Tak ada yang terprovokasi atas apa yang telah dilakukan oleh James dan Irene.
Meskipun mereka telah melakukan provokasi yang mungkin dapat memprovokasi
murid yang lain, namun kenyataannya itu tidak berpengaruh karena mereka masih
dapat melaksanakan kegiatan belajar seperti biasa.
Pak Guru : Baik anak-anak, buka buku Sejarah halaman 141 uji kompetensi
5.
Murid : Baik, Pak.
Pak Guru : Nomor 1, Wakil Indonesia dalam perjanjian Linggarjati adalah?
Budi : Lupa, Pak.
Pak Guru : Haduh, baaru kemarin bapak jelaskan. Oke, jadi yang mewakili
Indonesia dalah Sutan Syahrir, jawabannya B.
Pak Guru : Hei kamu Calista Bella, kerjakan nomor selanjutnya didepan.
Nova : Hah? Saya, Pak?
Pak Guru : Iya.
Sontak seluruh murid menertawakan kesalahan nama yang disebutkan oleh Pak
Guru, karena sebenarnya murid itu adalah Nova, bukan Calista Bella. Calista Bella
anak kelas sebelah.
Danial : Namanya Nova pak, Calista mah anak kelas sebelah
Nova dengan serius menulis soal dan jawaban yang menurutnya benar di papan
tulis.
Nova : Bener ga, Pak?
Pak Guru : Salah. Bukti Keraton Yogyakarta mendukung negara Indonesia
merdeka bukan itu, tapi pernyataan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX pada tanggal 5 September 1945.
Pak Guru : Makanya waktu bapak menjelaskan itu didengarkan bukan
malah tidur. Ternyata mukanya saja yang mirip dengan Calista,
pintarnya tidak.
Nova : (Memasang wajah kesal)
Waktu isttirahat pun tiba, sebagian murid telah keluar kelas menuju kantin untuk
memenuhi kebutuhan perutnya. Termasuk Mahesa dan Riska.
Mahesa : Heh cebol, gimana tugas mu?
Riska : Sudah dapat sih, tapi sedikit lagi.
Mahesa : Bagus kalau begitu
Tak jauh dari tampat duduk mereka, pasangan Nova dan Danial melewati mereka
dan membuat Mahesa menatap Nova dengan ekspresi yang sulit diartikan saat Nova
tesenyum dengan bebas.
Mahesa : Ah, muak melihat pasangan bucin. Ris, aku duluan ya?
Riska : Yah, masa aku sendirian sih?
Mahesa : Cari temen dong. Yakan? Yakan? Haha.
Ternyata bukan hanya Mahesa yang tidak nyaman dengan pemandangan mesra
dari Danial dan Nova yang kemana-mana pasti berdua, yang lain pun merasa tidak
nyaman karena merasa mereka berdua terlalu menempel kemana pun pergi.
Disaat yang lain duduk bersama teman yang lain, Angga sendirian di tempatnya
untuk duduk. Namun tiba-tiba Riska menghampiri Angga untuk sesuatu misi yang
penting.
Riska : Boleh duduk disini ga?
Angga : Ok.
Riska : Cuek bener.\
Angga : Hei Alfonso, ayo jalan!
Riska : Alfonso siapa?
Keong yang merasa dipanggil oleh Angga pun perlahan-lahan berjalan, dan
membuat Riska mengerti siapa itu Alfonso yang ternyata adalah seekor keong.
Riska : Cih, anak ini autis ya?
Tiba-tiba Udin datang dengan berlari.
Udin : Eh, lo bisa berdiri sebentar ga? Ada yang mau diambil dibawah.
Riska : Oke.
Riska curiga dengan kelakuan Udin barusan dan melihatnya sampai tubuh Udin
tak terlihat. Hal itu membuat Angga menatap Riska heran.
Angga : Kenapa?
Angga : Kalau mencurigakan ya catat saja. Kamu kan netra.
Perkataan Angga barusan membuat Riska tertegun dan heran darimana Angga
tahu bahwa dia adalah seorang Netra.
Sepulang sekolah, tak sengaja di Danial berpapasan dengan Rafael di koridor dan
memutuskan untuk berbicara sebentar.
Rian : Liburan tengah semester mau dihapuskan?
Danial : Mungkin.
Rian : Lah, berarti begitu UTS selesai langsung mulai KBM?
Danial : Begitulah. Kita tidak diberi waktu untuk merefreshing pikiran.
Sungguh kejam!
Tiba-tiba didepan mereka Cecep yang berlari mendadak terjatuh didepan mereka.
Cecep : AWAS!
Rian : Hei, kalo jalan lihat-lihat dong!
Danial : Kau tidak apa-apa? (Hendak membantu)
Cecep : Cih.
Danial : Kenapa dia?
Rian : Entah lah, mungkin membencimu.
Danial : Tapi yang ditabrak kan kau.
Dilain tempat, Udin dan Angga sedang berjalan menuju ke atap sekolah.
Angga : Kita mau kemana sih Din?
Udin : Selamat datang, aku adalah Trickster.
Masa lampau.
Udin melarikan diri diam-diam dan berlari menjauhi kelasnya karena Ia belum
mengerjakan tugas yang harus dikumpul pada Bu Adis.
Udin : Hah, sial nenek lampir itu nagih tugas lagi.
Udin : Apa-apaan ini? Apa orang ini adalah Trickster? 100.000 ya?
Ini serius? Cuma menghempaskan buku kan? Toh ga berbahaya.
Udin berjalan menuju anak yang dimaksud oleh pesan misterius itu dan
menghempaskan buku yang sedang dibaca oleh seorang anak yang berprawakan
gendut dan berkacaata. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh si pesan misterius
yang Udin curigai adalah pesan dari seorang anggota Trickster.
“BAGUS.”
“KAU TELAH MELAKUKANNYA DENGAN BAIK.”
“PERGILAH KE KELAS XII IPA 5.”
“HADIAHMU ADA DISANA”
Udin segera menuju ke kelas XII IPA yang dimaksud dan menemukan sebuah
amplop diatas salah satu meja kelas.
Udin : UWAAH! Beneran ada!
Esoknya Udin mendapatkan pesan itu lagi. Seolah-olah memerintah Udin untuk
melakukan hal yang menurut si pengirimi pesan msiterius itu seru.
Udin yang melihat pesan itu sedikit ragu dan takut karena menurutnya itu sedikit
terlalu kurang ajar. Namun karena akan diberi uang yang menurutnya sedikit besar, ia
akan melakukannya.
Perlahan ia menggeser sedikit tubuhnya agar tertutupi oleh tembok dan tidak
ketahuan.
Udin : HEI, GURU BRENGSEK!
Udin belari kencang agar guru itu tidak melihatnya.
Pak Gro : HOI, SIAPA ITU?! DASAR MURID KURANG AJAR!
Setelah mengetahui bahwa yang berbicara dengannya adalah boneka. Rian segera
kembali pada ruangan Netra dan menyampaikan apa yang dilihatnya.
Rian : Trickster memasang sebuah boneka di atas.
Pak Wanto segera menghubungi salah satu guru untuk mengambil boneka
tersebut.
Pak Wanto : Halo, Pak Joko. Tolong ambil sesuatu di atas atap.
Tiba-tiba
Pak Sigh : Pak Wanto, ada laporan kehilangan barang. Danial Futaki dari
kelas XI melaporkan telah kehilangan almamater.
Pak Wanto : Sigh, kenapa saat akan masuk UTS begini malah banyak
masalah. Untuk sementara ini kita tunda duli permasalahan ini.
Kita akan lanjutkan seteah UTS.
Pak Sigh : Baik Pak.