Anda di halaman 1dari 3

Nama : Elly Nurmayanti Kelas : PBSI A 2017

Nim : 17201241011 Matkul : Sastra Anak

Aku Ingin Bertemu Mama

Di suatu hari, saat matahari masih enggan menampakkan senyumnya,


terbangunlah seorang anak kecil yang tinggal di sebuah rumah yang memiliki cat
berwarna abu-abu bersama Papanya. Ia bernama Rara. Setiap paginya, Rara selalu
bangun pagi untuk merapikan tempat tidur dan keperluan yang harus dibawa ke sekolah.
Bagi Rara, bangun pagi telah menjadi rutinitasnya. Hal ini dibiasakan oleh sang Papa.
Setelah merapikan tempat tidur dan mengecek kelengkapan sekolah, Rara segera
membantu Papa untuk menyiapkan sarapan pagi.
“Selamat pagi, Pa”, ucap Rara kepada Papa Vito
“Selamat pagi, Putri kecil Papa yang cantik”, sambil mengecup kening Rara
“Pa, hari ini Rara mau main ke rumahnya Cindy ya? Jadi Papa tidak perlu
menjemput Rara”, pinta Rara kepada Papanya.
“Oh, yasudah. Nanti kalau Rara sudah sampai di rumahnya Cindy, telepon Papa
ya!”, Seru Papa Vito yang dibalas dengan anggukan bersemangat oleh Rara.
Papa pun menyalakan besi berkaratnya, yaitu sepeda motor tua bertuliskan
“Vespa” di samping kanan badan motor. Rara segera menghampiri Papa untuk
berangkat sekolah. Di perjalanan, Rara bertanya banyak hal mengenai apa saja yang ia
lihat. Tentang rambu-rambu lalu lintas, pedagang koran yang berada di perempatan
lampu apill, seorang nenek yang bersepeda dengan membawa sayur-mayur, dan
beberapa orang yang berdiri dengan seragam lengkap dengan topi berwarna putih
sedang mengatur lalu lintas di jalan. Ia merupakan anak yang kritis, sebab itulah Rara
menjadi bintang kelas dan sering mendapatkan juara di beberapa kejuaraan yang ia
ikuti.
Setelah sampai di depan pintu yang bertulisan kelas lima, Rara di sambut oleh
teman-temannya. Mereka bercanda dan tertawa hingga ada yang sempat saling
berkejaran. Ditengah riuhnya kelas, tiba-tiba datang Ibu Sari, wali kelas Rara. Anak-
anak pun segera duduk ke tempat masing-masing dengan wajah yang masih dipenuhi
dengan keringat akibat saling berkejaran.
“Selamat pagi, anak-anak”, sapa Bu Sari
“Selamat pagi, Ibu guru”, serempak menjawab dengan bersemangat
“Kita berdoa dulu ya. Ayo duduknya yang rapi”, ucap Bu Sari

1
Berdoa pun dimulai.
“Baik anak-anak, ada sebuah pengumuman penting untuk hari ini. Apakah anak-
anak tahu ini hari apa?”
“Hari selasa, Bu”, jawab Ina.
“Betul sekali, selain itu?”, tanya Bu Sari lagi
“Hari yang cerah!”, Jawab Bima dengan bersemangat
“Hmm...Hari ini adalah adalah Hari Ibu!”
“Hah? Apa itu hari Ibu, Bu?”, tanya Eri pada Bu Sari
“Hari Ibu adalah sebuah perayaan untuk berterima kasih kepada Ibu. Untuk itu,
Bu Sari akan memberikan tugas yaitu anak-anak harus membuat sebuah surat
untuk ibu kalian masing-masing ya! Dan berhubung hari ini Ibu ada rapat bersama
guru-guru lain, maka tugasnya dikerjakan di rumah dan dikumpulkan besok
pagi.”, jelas Bu Sari pada anak-anak.
Di perjalanan pulang, Rara hanya termenung dan diam. Ia tidak mengobrol
dengan Cindy seperti biasanya. Setelah sampai di depan rumah Cindy, Rara justru
berpamitan untuk pulang ke rumah. Cindy pun mengizinkannya meski sedikit
kebingungan dengan sikap Rara yang tiba-tiba berubah. Sampai dirumah, Rara masih
termenung. Rara hanya diam sampai Papanya kembali pulang.
“Rara? Kata Ibunya Cindy, Rara pulang ke rumah. Ternyata benar ya. Ada apa,
Nak?” tanya Papa Vito dengan halus
“Pa, tadi di sekolah, Bu Sari memberi tugas”, ucap Rara dengan nada sedih
“Lalu? Biasanya kan Rara paling suka dengan tugas yang dikasih Bu Sari”, tanya
keheranan Papa Vito pada Rara
“Tugasnya membuat surat untuk Ibu. Tapi seumur-umur, Rara belum pernah
melihat Mama. Aku ingin betemu Mama. Tapi setiap aku bertanya Mama dimana,
Papa selalu menjawab Mama kerja di tempat yang jauh. Mama dima, Pa?”, mata
Rara mulai berkaca-kaca
Diam. Papa Vito hanya terdiam. Sejenak memikirkan kata-kata yang akan
disampaikan pada Rara agar dapat diterimanya. Akhirnya, Papa Vito pun mengajak
Rara ke sebuah tempat. Sebelum mencapai tempat itu, Rara telah mencium bau bunga
yang sangat kuat. Rara mengeja kata-kata yang tertulis di sebuah papan putih, “Tempat
Pemakaman Umum Sukaraja”. Kemudian Rara diajak duduk di depan batu nisan
berlapis ubin berwarna putih.
“Rara, maafin Papa. Ini mama:, jelas Papa Vito pada Rara
Rara pun menangis dan memeluk batu nisan yang tepat berada di depan dirinya.
Rara dan Papa saling berpelukan hingga tidak terasa, air mata Papa pun ikut menetes.
Selama ini, Rara telah ditinggalkan oleh Mama karena Mama harus bertaruh nyawa

2
untuk melahirkan Rara. Papa mulai menjelaskan dengan pelan-pelan. Ketika matahari
mulai tenggelam, Rara dan Papa pun pulang dengan mata sembabnya. Sesampainya di
rumah, Rara bergegas untuk mengerjakan tugasnya.
Pagi pun tiba. Rara bergegas untuk berangkat ke sekolah dengan di antar Papa,
seperti biasanya. Lalu saat kelas dimulai, Rara dan teman-teman mengumpulkan tugas
yang kemarin dibuat. Bu Sari menyuruh anak-anak untuk membaca surat yang telah
dibuat Rara dan teman-temannya tapi tidak semua dibacakan. Dan terpilihlah Rara. Rara
pun maju dan membuka kertas yang berwarna merah muda itu dengan pelan.
Isi surat Rara untuk Mama.

Untuk Mama yang ada di Surga


Ma, hari ini aku diajak Papa ketemu Mama di tempat yang bunganya banyak
sekali. Tapi aku udah gak bisa ketemu Mama. Kata Papa, rambut Mama warnanya
hitam seperti Rara. Mata Mama sangat cantik, seperti Rara. Tapi Papa jahat, Ma.
Papa bilang, hidung Rara nggak mancung kayak Mama. Tapi Rara yakin, Mama pasti
sangat cantik.
Rara kira Mama nggak sayang sama Rara dan Papa karena Mama gak pernah
pulang, Ternyata Rara salah.
Di hari ibu ini, Rara berdoa, semoga Mama menjadi bidadari di surga sana.
Semoga Mama bisa lihat Rara dan Papa disini. Rara sayang sama Mama. Rara ingin
bertemu Mama, memeluk Mama, dan bercerita banyak hal seperti teman-teman Rara
yang lain saat mereka dijemput oleh Mamanya. Cindy yang selalu dibawain bekal dari
mamanya, Dodit yang dimarahin mamanya kalau nakalin Rara, Bima yang selalu
diantar mamanya.
Mama, suatu saat nanti, Rara sama Papa akan nyusul Mama di atas sana.
Mama tunggu Rara sama Papa, ya! Rara janji, akan jagain Papa disini. Mama jangan
khawatir. Rara sayang sama Mama. Selamat hari ibu, Ma!
Dari Rara.

Setelah Rara membacakan surat itu, mata Bu Sari dan teman-teman Rara pun
berkaca-kaca. Teman-teman Rara pun memeluk Rara dengan hangat dan menguatkan
Rara untuk tidak bersedih. Rara pun bahagia karena memiliki teman-teman yang baik.
Kemudian, Rara dan teman-teman saling menguatkan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai