1
Berdoa pun dimulai.
“Baik anak-anak, ada sebuah pengumuman penting untuk hari ini. Apakah anak-
anak tahu ini hari apa?”
“Hari selasa, Bu”, jawab Ina.
“Betul sekali, selain itu?”, tanya Bu Sari lagi
“Hari yang cerah!”, Jawab Bima dengan bersemangat
“Hmm...Hari ini adalah adalah Hari Ibu!”
“Hah? Apa itu hari Ibu, Bu?”, tanya Eri pada Bu Sari
“Hari Ibu adalah sebuah perayaan untuk berterima kasih kepada Ibu. Untuk itu,
Bu Sari akan memberikan tugas yaitu anak-anak harus membuat sebuah surat
untuk ibu kalian masing-masing ya! Dan berhubung hari ini Ibu ada rapat bersama
guru-guru lain, maka tugasnya dikerjakan di rumah dan dikumpulkan besok
pagi.”, jelas Bu Sari pada anak-anak.
Di perjalanan pulang, Rara hanya termenung dan diam. Ia tidak mengobrol
dengan Cindy seperti biasanya. Setelah sampai di depan rumah Cindy, Rara justru
berpamitan untuk pulang ke rumah. Cindy pun mengizinkannya meski sedikit
kebingungan dengan sikap Rara yang tiba-tiba berubah. Sampai dirumah, Rara masih
termenung. Rara hanya diam sampai Papanya kembali pulang.
“Rara? Kata Ibunya Cindy, Rara pulang ke rumah. Ternyata benar ya. Ada apa,
Nak?” tanya Papa Vito dengan halus
“Pa, tadi di sekolah, Bu Sari memberi tugas”, ucap Rara dengan nada sedih
“Lalu? Biasanya kan Rara paling suka dengan tugas yang dikasih Bu Sari”, tanya
keheranan Papa Vito pada Rara
“Tugasnya membuat surat untuk Ibu. Tapi seumur-umur, Rara belum pernah
melihat Mama. Aku ingin betemu Mama. Tapi setiap aku bertanya Mama dimana,
Papa selalu menjawab Mama kerja di tempat yang jauh. Mama dima, Pa?”, mata
Rara mulai berkaca-kaca
Diam. Papa Vito hanya terdiam. Sejenak memikirkan kata-kata yang akan
disampaikan pada Rara agar dapat diterimanya. Akhirnya, Papa Vito pun mengajak
Rara ke sebuah tempat. Sebelum mencapai tempat itu, Rara telah mencium bau bunga
yang sangat kuat. Rara mengeja kata-kata yang tertulis di sebuah papan putih, “Tempat
Pemakaman Umum Sukaraja”. Kemudian Rara diajak duduk di depan batu nisan
berlapis ubin berwarna putih.
“Rara, maafin Papa. Ini mama:, jelas Papa Vito pada Rara
Rara pun menangis dan memeluk batu nisan yang tepat berada di depan dirinya.
Rara dan Papa saling berpelukan hingga tidak terasa, air mata Papa pun ikut menetes.
Selama ini, Rara telah ditinggalkan oleh Mama karena Mama harus bertaruh nyawa
2
untuk melahirkan Rara. Papa mulai menjelaskan dengan pelan-pelan. Ketika matahari
mulai tenggelam, Rara dan Papa pun pulang dengan mata sembabnya. Sesampainya di
rumah, Rara bergegas untuk mengerjakan tugasnya.
Pagi pun tiba. Rara bergegas untuk berangkat ke sekolah dengan di antar Papa,
seperti biasanya. Lalu saat kelas dimulai, Rara dan teman-teman mengumpulkan tugas
yang kemarin dibuat. Bu Sari menyuruh anak-anak untuk membaca surat yang telah
dibuat Rara dan teman-temannya tapi tidak semua dibacakan. Dan terpilihlah Rara. Rara
pun maju dan membuka kertas yang berwarna merah muda itu dengan pelan.
Isi surat Rara untuk Mama.
Setelah Rara membacakan surat itu, mata Bu Sari dan teman-teman Rara pun
berkaca-kaca. Teman-teman Rara pun memeluk Rara dengan hangat dan menguatkan
Rara untuk tidak bersedih. Rara pun bahagia karena memiliki teman-teman yang baik.
Kemudian, Rara dan teman-teman saling menguatkan satu sama lain.