Anda di halaman 1dari 9

Episode 34-38

Tak ada yang terprovokasi atas apa yang telah dilakukan oleh James dan Irene.
Meskipun mereka telah melakukan provokasi yang mungkin dapat memprovokasi
murid yang lain, namun kenyataannya itu tidak berpengaruh karena mereka masih
dapat melaksanakan kegiatan belajar seperti biasa.

James : Kenapa tidak ada yang mengikuti dan melakukan provokasi


sama sekali? Sial! Propaganda kita tidak menghasilkan apa-apa!
Irene : Ya itu salahmu kan? Kau sok mengikuti apa yang tertulis dibuku ini,
tapi tak berani mengikutinya.
Irene : Kalau kau tidak bersikeras untuk memaksa dan menyakiti orang lain
itu namanya bukan kejahatan, bodoh! Saat melempar pisau ke Rian
saja kau gemetaran, apa apaan itu? Hahaha.
James : Tapi bukankah seharusnya murid-murid itu mendukung kita?
Padahal saat kejadian itu mereka berteriak dan mendukung kita?
Irene : Hei, meskipun begitu mereka msaih memikirkan dirinya jika
mengikuti kita dan bagaimana konsekuiensinya jika mengikutimu.

Irene mengambil buku “Trickster” dan menawarkannya pada James.

Irene : Maka dari itu kau membutuhkan buku ini.


James : A-aku takut melakukannya.
Irene : (Melemparkan buku itu ke wajah James) Cih, aku kecewa padamu.
Asal kau tahu saja, jika anggotanya hanya kita berdua, tujuanmu tak
akan berhasil, sampah!
James : Tapi jika keadaannya tidak seperti ini, seharusnya berjalan sesuai
rencana.
Irene : (Berhenti berjalan) Orang yang menyalahkan kondisi adalah seorang
Pecundang. Kalau kau memang pintar, seharusnya kau dapat
menciptakan suasana sesuai keinginanmu.
Irene : Sekarang lihat! Kau hanya seperti bocah yang hanya pintar berbicara,
tidak lebih. Sebenarnya aku kesini karena janjimu itu. Kalau kau `
tidak menepatinya akan kubunuh kau!
Karena perkataan Irene, James merasa sia-sia telah menjebak Angga. Dan
berpikir untuk mencoba mengikuti cara mengendalikan seseorang yang tertulis dalam
buku “Trickster”.

Saat didalam kelas.

Pak Guru : Baik anak-anak, buka buku Sejarah halaman 141 uji kompetensi
5.
Murid : Baik, Pak.
Pak Guru : Nomor 1, Wakil Indonesia dalam perjanjian Linggarjati adalah?
Budi : Lupa, Pak.
Pak Guru : Haduh, baaru kemarin bapak jelaskan. Oke, jadi yang mewakili
Indonesia dalah Sutan Syahrir, jawabannya B.

Salah satu murid perempuan yang kurang fokus mendengarkan akhirnya


mengantuk dan terlihat oleh Pak Guru.

Pak Guru : Hei kamu Calista Bella, kerjakan nomor selanjutnya didepan.
Nova : Hah? Saya, Pak?
Pak Guru : Iya.

Sontak seluruh murid menertawakan kesalahan nama yang disebutkan oleh Pak
Guru, karena sebenarnya murid itu adalah Nova, bukan Calista Bella. Calista Bella
anak kelas sebelah.
Danial : Namanya Nova pak, Calista mah anak kelas sebelah

Nova dengan serius menulis soal dan jawaban yang menurutnya benar di papan
tulis.
Nova : Bener ga, Pak?
Pak Guru : Salah. Bukti Keraton Yogyakarta mendukung negara Indonesia
merdeka bukan itu, tapi pernyataan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX pada tanggal 5 September 1945.
Pak Guru : Makanya waktu bapak menjelaskan itu didengarkan bukan
malah tidur. Ternyata mukanya saja yang mirip dengan Calista,
pintarnya tidak.
Nova : (Memasang wajah kesal)

Waktu isttirahat pun tiba, sebagian murid telah keluar kelas menuju kantin untuk
memenuhi kebutuhan perutnya. Termasuk Mahesa dan Riska.
Mahesa : Heh cebol, gimana tugas mu?
Riska : Sudah dapat sih, tapi sedikit lagi.
Mahesa : Bagus kalau begitu

Tak jauh dari tampat duduk mereka, pasangan Nova dan Danial melewati mereka
dan membuat Mahesa menatap Nova dengan ekspresi yang sulit diartikan saat Nova
tesenyum dengan bebas.
Mahesa : Ah, muak melihat pasangan bucin. Ris, aku duluan ya?
Riska : Yah, masa aku sendirian sih?
Mahesa : Cari temen dong. Yakan? Yakan? Haha.

Ternyata bukan hanya Mahesa yang tidak nyaman dengan pemandangan mesra
dari Danial dan Nova yang kemana-mana pasti berdua, yang lain pun merasa tidak
nyaman karena merasa mereka berdua terlalu menempel kemana pun pergi.

Disaat yang lain duduk bersama teman yang lain, Angga sendirian di tempatnya
untuk duduk. Namun tiba-tiba Riska menghampiri Angga untuk sesuatu misi yang
penting.
Riska : Boleh duduk disini ga?
Angga : Ok.
Riska : Cuek bener.\
Angga : Hei Alfonso, ayo jalan!
Riska : Alfonso siapa?

Keong yang merasa dipanggil oleh Angga pun perlahan-lahan berjalan, dan
membuat Riska mengerti siapa itu Alfonso yang ternyata adalah seekor keong.
Riska : Cih, anak ini autis ya?
Tiba-tiba Udin datang dengan berlari.
Udin : Eh, lo bisa berdiri sebentar ga? Ada yang mau diambil dibawah.
Riska : Oke.

Udin menunduk dan mengambil sebuah amplop didekat kaki meja.


Udin : Makasih.
Riska : Eh? Amplop?

Riska curiga dengan kelakuan Udin barusan dan melihatnya sampai tubuh Udin
tak terlihat. Hal itu membuat Angga menatap Riska heran.
Angga : Kenapa?
Angga : Kalau mencurigakan ya catat saja. Kamu kan netra.

Perkataan Angga barusan membuat Riska tertegun dan heran darimana Angga
tahu bahwa dia adalah seorang Netra.

Sepulang sekolah, tak sengaja di Danial berpapasan dengan Rafael di koridor dan
memutuskan untuk berbicara sebentar.
Rian : Liburan tengah semester mau dihapuskan?
Danial : Mungkin.
Rian : Lah, berarti begitu UTS selesai langsung mulai KBM?
Danial : Begitulah. Kita tidak diberi waktu untuk merefreshing pikiran.
Sungguh kejam!

Tiba-tiba didepan mereka Cecep yang berlari mendadak terjatuh didepan mereka.
Cecep : AWAS!
Rian : Hei, kalo jalan lihat-lihat dong!
Danial : Kau tidak apa-apa? (Hendak membantu)
Cecep : Cih.
Danial : Kenapa dia?
Rian : Entah lah, mungkin membencimu.
Danial : Tapi yang ditabrak kan kau.

Dilain waktu dan didalam kelas XI IPA 2


Udin : Eh Ga, ikut gue yuk?
Angga : Hah? Kemana?
Udin : Udah lah ikut aja. Gue jamin ini enak deh.

Di dalam ruangan rahasia Netra.


Pak Wanto : APA?! ADA MASALAH BARU?
Riska : I-iya. Sepertinya mas Angga sudah mengetahui tentang Netra.
Pak Wanto : Coba ceritakan detailnya.
Riska : Jadi, awalnya begi-

Saat Riska hendak menjelaskan, bunyi telepon menghentikan perkataan Riska.


Pak Wanto : Ponsel siapa itu? Peraturannya harus disini harus di silent.
Riska : Suatranya dari kak Rian.
Rian : Bukan dari ponselku. (Mengeluarkan ponsel dari saku jas)
Rian : Ponsel siapa ini?
Pak Wanto : Jawab saja panggilannya.
Rian : Halo? Mungkin saja pemiliknya
Penelpon : Aku adalah trickster. Aktifkan loudspeaker.
Penelpon : Aku adalah trickster. Aku memegang identitas kalian semua.
Dalam waktu 30 detik, salah satu orang dari kalian harus pergi
ke atas sekolah. Jika terlambat, akan kuumumkan identitas
kalian satu persatu. Mulai dari Riska Rachma Tia.
Penelpon : 30. 29. 28. 27. 26. 25.
Pak Wanto : Rian, pergilah.
Rian : Baik.

Dilain tempat, Udin dan Angga sedang berjalan menuju ke atap sekolah.
Angga : Kita mau kemana sih Din?
Udin : Selamat datang, aku adalah Trickster.

Masa lampau.

Bu Adis membuka pintu kelas dengan kencang dan terburu-buru.


Bu Adis : Mana Udin?!
Jeno : Ga tau bu, tadi di luar.
Bu Adis : Cih, kemana anak itu. Padahal belum mengumpulkan tugas.

Udin melarikan diri diam-diam dan berlari menjauhi kelasnya karena Ia belum
mengerjakan tugas yang harus dikumpul pada Bu Adis.
Udin : Hah, sial nenek lampir itu nagih tugas lagi.

Ponsel Udin berbunyi dan menampilkan sebuah pesan yang berisi


“Zulfikar Baharudin, salam kenal. AKU TAHU KAU SEDANG BERADA DI
LANTAI SATU GEDUNG BARAT.”
“LIHAT LAH KEDEPAN”
“ANAK YANG BERKACAMATA YANG SEDANG MEMBACA ITU”
“HEMPASKAN BUKUNYA KEATAS.”
“DAN DAPATKAN 100.000 RUPIAH.”

Udin : Apa-apaan ini? Apa orang ini adalah Trickster? 100.000 ya?
Ini serius? Cuma menghempaskan buku kan? Toh ga berbahaya.

Udin berjalan menuju anak yang dimaksud oleh pesan misterius itu dan
menghempaskan buku yang sedang dibaca oleh seorang anak yang berprawakan
gendut dan berkacaata. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh si pesan misterius
yang Udin curigai adalah pesan dari seorang anggota Trickster.

“BAGUS.”
“KAU TELAH MELAKUKANNYA DENGAN BAIK.”
“PERGILAH KE KELAS XII IPA 5.”
“HADIAHMU ADA DISANA”

Udin segera menuju ke kelas XII IPA yang dimaksud dan menemukan sebuah
amplop diatas salah satu meja kelas.
Udin : UWAAH! Beneran ada!

“KAU PANTAS MENDAPATKAN ITU.”


“NAMUN, HARI INI HANYA PEMANASAN.”
“AKU AKAN MENGUHUBUNGIMU LAGI UNTUK PERMAINAN YANG
LEBIH MENYENANGKAN.”

Udin : A-apa ini? Seperti kuis televisi saja! Hahaha.

Esoknya Udin mendapatkan pesan itu lagi. Seolah-olah memerintah Udin untuk
melakukan hal yang menurut si pengirimi pesan msiterius itu seru.

“SEBENTAR LAGI AKAN ADA GURU YANG KELUAR DARI SITU.”

Udin : Itu ya?

“TERIAKI DIA DENGAN KATA-KATA KASAR.”


“UNTUK 250.000 RUPIAH.”

Udin yang melihat pesan itu sedikit ragu dan takut karena menurutnya itu sedikit
terlalu kurang ajar. Namun karena akan diberi uang yang menurutnya sedikit besar, ia
akan melakukannya.

Perlahan ia menggeser sedikit tubuhnya agar tertutupi oleh tembok dan tidak
ketahuan.
Udin : HEI, GURU BRENGSEK!
Udin belari kencang agar guru itu tidak melihatnya.
Pak Gro : HOI, SIAPA ITU?! DASAR MURID KURANG AJAR!

Setelah itu Udin mendapat pesan kembali.

“BAGUS, SEKARANG KAU BISA AMBIL HADIAHMU.”


“HADIAH ITU ADA DIBAWAH MEJA KANTIN NOMOR 2.”

Udin segera menuju ke kantin untuk mengambil hadiahnya.


Udin : Wah, kalauu begini gue bisa kaya.

“BESOK BERSIAPLAH UNTUK PERMAINAN SELANJUTNYA.”

Udin : Ini yang terakhir deh..

Kembali pada masa kini.

Rian yang sudah berada di atap sekolah melihat seseorang yang


memunggunginya dan terlihat seperti Danial Futaki.
Rian : Kau Danial Futaki?
James : HAHAHA. Maafkan jika aku lupa memperkenalkan diri ketika `
perjumpaan pertama kita game ke dua. Kau bisa memanggilku
James.
Rian : Lalu, kenapa kau memanggilku kesini?
James : Tentu saja untuk bermain denganmu. Apa kau tidak mau
bermain denganku? Oh ayolah, kau akan menyesal nanti. Aku
punya informasi mengenai Angga yang sedang kalian cari-cari.
Aku tahu kalian sedang mencari keterkaitan Angga dengan
Trickster. Percuma saja, usaha kalian akan sia-sia. Ia sama
sekali tidak ada hubungannya dengan Trickster.
Rian : Bagaimana aku bisa mempercayaimu?
James : Mengapa tidak kau tanya sendiri pada sahabat lamamu itu?
Rian : Hah?
Rian curiga pada orang yang sedang berbicara dengannya dan mendekati James.
Ia benar-benar terkejut saat yang berada dihadapannya adalah sebuah boneka.
Cecep : Hahahaha. Kena kau.

Dilain tempat, dimana Udin dan Angga berada.


Udin : Bergabunglah dengan Trickster.
Udin : Bagaimana kalau kau mendengar ini.. Jika kau bergabung
dengan kami maka urusan menyontekmu akan mudah, lho.
Angga : Aku tidak butuh yang seperti itu.
Udin : Hah?
Angga : Aku tidak akan melibatkan orang lain saat menyontek. Ini
adalah urusanku sendiri. Kalau hanya itu, aku pergi dulu.

Setelah mengetahui bahwa yang berbicara dengannya adalah boneka. Rian segera
kembali pada ruangan Netra dan menyampaikan apa yang dilihatnya.
Rian : Trickster memasang sebuah boneka di atas.

Pak Wanto segera menghubungi salah satu guru untuk mengambil boneka
tersebut.
Pak Wanto : Halo, Pak Joko. Tolong ambil sesuatu di atas atap.

Tiba-tiba
Pak Sigh : Pak Wanto, ada laporan kehilangan barang. Danial Futaki dari
kelas XI melaporkan telah kehilangan almamater.
Pak Wanto : Sigh, kenapa saat akan masuk UTS begini malah banyak
masalah. Untuk sementara ini kita tunda duli permasalahan ini.
Kita akan lanjutkan seteah UTS.
Pak Sigh : Baik Pak.

Saat dikoridor, hendak pulang. Rian mendapat pesan dari Cecep.

“Danial Futaki adalah Trickster.

Anda mungkin juga menyukai