Anda di halaman 1dari 3

Ternyata Kita Berbeda

Alina atau biasa disebut Alin,dia adalah seorang perempuan berusia 17 tahun. Ia adalah
anak tunggal dari seorang ustadz yang lumayan terkenal di desa nya. Wajahnya yang sangat
cantik dan ia juga sangat cerdas, karena kecerdasannya ia mendapatkan beasiswa untuk
kuliah. Ia adalah seorang mahasiswi baru di Universitas Negeri Surabaya. Pada hari pertama
ospek ia mengalami sebuah kejadian yang tidak terduga.
Saat di perjalanan ke kampus...
“Aduh ban motorku bocor lagi,gimana ya aku belum hafal daerah sini.” Kata Alin
Tak lama kemudian ada seorang lelaki tampan mengendarai motor yang sangat bagus
menghampiri Alin. "Mbak motor nya kenapa?” tanya lelaki itu.
“Ini mas ban nya bocor,di dekat sini ada bengkel nggak ya?” tanya Alin
“Ada mbak nggak jauh kok,itu di depan sana.” Jawab lelaki itu
“Oh iya mas kalo boleh,tolong anterin saya sampai ke bengkel itu.” Alin meminta
tolong kepada lelaki itu.
“Gini aja mbak,mbak tunggu sini biar saya yang bawa motor nya ke bengkel.” Lelaki itu
menawarkan bantuan kepada Alin.
"Boleh deh mas.” Ujar Alin.
Alin pun menunggu lelaki itu,sekitar 15 menit kemudian lelaki itu datang.
“Mbak motor nya sudah saya bawa ke bengkel, tapi enggak bisa langsung diperbaiki
harus mengantre dulu." Kata lelaki itu.
“Oh gitu ya,aduh saya takut terlambat ke kampus,mana hari ini hari pertama saya ospek
lagi.” Jawab Alin dengan muka cemas.
“Mbak nya maba UNESA ya?” tanya lelaki itu.
“Iya mas.” Jawab Alin.
“Bareng sama saya saja mbak, kebetulan saya mahasiswa di sana.” Ajak lelaki itu
“Boleh deh mas,daripada saya telat." Kata Alin.
Akhirnya Alin berangkat ke kampus bersama lelaki itu. Ternyata lelaki itu bernama
Kevin,ia adalah mahasiswa semester 3 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnisi Universitas Negeri
Surabaya. Sepanjang perjalanan mereka berbincang-bincang. Alin merasa sangat nyaman
ketika bersama Kevin.
"Apakah aku jatuh cinta dengan nya? Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta pada
pandangan pertama?" Pikir Alin sepanjang jalan sambil berbicara dengan Kevin.
Sesampainya di kampus Alin langsung bergegas menuju lapangan depan gedung rektorat
untuk mengikuti upacara pembukaan ospek. Upacara berjalan dengan lancar,setelah itu Alin
melaksanakan ospek. Alin sangat senang karena bisa mengikuti semua kegiatan ospek dari
pagi sampai sore dengan lancar. Ia juga dapat teman-teman baru yang sangat asik,dan
ternyata Kevin adalah salah panitia ospek.
Kemudian Kevin menghampiri Alin sambil berkata, “Alin kamu pulang nya bareng aku ya.”
“Iya mas.” Jawab Alin sambil salah tingkah.
Saat berada di parkiran Kevin meminta nomor WhatsApp Alin sambil tersenyum.
“Emm... Alin aku boleh minta nomor WhatsApp kamu enggak?” tanya Kevin.
Tanpa berpikir panjang Alin langsung memberikan nomor WhatsApp nya kepada Kevin.
Lalu saat di perjalanan menuju bengkel Kevin bertanya kepada Alin mengenai ospek hari
pertama nya.
“Alin, bagaimana ospek hari pertama mu?” tanya Kevin.
“ Seru banget mas,aku punya banyak teman baru.” Jawab Alin. “Oh iya mas Kevin
ternyata panitia ospek juga toh, keren banget....” Lanjut Alin
“Iya hehe...” Jawab Kevin sambil tersenyum.
Akhirnya mereka sampai di bengkel,lalu Alin mengambil motor nya. Sebenarnya,Kevin
ingin mengantarkan Alin sampai ke kos nya karena ia takut terjadi sesuatu kepada Alin.
Namun Alin menolak nya, dan mereka berdua pun berpisah di bengkel itu. Alin pulang ke
kos nya dengan perasaan yang sangat senang.
Keesokan harinya Alin berangkat ke kampus untuk melaksanakan ospek hari kedua,ia
sangat bersemangat sekali. Sesampainya di kampus ia bertemu dengan Kevin dan panitia
ospek lainnya. Alin pun menyapa mereka sambil tersenyum, dan ia pun langsung pergi ke
aula. Siang harinya saat Alin istirahat, ia berjalan menuju masjid di kampus itu untuk
melaksanakan Shalat Zuhur berjamaah. Saat perjalanan menuju masjid ia bertemu dengan
Kevin, ia pun mengajak Kevin untuk Shalat berjamaah juga.
“Mas ayo shalat berjamaah.” Ajak Alin
Kevin hanya tersenyum...
Alin baru menyadari bahwa Kevin adalah seorang Nasrani, ia memakai kalung salib di
lehernya. Alin sangat terkejut ketika mengetahui nya, Alin pun langsung meminta maaf
kepada Kevin, “Maaf ya mas aku kira mas Kevin muslim, aku enggak lihat kalau mas pakai
kalung itu. ”
“Iya, enggak apa-apa kok.” Kata Kevin.
Alin pun langsung meninggalkan Kevin dengan rasa sedih dan sangat kecewa. Setelah
selesai shalat Alin berdoa dan berkata, “Ya Allah aku tahu betul larangan untuk seorang
muslim tidak boleh mencintai seseorang yang non muslim, lantas mengapa engkau
pertemukanku dengannya yang tidak mungkin bisa bersatu.”
Alin pun melakukan kegiatan-kegiatan selanjutnya, tetapi Alin tampak tidak bersemangat.
Ternyata Kevin memperhatikan Alin secara diam-diam. Saat Alin ingin mengambil motor nya
di parkiran Kevin bertanya kepada Alin, “Alin kamu kenapa? Muka kamu kok kayak enggak
semangat gitu?”
“Enggak apa-apa kok mas,aku pulang dulu ya.” Jawab Alin.
“Alin tunggu....” kata Kevin sambil menarik tangan Alin.
Alin terkejut dan ia pun langsung menarik tangan nya. “Apaan sih mas, enggak sopan
banget!” bentak Alin.
“Aku minta maaf, ada yang mau aku omongin sama kamu. Sebenarnya aku suka sama
kamu sejak kita ketemu kemarin.” Ucap Kevin menyatakan perasaan nya kepada Alin.
Ternyata Kevin juga memiliki perasaan yang sama dengan Alin. Lalu, Alin berkata, “enggak
usah bercanda deh mas.”
“Aku enggak bercanda Alin.” Ujar Kevin.
“Agama kita beda mas, mungkin agama kamu juga melarang itu. Lebih baik kamu
buang rasa itu jauh-jauh, sampai kapan pun kita enggak akan bisa bersatu.” Kata Alin sambil
menangis. Ia pun langsung pergi meninggalkan Kevin.

Anda mungkin juga menyukai