Anda di halaman 1dari 9

T ak akan ada kata “damai” untuk Si kecoa itu.

Cowok yang membuat Nabila


sering naik darah. Sebenarnya cowok itu punya nama yang cukup bagus, tapi Nabila
telah sering memanggilnya dengan sebutan Si kecoa. Entah dari mana ia dapat nama
itu.
Nabila memasuki kelasnya dengan wajah cemberut, sudah bisa di tebak hari ini
pasti ia habis berantem lagi dengan Kecoa.
“Terjadi perang dunia ke dua lagi ya?”
“Bangsat betul Si Kecoa itu, tak akan pernah aku maafkan,” Wajah Nabila
memerah. Tiara yang satu bangku dengannya Cuma bisa menghela nafas.
“Kamu diapakan lagi sama dia?” tanyanya
“Masa dibilang, kalau aku naksir sama Pak Andrean guru baru itu!,” ketusnya.
“Ha…ha…ha…”
“Heh kamu kok ketawa bukanya belain?”
“Kamu juga sih, pakai dekat-dekat segala sama guru itu.”
“Lho emang apa salahnya,aku deket sama guru itu, itukan guru kita juga? Lagian
aku kan tergolong murid baru disini, wajar dong kalau aku pengen kenal sama semua
guru, baik yang lama ataupun yang baru?” tiara Cuma tersenyum geli mendegarnya.
“Kira-kira kapan penandatangan surat perjanjian kamu damai dengannya?”
“Tak akan, neeeeveeerrr…” teriak Nabila. Untungnya saja kelas masih sepi.
Kalau tidak, woow…bisa gawat dan yang paling Tiara syukuri, Nabila tak satu kelas
sama Raymond si belatung. Masalah pertengkaran mereka sangat sepele. Raymond
pernah menabrak nabila, entah disengaja atau tidak. Namun karena, pada dasarnya
Raymond cuek, dia tak mempedulikan nabila yang menggerutu kesakitan. Jelas saja
Nabila marah dan jengkel atas sifat Raymond yang tak bertanggungjawab atas
sikapnya itu.
“Bil, kamu itu kenapa sih!, kesurupan ya?” tanya Tiara yang memperhatikan
mulut Nabila yang masih komat kamit tak tau arah.
“sebentar lagi aku kesurupan.” Tiara berbalik ke belakang dan sesuatu akan
terjadi.
Tiara melihat Si Belatung dkk memasuki kantin dan mengambil meja tepat
disamping mereka.
“Hallo Tiara!” Tiara hanya tersenyum kecil kemudian ia melirik ke arah Nabila
yang tengah minum juice jeruknya.
“Tiara, boleh dong aku bertanya sama kamu!, apakah anak pindahan dari
bandung memang doyan sama guru baru?”
Tiara mmbulatkan matanya kearah Raymond, seakan-akan memberi isyarat. Tapi
Raymond tak mempedulikanya, ia masih saja mengoceh.
“Hai guy’s, kira-kira kalau ada guru baru cewek, kalian mau nggak?”
“Mau donk,” koor teman-teman Raymond.
“Yang jelas dia cantik, ayu, dan manis,” tambah Arya yang terkenal dengan sifat
playboynya.
“Tapi kayaknya kita harus cari guru yang asli bukan orang sini, agar kita nggak
ketahuan,” bisik Raymond pada teman-temanya.
“Nggak ketahuan gimana,maksud elo?” tanya teman- temannya lagi.
“maksudnya gini, kalau kita sama-sama berasal dari Jakarta, cepat ketahuan
soalnya…” Raymond membisikkan kalimat terakhirnya dan … tawa mereka tak dapat
dibendung lagi.
“Heh, sebenarnya yang kalian bicarakan itu siapa,” bentak Nabila yang mulai
kehilangan kesabaran.
“Aduh, ternyata gadis Bandung ada disini,” Raymond puru-pura lupa.
“Dasar Belatung tengik, pura-pura nggak tahu lagi! Ingat ya, gue nggak akan
maafin elo!”
“Maaf? Ck…ck…ck… ngapain juga elo harus maafin gue? Memang aku pernah
minta maaf sama ello? Kesalahan elo sama gue tuh banyak!”
“Eh,asal elo tau saja ya, kesalahan elo ama gue tuh banyak.”
“Kalau emang banyak, koleksi aja. Lagian elo tuh perasa amat? Ayo gay’s kita
cabut! Oh ya Tiara, apa kamu nggak takut berteman ama si mak Lampir ini?”
“Apa?? Mak Lampir? Dasar Belatung, cacing tanah, jailangkung.” Masih
banyak lagi kata-kata yang diucapkan Nabila, dan seperti biasanya Raymond tetap
melangkah cuek, seperti tak terjadi apa-apa.
Bel pulang sekolah yang dinantikan Nabila akhrirnya berdering. Nabila
memasukkan beberapa catatan kecilnya.Tiba-tiba ia memdapatkan ide untuk
membuat si Belatung jera.
Apa…Gila kamu, jangan deh, bahaya kalau ketahuan.”
Tiara tak habis pikir Nabila akan senekat itu, masuk keruangan guru untuk dan
mengambil beberapa kertas hasil ulangan Ratymond.
“Bil, batalin deh niat kamu. Kasihan, kan?” Nabila tetap tak peduli, ia masih saja
mencari-cari laci dimana hasil ulangan kelas III IPA 2 di simpan, dan akhirnya…
berhasil.
Nabila menatap kobaran api dihalaman rumahnya, dan di dalam kobaran api itu
terdapat kertas ulangan Raymond yang belum dicek. Rasain kamu Belatung, desir
Nabila geram. Aku akan lihat bagaimana reaksi kamu selanjutnya.
Di dalam kelas, Nabila tengah asyik membaca novel yang ia bawa dari
rumahnya. Tiba-tiba Tiara menghampiri dan membisikkan sesuatu ke telinganya.
Nabila tersenyum simpul dan menarik lengan Tiara keruangan guru. Di sana ia
mendapatkan mahkluk yang sangat ia benci sedang tertunduk mendengar ocehan Ibu
Aliyah, guru mata pelajaran matematika yang juga wali kelas Raymond.
Nabila sedang berdiri di tempat parkir, ai menatap si Belatung yang sedang
berjalan ke arah mereka, sangat kebetulan motornya berparkir tepat disamping mobil
Nabila.
“ Tiara gimana sih rasanya kalau nggak pakai ngaku-ngaku segala kalau emang
kerja, buktinya mana? Makanya Tiara, kalau ngumpul kertas ulangan itu harus teliti,
jangan sembarangan.
Raymond menatap ta jam ke arah Nabila
“Siapa tau saja kamu
kemudian berlalu den gan motornya. Nabila
bernafas lega ia mer asa bosan kalau kemenangan kini
ada dipihaknya. melihat aku, dan Semenjak kejadian itu,
Nabila tak lagi adu mu menyebutkan kalimat- lut dengan Raymond jan
gankan bertengkar, ber kalimat yang halus, temupun tidak pernah.
“Oh ya Tiara, gue seperti nggak pernah lihat si
Belatung, apa dia uad out?”
tegik,goblok,bego, atau
“Kok kamu cari dia, kangen ya?”
“idih…amit-amit! G belatung.” Raymond ue cuma nanya,
Memang nggak bo menyebutkan beberapa leh?”
“ada tuh dikelas nama yang sering nya. dia memang
jarang keluar akhir- Nabila ucapkan. akhir ini, lagi sibuk
ulangan susulan.”
“ha…ha…ha..rasain.”

‘Kamu tega banget Bil, kasihan kan dia harus mengulang semua ulangan yang
elo ambil, balikin deh!” kata Tiara dengan wajah yang memelas, Nabila
menggelengkan kepalanya.
“Kalau elo nggak setuju, elo aja yang balikin. Tenang, aja gue nggak bakalan
sebut nama elo kok.” Nabila masih menggeleng, Tiara hanya bisa pasrah.
“Elo yang namanya Nabila, kan? Kenalkan nama gue Fitrah temannya Raymond.
Raymond ingin ketemu sama elo. Ada sesuatu yang ingin ia bicarakan. Penting!”
Cowok itu beranjak meninggalkan Nabila Dan Tiara dengan segudang pertanyaan.
“Oh, ya gue lupa, pulang sekolah nanti ia nungguin elo di taman sekolah,” teriak
Fitrah yang berada di depan pintu kelas Nabila.
“Bil, kayaknya perang bakal di mulai lagi.” Nabila hanya diam. Ia akui, dirinya
mulai takut, siapa tahu Raymond tahu, kalau ia yang mengambil kertas ulangan nya.
“Tir, elo nggak cerita ke orang kan, kalau gue yang ambil ulanganya Ray
mond?” tanyanya dengan perasaan cemas.
“Nggak, emangnya kenapa?” Nabila Cuma terdiam dan akhirnya Bel pulang pun
berbunyi. Bunyi detak jantung Nabila mulai tak karuan, rasanya ia takut untuk
bertemu dengan Raymond.
Nabila melangkahkan kakinya mendekati cowok yang tengah duduk di taman
sekolah. Nabila menelan ludahnya kemudian menarik nafasnya dalam-dalam.
“Tenang aja, aku nggak bakalan makan kamu.” Raymond menyadari ke datangan
Nabila.
“Kamu mau bicara apa?”
“Nabila mencoba setenang mungkin.”
“Sekarang jam berapa?”
“13.30,” jawab Nabila singkat.
“Aku Cuma butuh waktu 15 menit, boleh nggak?” Nabila Cuma mengangguk.
“Ok, aku mau minta maaf.”
Nabila tersentak kaget, “Maaf”, baru kali ini ia “Siapa tau saja kamu
dengar kata itu. bosan
“Aku tahu, aku punya banyak kesalahan sama kamu.
melihat aku, dan
Dan itu membuatmu sangat marah. Mungkin bagi kamu,
aku ini cowok yang tak tahu malu dan tidak pernah menyebutkan kalimat-
mengerti perasaan orang. Aku juga tahu, kalau sampai kalimat yang halus,
saat ini kamu masih menaruh dendam sama aku. Dan itu seperti
tegik,goblok,bego, atau
belatung.” Raymond
menyebutkan beberapa
nama yang sering
Nabila ucapkan.
terserah dari kamu, memaafkan aku atau tidak.” Nabila terdiam, ia tak tahu harus
berkata apa.
“Baiklah kalau kamu masih diam, aku nggak akan memaksa kamu. Permisi, aku
akan pulang. Lagian aku tak mau lama-lama, nanti bisa-bisa perang dunia ketiga
terjadi.”
“Apa maksud kamu?” Nabila membuka suara.
“Siapa tau saja, kamu bosan melihat aku, dan menyebutkan kalimat-kalimat yang
halus, seperti tengik, goblok, bego, atau belatung,” Raymond menyebutkan beberapa
nama yang sering Nabila ucapkan.
“Sekali lagi aku katakan, apa kamu mau memaafkan aku atau tidak?” Nabila
befikir sejenak, ditatapnya wajah cowok yang berada didepannya.
“Tidak,” kata itu keluar dari mulut Nabila. Sepertinya Raymond kehabisan kata-
kata. Ia belalu meninggalkan Nabila menuju tempat ia memarkirkan motor nya. Dan
lagi-lagi Nabila tersenyum penuh kemenangan sesaat, karena sewaktu Raymond
melintas didepannya.
“Bil, thank’s ya atas bantuanya.”
“Bantuan?”
“Bantuan karena kamu mengambil kertas ulanganku dan itu membuat aku
mendapat nilai yang lumanyan baik karena terus terang saja yang kamu ambil itu
kertas ulangan aku isi dengan istilah A B C atau nama kerennya asal-asalan, bye,”
Raymond meninggalkan Nabila yang bagaikan tersengat lebah. Oh..no… Nabila
memandang kerkil yang berada didepannya, rasanya ia di skak mat oleh Belatung itu.
Upps … sepertinya perang dunia ketiga bakal terjadi lagi antara Nabila dan
Raymond berhubung nilai mereka seri. Tiba-tiba Nabila sadar akan keadaannya,
seolah ia tak rela kalau nilai seri. Raymond…..akhirnya Nabila memanggilnya,
tersentak pula Raymond berhenti dan menoleh kebelakang.
“Ada apa bil, kenapa kau memanggilku…”
“A…a…ku juga minta maaf sama kamu atas kesalahan ku selama ini sama
kamu.” Disitulah Raymond juga terkejut dan terkesan akan sifat Nabila yang begitu
dan tiba-tiba.
“Apa bener kamu mau minta maaf ma aku.”
“Bener ku serius, mo minta maaf ma kamu, tapi setelah kejadian ini kita ber
teman aja, coz selama ini sebenarnya ku nggak ingin tengkar ma kamu tapi
keadaanlah yang membuatku harus memiliki cerita yang begitu kamu benci, ku janji
nggak akan panggil kamu kayak dulu lagi, apa bener kamu mau memaafkan aku yang
sudah mencela kamu habis-habisan, sekali lagi aku minta maaf.”
“Ku juga punya rasa penyesalan yang seperti kamu rasakan gitu, ku juga nggak
mau tengkar ma kamu dengan masalah yang begitu sepele, oke ku kan maafin kamu,
coz sebenarnya selama ini a….a…aku s…ayang ma kamu, demi gengsi ku nggak mau
untuk kenal ma anak baru gitu. apa kamu jadi cewek ku?”
“Kenapa perasaan ini sama ya, ku nggak nyangka aja, ku sayang ma kamu.”
“So kita jadian, kamu serius Bil.”
“Serius, inilah saat yang ku tunggu selama ini.”
“Makasih ya Bil, kamu udah ngertiin aku banget, ku janji nggak bakalan lepas
kamu lagi.”
“So Sweet, kamu.”
“Ah, bisa aja, apa sih gak buat kamu.”
“Oh…sampai jumpa besok ya Bil!”
“Ya…See u Tommorow.”
Senen pagi Nabila dan Raymond janjian didepan gerbang sekolah, semua mata
tertuju ke mereka. Apalagi Tiara dan teman-teman Raymond tertegung akan keadaan
itu.
“Bil, tunggu, aku mau ngomong?”
“Aduh, ketahuan nih.”
“Biar aja, ayo kita lari dari sini dalam hitungan ketiga.”
“Oke, 1…2…3… lariiiiiiiiiiiii.”
“Billlllllllllllllll, tunggu aku donk kenapa kamu tinggal pergi.”
“E….e…. capek cari minum dulu lalu masuk kelas oke.”
“Oke.”

Akhirnya mereka masuk kelas. Mereka kaget banget setelah melihat teman-
temannya nunggu mereka. Setelah itu mereka lega karena Bel masuk berbunyi.
Pelajaran demi pelajaran sudah berlalu bel istirahat berbunyi, kembalilah teman-
temannya untuk menyidang mereka.

“Bil, Mond ku mau tanya, kenapa kalian lari?”


“Eh, takut terlambat.”
“Jangan bohong, kenapa lari.”
“Jangan kasar donk Tir.”
“Kenapa kamu yang marah Mond, padahal kalian musuhan.”
“Terserah aku mau musuhan ato pacaran.”
“Maksud kamu.”
“Aku lari tadi Cuma mau ngehindar dari kalian coz kalau kalian ada pasti
ganggu kita aja yang lagi pacaran.”
“Jangan becanda kamu.”
“Aku nggak becanda, aku serius tanya aja sama Nabila.”
“Bener Bil, kamu ma Raymond jadian.”
“Iiiiya, emank kenapa?”
“Bagus donk, kita semua seneng kalau kalian akur, dan itu semua kita rayain
bersatunya kalian.”
“Tir, gimana kalau kita liburan ke puncak.”
“Bagus ide kamu Tra.”
“Oke kalau gitu kita semua berangkat hari sabtu pagi .”
“Oke……”

Sabtu itu tiba, Raymond dan Nabila seneng banget apalagi teman-teman.
Akhirnya mereka berangkat juga untuk liburan. Dalam perjalanan ada seorang anak
yang lagi jatuh cinta nih?”(kata Dino)
“Siapa Din?”
“Masak kamu nggak tahu Mond.”
“Iya siapa, jangan bikin kau penasaran lho, apa itu aku sama Nabila?”
“Bukan, itu lho Fitrah sama Tiara dari tadi mereka mesra banget sampai-sampai
aku sama cewek ku iri, masak kamu nggak lihat dari tadi.”
“Yang bener, masak sih?”
“Ya, lihat aja kebelakang.”
“Ups, sorry ganggu.”
“Apa-apaan kamu Bil, ganggu orang aja.”
“Ya sory ku kan nggak sengaja.”
“Nggak sengaja apanya, orang kamu sengaja lempar permen ke kita.”
“Kalau emang iya kenapa?”
“Ya ganggu aja, ku kan ama Fitrah udah jadian 3 hari yang lalu.”
“Apa!!!!!!!!!(serempak).”
“Ya ku udah jadian ma Fitrah, kenapa kaget, sebenarnya aku sama Fitrah udah
nunda itu lama banget coz takut kalian nggak setuju.”
“Setuju…. Setuju… Setuju…”
“Ya, sekarang kita semua udah berpasangan jadi harus saling melengkapi dan
jangan mempermainkan cinta kita oke, dan satu hal lagi jangan tiru aku sama
Raymond ya. Itu akan jadi perjalanan kita agar nanti ada yang bisa diceritain sama
anak-anak kita.”
“Iya ibu Nabila.”
“Ah kamu ini bisa aja Tir.”
“Nggak papa lagi kan kita bentar lagi ujian.”
“ Oya kamu mau nerusin kemana?”
“Kemana ya aku bingung banget mau kemana.”
“Aku mau….?”
“Mau kemana sayang?”
“Aku disuruh bokapku ke Amerika nerusin sekul disana.”
“Apa sayang yang bener aja, apa kita harus pisah.”
“Bener kok karena ini bukan keinginan ku tapi keinginan bokap.”
“Kan kamu bisa nolak.”
“Emang sih aku nolak, tapi tolong donk sayang ngertiin aku.”
“Ya, udahlah itu juga demi kebaikan kamu juga, tapi ada berita buruk buat
kamu?”
“Apa?”
“Maksudku kamu gak boleh kul di Amerika itu adalah?”
“Apa sih sayang jangan bikin ku penasaran.”
“Aku sebenarnya juga ngelanjuti ke “AmericanSchool” di LA.”
“Kenapa sama”
“Gini ceritanya papa ku disuruh sahabatnya untuk kirim ku kuliah disana
agar bisa nemeni anaknya gitu.”
“Memang sapa sahabat papa kamu sayang?”
“Kalau gak salah Om Putra”
“Apa….yang bener aja.”
“Memang kenapa?”
“Gak papa sih! Kamu tanya aja kepapa mu nama e anak Om Putra itu siapa.”
“Emang kenapa?”
“Tanya aja sayang ku?”
“Ya udah bentar ya, ku mau telpon papa sekarang?”
Akhhirnya Raymond menghubungi papanya karena penasaran dengan kata-kata
Nabila, yang membuatnya makin panasaran karena Nabila tertawa bersama Tiara
yang sebenarnya tahu siapa yang dimaksud oleh Raymod.
“Hallo, papa”
“Ya ada Raymond.”
“Ku boleh tanya gak.”
“Boleh?, memang tanya apa”
“Pa, nama anaknya sahabat papa itu siapa?”
“Tumben tanya memang kenapa?”
“Cuma pengen tahu aja”
“Namanya Nabila.”
“Apa Nabila”
“YA.”
“YA udah ya pa makasih.”
Disaat Raymond tertegun atas berita yang didapat dari papanya, Nabila dan
Tiara tertawa melihat kebingungan Raymond.
Kenapa ketawa……? cetus Raymond pada kedua cewek itu.
“Gak papa kok cuma pengen ketawa aja.”
“Sayang, kenapa kamu gak bilang ke aku kalau kamu anaknya sahabatnya
papaku.
Oh ternyata kau anak om SATRIYA.
Memang kenapa sayang, kamu gak mau aku temeni kul di amerika.
Bukannya gitu aku cuma kaget aja, karena ku nggak nyangka kalau kamu anak
om Putra.
Mungkin inilah sebuah takdir yang tak kan kita duga sebelumnya kan.

3 minggu kemudian
Setelah pengumuman kelulusan itu tiba Nabila dan Raymond bingung untuk
memikirkan keberangkatan mereka ke Amerika dalam waktu dekat. Tapi kapan
mereka tak tahu?
Karena waktu yang menentukan orang tua mereka masing-masing. Namun
kebingungan mereka telah terjawab, sebab mereka terdaftar menjadi mahasiswa
/mahasiswi dalm universitas yang sama.

Sehari setelah pengumuman disekolah mereka mengadakan sebuah acara pensi


yang selama ini mereka tunggu. Namun saat pensi itu, suatu acara yang akan
membuat hati Tiara sang sahabat dari Nabila akan ditinggal pergi sama sahabatnya
untuk melanjutkan sekolahnya ke suatu negara yang sudah ditentukan sama
keluarganya.
Walau itu terjadi Tiara akan tetap mengingat apa yang selama ini Nabila lak
ukan untuknya mereka bersama di sekolah.

3 bulan kemudian
“hai Bil…….”
“hai juga Tiara…..”
“ gimana kabar jakarta…”
“baik2 aja kok”
“gimana kamu sam Fitrah?”
“gue sama Fitrah masih jalan kok, malah hubungan kita semakin serius aja, n
Gimana kamu sama Raymond?”
“gue sih sama Raymond juga baik – baik aja kok, ini dia ada sama gue seka-
Rang, oy gimana kuliah loe jadi ambil fak. Apa?”
“gue ambil psikologi, kamu dan Raymond ambil ap?”
“gue sih sama Raymond ngambil fak. yang sama yaitu kedokteran gitu, lalu
Cz Fitrah ambil apa?”
“waw....keren banget, gue ma Fitrah beda fak. soalnya dia ambil bisnis gitu cz
Fitrah mau lanjutin perusahan papanya.”
“keren donk...”
“udah dulu y cz gue maw keluar ma Fitrah.”
“ok...”
Dari tahun ke tahun. bulan ke bulan, hari ke hari semuanya berjalan seiring
waktu yang mereka lalui untuk menjalakan pendidikan yang mereka tempuh setelah
lulus sma. Saatnya tiba kelulusan perguruan tinggi yang selama ini mereka tunggu.

6 tahun kemudian Raymond dan Nabila kembali ke Indonesia untuk tinggal di


Indonesia bersama keluarganya, tapi tak disangka Raymond dan Nabila itu ternyata
sebenarnya dijodohkan ke dua orang tuanya dari mereka sma dulu. Setelah diberi
tahukan kepada mereka berdua, seakan berita yang tak mengejutkan, karena selama
ini orangtua mereka tidak tahu kalau mereka sebenarnya udah menjalin hubungan
selama ± 7 tahun. Namun diluar rencana orang tua mereka Raymond ingin segera
melanjutkan hubungan mereka ke pelaminan. Saat itu terucap dari mulut Raymond
keluarga besar Raymond dan Nabila tersentak kaget karena tanpa sepengtahuan
mereka Nabila dan Raymond sudang bertungan saat di Amerika dalam menuntut
ilmu.
2 minggu setelah kepulangan Raymond dan Nabila acara pernikahan mereka di
gelar dan semua teman – temannya di undang termasuk sahabat - sahabat mereka
waktu di sma. Acra pernikahannya mereka sangat mewah, dan muncul pertanyaan di
benak Raymond begitu juga Nabila.
“Sayang akhirnya kita menikah juga ya.”
“Iya sayang ku juga nggak pernah nyangka semua ini akan terjadi, awalnya kita
gak pernah akur waktu sma di karenakan aku pernah dorong kamu, akhirnya kamu
marah ma aku karena aku cuek banget ma kamu, akhirnya dari dendam – dendam
akhirnya jadi sayang n cinta, dan berakhir seperti ini.”
(Tiara n Fitrah) “Mond, Bil, selamat ya, akhirnya kalian jadi juga, n akhirnya
kalian menyusul kita.”
“apa kalian udah duluan nie, dasar gak undang – undang kita.”
“ya map lagian kita juga dadakan kok.”
“selamat ya guy’s, semoga bahagia sampai kakek nenek.”(kata Dino n Shanty)
“sama sama guy’s”

Setelah acara pernikahan itu selesai mereka mengadakan reuni yang lama
mereka tunggu untuk berbagi pengalaman. Itu terjadi sehari setelah Raymond dan
Nabila menggelar resepsi pernikahan mereka.

Saat malam itu tiba Nabila dan Raymond memakai baju yang sangat serasi, tpi
entah kenapa saat mereka tiba di tempat reuni tersebut semua mata tertuju kepada
merek semua, apalagi mata Doni yang berada di tempat terima buku tamu ia melihat
seakan kaget akan kedatangan pasangan yang dulu selalu olok – olokan dan
sekarang jadi suami istri.

“hai si belatung”(doni memanggil)


Panggilan yang dulu selalu di pakai Nabila buat Raymond. Namun semua itu
telah berbalik menjadi kenangan yang sangat khonyol dalam kehidupan meraka yang
dulu selalu tak bersahabat sekarang menjadi sepasang insane yang saling mencintai
dan menyayangi satu sama lain.
Di reuni yang diadakan itu semua orang merasa aneh tapi nyata setelah melihat
Nabila dan Raymond berjalan dengan bergandengan. Mereka bener – benar serasa
tersentak kejutan yang tak pernah di sangka selam ini antara 2 temannya yang
selama ini musuh menjadi pasutri.
“bagaimana kabar don ?”
“baik – baik aj kok, gimana nie km ma Nabila apa udah punya momongan?”
“loem nie aj qt masih lnjtn pcrn wkwkwkwk”
“seru itu, trus kamu bagaimana don?”
“alhamdulilah ku udah ada 2 Ce cow.”

Anda mungkin juga menyukai