Anda di halaman 1dari 6

Saatnya Untuk Berani

Drtt… drtt.. (Ponsel Alya bergetar)

“Halo ma”, Alya menjawab telepon dari mamanya setengah sadar.

“Halo nak, kamu baru bangun ya? Ga kuliah?”,

“Masuk jam 8 ma, ini kan masih jam 6 mama nelponnya kepagian”,

“Kamu baik-baik ajakan? Jangan sampai sakit loh”,

“Alya baik-baik aja kok, mama, papa sama adik juga kan?”,

“Iya, yaudah kamu bangun gih anak gadis ga boleh bangun kesiangan. Yang benar kuliahnya
jangan boros, jangan kebanyakan main, jaga kesehatan, dan jangan lupa berdoa ya”,

“Iya ma, bye1”.

Hai, gue Alya Gracellia, mahasiswi tahun ketiga di Universitas Harapan Bangsa
Jakarta. Yang tadi itu percakapan gue dan nyokap yang terjadi hampir tiap pagi. Well2, gue
beruntung sih punya orangtua yang super care3 sama gue sampai gue udah hafal mantra ajaib
nyokap yang selalu diucapin setiap telepon gue. Sebagai anak yang patuh gue langsung
bangun dan siap-siap buat berangkat ke kampus.

Sampai di kampus gue liat antrean yang cukup panjang di depan loket keuangan, ya
pemandangan yang biasa menjelang ujian akhir semester. Gue beruntung karena gue dapat
beasiswa dari pemerintah Kota Bandung, jadi sampai tahun ketiga ini gue ngga bayar SPP
sama sekali. Di perjalanan ke kelas gue berpapasan sama beberapa orang dan , “Ih sombong
banget sih”, “Cantik-cantik sombong”, ya itu adalah kalimat ajaib kedua yang udah gue hafal
banget. Gue bukannya sombong, tapi emang personality4 gue cuek dan sebagai seorang
introvert5 kenalan sama orang baru itu menguras energi banget.

Alya sedang melamun di pojok kelas saat Alvin Christian, sahabat Alya sejak tahun pertama
kuliah memasuki kelas.

1
Ucapan selamat tinggal.
2
Baik; Iya; Biasanya digunakan untuk mengawali sebuah pernyataan.
3
Peduli.
4
Kepribadian atau karakter.
5
Orang dengan kepribadian tertutup.
“Woi, pagi-pagi udah bengong aja lo kayak pejabat banyak hutang” teriak Alvin sambil
menepuk pundak Alya.

“Alvin, bisa ga sih lo ga ngagetin kalo gue jantungan gimana?” jawab Alya kesal,

“Ya sorry6, lagian lo mikirin apaan sih sampai ga sadar gue datang?” tanya Alvin,

“Biasalah” jawab Alya malas,

“Udah lah Al jangan dengerin omongon yang ga baik mereka cuman ga kenal lo, yang
penting kan ada gue” hibur Alvin sambil mengedipkan sebelah matanya,

“Najis lo” balas Alya sambil tertawa kecil.

Setelah kelas usai, Alya dan Alvin berniat pergi ke Perpustakaan untuk meminjam
beberapa buku. Tiba-tiba seorang gadis yang tak mereka kenal menghampiri Alya dan
menyampaikan pesan bahwa Alya dipanggil oleh Pak Budi, Kepala Bagian Keuangan
Universitas Harapan Bangsa.

Tok tok tok.. (Alya mengetok pintu)

“Ya silahkan”, (Terdengar jawaban dari dalam ruangan)

“Permisi pak, saya Alya Gracellia bapak memanggil saya?” Tanya Alya kebingungan,

“Iya silahkan duduk, ada yang mau saya tanyakan” Jawab Pak Budi, “Begini Alya, seperti
yang kamu tahu bahwa ujian akhir semester akan dilaksanakan sebentar lagi dan syarat untuk
mengikut ujian adalah telah melunasi SPP. Kamu belum melunasi SPP semester ini dan di
semester lalu kamu juga masih memiliki tunggakan, apakah beasiswa kamu di cabut atau ada
masalah lain?” sambung Pak Budi.

Alya terkejut mendengar pernyataan dari Pak Budi, setahu Alya biaya SPP semester lalu
sudah dibayarkan langsung ke pihak kampus tanpa melalui rekening pribadinya.

“Maaf pak, untuk semester ini pihak pemberi beasiswa memang belum mengkonfirmasi
terkait pelunasan SPP, tapi di semester lalu informasi yang saya terima bahwa SPP sudah
dilunasi langsung ke pihak Kampus”. Jawab Alya,

6
Maaf.
“Sepertinya ada miskomunikasi disini, sebaiknya kamu segera hubungi pihak pemberi
beasiswa untuk menanyakan kepastian, jika tidak kamu terancam tidak mengikuti ujian akhir
semester ini”,

“Baik pak, akan saya urus. Permisi pak.” Alya langsung beranjak dari ruang keuangan
dengan penuh tanda tanya dan kekhawatiran.

Alya menyadari ada sesuatu yang tidak beres dari pengelolaan beasiswanya, tapi dia tidak
tahu bagaimana dan kepada siapa harus meminta pertolongan.

Ujian tinggal beberapa hari lagi dan masalah tak terduga ini muncul, lengkap deh
penderitaan gue. Tadinya gue pengen minta orangtua gue buat bayarin SPP gue setidaknya di
semester ini aja, tapi gue belum sempat cerita nyokap udah cerita diluan kalau uang
pendaftaran sekolah adik gue mahal banget dan gue disuruh ekstra hemat. Oke fix7, ga ada
pilihan lain gue harus cari tahu dalang dari kandas nya beasiswa gue.

Alya dan Alvin sedang berjalan menuju taman belakang gedung fakultas saat melihat
Pak Boby, staf keuangan yang bertugas menginput data pembayaran SPP mahasiswa berjalan
ke taman belakang sambil berbicara melalui telepon dengan gelagat yang mencurigakan.
Karena penasaran akhirnya mereka menguping pembicaraan pak Boby.

“Baik pak, uang beasiswa nya sudah saya terima dan sudah saya transfer ke rekening bapak.
Semuanya aman terkendali” Kata Pak Boby sebelum menutup telfon.

“Maksud Pak Boby apa? Beasiswa siapa? Bapak biacara dengan siapa?” Tanya Alya emosi.

“Kalian dengar semuanya?” Tanya Pak Boby gugup.

“Jadi bener beasiswa Alya di korupsi? Siapa orangnya pak?” Tanya Alvin yang semakin
yakin melihat ekspresi gugup Pak Boby.

“Tenang, tenang, kalian sepertinya salah paham”. Pak Boby berusaha membela diri.

“Terus apa maksud dari pembiacaraan bapak tadi? Bapak mau kita laporin ke polisi atas
tuduhan penggelapan dana beasiswa?” Tegas Alya.

“Tolong jangan laporkan saya, bukan saya yang melakukan itu. Saya terpaksa menerima
perintah itu karena saya sedang butuh uang.” Mohon Pak Boby.

7
Kata yang dimaksudkan untuk menetapkan keputusan.
“Mending Pak Boby jelasin semuanya sekarang” Ucap Alvin.

Tiba-tiba Pak Boby menerima telepon dari rumah sakit bahwa istrinya akan segera
melahirkan dan mengalami pendarahan cukup banyak. Alya dan Alvin terpaksa membiarkan
Pak Boby pergi dengan kesepakatan mereka akan bertemu besok pagi dan Pak Boby akan
menceritakan semuanya.

Krekkk (terdengar suara ranting kering patah dari balik pohon)

“Paling kucing, yuk kita harus cari bukti lain” ajak Alvin.

Keesokan harinya Alya berusaha menghubungi Pak Boby tapi tak ada jawaban. Sampai ada
notifikasi pesan dari Alvin.

“Al, lo udah liat berita di instagram kampus? Pak Boby kecelakaan semalam dan udah
meninggal”

Jlebb! Alya langsung terduduk lemas. Satu-satunya saksi yang dia punya sudah tiada dan
tidak meninggalkan bukti apapun. Polisi menyatakan bahwa Pak Boby meninggal karena
kecelakaan tunggal dan sudah memeriksa rekaman CCTV dari bangunan sekitar lokasi
kejadian namun tak ada yang berfungsi.

Alya membalas pesan Alvin, “Gue yakin ini pasti pembunuhan. Kita harus ke TKP
sekarang”.

Ketika mereka tiba di TKP dan mengamati keadaan sekitar, mereka melihat sebuah mobil tua
terparkir di depan bengkel tak jauh dari lokasi kecelakaan tersebut.

“Kalau ga di lepas harusnya mobil ini punya kamera dasbor dan semoga masih berfungsi
dengan baik” kata Alvin sambil berjalan ke dalam bengkel.

Setelah berbicara dengan pemilik bengkel mereka akhirnya mendapat izin untuk
mengambil rekaman dari kamera dasbor mobil tua tersebut. Dari rekaman itu terlihat jelas
bahwa Pak Boby tidak mengalami kecelakaan tunggal melainkan sengaja di tabrak oleh
seseorang yang mengendarai mobil, yang Alvin dan Alya ketahui pemilik mobil tersebut
adalah Pak Budi. Mereka bergegas ke kampus untuk menemui Pak Budi.

“Saya terpaksa melakukan itu, saya diancam akan di pecat dari jabatan saya karena saya
ketahuan berpacaran dengan mahasiswi” Kata Pak Budi menyesal.
“Di ancam? Sama siapa?” Tanya Alya,

“Arwan Hartanto, Rektor Universitas Harapan Bangsa” Jawab Pak Budi takut,

“Apapun alasannya bapak tetap salah dan harus bertanggungjawab” Tegas Alvin.

“Pengakuan Pak Budi aja ga cukup untuk menghukum orang yang punya kuasa seperti Pak
Arwan, dan bukti kalau dia korupsi beasiswa gue belum ada” Ucap Alya mulai frustasi,

“Saya memiliki data keuangan yang di palsukan oleh Pak Boby selama ini atas perintah Pak
Arwan itu bisa jadi bukti” Jawab Pak Budi.

Dari data yang diberikan Pak Budi, tercatat bahwa ini bukan pertama kalinya Pak
Arwan melakukan korupsi terhadap beasiswa mahasiswa. Pak Budi akhirnya menyerahkan
diri ke Polisi, dan benar saja pengakuan Pak Budi tak cukup untuk menjerumuskan Pak
Arwan ke penjara. Karena itu Alya membuat sebuah petisi yang bertujuan untuk menegakkan
kembali hak mahasiswa yang tak berani bicara saat hak mereka disalahgunkan oleh oknum
tak bertanggungjawab dan agar oknum yang terlibat dihukum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam hitungan jam petisi tersebut sudah ditandatangani
oleh hampir seluruh mahasiswa Universitas Harapan Bangsa. Belakangan terungkap bahwa
selama ini Pak Arwan bekerjasama dengan para pejabat daerah dalam melakukan aksinya.
Arwan Hartanto beserta orang-orang yang terlibat dengannya akhirnya ditangkap dan dijatuhi
hukuman setimpal dengan perbuatannya.

Akhirnya gue mendapatkan hak gue kembali dan bisa menjalani perkuliahan gue
dengan tenang. Dari semua ini gue sadar bahwa at the end of the day8 kita emang harus punya
pundak yang kuat, punya keberanian untuk melawan, dan harus berjuang mati-matian agar
hak kita ga diambil oleh orang-orang serakah. Gue juga bersyukur punya Alvin, orang yang
selalu ada buat gue dalam situasi apapun. Alvin Christian sahabat terbaik gue yang sekarang
udah jadi pacar, yeayy.

15 Mei 2022

8
Menyatakan pada akhirnya.
Biodata Penulis

Nama : Rahel Dorkas

Alamat : Jl. Pesantren, Gg. Karma, No. 103, Cibabat, Kota Cimahi

Nomor WhatsApp : 0813-1293-6891

ID Instagram : @raheldrkas_

Email : raheldorkas@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai