Disusun Oleh
NIM : 011191014
TAHUN 2021
A. Konsep Anatomi dan Fisiologi
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut, rongga hidung,
faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru- paru (bronkiolus,alveolus). Rongga hidung
dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan
faring dan selaput lender. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Faring terbagi
menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring kemudian laring.
Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin kartilago
yang terdiri dari tulangtulang rawan yang terbentuk seperti huruf C. Bronkus merupakan
percabangan trachea. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk
bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin kecil. Terakhir adalah Paru-paru yang
berada dalam rongga torak,yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya disisi
kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-
paru berbentuk seperti spins dan berisi udara dengan pembagian udara antara paru kanan, yang
memiliki tiga lobus dan paru kiri dua lobus (Setiadi, 2007).
Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan oksigen (o2) dan o2 yang
berada di luar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ pernapasan. Pada keadaan tertentu tubuh
kelebihan karbon diksida (CO2), maka tubuh berusaha untuk mengeluarkan kelebihan tersebut
dengan menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara O2 dan
CO2 di dalam tubuh. Hantaran tekanan menghasilkan udara ke paru melalui saluran pernapasan
atas. Tekanan ini berguna untuk menyaring,mengatur udara, dan mengubah permukaan saluran
napas bawah. (Syaifuddin,2012). Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan,
yaitu:
Ventilasi paru, yang berarti pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus paru
Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel
jaringan tubuh (Guyton, 2006).
Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang terdapat
antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya itu perubahan tekanan
intrapulmonar, tekanan intrapleural, dan perubahan volume paru (Guyton, 2006). Keluar
masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu:
Inspirasi: proses aktif dengan kontraksi otot-otot inspirasi untuk menaikkan volume
intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang, tekanan dalam
saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru.
Ekspirasi: proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada kembali ke
posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang, tekanan dalam
saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru,
dalam hal ini otot-otot pernapasan berperan (Sherwood, 2012).
B. Definisi Oksigenasi
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh bersama
dengan unsur lain seperti hydrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur yang
diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses penting dalam tubuh seperti
pernapasan, peredaran darah, fungsi otak, membuang zat yang tidak diperlukan oleh tubuh,
pertumbuhan sel dan jaringan. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk
proses metabolism dalam tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik itu
bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan ke dalam tubuh secara alami dengan cara
bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan
lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari
lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke
lingkungan (Saputra, 2013). Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat
asam (O2) ke dalam paru dengan alat khusus. Adapun tujuan pemberian oksigenasi adalah
sebagai berikut:
1. Low Flow Oxygen System, hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien.
Pemberiannya bervariasi menurut pola pernafasan pasien.
2. High Flow Oxygen System, menyediakan udara inspirasi total untuk pasien.
Pemberiannya tidak bervariasi dengan pola pernafasan pasien.
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses
oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
3. Faktor Perkembangan
Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun
4. Faktor Perilaku
Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan penggunaan
zat-zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh.
5. Lingkungan
Suhu lingkungan dan tempat kerja (polusi)
Ketinggian
Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang
ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan kedalamannya
meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat
ditemukan pada klien dengan asidosis metabolic dan gagal ginjal.
Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan
jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal.
3. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri.
Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan
hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan oksigen
darah arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi.
Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat
hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan
karbondioksida.
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan titik ini
mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.
3. Oksimetri
Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler (SaO2), yaitu persentase
hemoglobin yang disaturasi oksigen.
4. Bronkoskopi
Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum
dan untuk mengangkat plak lendir atau benda asing yang menghambat jalan napas.
5. CT Scan
CT scan dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan lokasi, tetapi tidak
dapat mengidentifikasi tipe jaringan.
6. Spesimen Sputum
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan pemberian
oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir. Indikasi pemberian oksigen dapat
dilakukan pada:
1. Inhalasi Oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan
oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan menggunakan alat bantu
oksigen.
3. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009).
G. Konsep MAP Asuhan Keperawatan
KONSEP MAP
Tanda Gejala: Batuk tidak efektif, sputum Tanda Gejala: Dispnea, pola nafas abnormal,
berlebih, Mengi/Wheezing/Ronki kering, pernafasan cuping hidung, tekanan ekspirasi
Dispnea menurun, tekanan inspirasi menurun