Anda di halaman 1dari 9

Sahabat Abadi

Ketika liburan semester tiba, tepatnya di tanggal 20 September 2022, aku dan temanku,

Vina memutuskan untuk berlibur ke kota yang kaya akan rempah-rempah. Yups, Kota

apalagi kalau bukan Bengkulu. Kami kesana guna mengunjungi salah satu sahabat kami

sewaktu SMA dulu. Dia adalah Ema. Ema lah yang memesankan kami travel juga

menjamin kehidupanku dan Vina selama disana. Maklumlah, Ema merupakan anak

tunggal pengusaha Kopi yang cukup terkenal di bengkulu. Sudah pasti uang bukanlah

persoalan berarti buatnya. Berbeda denganku dan Vina yang hanya seorang mahasiswa

perantauan yang untuk makan saja harus menghemat, agar uang kiriman cukup untuk

sampai akhir bulan.

Baru 3 jam perjalanan, travel yang kami tumpangi mogok karena ban mobil bocor. Aku

dan Vina turun dari mobil yang disewakan khusus oleh Ema untuk kami. Aku cukup

panik karena saat ini di samping kiri dan kanan merupakan perbukitan yang tidak

terdapat pemukiman penduduk. Seakan bisa membaca pikiranku, Pak sopir pun

mengeluarkan suara. "Tenang saja dek, nanti teman saya yang handle mobil ini. Kita

naik mobil lain." Ucapanya yang membuatku lega luar biasa.

Jarak dari Bandar Lampung ke Bengkulu cukup jauh, butuh waktu 14 jam, untuk

sampai di “Bumi Rafflesia “ ini.

“Akhirnya sampe juga” Vina bergumam sembari menggerakkan ototnya yang terasa

kaku. Aku hanya memandangnya dengan seulas senyum tipis.


Ema menunggu kami di lobi Hotel DJo Front On Inn Hotel. Kami bertiga berpelukan

untuk melepas rindu setelah 3 tahun tidak bertemu. Setelahnya, kami pun masuk ke

dalam kamar yang sudah di pesan. Karena kelelahan, tak butuh waktu lama kami pun

akhirnya tidur dan Ema pun melakukan hal yang sama.

Pagi setelah sarapan, kami bertiga on the way menuju pantai yang sangat ingin aku dan

Vina kunjungi. Aku sangat excited menuju ke sana, ah akhirnya aku akan bisa

menikmati suasana pantai yang digadang-gadang memiliki pemandangan yang sangat

asri ini. Aku melihat Vina di samping kemudi tak berhenti bersenandung kecil dengan

Ema yang mengemudi di sampingnya. Sedangkan yang kulakukan hanyalah menatap

suasana luar dari balik kaca. Setelah 3 jam, akhirnya kami sampai di tujuan. Pantai

Padang Betuah menyajikan banyak keindahan. Pantai nan eksotis ini memiliki pasir

putih nan elok, gulungan ombaknya yang tidak terlalu besar, juga sajian keindahan dari

batu karang-batu karang yang memiliki kontur banyak celah akibat abrasi. Merupakan

kombinasi keindahan alam nan mempesona.

“Huwaaaa bagus benget” Vina berkata sembari menutup mulutnya

“Iya woiii bagus banget “ seru ku menimpali

“Yok kesana, beli snack sama minum” Ema yang berada diantara kami menggadeng

tangan kami menuju stand makanan yang berada tak jauh dari kami berdiri.

Aneka makanan, minuman, dan pernak-pernik khas Bengkulu berjejer rapi disini.

Mataku terpaku pada baju batik yang dipajang di sebuah patung.


“Cantik banget batiknya. Ada huruf arabnya, dan bunga raflesia arnoldi” ujarku sembari

memegang baju batik itu

“Ini namanya kain Besurek, non. Batik khas daerah Bengkulu”

“Mau beli apa, Tan” Ema mengahmpiriku yang sedang mengeluarkan uang untuk

membeli kain besurek tadi.

“Kain Besurek, Em”

Aku dan Ema kemabali ke stand makanan. Kulihat disana Vina sedang menikmati

makanan.

“Itu yang kamu makan dodol bukan si vin?”

“Iya Tan, dodol khas Bengkulu. Duh enak banget loh. Cobain deh” Vina menyodorkan

satu bungkus dodol padaku.

“Terimakasih, Vin’ ucapku menerima pemberiannya.

Hari ini minggu, pantai nampak sangat ramai. Selain menikmati keindahan panorama

alam yang semesta sajikan di tempat ini, aku juga terkagum meliat banyaknya cogan di

area ini. Sungguh, mataku bak matahari yang bersinar cerah. Kami bertiga pun

melakukan aktivitas seperti layaknya orang lain. Berenang di pinggiran Pantai,

menggambil gambar, dan menaiki spead boat. Sungguh, ini sangatlah menyenangkan.

“Setelah ganti baju kita makan Ikan pais yuk” Ema berseru semangat pada kami
“Ikan goreng atau ikan sambel itu, Em? Vina Nampak bingung

“Itu makanan khas Bengkulu. Terbuat dari ikan gebu dan ikan buli” jawab Ema.

“Mantep tuh,cacing-cacing di perut udah pada demo nih” aku berkata sembari terkikik

pelan yang dibalas hembusan nafas kasar oleh kedua temanku.

Selesai bersantap, Ema mengajak kami untuk menikmati Pantai Padang Betuah dari atas

bukit. Kami menaiki satu persatu anak tangga dari tanah sembari mengobrol dan

sesekali terkikik karena candaan kami.

“Omaigaddd indah banget” Vina berteriak heboh ketika kami sampai diatas bukit.

Aku hanya mengangguk membenarkan ucapan Vina. benar-benar pantai yang sempurna

dengan segudang keindahannya. Jika dilihat dari atas sini panorama Pantai Padang

Betuah tampak mirip dengan objek wisata Tanah Lot di Bali.

“Itu namanya danau apa si Em? Tanyaku dengan jari telunjuk mengarah pada sebuah

danau.

“Danau gedang, Tan” jawab Ema yang kutanggapi dengan deheman ohh.

“Tania, lihat deh kok kayak group band ya” Vina berkata sangat pelan dengan mata

yang mengarah pada segerombolan pria tak jauh dari kami berdiri.

“Alamakk busedd mauu satu dong” ucapku sangat lirih.

"Tapi kak Mirza tak tergantikan" Ucapku sangat pelan.


“Rupanyaa kalian masih sama. Pecinta para cogan“ Ema menanggapi dengan gelengan

kepala yang membuat tawa kita bertiga menguar di udara.

Satu lagi keunikan dari Pantai Padang Betuah, yang jarang dimiliki pantai-pantai pada

umumnya, yaitu adanya sebuah danau yang letaknya bersisian dengan pantai ini dan

hanya dibatasi oleh pasir putih , Namanya Danau Gedang. Panorama sekitar Danau

Gedang pun juga sangat memikat, sehingga kolaborasi keindahan kedua objek wisata ini

benar-benar memanjakan wisatawan yang datang berkunjung.

“Guys, nanti malam kita ke Desa Bintang Selatan yuk, untuk melihat penampilan Tarian

Kejei” Ema mengusulkan

“By the way itu tarian di hajatan saudara sepupu" Lanjutnya.

“Wah boleh Em, pasti rame kan?” Vina menyaut

“Rame banget, seru” jawab Ema.

“Kuy lah gas aja aku ikut” timpalku singkat.

Sesuai rencana, malam ini mereka pun menonton pertunjukan tari Kejai. Mereka sangat

menikmati acara malam ini yang begitu memanjakan mata.

"Abis ini kita mau kemana?" Vina membuka obrolan.

"Balik ke hotel" Aku bergumam pelan.

"Eh, terserah nyai ndoro" Aku melanjutkan dengan tatapan mengarah pada Ema yang

sedang menyendokkan ice cream ke mulutnya.


"Iya lah balik ke Hotel" Ema menjawab singkat

"Gak ke rumah mu aja, Em? "

"Lusa nya aja ya kerumah" Ema menjawab Vina

"Pengen ketemu Bunda Hara"

"Aku juga" Vina menimpali ucapanku

"Mama sama Papa lagi ke Belanda" Ucap Ema memberitahu.

"Yahhh" Aku dan Vina mendesis pelan.

Akhirnya kami kembali ke hotel setelah sebelumnya berpamitan sama om dan bude

Ema. Di perjalanan kami bertiga bernyanyi ria dengan Vina yang menjadikan hp nya

bak mic. Aku dan Ema terbahak ketika Vina memutar lagu dj, membuatnya

menggoyangkan badan bak penyanyi terkenal.

"Haduuu perutku sakit" Aku berkata dengan tangan yang memegang perut

"Jadilah Vin, aku sudah kebelet pipis" Lanjutku

"Iya ih Vin, gak tahan aku sudah. Pengen pipis" Ema menggeplak tangan Vina yang

membuat empunya mengaduh pelan yang disambut gelak tawa dari aku dan Ema.

"Mampir dulu ke mushola yuk, mau numpang pipis" Ema menepikan mobilnya di

depan musholla Ar-Rahman

"Aku kebelet banget. Udah mau ngompol" Aku berkata cepat dibarengi langkah kaki

yang tak kalah cepat menuju wc, diikuti Ema di belakangku dan Vina di posisi paling

belakang.
"Jangan cepet-cepet wei jalannya" Vina berteriak yang berhasil membuatku menengok

ke belakang. Bibirku tak bisa menahan tawa melihat Vina dengan rambut awut-awutan

menenteng high hells.

Akhirnya, kami ber-tiga pun kembali melanjutkan perjalanan setelah selesai buang air

kecil. Sesampainya di Hotel pukul 21.30 malam, kami pun akhirnya tertidur setelah

lebih dulu membersihkan diri.

"Good night my love. Muachhh" Itulah kalimat terakhir yang kuucapkan sebelum

menyambut alam mimpi.

Ketika membuka mata, aku melihat Ema dan Vina sudah fokus dengan hp miliknya

masing-masing. Ketika melihatku bangun, mereka kompak tertawa.

"Princess Tania sudah bangun" Vina berseloroh dengan mengerlingkan sebelah

matanya.

"Ralat ih Vin, Princess Andhika" Ema pun menimpali dengan tawa yang menggema.

"Apasih kalian ini" Aku bersungut-sungut setelah Ema menyebutkan nama dari cinta

pertamaku di masa lalu

"Dasar nyonya Aldebaran" Ucapkan dengan melemparkan bantal ke arah Ema yang

justru membuatnya tertawa

"Fariz Aldebaran sudah punya pacar kali Tan" Vina menyaut dengan tatapan terfokus

pada gawai

"Yaang masih stay single kan Mirza Andhika" Seloroh Vina yang membuatku ingin

segera melarikan diri saja dari pembahasan ini.


Namun, baru saja aku mengikat rambutku sebelum bergegas ke kamar mandi, kurasakan

gawai ku bergetar. Aku menatap nyalang pada kedua sahabatku yang justru menatapku

dengan mata berbinar.

"Kalian kurang kerjaan banget. Pake acara kirim pesan segala" Ucapku ketika membaca

notif jika sang pengirim pesan adalah mereka berdua.

"Dibaca dulu, Tan"

"Iya ih, ngoceh mulu" Vina ikut menimpali ucapan Ema, yang membuatku memutarkan

mata malas. Namun tak urung aku membaca pesan mereka

"Cieeee"

"Uhukkk. Bau bau nya ada yang cintanya berbalas nih setelah hampir 5 tahun" Ema

berujar dan kemudian melangkah mendekatiku. Disusul dengan Vina yang justru

memelukku

"Akhirnya ya, Tan" Vina berujar dengan air mata yang berlinang.

aku bingung harus bagaimana. Ini seperti mimpi. Seorang cinta pertamaku yang dahulu

membuatku sudi untuk melakukan hal hal ajaib untuk mendekatinya, namun justru

penolakan yang kudapat. Namun kini, ia menyematkan tanda hati pada fotoku yang ia

post di instagram miliknya.

"Dia menyukaimu, Tan" Ema juga turut memelukku.

Kami bertiga menangis. Aku bahagia ketika mengetahui bahwa kak Mirza memposting

foto ku sewaktu aku mendapatkan juara 1 lomba puisi pas kelas 2. Entah dapat dari

mana dia, aku pun sangsi jika dia memotretku diam-diam ketika di lapangan. Namun,
yang membuat hatiku begitu tersentuh adalah dua sahabatku ini. Mereka yang begitu

tulus dan selalu berada di sisiku. Bahkan aku ingat sekali Vina dan Ema pernah

melempar Kak Mirza mengunakan bola voli ketika di hari sebelumnya aku menangis

sampai demam gara-gara Mba Rubhy-teman Kak Mirza memposting foto mereka

berdua. Ini konyol, namun jika mengingatnya sampai sekarang pun, aku juga masih

tertawa.

"Aku sangat bersyukur memiliki kalian" Ucapku dengan sangat tulus pada keduanya.

Anda mungkin juga menyukai