Anda di halaman 1dari 7

You and Me..

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, kalau Fara kini memiliki saingan yang tak lain adalah Rafa. Anak baru pindahan dari Yogya. Bermula dari curhat-curhat singkat Fara seputar PTN yang akan menjadi tujuan setelah SMA, hingga berujung pada suatu pernyataan Rafa bahwa ia juga memilih PTN dan jurusan yang sama dengan Fara. Mendengar penuturan Rafa, Fara langsung ambil kesimpulan, Ok, Fa! Mulai sekarang kita SAINGAN!! Dalam pelajaran apapun! ~*~ Pagi ini, Fara melihat Rafa berdiri di ujung koridor. Matanya memandang ke arah green house yang sengaja dibuat penghijauan oleh pihak sekolah. Sebenarnya Fara ingin sekali menyapa Rafa seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi, gara-gara perseteruan tentang PTN kemarin, membuat Fara sadar kalau Rafa adalah saingannya. Menurut Fara, saingan berarti musuh. Namun, hati kecilnya memberontak. Fara bukan musuh. Hanya sekedar saingan dalam pelajaran. Saingan sehat. Sayangnya, pikiran dan hati tak pernah bisa sejalan. Selalu berlawanan. Entah sampai kapan.. ~*~ Pagi Fara... sapa Rafa di kelas. Ohmm.. pagi.. balas Fara cuek. Loe kenapa Ra? Kok cuek gitu?? Jangan-jangan lagi dapet ya??? Apaan si Fa! Terserah dong! Mau gue cuek, bahagia, sedih. Bukan urusan loe! Hmm... ada yang lagi sensi nih.. minggir ahh.. daripada ntar jadi sasaran... hiiii... Rafaaaa!!! Stop deh godain gue!! Nggak lucu tauk! Rafa berjalan pelan menuju bangku belakang. Matanya nanar mendengar ucapan Fara. Sesungguhnya tak ada maksud untuk membuat Fara menjadi marah seperti ini. Ada sedikit penyesalan dan perasaan bersalah yang menyelinap di hati Rafa. Ingin ia meminta maaf, namun sekarang bukan saat yang tepat untuk melakukannya. Fara menyadari, apa yang diucapkan terlalu menyakitkan hati. Tetapi, Fara memang sengaja melakukan itu sebagai aba-aba jika persaingan telah dimulai. Persaingan tentang pelajaran dan PTN. Fara benar-benar tak mau kalah dari Rafa. Karena apa? Rafa suka sekali menggodanya. Meniru apa yang menjadi kepunyaannya. Bahkan sekarang harus meniru PTN yang akan dimasukinya. TIDAK! Fara tak mau terkungkung dengan Rafa. Rafa selalu membuatnya jengkel. Membuat Fara harus mempunyai hobi baru. Debat. Ya, Rafa hobi berdebat. Apalagi dengan Fara. Ada saja yang bisa diperdebatkan. Mulai dari pensil sampai pelajaran. Dan ujung-ujungnya Fara yang harus mengalah. Sekarang, Fara tak mau lagi untuk mengalah. Sekarang, saatnya untuk Fara yang menang. ~*~ Aduhh.. buku latihan soal gue di mana siihh?? Mana besok ada ulangan lagi...! arrgghh... Sial! Sial!! teriak Fara sebal. Tiba-tiba, Fara teringat kalau buku yang sedang dicarinya saat ini sedang dipinjam oleh Rafa. Sejurus kemudian, Fara langsung memencet tuts-tuts handphonenya dengan lincah. Terdengar nada sambung panjang yang berujung mailbox. Tak berputus asa, Fara terus mencoba menghubungi Dika. Untungnya kali ini terangkat sang empunya.

Halo, Rafa?? Ya, Ra.. kenapa nelpon?? Tumben... Gue nyari buku gue yang loe pinjem.. masih utuh nggak?? Ohh.. tenang aja.. masih mulus kok. Belum gue sentuh. Trus, ngapain loe pinjem? Pengen.. nggak boleh? Dasar aneh.. ya udah pokoknya sekarang kembaliin ke gue. Hah? Gimana caranya?? Ini udah malem. Bodo! Besok ada ulangan. Gue mau belajar pake buku itu. Ra.. gue nggak tahu rumah loe.. Ntar gue sms-in dimana alamatnya. Fine?? Hmm.. oke deh.. Makasih ya. Bye. Ra..! Tunggu... Apalagi?? Kenapa sih loe sekarang jadi cuek ke gue? Gue punya salah apa ke loe Ra? Loe nggak punya salah apa-apa kok. Belum nyadar juga ya?? Sekarang kita saingan! Ngerti?? Saingan?? Maksud loe? Loe pengen masuk PTN sama jurusan yang sama kan kayak gue?? Nah! Otomatis loe jadi saingan gue! Lah.. tapi kan itu masih 4 bulan lagi tesnya.. ujian kelulusan aja belum.. Ya.. bodo deh.. mau 4 bulan, 3 bulan, yang penting sekarang kita SAINGAN! TITIK! KLIK. ~*~ Fara hanya tersenyum singkat melihat soal yang ada di depannya. Begitu mudah. Tak sampai 30 menit, Ia telah selesai dengan yakin. Fara melenggang keluar kelas, beranjak menuju kantin. Sepi. Maklum, baru pukul 8 pagi. Bu, es teh sama nasi goreng satu ya! pinta Fara pada ibu kantin. Ya, neng.. jawab ibu kantin senang. Fara mengambil tempat di pojok kantin, tempat favorit Fara dan teman-temannya. Sayangnya, belum ada satu pun temannya yang selesai mengerjakan ulangan. Sendiri. Hanya di

temani sebuah novel teenlit di tangan. Namun, keasyikan berkhayal di dunia teenlit harus berakhir. Ada Rafa di depannya. Hi, Ra... sendiri aja nih.. sapa Rafa sambil menyeruput es teh miliknya. Ngapain loe di sini? Minum.. nggak liat loe? Gue tahu... tapi kenapa loe ambil tempat deket gue? Di sana kan bisa... lagian banyak tempat kosong.. Nggak, gue mau deket loe.. mau ngomong sesuatu.. Apaan?? Loe berubah.. Loe cuek.. nggak seperti Fara yang gue kenal dulu.. Gue nggak kenal sama loe lagi.. Trus maksud loe apa ngomong kayak gitu ke gue? Gue kehilangan temen, Ra.. temen yang cerewet, yang suka cerita apa aja ke gue.. gue kangen sama loe yang dulu, Ra.. kenapa sih loe berubah? Loe nggak pengen kalo kita sekampus? Fara menghela napas panjang. Tak ada jawaban. Ra, okelah gue jujur, sebenernya gue nggak pengen masuk ke City University, gue cuma nyemangatin loe doang, biar loe lebih gigih lagi belajarnya. Sebenernya gue pengen masuk ke Xarity University, Ra.. gue nggak boleh jauh dari ortu gue.. Terus, kenapa loe kasih semangat ke gue? Mau ambil apa di Xarity? Karena loe.. loe beda di mata gue, Ra.. Gue mau ambil akuntan public.. Beda gimana maksud loe? Loe beda.. loe udah bikin gue rasain perasaan yang hampir 4 tahun ini hilang.. Perasaan apa? Aku sayang sama kamu, Ra... Rafa mengalihkan panggilan menjadi aku-kamu. Fara diam tak bergeming. Mencerna seluruh ucapan Rafa. Memasukkan dalam jaringanjaringan otaknya. kamu beneran sayang sama aku, Fa?? kamu nggak lagi becanda kan? Nggak, Ra. aku nggak becanda. Boleh kan kalo sekarang aku panggil kamu sayang? DEG!! Jantung Fara berdegup kencang. Tak tahu harus menjawab apa. Sejujurnya Fara juga menyayangi Rafa. Namun, Fara masih takut untuk menjalani sebuah komitmen. Ehemm.. Rafa.. kamu boleh kok panggil aku sayang.. tapi.. kamu yakin sama aku? aku yakin Ra.. Oke deh.. kita coba selama 1 bulan.. kalo emang kita bisa serius, kita baru bikin komitmen tentang hubungan kita. Gimana?

Oke sayang.. ~*~ Semenjak kejadian di kantin, Rafa menjadi semakin perhatian kepada Fara. Namun, Fara masih menganggapnya sebagai perhatian biasa. Tak mendapat balasan, Rafa semakin gusar. Menganggap Fara tak serius. Hingga dua minggu hubungan mereka berjalan, Rafa meminta Fara untuk membicarakan hubungan mereka. Fara mengiyakan. Mereka bertemu di salah satu kafe di dekat rumah Fara. RA. kamu kenapa sie? Rafa mengawali pembicaraan dengan nada sinis. aku? Maksud kamu apa? ya kamu... kamu kok nggak pernah ada perhatian-perhatiannya sama aku sih, Ra,,,,??? aku perhatian kok. mana? Mana buktinya?? Aku ini dianggap apa sih Ra?? Temen atau someone kamu?? someone aku. Tapi kan kita baru mulai mencoba Fa.. maklum kalo aku masih belum bisa jadi yang kamu mau.. kita udah sama sama dua minggu, kenapa kamu masiiihhh aja anggep aku bukan someone kamu...?? perhatian kamu masih sama saat sebelum kita sama sama, Ra.. perasaan kamu aja kali Fa.. aku selalu perhatian sama kamu kok... Fara membela diri. ya udah.. sekarang apa yang mau kamu lakuin ke aku setelah ini? hmm... aku pastiin akan lebih perhatian ke kamu Fa... aku janji.. aku nggak mau janji.. aku mau bukti.. pokoknya aku tunggu sampe 2 minggu ke depan..kalo emang kita bisa nyatu,, aku bakal kasih surprise buat kamu. Iya,, aku yakin kita bisa nyatu Fa... aminn... ~*~ Fara sadar, waktu 2 minggu harus ia manfaatkan sebaik-baiknya untuk membuktikan rasa sayangnya kepada Rafa. Namun, sejujurnya Fara masih bingung. Bingung menghadapi Rafa yang berbeda dari cowok lain. Setiap kali Fara memberi perhatian, saat itulah Rafa menganggap Fara tak perhatian. Dalam hati, Fara selalu bertanya-tanya apa ia mampu menjalin hubungan dengan Rafa yang berbeda sifat dengannya? Hari ini tepat satu bulan mereka menjajaki diri masing-masing. Dan mereka akan memutuskan hubungan ini berlanjut ataukah sampai di sini saja. Karena hari ini sekolah libur, Fara datang tepat pukul 10 pagi di rumah Rafa. TOK TOK TOK... Fara mengetuk pintu rumah Rafa dengan hati yang tak biasa. Ada perasaan gundah didalamnya. KREEEkk.. pintu terbuka perlahan. Tampak seorang Rafa dengan kaos abu bertulis COFFEEPARK tersenyum manis.Kacamata yang biasa dikenakannya, ia

ganti dengan softlense senada warna kaos. Fara takjub tak berkedip. Tak yakin dengan apa yang dilihatnya. Ra?? Masuk yuk.. jangan bengong aja di sini... sapa Rafa mengagetkan Fara. Eehh.. iya Fa.. a.. aku masuk.. Duduk dulu Ra, aku ambilin minum dulu ya? Mau minum apa? Panas apa dingin? Ehmm terserah kamu Fa, Air putih dingin aja kalau bisa.. bentar ya.. Fara memandang sekeliling rumah Rafa, simple namun elegan. Nih Ra,, minum dulu,, kamu pasti haus kan? Rafa menyodorkan segelas air kepada Fara. Makasih ya Fa.. Ra, nggak terasa ya udah 1 bulan masa prapacaran kita.. Rafa mengawali pembicaraan serius. Iya, Fa. Jawab Fara kikuk. Jujur Ra, pertama kali ketemu, aku nggak ada rasa apapun ke kamu. Tapi, bener ya kata orang, Rasa suka sama sayang emang berawal dari kebiasaan. Terbiasa bersama kamu, tertawa sama kamu, nangis juga sama kamu, bahkan nulis juga pensilnya barengan sama kamu. Aku udah nggak bisa ingkar lagi Ra. Fara menarik nafas panjang. Fa.. aa..aaku juga sayang sama kamu.. tapi.. ada satu hal yang aku mau tanyain ke kamu.. apa Ra? Kamu tahu kan kalo aku mau lanjut studi ke City University? Iya. Trus kenapa? Sedangkan kamu pengen ke Xarity University? Heem.. Di situ Fa masalahnya.. kamu bisa long distance relationship? Aku berusaha Ra.. kalo kita emang yakin dan saling percaya serta jaga komitmen ini.. nggak ada halangan apapun untuk kita terus bersama. Jadi? Mulai sekarang kita jadian secara resmi? Menurut kamu?? ~*~

Hampir 6 bulan Rafa dan Fara pacaran jarak jauh. Banyak konflik namun tetap saling rindu. Rindu untuk bertemu dan berbagi cerita. Mereka kini telah memasuki babak baru. Rafa berhasil diterima di Xarity University, sedangkan Fara dapat menembus City University. Meski begitu, ada keinginan di hati Fara untuk pindah ke Xarity, mendekat pada Rafa. Namun, Rafa selalu menyemangati Fara agar ia konsisten pada cita-citanya. Rafa yakin, hubungan via komunikasi lewat telepon maupun chatting pasti tak ada aral melintang. ~*~ 6 tahun kemudian... Ra, besok fitting baju lho... undangan udah beres kan? tanya Rafa. Udah sayang, tenang aja deh... masih 1 bulan lagi juga acaranya.. 1 bulan itu sebentar Fara sayang.... ~*~ H-1 Fa.. aku masih nggak percaya kita besok nikah. Ehhemm.. masih inget nggak, dulu awal kita ketemu?ujar Fara mesra. Masih inget lah sayangku... belai Rafa lembut. Ayo dong cerita.... pinta Fara manja. Rafa menatap Fara dengan perasaan bahagia. Sebentar lagi, bahkan tak ada 24 jam, Fara akan menjadi miliknya selamanya.

~*~ H Fara terlihat anggun dengan kebaya putih yang melekat di tubuhnya, sementara Rafa terlihat memesona dengan jas warna senada. Hari ini, mereka tak lagi resmi berpacaran, tetapi telah resmi dalam suatu ikatan pernikahan. Tak ada lagi hubungan jarak jauh. Tak ada lagi miss communication. Tak ada lagi tangis terpecah akibat pertengkaran. Sekarang, hanya ada senyum kebahagiaan yang terpancar dari wajah mereka. ~*~

Anda mungkin juga menyukai