Anda di halaman 1dari 2

Benteng Amsterdam adalah sebuah benteng peninggalan Belanda yang letaknya di perbatasan antara

begeri Hila dan negeri Kaitetu, kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, sekitar 42 km dari Kota
Ambon.[1] Letak benteng ini tepat di samping pantai negeri Hila dan negeri Kaitetu. [2] Benteng
Amsterdam adalah bangunan kedua yang didirikan oleh Belanda setelah Casteel Vanveere di
negeri Seith hancur.[2] Benteng Amsterdam merupakan salah satu bangunan tua yang berusia ratusan
tahun dan merupakan bagian dari sejarah penguasaan VOC di Ambon, Maluku.[2]
Sejarah

Kondisi Benteng Amsterdam yang tidak terawat pada tahun 1930.


Sebelum menjadi benteng, tempat ini adalah loji milik Portugis untuk menyimpan rempah-
rempah (pala dan cengkih).[3] Benteng ini sangat berarti bagi Portugis karena pada masa itu, Teluk
Ambon merupakan jalur keluar-masuk kapal-kapal dagang di Maluku.[4] Daerah ini dijadikan Portugis
sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan basis pertahanan dalam menghadapi
serangan kapal asing.[4] Pada tahun 1512 bangunan utama dari benteng Amsterdam pertama kali
dibangun oleh Portugis yang dipimpin Francisco Serrão.[5] Seiring berjalannya waktu, masyarakat
Maluku merasa dirugikan oleh keserakahan Portugis dalam memperoleh keuntungan atas rempah-
rempah di Nusantara.[6] Akhirnya hingga akhir abad ke-16 rakyat Maluku melakukan perlawanan
terhadap Portugis.[6] Situasi ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk memenangkan hati masyarakat
Maluku dan menjejakkan riwayatnya di tanah Maluku.[6] Setelah Belanda datang dan menguasai pulau
Ambon pada tahun 1605, mereka mengalahkan Portugis dan mengambil alih loji Portugis tersebut.
[5]
Mereka mengubahnya menjadi kubu pertahanan yang dilakukan oleh Gubernur Jenderal Jaan
Ottens pada tahun 1637.[5] Hal ini juga didukung dengan terbentuknya Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC).[6] Perubahan fungsi loji dilakukan karena saat itu sedang terjadi pertempuran antara
Belanda dengan Kerajaan Tanah Hitu atau Kerajaan Hitu.[5] Pertempuran tersebut terjadi pada tahun
1633-1654 dan dari Kerajaan Tanah Hitu dipimpin oleh Kapitan Kakialy.[5]
Pembangunan
Gubernur Jenderal Jaan Ottens menghancurkan loji milik Portugis dan membangun rumah batu yang
berbentuk sebuah benteng pada tahun 1637.[7] Pembangunan benteng ditambah dengan pagar yang
mengelilingi.[7] Pada tahun 1642, benteng diperbesar oleh Gerrard Demmer dan kemudian
pembangunannya dilanjutkan pada tahun 1649 oleh Gubernur Jenderal Anthony Caan.[5] Pembangunan
benteng diselesaikan pada tahun 1649-1656 oleh Arnold de Vlaming van Ouds Hoorn (tokoh antagonis
menurut orang Ambon dan Lease) dan menamakannya Benteng Amsterdam.[5]
Konstruksi dan arsitektur
Konstruksi Benteng Amsterdam seperti sebuah rumah, sehingga oleh bangsa Belanda menyebutnya
"Blok Huis".[5] Bangunan benteng terdiri dari tiga lantai dan menara pengintai di puncak atap.[3] Lantai
satu berbata merah dan lantai dua dan lantai tiga berkayu.[5] Di lantai bawah ada penjara dan mesiu.[3] Di
setiap sisi bangunan terdapat jendela.[3] Di depan benteng terdapat prasasti dengan lambang Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.[4] Prasasti itu bertuliskan: BENTENG AMSTERDAM. Mulai Dibangun
Oleh: Gerrard Demmer pada tahun 1642.[1] Benteng Amsterdam termasuk benteng yang terpelihara di
Maluku yang memiliki museum kecil sebagai tempat penyimpanan barang-barang peninggalan masa
lalu.[4] Lantai satu, dua dan tiga digunakan sebagai tempat tinggal tentara Belanda.[3] Lantai satu
digunakan sebagai tempat tidur para serdadu, lantai dua untuk tempat pertemuan para perwira dan lantai
tiga digunakan untuk pos pemantau.[5] Atap benteng ini berwarna merah dan tidak asli lagi.[4] Benteng
Amsterdam berada di samping lautan yang menghadap ke pulau Seram.[3]
Benteng ini ditinggalkan oleh Belanda dalam keadaan rusak dan telah ditumbuhi sebatang
pohon Beringin besar pada awal tahun 1900.[5] Dari awal bulan Juli tahun 1991 hingga
bulan Maret tahun 1994, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kantor
Wilayah Provinsi Maluku) melakukan pemugaran atas Benteng Amsterdam.[5] Di benteng Amsterdam
terdapat perlengkapan perang dan barang pecah belah yang berusia ratusan tahun.[8]
Kisah Rumphius
Benteng Amsterdam adalah saksi bisu perjalanan seorang naturalis asal Jerman yang bernama Georg
Everhard Rumphius.[9] Rumphius pernah tinggal di benteng ini pada tahun 1627-1702.[4] Ia mempelajari
dan meneliti tentang flora dan fauna di pulau Ambon.[9] Rumphius juga mengisahkan
tentang gempa dan tsunami yang terjadi di pulau Ambon dan sekitarnya pada tahun 1674.[9] Walaupun
pernah tertimpa gempa dan tsunami, Benteng Amsterdam masih tetap berdiri hingga sekarang.
[9]
Bangunan ini menjadi tempat spot foto favorit para wisatawan yang melewati desa Hila karena
pemandangan lautnya yang sangat indah.
Akses menuju lokasi
Untuk pergi menuju Benteng Amsterdam, anda bisa menggunakan jasa sewa minibus dari Bandara
Pattimura, atau bagi backpacker bisa menumpang Angkutan kota Trayek Laha, lalu disambung dengan
minibus AKDP trayek Hila. Lokasi Benteng Amsterdam[pranala nonaktif permanen] berada di Kaitetu, Leihitu,
Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Referensi

1. ^ a b "Dibalik Kemegahan Benteng Amsterdam". Bkpmd-Maluku.com. Diakses tanggal 9


Mei 2014.[pranala nonaktif permanen]
2. ^ a b c "Benteng Amsterdam Ambon". Wisatamelayu.com. Diakses tanggal 8 Mei 2014.[pranala nonaktif
permanen]

3. ^ a b c d e f "Benteng Amsterdam". Kidnesia.com. Diakses tanggal 8 Mei 2014.


4. ^ a b c d e f Extremely Beautiful Maluku, Tempat Wisata Indah: Wisata Alam-Bahari-Kuliner-
Tradisi, dan Hotel.
5. ^ a b c d e f g h i j k l "Benteng Amsterdam". Ambon.go.id. Diakses tanggal 8 Mei 2014.
6. ^ a b c d "3 Benteng Gahar di Maluku". Travel.detik.com. Diakses tanggal 8 Mei 2014.
7. ^ a b "Benteng Amsterdam - Hila". Malukueyes.com. Diakses tanggal 8 Mei 2014.[pranala nonaktif permanen]
8. ^ "Benteng Amsterdam di Ambon". Beritadaerah.com. Diakses tanggal 9 Mei 2014.[pranala nonaktif
permanen]

9. ^ a b c d "Benteng Amsterdam, Si Buta dan Keganasan Tsunami". Travel.kompas.com. Diakses


tanggal 9 Mei 2014.

Anda mungkin juga menyukai