Anda di halaman 1dari 6

Part 3

"Memandangimu, tahu segala aktifitasmu, dan keadaanmu baik-baik saja. Sudah cukup menjadi
alasan aku tersenyum dan mencintaimu dalam diam."

-Muhammad Fardan Issay-

***
Happy Reading!
If you don't like my story, you can leave peacefully, and thank you!
***

Hari adalah hari pertama bagi para peserta didik baru untuk melaksanakan program Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah atau bias disebut MPLS. Muhammad Fardan Issay, atau akrab
disapa Issay -oleh teman-temannya- sedang menjalankan tugasnya sebagai Ketua pelaksana
acara MPLS. Ia sedang berkeliling ke setiap ruang kelas yang ada di sekolahnya.

SMKN 20 Samarinda, adalah salah satu sekolah menengah kejuruan yang bertingkat dua. Perlu
kalian ketahui bahwa SMK ini merupakan SMK favorite. Lantai satu sekolah ini merupakan
ruang kelas dari kelas 12 dan 11, sementara ruang kelas 10 berada di lantai dua. Menurut para
guru disini, ruang kelas 12 dan kelas 11 harus berdekatan dengan ruang guru, tata usaha dan
ruang kepala sekolah.

“Nin, gimana? Aman?” Nina yang sedang menulis data siswa yang hadir langsung menolehkan
kepalanya. “Aman, semua udah masuk kok. Cuman kok gue sendirian sih?” Issay mengangguk-
anggukan kepalanya, tiba-tiba langsung menatap Nina bingung. “Lah, si Andre mana? Lu sama
dia terus sama si Anti juga, Nin.” Tiba-tiba Anti dan Andre datang dengan setengah berlari dan
napas yang tidak beraturan. “Huuhh.. Akhirnya, kita nggak ketemu si ketua galak itu,” ucap
Andre. Anti mengangguk-anggukan kepalanya.

“HEH! SIAPA YANG LO BILANG KETUA GALAK?!” Anti dan Andre yang mendengar
suara bariton seorang laki-laki yang sangat mereka kenali, langsung memutar balikan tubuh
mereka. “Iii…sssaa..aayy? Hehehe, eh nggak ada. Nggak tahu nih, si Andre mah ngaco kalau
ngomong.” Andre membulatkan matanya, dan langsung menyenggol bahu perempuan yang ada
disampingnya ini. Apa katanya tadi? Ngaco? Padahal ia juga sering meledek Issay di
belakang.”Lu berdua abis darimana? Kenapa nggak ikut upacara tadi?” Pertanyaan Issay
membuat keduanya diam tak bersuara, karena jika mereka jawab bahwa mereka malas untuk ikut
upacara, bisa-bisa mereka berdua di hokum oleh laki-laki ini.

Issay yang memandang mereka berdua, hanya menggelengkan kepalanya. “Yaudah, gue mau
keliling lagi. Nin, jangan lupa kasih mereka berdua rundown acara ya. Thanks, gue duluan ya.”
Kemudian Issay berlalu meninggalkan mereka semua. Sebelum ia benar-benar keluar dari
kelas,ia sempat menyapa adik-adik yang ada di kelas tersebut. “Hai, adik-adik. Semoga semangat
menjalani MPLS hari ini ya. Saya tinggal dulu.” Setelah Issay menyapa mereka dan
melambaikan tangan, ia berlalu pergi meninggalkan kelas tersebut.

“Eh, anjiiirr.. Kakak yang tadi ganteng banget ya.” Salah satu siswi berbisik kepada teman
sebangkunya. Temannya pun menganggukan kepalanya, setuju. “Iya, udah gitu ramah lagi.”
Seketika suasana kelas menjadi sedikit berisik akibat perbuatan Issay yang menyapa mereka
semua. “Iya, eh. Anjir, gue maul ah ya, jadi pacarnya,” ucap siswi yang lainnya.

Anti yang merasa jengah dengan situasi kelas tersebut akhirnya membuka suaranya. “Hai,
semuanyaaa. Perkenalkan nama saya Kak Anti dari kelas 11 jurusan Multimedia. Disini kalian
semua pada masuk jurusan mana aja?” Tiba-tiba ada yang mengangkat tangannya. “Perkenalkan
Kak, nama saya Nurhasanah dari SMPN 1 Jakarta. Saya pindah ke Samarinda karena ayah saya
ditugaskan disini. Saya mengambil jurusan Multimedia, juga Kak.” Nina, Andre dan Anti pun
tersenyum mendengar pernyataan murid perempuan tersebut. “Baik, kalau begitu kamu boleh
duduk kembali, ayo yang lainnya dong. Kakak-kakaknya kan pada mau kenalan sama kalian.”
Andre dan Anti menganggukan kepalanya, setuju atas kalimat yang Nina ucapkan.

***

Sementara itu, di Tepian Samarinda. Ali bersama dengan kekasihnya tengah makan bersama.
Ade Ikma Denova, itulah nama kekasih Ali. Dia cantik, baik, ramah, dan yang pasti ia tidak
pernah melarang fans Ali untuk berinteraksi dengan Ali atau dirinya.

“Yang, abis ini kamu mau kemana?” Ali yang tengah menyedot minumnya langsung berhenti.
“Aku mau kerumah Jipan, kamu mau ikut?” tanya Ali seraya mengambil kentang goring yang
ada dihadapannya. Ikma menyelesaikan kunyahan makanan yang ada dimulutnya, kemudian ia
menyedot minum sebagai pelarut makanan tersebut. “Hm, enggak deh. Aku mau pulang aja
habis ini.” Kemudian Ikma kembali memakan makanannya. Ali mengernyitkan keningnya,
bingung. Tumben sekali Ikma tidak mau diajak kumpul dengan teman-temannya. Biasanya, jika
Ali mengajaknya, ia akan semangat untuk ikut. “Kamu kenapa saying?” tanya Ali.

Ikma menghentikan aktifitasnya, kemudian menatap Ali. “Kenapa apanya? Aku nggak apa.” Ali
merasa ada yang aneh dengan kekasihnya, kemudian ia berdiri dan berjalan menuju belakang
Ikma dan memeluknya dari belakang. “Kamu yakin nggak apa? Kok aku ngerasa ada yang kamu
sembunyiin dari aku?” ucap Ali seraya meletakan kepalanya dibahu gadis tersebut. Ikma
memejamkan matanya sejenak, lalu menarik napasnya perlahan. “Aku nggak apa, Yang. Serius
deh,” ucap Ikma berusaha meyakinkan kekasihnya ini bahwa memang dirinya baik-baik saja.

Ali hanya diam mendengar jawaban Ikma, entah mengapa hatinya berkata bahwa Ikma sedang
menyembunyikan sesuatu. Baiklah, mungkin nanti Ikma akan bercerita kepadanya. Jangan
dipaksa, nanti bisa-bisa Ikma akan mendiaminya.
“Kamu mau pulang?” tanya Ali. Ikma menganggukan kepalanya. “Iya, tapi kamu nya misi dulu
dong, hehe. Gimana aku mau bangun coba Sayang.” Ali terkekeh, kemudian ia beranjak dari
posisinya tadi. Ikma menggeser sedikit kursi yang ia duduki tadi, kemudian ia berjalan melewati
celah antara meja dan kursi tersebut. “Ayo,” ajak Ali seraya menggenggam tangan Ikma.
Kemudian mereka berlalu meninggalkan tempat tersebut.

***

Menjabat sebagai Ketua Pelaksana acara MPLS, membuat Issay harus bekerja dengan ekstra.
Karena, jika ia tidak memperhatikan kinerja para anggotanya, kesalahan yang terjadi akan
menjadi boomerang untuknya. Issay sudah diberikan kepercayaan oleh pembina OSIS di
sekolahnya, jadi ia tidak boleh mengecewakan beliau dan teman-temannya.

Bel istirahat berbunyi, pada rundown acara memang pukul 10.00 WITA adalah istirahat untuk
para peserta. Issay mengirimpesan di grup Whatsapps panitia, ia memberitahukan bahwa seusai
pulang sekolah para panitia diharapkan kumpul sebentar di ruang rapat OSIS, karena besok
adalah hari kedua atau hari terakhir MPLS, yang mana dihari tersebut akan di tampilkan
beberapa macam ekstrakulikuler yang ada di sekolah tersebut.

Setelah mengirim pesan tersebut, Issay memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
Ia berjalan ke arah kantin, ia merasa harus membeli minuman segar guna mendinginkan suhu
panas ditubuhnya. Sungguh, kini tenggorokannya butuh ia basahi dengan air atau apapun yang
dingin dan segar.

Issay mengambil minuman dingin yang ada di kulkas, kemudian mendekati warung tersebut.
“Bu, ini berapa?” tanya Issay. “Oh, itu 5000.” Issay merogoh saku bajunya, guna mengambil
selembar uang 10.000-an. “Nih, Bu.” Kemudian Ibu tersebut mengambil uang yang Issay berikan
dan memberikan uang kembalian Issay. “Nih, Dek. Kembaliannya,” ucap Ibu tersebut. Issay
mengambil uang kembalian tersebut dan mencoba mengedarkan pandangannya ke seluruh
penjuru kantin. Masih adakah meja yang kosong untuknya duduk? Dan, Nah! Diujung penjuru
kantin ada salah satu meja yang kosong.

Issay berjalan kearah meja tersebut. Tiba-tiba ada seorang gadis yang tak sengaja menabraknya
dan menumpahkan minuman yang gadis itu bawa ke baju Issay. “Aduh,” keluh gadis itu seraya
menundukan kepalanya. Issay yang sedang fokus untuk mengeringkan bajunya, langsung
mengalihkan pandangnya kepada gadis itu. “Kamu nggak apa?” tanyanya. Gadis tersebut
memejamkan matanya dan menggelengkan kepala. Takut. Itulah yang ia rasakan kini. Issay
kemudian menyentuh bahu gadis itu. “Hei, udah nggak apa kok, kan kamu nggak sengaja. Nggak
usah takut gitu,” ucapnya berusaha menenangkan gadis yang berada dihadapannya. Kemudian
Issay melirik papan nama yang dikalungkan di leher gadis itu. “Nama kamu, Nurhasanah ya?”
tanyanya lagi.
Gadis yang bernama Nurhasanah ini, perlahan-lahan membuka matanya. Betapa terkejutnya, ia
melihat bahwa seseorang yang kini berhadapan dengannya. Seseorang yang tadi tak sengaja ia
tabrak, dan akhirnya membuat baju orang tersebut basah adalah kakak ganteng yang tadi
menyapa kelasnya. Kakak ketua pelaksana MPLS, kak Issay.

“Eh, aduh, anu, Kak, aku minta maaf ya. Aku nggak sengaja.” Nurhasanah pun menundukan lagi
kepalanya setelah mengucapkan maaf kepada Issay. Issay hanya terkekeh, lucu. Menurutnya,
tingkah gadis yang tengah berhadapan dengannya ini sangat lucu. “Iya, nggak apa kok, Dek.
Lain kali hati-hati, ya.” Setelah mendengar ucapan Issay, akhirnya Nurhasanah memutuskan
untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Ia tidak mau merasakan debaran jantungnya yang
begitu tidak karuan, jika harus berlama-lama berhadapan dengan Issay.

***

Zivan menepikan motornya di samping motor teman-temannya. (Namakamu) turun dari motor
tersebut dan membuka helm nya. Zivan tengah merapikan rambutnya, kemudian beralih
mengambil helm yang (Namakamu) berikan kepadanya. “Teman-teman kamu masih di dalam?”
tanya (Namakamu). Zivan melirik kesamping, kemudian lirikan tersebut diikuti oleh
(Namakamu). “Iya sayang, kenapa emang? Kamu malu?” tanya Zivan yang baru saja turun dari
atas motornya. Zivan menghadapkan (Namakamu) ke arahnya, dengan cepat tangan Zivan
merapikan rambut kekasihya yang begitu berantakan. “Ish, kamu rambutnya berantakan banget.”
(Namakamu) hanya tersenyum seraya menahan malu. Sungguh, Zivan adalah laki-laki yang sulit
ditebak jika ingin melakukan hal yang romantis.

“Nah, udah. Ayo masuk.” Laki-laki itu menggenggam tangan (Namakamu) seraya menariknya
masuk kedalam rumah. Rumah Zivan ini lumayan besar dan luas, selain itu rumah ini juga
bertingkat dua, dan kamar Zivan ada di lantai dua. “Assalamu’alaikum,” ucap (Namakamu) yang
di suruh Zivan masuk terlebih dahulu. Semua teman-teman Zivan menghentikan aktifitas
mereka, dan menoleh ke sumber suara.

“Wa’aalaikumusalam, eh ada (Namakamu). Sini masuk,” jawab Bang Ardha. (Namakamu)


tersenyum, kemudian ia masuk kedalam dan duduk di dekat Rifaldi, karena disitulah tempat
yang kosong. “Aku duduk sini, nggak apa-apa?” tanya (Namakamu). Rifaldi langsung
menggeserkan tubuhnya, guna memberikan (Namakamu) tempat. Zivan menghampiri
kekasihnya, dan langsung duduk disebelah gadis itu. “Iyaaaa, yang Mulia. Sang Ratu-nya nggak
boleh di deketin sama siapa-siapa.” Suara bariton Yoga, yang merupakan bentuk sindiran untuk
Zivan pun menggema. (Namakamu) hanya tersenyum seraya menundukan kepalanya. Inilah
yang selalu membuat (Namakamu) malu, jika ikut bersama Zivan untuk kumpul dengan teman-
temannya. Ia pasti menjadi bahan ledekan.

“Eh, Man. Aku pinjam gitarku.” Elman yang sedang memainkan gitar tersebut dengan asal,
langsung menoleh kearah Zivan. “Apa?” tanyanya. “Aku pinjam gitarku,” ucap Zivan sekali lagi.
Kemudian Elman memberikan gitar tersebut kepada Zivan.
Intro guitar

[intro] Dm Am Dm G

Dm F C
Menghitung hari detik demi detik
Dm G C
Menunggu itu kan menjemukan
Dm G C Am
Tapi ku sabar menanti jawabmu
Dm G
Jawab cintamu,,,

Dm G C
Jangan kau pergi harapkan padaku
Dm G C
Seperti ingin tapi tak ingin
Dm G C Am
Yang aku minta tulus hatimu
Dm G
Bukan pura pura,,,

[chorus]
C G Am F
Jangan pergi dari cintaku
Dm G
Biar saja tetap denganku
Dm G C Am
Biar semua tahu adanya
Dm G C
Dirimu memang punyaku

[intro] Dm Am Dm G

Dm G C
Jangan kau pergi harapkan padaku
Dm G C
Separti ingin tapi tak ingin
Dm G C Am
Yang aku minta tulus hatimu
Dm G
Bukan pura pura

[chorus]
C G Am G
Jangan pergi dari cintaku
Dm G
Biar saja tetap denganku
Dm G C Am
Biar semua tahu adanya
Dm G C
Dirimu memang punyaku

C G Am G
Belum pernah aku jatuh cinta
Dm G
Sekeras ini seperti padamu
Dm G C Am
Jangan sebut aku lelaki
Dm G C
Bila tak bisa dapatkan engkau
Dm G C
Jangan sebut aku lelaki

[intro] Dm Am Dm G

Satu per satu diantara mereka saling bersaut-sautan menyanyikan lagu yang Zivan mainkan. Ini
yang (Namakamu) suka, ia selalu bahagia jika sudah mendengar suara petikan gitar yang
dimainkan oleh kekasihnya itu. Petikan-petikan gitar yang menjadi alunan melodi yang indah,
membuat hati (Namakamu) nyaman dan damai.

“Biar semua tahu adanya… Dirimu.. memang punyaku..”

Jreengg..

“Ciye, iya, (Namakamu) punya aku ya?” ledek Rifaldi kepada (Namakamu), yang membuatnya
tertawa. Menurutnya, diantara teman-teman Zivan, Rifaldi dan Bayu lah yang sangat lucu.
“Hahaha, bisa aja nih, Aldi.” Kemudian semuanya ikut tertawa, (Namakamu) melirik kearah
Zivan lalu ia tersenyum. Di dalam hatinya, ia bergumam.

“Aku berharap, aku selalu bisa liat senyuman kamu, tawa kamu yang lepas kayak gini, Van. Aku
harap Tuhan kasih aku kesempatan untuk aku terus sama kamu. Aku harap juga, Tuhan
menggariskan takdirmu itu adalah aku. Bukan gadis lain, aku harap begitu. Allahumma
Aamiin.”

Anda mungkin juga menyukai