Anda di halaman 1dari 5

“ Seulas Warna Di Langit Kelabu”

Karya : XI MIPA 3

Sejak musuh dunia mulai merajalela di negeri tercinta,semua keadaan berbanding terbalik
dari semula.

Dia menghancurkan senyuman,semangat,kebersamaan,dan kenangan seluruh negeri.Kapan


terakhir kali Rima bercakap riang,tertawa gelak,bercengkrama,dan berjalan bergandengan
bersama teman dengan rasa nyaman,tanpa merasa terancam?akankan keadaan berubah seperti
semula? Rima rindu.

Mentari mulai menampakan dirinya dan menyinari kamar seorang gadis,membuat dirinya
sedikit terusik.”Pagi dunia,segeralah membaik,” ucap gadis itu mengawali pagi yang
cerah.”Bismillah,semoga tidak ada kejutan tugas untuk hari ini,”sambungnya.

Ting!!!

Dering ponselnya berbunyi.Tidak seperti lagu RAN yang membuatnya tersenyum di pagi
hari.Rima meraih ponselnya sambil bersenandung,”Dering telpon membuatku menangis di
pagi hari.”

Sayangnya,pagi hari Rima tak seindah lirik lagu RAN itu.Tugas sudah menyambutnya
dengan hangat.

Ia meraih beberapa buku,sebuah pena,dan ponselnya.Baru beberapa detik ia membuka buku


pelajarnnya,suara sang ibunda terdengar,”Rima,sudah bersihkan rumah? jangan lupa
disapu,ya, Nak piringnya juga dicuci.”

Rima pun menyahut,”Iya,Bu,Rima kerjakan.”,sambil menggerutu dalam hati.”Ya Allah


untung Rima anak yang baik hati dan tidak sombong serta rajin membantu,”gumam Rima.

Itulah rutinitas Rima sehari-hari selama adanya pembunuh tak kasat mata ini,tak lain ialah
Corona.

Karena adanya Corona ini,akhirnya sekolah tatap muka ditiadakan sementara,sehingga Rima
kerepotan mengurus dua kewajiban,sebagai pelajar dan sebagai anak yang berbakti
sekaligus.Kehidupan Rima berputar 180 derajat,yang biasanya selalu bermain bersama
temannya sekarang sudah tidak lagi.

Rima bukanlah anak yang yang begitu rajin,sehingga banyak tugasnya yang menumpuk.Hal
itu pun menyebabkan ia kurang bersosialisasi bersama teman sebaya,termasuk keluarganya.

Siapa sangka,anak seumuran Rima bisa menjadi kesepian hanya karena program karantina
ini.Bukan!penyebabnya tentu saja bukan tugas ataupun program pemerintah yang
mengharuskan karantina ini.Penyebabnya tentu saja virus tak kasat mata ini.

“Andai saja virus ini dapat terlihat.Akanku serang virus ini dengan kekuatan bulan neng
sailor moon,”gerutu Rima dalam hati.

***

Hari ini masih seperti hari sebelumnya.Masih tak ada perkembangan.Gadis berlesung pipi itu
masih Menghabiskan sepanjang harinya dengan mengerjakan tugas dan membersihkan
rumah.Hanya saja,ada kabar baik untuk hari ini.Ya,pagi ini diberlakukan new normal untuk
kota tempat tinggal Rima.Tentu saja hal ini membuat Rima sangat Bahagia.”Ya,Akhinya aku
bisa bertemu dengan teman-teman kembali,”seloroh gadis itu.

Baru beberapa detik yang lalu Rima bahagia dikarenakan kabar new normal tersebut,detik
selanjutnya ia merasa kesepian kembali.Tentu saja,karena ternyata tidak ada temannya yang
ingin keluar dalam suasana yang berbahaya seperti ini.Rima yang sudah tak tahan lagi dengan
karantina ini akhirnya memutuskan untuk pergi menyusuri pantai sendirian.

“Akhinya aku merasakan kebebasan kembali,walaupun tak satupun dari teman-temanku yang
menemaniku,”teriaknya Di tengah desiran ombak,tak peduli bahwa beberapa...pasang mata
menatap aneh kearahnya.

Hari itu memang terlihat sangat bahagia.Tapi siapa sangka justru hari itu jua penyebab semua
masalah yang ada.Yaps,tak lain dan tak bukan,saai ini ia menjalani program isolasi yang
diwajibkan untuk seluruh warga yang terjangkit virus mematikan ini.

Emosi Rima serasa dicampur adukkan bagaikan gado-gado.

Baru sehari sebelumnya ia merasa kesepian,sehari kemudian bahagia,dan beberapa detik lalu
saat hasil tes swabnya menyatakan positif covid membatnya sedih kembali.Tanpa bisa
membantah,akhirnya Rima menjalani proses isolasi sendirian,tanpa orang yang ia kenali satu
pun di tempat program kebijakan pemerintah ini.

Tempat isolasi ini tidaklah buruk.Bahkan,terbilang sangat mewah seperti hotel bintang
lima.Apakah Rima sedih? tidak mungkin.TIDAK MUNGKIN REMAJA ITU
SEDIH.Bagaimana tidak?sudah jelas karena ia dibebaskan dari seluruh tugas sekolah dan
juga tugas rumah.Tentu saja ia begitu menikmatinya.

Tidak seperti pagi biasanya,yang selalu menyuguhinya dengan tumpukan tugas,ia malah
disuguhi dengan berbagai makanan dan tentu saja berbagai obat-obatan.Tapi,tak apa,ia
sanggup untuk itu.Pagi itu,ia menuju balkon dan menyapa pasien pasien lainnya.

“Hai,Kak.Semangat negatif,ya.”

“Pagi Pak.Semoga hasil swabnya bapak hari ini negatif ya ,Pak.”

Setelah puas menyapa pasien-pasien dekat balkon kamarnya,ia pun meraih ponselnya sambil
berseloroh,”YA,ALLAH,BOSAN JUGA TERNYATA”.Rima akhirnya menelpon teman-
temannya secara random dan ia bahkan menelpon teman alumninya yang tentu saja,sangat ia
rindukan.

“Halo teman-teman,”sapa Rima kepada dua orang temannya yang lain.”

“Lah,Rim? Kamu diisolasi? Ahaahaahaaha.”Terdengar tawa ledekan salah satu temannya-


Dito.

“Astagfirullah,Dito? kamu itu berdosa banget.Temannya diisolasi malah


diketawain”.Klarifikasi Rima,membenarkan bahwa dirinya diisolasi.

“Wah,Rima kena virus konspirasi pemerintah nih,” tambah Jason.

“Hah!” ini mah bukan konspirasi pemerintah,ini itu kerjaan percobaa ilmuwan tau,”sahut
Dito membalas ucapa Jason.

“Gak usah ngada-ngada! jelas-jelas ini konspirasi pemeritah,” balas Jason tak terima.

Akhirnya,Rima pun meninggalkan kedua temannya yang masih sibuk berdebat tentang
konpirasi covid ini tapa ujung yang jelas.
“Sudah jelas Corona ini adalah ulah Thanos.Mereka gimana sih!” kesal Rima sambil
mematikan ponselnya dan menuju ranjangnya untuk tidur siang.

Baru ingin menuju dunia mimpi,ia malah dikejutkan dengan suara teriakan orang-orang di
luar kamarnya dan ketukan pintu kamarnya.Dengan sigap ia berlari keluar kamar,dan melihat
siapa yang mengetuk pintu kamarnya.Ternyata yang mengetuk ialah seorang gadis berjilbab
biru,”Thanos datang ke bumi.” histeris gadis itu.Rima terkejut bukan main,ucapannya sesuai
perdebatan dengan teman-temannya itu malah benar-benar terjadi.

Semua orang di lorong isolasi sangat panik.Mereka berkumpul bersama dalam keadaan
ketakutan.Thanos hanya berjarak beberapa meter dari mereka semua.Beberapa orang sudah
terluka akibat retakan kaca jendela yang dipecahkan Thanos.Tanpa aba-aba,Thanos
mengepalkan tinjunya dan menyerang tembok-tembok bangunan.

“IBUUUUUU!” teriak Rima saat pecahan tembok itu menuju kearahnya.Sialnya ia tidak
dapat menghindarinya.

“Hmm,gelap.Apa aku mati?” lirih Rima yang akhirnya menutup mata.

“Eh? Aku belum mati,” kata Rima sambil mengejabkan matanya.

Tok tok tok!

Ada yang mengetuk pintu kamarnya

“Bentar deh.Aku dejavu,”

Bebereapa detik kemudian Rima teringat sesuatu.

“Hah,Thanos ngapain ke sini?” ucap Rima,latah.

Ia berlari cepat kearah pintu dan membukannya.”Oh,ternyata dokter.Saya kira


Thanos,”sambung Rima.

“Loh iya,saya Thanos,” jawab lelaki yang berdiri di depan Rima.

“Hah? Tapi’kan Thanos warnanya ungu? Jangan bercanda dok,” selidik Rima dengan tangan
yang gemetaran.

“Iya,Mbak.Saya Dr.Thanos.Nama saya Thanos mbak.”Dokter Thanos membenarkan


ucapannya.
“Oalah,Dr.Thanos.Ada apa ya,Dok?” tanya Rima merutuki dirinya sendiri yang tengah
merasa malu,ternyata kejadian tadi hanya mimpi belaka.

“Mbak Rima,hari ini sudah boleh pulang,ya.Hasil swab kamu negatif.Silahkan dikemasi
barangnya,dan langsung menuju lantai satu,ya!” jelas dokter Thanos.

“Lah,secepat itu,Dok?” terimakasih dokter! Saya siap-siap sekarang.

Rima meraih gawainya,memberi kabar kepada kedua oarangtuanya dan tak lupa kepada
kedua orang temannya-Dito dan Jason.

“Halo teman-teman.aku udah boleh pulang nih.”

“Loh,korban ilmuwan udah boleh keluar?” canda Jason.

“Kalian tuh,ya.Debat mulu.Ini itu ulahnya Thanos,Valid no debat,Udah,diam.Bye!”Rima


memutus panggilan sepihak.

Akhirnya,ia tak lagi harus menyantap obat-obatan itu.Ia akan bertemu keluarganya
lagi.Mengerjakan tugas ternyata tak seburuk diahantui Thanos.

End

Author note :

Thanos adalah karakter Marvel yang ingin memusnahkan setengah pupulasi dunia.

Dejavu adalah fenomena merasakan peristiwa yang pernah terjadi.

Anda mungkin juga menyukai