) Kalsifikasi dinding dada.
c) Atrofi silia.
d) Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c) Peningkatan resiko aspirasi
d) Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e) Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
8. Sistem Gastrointestinal
Tanda:
a) Penurunan ukuran hati.
b) Penurunan tonus otot pada usus.
c) Pengosongan esophagus makin lambat
d) Penurunan sekresi asam lambung.
e) Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan melambat
c) Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit divertikuler
9. Sistem Reproduksi
Tanda:
a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c) Penurunan hormone dan oosit.
d) Involusi jaringan kelenjar mamae.
e) Poliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
a) kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b) penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c) penurunan elevasi testis
d) hipertrofi prostat
e) jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga
pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan
10. Sistem Perkemihan
Tanda:
a) Penurunan masa ginjal
b) Tidak ada glomerulus
c) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d) Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e) Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala:
a) Penurunan GFR
b) Penurunan kemampuan penghematan natrium
c) Peningkatan BUN
d) Penurunan aliran darah ginjal
e) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual
f) Peningkatan urgensi
10. Sistem Endokrin
Tanda:
a) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen,
aldosteron, hormone tiroid
b) Penurunan termoregulasi
c) Penurunan respons demam
d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e) Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti pembedahan
b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
e) Penambahan berat badan
f) Peningkatan insiden penyakit tiroid
11. Sistem Kulit Integumen
Tanda:
a) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b) Pendataran papilla
c) Atrofi kelenjar keringat
d) Penurunan vaskularisasi
e) Cross-link kolagen
f) Tidak adanya lemak sub kutan
g) Penurunan melanosit
h) Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala:
a) Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b) Kekeringan dan pruritus
c) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan menyebabkan
timbulnya nyeri
f) Penyembuhan luka makin lama
12. Sistem Muskuloskletal
Tanda:
a) Penurunan massa otot
b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a) Penurunan kekuatan otot
b) Penurunan densitas tulang
c) Penurunan tinggi badan
d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
e) Peningkatan risiko fraktur
f) Perubahan cara berjalan dan postur
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang
perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan kesehatan yang
sering dijumpai pada pasien lansia yang belum diketahui adanya gangguan /
penyakit tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :
1) Pemerikasaan hematologi rutin
2) Urin rutin
3) Glukosa
4) Profil lipid
5) Alkalin pospat
6) Fungsi hati
7) Fungsi ginjal
8) Fungsi tiroid
9) Pemeriksaan feses rutin
2.2 Konsep Dasar Asam Urat
2.2.1 Definisi
Asam Urat ( Gout ) merupakan penyakit yang timbul akibat kadar asam urat
darah yang berlebihan. yang menyebabkan kadar asam urat darah berlebihan
adalah produksi asam urat didalam tubuh lebih banyak pembuangannya (Kertia,
2009).
Asam urat ( Gout ) adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang - ulang.
Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosodium
dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi, insiden
penyakit gout sebesar 1-2%,terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali
lebih sering pada pria daripada wanita . (Muttaqin, 2008 (Setyo Tri Wardhani,
2014) ).
Masalah asam urat atau biasa disebut dengan gout merupakan salah satu
penyakit tertua yang dikenal manusia. Asam urat dianggap sebagai penyakit para
raja atau penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak
makan dan minum minuman keras, seperti daging dan anggur, atau dapat
dikatakan bahwa asupan makanan dan minuman yang tidak teratur sangat
berhubungan erat dengan kejadian asam urat. (Hery irwan, 2012). Asa m urat
adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu zat yang bernama purin.
Asam urat merupakan hasil buangan dari zat purin Zat purin adalah zat alami yang
merupakan satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. (Noviyanti,
2015)
2.2.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya penyakit Asam Urat ( Gout ) digolongkan menjadi
yaitu:
1. Penyakit gout primer
Penyebabnya kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya
produksi asam urat. atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran
asam urat dari tubuh.
2 Penyakit gout sekunder
Penyebab penyakit gout sekunder:
a. Meningkatnya produksi asam urat karena pengaruh pola makan yang tidak
terkontrol, yaitu dengan mengonsumsi makanan yang berkadar purin tinggi.
Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam
nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino,
yang merupakan unsur pembentuk protein.
b. Produksi asam urat juga dapat meningkat karena penyakit pada darah
(penyakit sumsum tulang, polisitemia, anemia hemolitik), obat - obatan
(alkohol, obat - obat kanker, vitamin B12, diuretika, dosis rendah asam,
salisilat).
c. Obesitas (kegemukan)
d. Intoksikasi (keracunan timbal)
e. Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik. Dimana
akan ditemukan mengandung benda- benda (hasil buangan metabolisme
lemak) dengan kadar yang tinggi. Kadar benda -benda keton yang
meninggi akan menyebabkan kadar asam urat juga akan meninggi.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Biasanya, serangan gout pertama banyak menyerang satu sendi dan
berlangsung selama beberapa hari. Kemudian, gejalanya menghilang secara
bertahap, dimana sendi kembali berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi
serangan berikutnya. Namun, gout cenderung akan semakin memburuk,dan
serangan yang tidak diobati akan berlangsung lebih lama, lebih sering, dan
menyerang beberapa sendi. Alhasil sendi yang terserang bisa mengalami
kerusakan permanen. Lazimnya serangan gout terjadi dikaki ( monoarthritis ).
Namun ,3 - 14 % serangan juga bisa terjadi dibanyak sendi ( poliarthrittis ).
Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan gout ( poliarthritis ) berulang adalah
ibu jari ( padogra ), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki,sendi kaki belakang,
pergelangan tangan. sendi kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa
olekranon pada siku (junadi, 2012 (Noviyanti, 2015)
Selain di atas, organ yang bisa terserang asam urat adalah sendi, otot,
jaringan disekitar sendi, telinga, kelopak mata, jantung dan lain - lain. Jika kadar
asam urat didalam darah melebihi normal maka asam urat ini akan masuk ke
organ - organ tersebut sehingga menimbulkan penyakit pada organ tersebut.
Penyakit pada organ tersebut bisa dis ebabkan oleh asam urat secara langsung
merusak organ tersebut (contohnya penyakit nefropati urat). Bisa akibat
peradangan sebab adanya kristal atrium urat (contonya penyakit gout akut), bisa
akibat natrium urat menjadi batu (contonya penyakit batu urat).
Penyakit asam urat bisa menimbulkan pegal - pegal akibat kristal natrium
urat sering menumpuk disendi dan jaringan disekitar sendi Nyeri yang hebat
dirasakan oleh penderita gout pada satu atau beberapa sendi. Umumnya, sera ngan
terjadi pada malam hari. Biasanya, hari sebelum serangan gout terjadi,penderita
tampak sehat bugar tanpa gejala atau keluhan,tepatnya pada tengah malam
menjelang pagi,penderita terbangun karena merasakan sakit yang sangat hebat
disertai nyeri yang semakin memburuk dan sangat tidak tertahankan.
1. Pola makan yang tidak terkontrol.
2. Seseorang dengan berat badan berlebih (obesitas)
3. Peminum alkohol.
4. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit asam urat
5. Sesorang kurang mengkonsumsi air putih
6. Seseorang dengan gangguan ginjal dan hipertensi
7. Seseorang yang menggunakan obat - obatan dalam jangka waktu lama
8. Seseorang yang mempunyai penyakit diabetes melitus
2.2.4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat ( gout ) di dalam darah pada pria
dewasa kurang dari 7 mg/dl dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Dan apabila
konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan
penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan
den gan peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam
serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respons
inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya
serangan yang berulang - ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang
dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaski,
tangan dan telinga. Akibat penumpukan asam urat yang terjadi secara sekunder
dapat menimbulkan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penya kit ginjal
kronis.
2.2.9 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Asam Urat
1. Pengkajian
1. Tanyakan keluhan nyeri yang terjadi,biasanya pada ibu jari kaki atau pada
sendi – sendi lain. Bagaimana klien menanggulaginya, adakah riwayat gout
dalam keluarga. Obat –obatan yang di peroleh
2. Tentukan apakah ada nyeri saat digerakkan, bengkak, dan kemerahan,
demam, subfebris, periksa adanya nodul di atas sendi.
3. Kaji adanya kecemasan dan ketakutan dalam melakukan aktiitas dan
masalah –masalah yang terkait dengan psikososialnya.
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Asam urat meningkat
b. Sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat ( selama fase akut)
c. Pada aspirasi sendi di temukan asam urat
d. Pemeriksaan urine
e. Rontgen
2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
3) Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
3. Perencanaan dan Implementasi
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d proses penyakit
Tujuan : rasa nyaman klien terpenuhi atau terhindar dari nyeri
Intervensi dan Rasional :
1) Berikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri ( kaki ) diistirahatkan dan
diberikan bantalan, istirahat dapat menurunkan metabolisme setempat dan
mengurangi pergerakan sendi yang terjadi.
2) Berikan kompres hangat atau dingin yang dapat memberikan : efek
vasodilatasi keduanya mempunyai efek membantu pengeluaran endorfin
dan dingin dapat menghambat infuls nyeri.
3) Cegahlah agar tidak terjadi iritasi pada tofi misal menghindari penggunaan
sepatu yang sempit, teruntuk pada benda yang keras. Bila terjadi iritasi
maka akan semakin nyeri, apabila terjadi luka akibat tofi yan pecah
makarawatlah secara steril dan juga perawatan drain yang terpasang pada
luka.
4) Berikan obat – obatan sesuai dengan resep dokter dan amati efek samping
obat –obatan tersebut.
B. Riwayat keluarga
1. Susunan Anggota Keluarga
Susunan anggota keluarga Ny. S di tinggal di rumah Sendiri
2. Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki : Klien
: : Meninggal
Perempuan
Ny. S mengatakan bahwa dirinya adalah anak tunggal, suami dan ayah Ny.s
baru saja meninggal sekitar 3 bulan yang lalu, Ny. S memiliki 2 orang anak
kandung perumpuan
C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Tidak ada
Alamat Pekerjaan : Tidak ada
Berapa jarak dari rumah : Tidak ada
Alat Transportasi : Tidak ada
Pekerjaan Sebelumnya : Ibu Rumah Tangga
Sumber Pendapatan dan Kecukupan : Hasil Sewa Rumah dan kost
D. Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Ny. S tinggal di rumah sendirian. Tipe tempat tinggal Ny. S permanen dan
berjumlah 2 kamar. Kondisi tempat tinggal klien cukup bersih, pencahayaan baik,
ventilasi cukup dan tidak pengap. Jumlah orang yang tinggal 1 orang. Tetangga
terdekat klien adalah anak Kost yang dianggap seperti keluarga sendiri.
E. Riwayat Rekreasi
Klien sering berada di rumah, hobby berkebun, dan berkumpul ketempat
cucnya di sampit
1. Sistem Pendukung
Jarak dari puskesmas ke rumah Ny. S ± 4, Klinik Terdekat ± 6,5 km.
2. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan dirumah selalu berdoa sebelum memulai kegiatan. Sebelum dan
sesudah makan selalu berdoa dan ibadah sholat.
3. Status kesehatan
1. Status kesehatan umum selama 1 tahun yang lalu :Klien mengatakan kalau
asam uratnya sering kambuh sampai klien tidak kuat untuk berjalan.
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :
Klien mengatakan pernah memiliki riwayat asma
Keluhan utama :
Ny. S mengatakan nyeri pada pinggang sampai ke telapak kakinya.
Provokative/ Paliative : Ny. S mengatakan nyeri timbul saat beraktivitas
Quality/ Quantity : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
Region : Nyeri mulai dari pinggang sampai ke telapak kaki
Severity Scale : Skala nyeri 4-5
Timming : Nyeri hilang timbul kurang lebih 3 menit
Status Imunisasi : (catat tanggal terbaru)
Tetanus, difteri: tidak ada, Influenza: tidak ada, Pneumothoraks: tidak ada
Alergi : (catat agen dan reaksi spesifik)
1. Obat-obatan: Tidak ada alergi
2. Makanan: Tidak ada
3. Faktor lingkungan: Tidak ada
Penyakit yang diderita :
Asam Urat
I. Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (ADL)
Indeks Katz Ny. S adalah A (kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi).
Keadaan Umum :
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, klien melakukan akvitas
sendiri tanpa bantuan orang lain, pupil isokor, TTV : TD : 130/80 mmHg, Nadi :
85 x/mnt, Suhu : 36,2ºC, RR 20 x/mnt. Akral : hangat, merah, lembab. CRT :<2
detik, konjungtiva : anemis, sklera normal. Kulit normal, turgor kulit elastis.
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
GCS : Eye : 3, Verbal : 5, Motorik : 6.
Tanda-Tanda Vital :Nadi : 85x/mnt, RR : 20x/menit, TD : 130/80 mmHg.
Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah klien 130/80 mmHg.
Sistem Pernafasan : RR : 20x/menit, bentuk thorax simetris,tidak ada
bunyi nafas tambahan.
Sistem Integumen : Kulit tampak keriput, elastisitas kulit berkurang,
warna kulit kuning langsat.
Sistem Perkemihan : BAK ±3x sehari
Sistem : Klien mengeluh nyeri pada pinggang sampai ke
Muskuluskeletal telapak kaki
Sistem Endokrin : Sulit dievaluasi, saat ditanyakan adakah riwayat
penyakit diabetes,klien mengatakan tidak ada, dan
klien tidak ada riwayat terkena gondok atau
hipotirioid.
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada mual atau muntah, normal klien tidak
ada menderita penyakit gastritis
Sistem reproduksi : Menopause
Sistem Persyarafan : Tidak ada cedera kepala, tidak ada riwayat kejang.
Sistem Penglihatan : Penglihatan tampak kabur
Sistem Pendengaran : Dapat mendengar dengan baik klien dapat
mendengar dengan baik, tidak ada keluaran cairan.
Sistem Pengecapan : Normal klien dapat membedakan manis, pahit
asam, dan asin
Sistem Penciuman : Ny. S masih mampu mencium bau dengan baik
J. Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Ny. S yaitu: Fungsi
Intelektua Utuh. Mini Mental State Exam (MMSE): 28, Inventaris Depresi Beck :
0 (Depresi tidak ada/Minimal), APGAR keluarga : 5.
K. Data Penunjang
Klien melakukan pemeriksaan HB, Glukosa dan Kolestrol dengan hasil :
Hb : 10,2
Glukosa : 98
Kolestrol : 210
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari
Keterangan:
Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum: Compos mentis.
Nilai maksimum 30 (nilai 22/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu
tindak lanjut)
INVENTARIS DEPRESI BECK
(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)
Nama klien : Ny. S Tanggal : 28 November 2019
Jenis kelamin : Perempuan TB/BB :156 cm/ 68 kg
Agama : Islam Gol darah: B
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Jati Ujung
URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia
ANALISA DATA
Obyektif dan Data
No (Etiologi) (Problem)
Subyektif (sign/symptom)
DS : Hiperurisemia Nyeri akut
1 - P : Klien Mengatakan
nyeri timbul saat Penimbunan kristal
beraktivitas asam urat
- Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk Menimbulkan iritasi
- R : Nyeri timbul dari lokal
pinggang sampai
ketelapak kaki Implus nyeri ke
- S : Skala nyeri yang di talamus
rasakan 4-5
- T : Nyeri hilang timbul Persepsi Nyeri
sekitar 3-5 menit (0-10)
DO :
- Klien tampak meringgis
Kesakitan ketika nyeri
timbul
- Klien tampak memegangi
area yang sakit
- Ada pembengkakan di
tungkai kaki
- TD : 130/80 mmHg
- N : 85x/m
- S : 36,2o C
- RR : 20x/m
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan Hiperurisemia ditandai dengan Klien
meringgis kesakitan, skala nyeri 4-5, nyeri dari pinggang samapi keujung
kaki
RENCANA TINDAKAN
TUJUAN
NO DX KEP (KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL)
1. NSetelah dilakukan 1) Berikan 1) Posisi yang nyaman
perawatan sebanyak
yeri posisi yang nyaman dapat membuat klien
2 kali kunjungan di
Akut harapkan nyeri pada pada sendi yangn lebih nyaman saat
pinggang sampai ke
nyeri ( kaki) beristirahat
telapak kaki dapat
berkurang dengan diistirahatkan dan
kriteria hasil :
diberikan bantalan
1. Klien tidak
meringis 2) Dapat memberikan efek
kesakitan
2) Anjurkan vasodilatasi keduanya
2. Skala Nyeri
dapat berkurang Untuk memberikan dan dapat menghambat
0
kompres hangat atau infuls nyeri
dingin
3) Membuat klien merasa
lebih rileks dengan
3) Anjarkan teknik nafas dalam untuk
Klien untuk teknik pengalihan nyeri
distaksi dan relaksasi
( nafas dalam) 4) Makanan yang tinggi
akan zat purin dapat
meningkatkan
4) Anjurkan kekambuhan asam urat
klien untuk
menghindari makan
makanan yang
mengandung zat 5) Pemberian obat yang
purin seperti bayam, tepat dapat membantu
kangkung dan lain- proses penyembuhan
lain
5) Anjurkan
klien untuk minum
rutin obat yang di
berikan dokter
IMPLEMENTASI
N D Implementasi Evaluasi
o x Kep
1 N 1) Memberikan S : Klien
yeri Akut posisi yang nyaman pada mengatakan Neri dari
sendi yangn nyeri ( kaki) pinggang sampai
diistirahatkan dan ketelapak kaki
diberikan bantalan O:
- Klien tampak
2) Menganjurkan meringgis kesakitan
Untuk memberikan - Klien tampak
kompres hangat atau memegangi kakali
dingin yang nyeri
- Klien dapat melakukan
3) Mengajarkan
teknik nafas dalam
Klien untuk teknik
- TD : 130/80mmHg
distaksi dan relaksasi
N : 85 x/m
( nafas dalam)
RR : 20
x/m
4) Menganjurkan
S : 36,2
klien untuk menghindari
ºC
makan makanan yang
A : Masalah belum teratasi
mengandung zat purin
P : Lanjutkan Intervensi 1-
seperti bayam, kangkung
5
dan lain-lain
5) Meganjurkan
klien untuk minum rutin
obat yang di berikan
dokter
CATATAN PERKEMBANGAN
DAFTAR PUSTAKA
Beevers, D.G. 2015. Seri Kesehatan : Bimbingan Dokter Pada Asam Urat