Anda di halaman 1dari 4

Judul Drama :

Tokoh :

1. Iqbal Muhammad Ihsan sebagai Iqbal


2. Khoirun Nisa Febriyanti sebagai Nisa
3. Yuyun Farchatin sebagai Fara
4. Indah Umaidah sebagai Indah
5. Ardhyana Irawati sebagai Ardhy
6. Anggresia Novi sebagai Anggresia

Sutradara : Shella Selina

Narasi

Tersebutlah seorang anak perempuan bernama Fara. Fara adalah anak yang pintar dan
rajin, ia tinggal di sebuah perumahan yang terbilang elit. Fara selalu mendapat juara di
kelasnya, ia juga sering mengikuti olimpiade-olimpiade yang diselenggarakan pada tahun itu.

Saat kenaikan kelas, kelas Fara kedatangan murid baru bernama Indah. Indah juga
tidak kalah pintar dan rajin dengan Fara, sehingga Fara merasa memiliki saingan di kelasnya.
Namun, saat pembagian raport ternyata Indahlah yang mendapat peringkat pertama dan Fara
mendapat peringkat kedua.

Fara: (menghampiri Indah) “Eh anak baru, maksud kamu apa?!”

Indah: “Kenapa memangnya?”

Fara: “Maksud kamu apa? Kamu ini murid baru disini, jadi tidak usah sok.”

Indah: “Apaan sih.” (kemudian pergi meninggalkan Fara)

Fara: “Awas aja kamu.”

Indah buru-buru keluar kelas karena mersa tidak nyaman dengan sikap Fara. Saat
Indah sampai di luar kelas, Indah tidak sengaja menabrak seseorang sehingga Indah terjatuh.

*Brukk*

Indah: “Aduhh..”

Iqbal: (membantu Indah berdiri) “Eh, sorry-sorry, aku gak sengaja.”

Indah: (merapikan seragamnya) “Iya gapapa, aku juga minta maaf.”

Iqbal: (melihat Indah) “Kamu murid baru ya?”

Indah: (melihat ke arah Iqbal) “Iya, aku murid baru.”

Iqbal: (mengulurkan tangan) “Kenalin, aku Iqbal.”


Indah: (membalas jabat tangan) “Aku Indah. Sorry, aku buru-buru.”

Indah lalu pergi meninggalkan Iqbal di depan pintu kelas. Iqbal melihatnya dari
kejauhan. Indah kemudian berjalan menuju ke kantin sekolah, disana ia bertemu dengan
teman satu kelasnya, yaitu Nisa. Nisa adalah teman terdekat Indah, apapun yang Indah alami
pasti akan diceritakan kepada Nisa.

Indah: “Nisa, maaf ya nunggu lama.”

Nisa: “Iya gapapa. Kamu kenapa si?”

Indah: “Aku sebel sama Fara.”

Nisa: “Fara? Kenapa memangnya?”

Indah: “Tadi dia menghampiriku, dia marah-marah karena aku dapat peringkat pertama
dikelas.”

Nisa: “Sudahlah, dia itu hanya iri sama kamu. Memang sebelum kamu sekolah disini Fara
selalu mendapat peringkat dikelas, dia juga sering mengikuti olimpiade-olimpiade dan
mendapatkan juara, jadi ya wajar saja kalau dia seperti itu kepadamu.”

Indah: “Oo, jadi itu alasan dia bersikap seperti itu. Tapi ya tidak perlu sampai segitunya juga
kali.”

Nisa: “Sudahlah, biarkan saja.”

Indah: “Iya Nis.”

Saat Indah dan Nisa sedang duduk, datanglah Ardhy yang kemudian ikut bergabung
dengan mereka.

Ardhy: “Hai, kumpul kok nggak ajak-ajak.”

Nisa: “Kamu aja nggak ada kok.”

Ardhy: “Kamu nggak cari si.”

Nisa melihat Anggres dari kejauhan, kemudian Nisa memanggil Anggres dan
memintanya untuk bergabung dengan mereka.

Nisa: “ Anggres! Sini!”

Ardhy: “Kamu ngapain si manggil dia?”

Nisa: “Kenapa memang? Kan dia teman kita.”

Ardhy: “Ah kamu ini.”

Anggresia yang mengetahui bahwa dia dipanggil oleh Nisa, segera menghampiri Nisa
dan temannya yang lain.
Anggres: “Iya Nisa, ada apa?”

Nisa: “Sini gabung sama kita.”

Anggres: “Aku mau ke kelas aja deh.”

Nisa: “Ngapain? Kan lagi istirahat, sudahlah sini aja.”

Anggres: “Yasudah.”

Anggresia kemudian duduk dan bergabung dengan Nisa, Indah, dan juga Ardhy.
Melihat teman-temannya, Indah menyadari bahwa ada yang aneh dari teman-temannya itu.

Indah: “Kalian berdua kenapa?”

Ardhy: “Apa?”

Anggres: “Tidak ada apa-apa kok Ndah. Memang ada yang salah?”

Indah: “Iya, sepertinya.”

Nisa: “Iya nih, cerita dong.”

Anggres: “Cerita apa? Tidak ada apa-apa kok.”

Indah: “Kita ini kan teman, kalau ada apa-apa cerita dong. Jangan saling diam gitu. Kalau
memang ada masalah ya diselesaikan baik-baik.”

Nisa: “Iya betul itu.”

*kringgggg.... kringggggg.....

Anggres: “Eh, udah bel nih. Ke kelas yuk.”

Indah: “Iyaudah, ayo.”

Ardhy: “Kalian duluan saja, aku nyusul.”

Kemudian mereka ber-3 meninggalkan kantin dan menuju ke kelas. Di depan pintu
kelas, mereka ber-3 dihadang oleh Fara.

Nisa: “Fara, kamu ngapain disini?”

Fara: “Minggir, bukan urusan kamu.” (sedikit mendorong Nisa)

Fara menghampiri Indah.

Fara: “Eh anak baru, aku ingatkan sekali lagi ya, jangan sok kamu. Jangan mentang-mentang
kamu mendapat peringkat pertama dikelas dan jadi murid yang dibanggakan guru, kamu jadi
sombong seperti itu.”

Indah: “Perasaan kamu saja mungkin, aku biasa saja.”


Fara: (mendorong Indah) “Alah, gaya kamu.”

Nisa: “Fara, kamu ini kenapa sih?”

Fara: “Sudah, tidak usah ikut campur.”

Anggres: “Kamu iri ya sama Indah?”

Fara: “Asal kamu tau, kalau tidak ada dia di sekolah ini, aku pasti yang mendapat peringkat
satu. Gara-gara Indah, olimpiade Bahasa bulan depan, dia yang maju, bukan aku.”

Indah: “Apa? Aku?”

Fara: “Puas kamu?!”

Nisa: “Ya itukan juga keberuntungannya Indah, dia pintar. Jadi ya tidak salah dong kalau dia
maju ikut olimpiade Bahasa bulan depan.”

Fara: (menatap dengan kesal) “Apaan sih.”

Fara kemudian pergi meninggalkan temam-temannya itu, Fara masih kesal.

Fara: “Bagaimana ya caranya agar Indah gagal ikut Olimpiade Bahasa?”(sambil bergumam)

Anda mungkin juga menyukai