Anda di halaman 1dari 19

MUSEUM SEJARAH JAKARTA

Team Guide
PEMBUKAAN
Assalamualaikum wr wb (optional, apabila rombongan muslim)
Selamat Pagi / Siang / Sore Bapak, Ibu, dan Adik – adik sekalian.

Selamat datang di Museum Sejarah Jakarta, perkenalkan nama saya (…nama…) dan saya yang
akan bertugas menjadi pemandu wisata Bapak Ibu sekalian di Museum Sejarah Jakarta, untuk
informasi Bapak Ibu sekalian, Museum Sejarah Jakarta terletak di Jl. Taman Fatahillah No. 1,
Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat.

Sebelum kita berkeliling di Museum Sejarah Jakarta,


Saya akan menceritakan sejarah gedung ini.

SEJARAH GEDUNG
- Gedung ini dibangun pada tanggal 25 Januari 1707 dibawah pemerintahan Gubernur
Jenderal Joan Van Hoorn, dan diselesaikan pada tanggal 10 Juli 1710 dibawah
pemerintahan Gubernur Jenderal Abraham Van Rieebeck, gedung ini berfungsi sebagai
Balai Kota Batavia dan juga Kantor Dewan Pengadilan.

- Pada tahun 1925 – 1942, gedung ini beralih fungsi menjadi Kantor Provinsi Jawa Barat.
Lalu,

- Pada tahun 1942 – 1945, pada saat Jepang menduduki Batavia, gedung ini berfungsi
sebagai Markas Logistik Dai Nippon Jepang

- Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, gedung ini kembali berfungsi sebagai
Kantor Provinsi Jawa Barat tepatnya pada tahun 1945 – 1952

- Pada tahun yang sama yaitu 1952, gedung ini beralih fungsi menjadi Kantor KODIM
(Komando Distrik Militer) 0503 Jakarta Barat,

- Setelah itu, tepatnya pada tahun 1972, gedung ini diserahkan kepada Pemerintah DKI
Jakarta untuk kemudian diperbaiki dan diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta pada
tanggal 30 Maret 1974 oleh Gubernur Jakarta, Bapak Ali Sadikin.
(bridging) Baiklah Bapak Ibu, kita akan menuju ruangan berikutnya, sebelum kita menuju ruang
tata pamer berikutnya, apakah ada pertanyaan?
bila tidak, mari ikuti saya, tolong perhatikan langkah kaki nya, harap berjalan dengan hati – hati.

- Kita berada di RUANG INTERAKSI DENGAN BANGSA EROPA, di ruangan ini


terdapat Prasasti Padrao, Prasasti ini menandai adanya perjanjian antara Kerjaan Sunda
dengan Bangsa Portugis pada tanggal 21 Agustus 1522. Prasasti Padrao ini didirikan
diatas tanah yang ditunjuk sebagai tempat untuk membangun benteng dan gudang bagi
orang Portugis.
Prasasti Padrao yang asli terdapat di Museum Nasional sementara yang dipamerkan di
Museum Sejarah Jakarta hanya duplikat nya.

Selanjutnya, di ruangan ini terdapat sketsel atau miniature Gereja Baru Belanda. Pada
awalnya, bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk (Gereja Lama Belanda) yang
dibangun pada tahun 1640, pada tahun 1732, gedung ini diubah namanya menjadi De
Nieuwe Hollandsche Kerk (Gereja Baru Batavia), hingga pada tahun 1808, gedung gereja
ini hancur karena gempa bumi yang terjadi di Batavia. Diatas tanah bekas reruntuhan
inilah dbangun Museum Wayang yang diresmikan pada tanggal 13 Agustus 1975.

RUANG 1527
- Baik Bapak Ibu, sekarang kita berada di Ruangan 1527, pada tahun 1527 terjadi
penyerangan oleh Pasukan Fatahillah dari kerajaan Demak ke Kerajaan Sunda, di
ruangan ini terdapat Meriam Cirebon dengan berat sebesar 500 kg, terbuat dari kayu jati
dan perunggu yang berhiaskan kepala naga, memiliki panjang 234 cm, lebar, dan tinggi
79 cm.
Meriam ini juga disebut sebagai cet bang, atau Meriam Coak dalam bahasa Betawi.
Sebenarnya Meriam Coak atau cetbang sudah ada pada era kerajaan Majapahit (1293 M –
1527 M), jauh setelah keruntuhan Majapahit, meriam ini digunakan kembali pada masa
kesultanan Demak yang saat itu dipimpin oleh Pati Unus (1512), karena saat itu Pati
Unus ingin mengadakan penyerangan ke Malaka dengan mengimabangi kekuatan armada
militer laut Portugis. Setelah itu, pada masa Fatahillah (1527), saat penyerangan pasukan
Fatahilla ke Sunda Kelapa, karena terdapat perjanjian antara Portugis dengan kerajaan
Sunda, Fatahillah kemungkinan besar juga menggunakan meriam sejenis cet bang saat
itu, dikarenakan Fatahilla diutus oleh Demak dan Cirebon yang ditugaskan untuk
menghalau kedatangan Portugis di Sunda Kelapa. Yang pada akhirnya Sunda Kelapa
dapat dikuasai dan diubahlah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.

Di ruangan ini juga terdapat Patung Raden Wijayakrama, yang merupakan pemimpin
ketiga Jayakarta, Wijayakrama juga merupakan anak dari Raden Tubagus Angke yang
merupakan pemimpin kedua Jayakarta.

Selanjutnya, terdapat Pedang Keadilan yang berjumlah 2 buah, pedang keadilan ini
digunakan untuk mengeksekusi para tahanan yang sudah mendapat keputusan dari
Pengadilan Batavia. Ada dua cara hukuman mati, yang pertama dipenggal, dan yang
kedua adalah digantung.
Pada saat hukuman mati / eksekusi berlangsung, lonceng yang terdapat diatas menara /
koppola gedung akan dibunyikan sebanyak tiga kali. Bunyi bel tersebut adalah pertanda
bahwa akan ada orang yang akan dihukum mati.
Masyarakat Batavia yang tinggal di sekitar balai kota, akan berkumpul untuk
menyaksikan eksekusi mati tersebut.

Selanjutnya, terdapat Miniature Kapal VOC, Kapal yang bermuatan rempah – rempah
ini berlayar dari Belanda menuju Hindia Timur Belanda (sekarang Republik Indonesia)
pada tahun 1628, sayangnya ditengah perjalanan kapal ini karam karena diterjang badai,
kapal ini karam di lepas pantai Australia Barat dan reruntuhan nya tersimpan rapi di
Australia.

Selanjutnya, terdapat lukisan Jacob Mathieusen, yang digambarkan bersama istrinya.


Jacob Mathieusen merupakan seorang Pedagang senior di Hindia Timur Belanda.

RUANG TERBENTUKNYA BATAVIA


Selanjutnya Bapak Ibu, di ruangan ini terdapat wallpaper dinding yang berwarna merah,
mengapa demikian? Karena wallpaper dinding ini menceritakan tentang sejarah
pembantaian Rakyat Banda oleh Belanda yang ekspedisi kali ini dipimpin oleh Jan
Pieterzoon Coen pada tahun 1621.
Selanjutnya, terdapat Peta Batavia 1619, pada tahun ini merupakan tahun Belanda
pertama kali menginjakan kaki di Jayakarta, oleh sebab itu peta ini menggambarkan masa
peralihan dari Jayakarta menjadi Batavia.

Selanjutnya, terdapat Peta Batavia 1650, peta ini menggambarkan 31 tahun setelah
kedatangan Belanda, terdapat banyak kanal yang saat itu digunakan sebagai jalur
transportasi, terdapat juga kastil Batavia yang dialiri sungai. Batavia pada tahun 1650
dikelilingi oleh tembok yang memisahkan antara Batavia dengan Ommelanden.

RUANG SULTAN AGUNG


- Sekarang, kita berada di Ruangan Sultan Agung / Ruangan Mataram. Pada ruangan
ini terdapat lukisan besar yang terbagi menjadi 3 bagian, lukisan di dibuat oleh S.
Sudjojono.

Bagian Pertama, digambarkan Sultan Agung Hanyokrokusumo yang merupakan


pemimpin ketiga Kerajaan Mataram, memimpin upacara Seban atau pertemuan kerja
yang dihadiri oleh anggota keluarga kerajaan dan pejabat pemerintahan untuk
mempersiapkan strategi penyerangan ke Batavia.

Bagian Kedua, menggambarkan pertempuran yang terjadi antara Pasukan Sultan Agung
dari Mataram dan Pasukan VOC pada tahun 1628 – 1629. Walaupun pertempuran ini
dimenangkan oleh Pasukan VOC, Pasukan Mataram berhasil membakar benteng Batavia.

Bagian Ketiga, Pada bagian ini, digambarkan ada dua pria yang sedang berbincang,
kedua pria tersebut adalah Kyai Rangga dan JP Coen. Kyai Rangga yang digambarkan
mengenakan sorban diutus oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo untuk berpura – pura
menjadi Saudagar rempah – rempah, padahal Kyai Rangga sedang memata – matai dan
mencari kelemahan Belanda di Batavia.

Di ruangan Sultan Agung ini pun, terdapat Mimbar Masjid yang dibawa dari Masjid
Kampung Baru, mimbar ini berbahan dasar kayu jati, mimbar Masjid Kampung Baru ini
menjadi saksi perlawanan rakyat terhadap Belanda pada saat itu.
RUANG DARI BUNI KE JABODETABEK
- Baiklah Bapak Ibu, sekarang kita berada di ruangan masa prasejarah di Jakarta, dimana
pada ruangan ini terdapat beberapa gambar yang menjelaskan tentang Wilayah
Kekuasaan suku Buni, Suku Buni adalah suku yang mendiami daerah Bekasi. Ternyata
Masyarakat Bekasi memiliki sejarah panjang akan peradaban di daerahnya. Para
sejarawan bahkan mencatat bahwa Bekasi merupakan daerah yang mahsyur pada
masanya, hal ini dapat dilacak pada Situs Buni.

- Situs Buni terletak di Kampung Buni Pasar Mas, Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan,
Kabupaten Bekasi. Di daerah ini ditemukan banyak artefak dan benda arkeologi
peninggalan prasejarah. Peninggalan prasejarah tersebut ditemukan pada tahun 1959.
Masyarakat Buni dikatakan mengadakan penyebaran kebudayaan nya melalui jalur
sungai diantaranya adalah sungai citarum dan sungai cisadane, hal ini terbukti dengan
ditemukannya kerangka dana gerabah yang digunakan sebagai alat bekal kubur pada saat
penggalian Situs Batujaya, gerabah tersebut disinyalir mempunyai kemiripan dengan
kebudayaan buni, maka kerangka manusia tersebut disimpulkan sebagai kerangka
manusia yang berasal dari Suku Buni.

- Selanjutnya, pada ruangan ini terdapat peta, pada titik merah tersebut merupakan daerah
kekuasaan masyarakat Buni.

- Baiklah Bapak Ibu, disebelah sini terdapat gerabah yang berasal dari suku Buni, gerabah
Buni terbagi menjadi dua klasifikasi yaitu gerabah merah dan gerabah abu – abu, gerabah
Buni ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu memiliki corak garis, lengkung, dan tumpal.
Gerabah Buni ini ditemukan disekitar Jakarta.

RUANG PRASEJARAH JAKARTA


Baiklah Bapak Ibu, saat ini kita berada di ruangan Prasejarah atau nirleka, pra berarti sebelum,
prasejarah merupakan zaman sebelum sejarah dimana manusia belum mengenal tulisan. Pada
ruangan ini terdapat beberapa peninggalan dari dua zaman, yaitu Zaman Neolitikum atau disebut
juga dengan Zaman Batu Baru atau Masa Bercocok Tanam dan MAsa Perundagian atau Zaman
Logam.
- Pada ruangan ini, terdapat Peralatan Batu yang sudah digunakan manusia sejak Zaman
Batu Tua atau Paleolitikum puluhan ribu tahun lalu, sedangkan pada Zaman Neolitikum,
perkakas batu yang dihasilkan sudah mengalami penghalusan.

- Pada ruangan ini, terdapat Beliung Persegi,bentuknya persegi empat dengan bagian
permukaan yang sudah dihaluskan. Dahulu Beliung Persegi ini digunakan untuk alat
kerja sehari –hari seperti mencangkul dan memotong kayu. Pada masa lalu, beliung
persegi sangat mudah ditemukan sehingga sejak abad ke 18, masyarakat Jakarta
menyebutnya dengan sebutan Gigi Gledek, disebut demikian karena masyarakat percaya
bahwa beliung persegi merupakan gigi Dewa Petir yang tanggal dan jatuh ke bumi.

- Pada ruangan ini, terdapat pula Kapak Perunggu yang juga digunakan untuk memotong
dan membelah terutama kayu. Ditemukan di sejumlah situs pra sejarah di Jakarta. Antara
lain Kampung Kramat dan Pejaten. Selain itu, terdapat Gerabah, gerabah sendiri adalah
istilah untuk menyebutkan semua jenis barang yang terbuat dari tanah liat, gerabah ini
ditemukan dengan beragam bentuk, ada yang polos dan ada yang bercorak, gerabah yang
dipamerkan ini ditemukan di beberapa situs pra sejarah di Jakarta seperti Condet, Pejaten
dan Kelapa Dua.

RUANG TARUMANEGARA
Baiklah bapak ibu, saat ini kita berada di ruangan Tarumanegara, Tarumanegara adalah nama
kerajaan Hindu beraliran Wisnu yang terletak di wilayah Barat pulau Jawa. Pada ruangan
Tarumanegara ini terdapat 3 prasasti, diantaranya adalah:

- Prasasti Kebon Kopi, yang unik dari Prasasti Kebon Kopi ini terdapat dua telapak kaki
gajah yang diperkirakan bernama Airawata, Airawata merupakan tunggangan atau
kendaraan yang digunakan oleh Raja Purnawarman yang saat itu memimpin kerajaan
Tarumanegara.

- Prasasti Ciaruteun, ditemukan di Desa Cibungbulang, Kabupaten Bogor pada tahun


1863. Prasasti Ciaruteun bergoreskan dan bahasa sanksekerta. Pada prasasti ini terdapat
ukiran telapak kaki raja Purnawarman yang dipercaya sebagai titisan Dewa Wisnu.

- Prasasti Tugu, prasasti ini ditemukan pada tahun 1878 di wilayah yang kini bernama
Kelurahan Tugu Selatan, kemudian pada tahun 1911 prasasti ini dipindahkan ke Museum
Nasional. Bergoreskan huruf pallawa dan bahasa sanksekerta. Prasasti tugu merupakan
prasasti yang terpanjang yang dikeluarkan oleh Sri Maharaja Purnawarman. Prasasti ini
dikeluarkan pada masa pemerintahan Purnawarman pada tahun ke – 22 sehubungan
dengan peristiwa peresmian (selesai dibangunnya) sungai Gomati dan Candrabaga,
panjang sungai Gomati dan Candrabaga inii serupa dengan 6122 panjang tombak dan saat
itu diberikan 1000 ekor sapi sebagai hadiah untuk Brahmana.

RUANG TARUMANEGARA (SISTEM KEPERCAYAAN


TARUMANEGARA)
Baiklah bapak ibu, saat ini kita berada di Ruangan Sistem Kepercayaan Tarumanegara, saat
itu masyarakat kerajaan Tarumanegara meyakini dewa – dewa hindu, seperti yang terlihat
pada ruangan ini, terdapat beberapa arca Dewa Dewi Hindu, arca yang asli dapat ditemukan
di Museum Nasional.

- Arca Wisnu Cibuaya I & II, ditemukan di Desa Cibuaya, Karawang pada waktu yang
berbeda, Wisnu Cibuaya I ditemukan pada tahun 1952 sedangkan Wisnu Cibuaya II
ditemukan pada tanggal 17 Juli 1957, arca asli dapat dijumpai di Museum Nasional.

- Arca Durga Kali, arca ini ditemukan pada tahun 1882 di daerah Tanjung Priok, saat itu
dilakukan perluasan Pelabuhan Tanjung Priok.

- Arca Ganesha, Ganesha merupakan salah satu arca unik dan sangat terkenal di
kepercayaan Hindu, Ganesha terkenal karena ia adalah dewa yang memiliki kepala gajah,
ada beberapa versi terkait asal usul berubahnya kepala Ganesha menjadi kepala gajah
menurut kepercayaan Hindu. Saat ini lambing Ganesha digunakan beberapa institusi
ternama, salah satunya adalah Institut Teknologi Bandung. Arca Ganesha yang asli dapat
dijumpai di Museum Nasional.

RUANG KERAJAAN SUNDA


Baiklah Bapak Ibu, selanjutnya kita berada di Ruangan Kerajaan Sunda, Kerajaan Sunda berdiri
pada tahun 932 M – 1579 M yang merupakan perpanjngan dari Kerajaan Tarumanegara. Salah
satu bukti peninggalan Kerajaan Sunda di ruangan ini adalah Prasasti Batu Tulis.
- Prasasti Batu Tulis (duplikat), prasasti ini ditulis menggunakan bahasa sunda wiwitan,
prasasti yang asli masih dapat kita jumpai di Jalan Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan,
Kota Bogor. Prasasti ini menceritakan tentang penghormatan seorang anak kepada
ayahnya yaitu Raja Surawisesa kepada Prabu Siliwangi, adapun isi prasasti yang sudah
diterjemahkan adalah sebagai berikut:

“Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum


Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana,
dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran
Sri Sang Ratu Dewata
Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.
Dia Putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang
Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.
Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung – gunungan, membuat undakan
untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam
(tahun) Saka „Panca Pandawa Mengemban Bumi‟”

Prasasti Batu Tulis ini bahasa nya tidak sama dengan Kerajaan Tarumanegara, karena
pada masa kerajaan Tarumanegara, masyarakat nya menggunakan bahasa Sanksekerta
sementara Kerajaan Sunda menggunakan bahasa sunda wiwitan.

- Situs Gunung Padang, baiklah Bapak Ibu, selanjutnya terdapat slide show yang
menggambarkan tentang situs Gunung Padang yang terletak di daerah Cianjur, Jawa
Barat. Situs ini merupakan situs prasejarah kebudayaan peninggalan zaman megalithikum
atau zaman batu besar. Keberadaan tentang situs Gunung Padang pertama kali diketahui
oleh N.J. Krom pada tahun 1949. Kemudian pada tahun 1979, keberadaan situs ini
penelitian nya diteruskan oleh Badan Arekologi Nasional sampai saat ini.

- Peta Ciela, baiklah Bapak Ibu, Peta Ciela ini merupakan peta daerah kekuasaan Kerajaan
Sunda, yang pertma kali ditemukan didesa Panembang Garut pada 1858 oleh seorang
Controleur Belanda bernama K.F. Holle yang kemudian tahun 1876 disalin ulang. Namun
1975 keberadaan yang asli hilang.

(bridging) Baiklah Bapak Ibu dan Adik – adik sekalian, saat ini kita akan menaiki lantai
2 yang berisi tentang Dewan Pengadilan Batavia, untuk itu mohon melangkah hati – hati,
perhatikan setiap langkahnya.
LANTAI 2

RUANG SOLOMON
Baiklah Bapak Ibu, saat ini kita berada di lantai 2. Lobby utama lantai 2 dinamakan
ruangan Solomon, karena tepat diatas kita terdapat lukisan yang dilukis oleh JJ De Nijs
tentang peradilan di seluruh dunia pada abad ke 17.

- Gambar tengah, Raja Solomo ( Nabi Sulaiman ) mengambil keputusan yang bijaksana
mengenai peristiwa seorang bayi, yang diperebutkan oleh kedua wanita / orang yang
mengaku sebagai ibunya. Akhirnya dipanggilah seorang algojo untuk membelah bayi
agar dibagi dua supaya adil, akan tetapi baru saja akan dibelah maka berkatalah seorang
ibu dengan ucapan “jangan – jangan lebih baik bayi ini diberikan kepada ibu yang berdiri
disebelah ini”. Demikian dan akhirnya hakim memutuskan bahwa wanita yang berbicara
itulah ibu kandungnya, dengan alasan siapa yang mengandung dan melahirkan merasa
tidak tega mendengar bayi tersebut akan dibagi dua.

- Sebelah kanan, Raja sekaligus menyusun undang – undang ZALAUKOS dari Lokri (
Yunani pada abad ke VII M ) siap mengorbakan salah satu matanya untuk mengindahkan
hukum yang diundang-undangkan sendiri dengan demikian Raja ingin menyelamatkan
salah satu mata putranya yang harusnya ditusuk kedua matanya karena melanggar hukum
itu dengan berzinah.

- Sebelah kiri, Raja Persia Cambises abad ke V M yang sedang memerintahkan agar
Hakim Korup SISAMNES dikuliti, lalu putranya Sisamnes menggantikan ayahnya yang
kulitnya dipakai untuk melapisi kursi Hakim. Ini adalah sebuah peringatan keras bagi
para Hakim – Hakim yang dapat disuap.

Catatan : dalam ruangan ini terdapat koleksi mata uang, alat ukur batu bata, alat ukur genteng
berserta anak timbangan dan furniture miniatur. Yang semua ini merupakan alat dahulu
digunakan pada masa Batavia.

RUANG SIDANG
Baiklah Bapak Ibu, saat ini kita berada di ruangan siding. Di ruangan ini dulunya digunakan
untuk mengadili atau menyidangkan dan memutuskan perkara. Diruang sidang ini ada beberapa
pahlawan kita yang pernah diadili diantaranya adalah Pangeran Diponogoro, Cut Nyadin dan
Untung Suropati. Ada beberapa peniggalan disini antara lain adalah:

- Lukisan Gubernur Jenderal Petrus Albertus Van Der Parra (1761 – 1775)

- Lemari arsip yang dibuat pada tahun 1747, yang digunakan untuk menyimpan catatan –
catatan pengadilan di Batavia. Terdapat pula dua patung dewi kebenaran dan dewi
keadilan yang menghiasi lemari arsip tersebut.

- Terdapat pula patung dada salah satu raja Belanda bernama Willem Van Oranje

RUANG SKETSEL
Baiklah Bapak Ibu, pada ruangan ini terdapat penyekat ruangan bergaya Baroque yang dibuat
pada abad ke – 18, penyekat ruangan ini berwarna merah dan kuning keemasan, berhiaskan
seorang Athena lengkap dengan baju zirah nya sedang memegang perisai berhiaskan kepala
Medusa. Pada bagian atas penyekat ruangan ini pun dihiasi dengan 7 simbol atau lambang
provinsi di Batavia.

RUANG INDIES
Catatan : dalam ruangan ini terdapat beberapa gambar gedung di Jakarta, yang mana bangunan
tersebut dipengaruhi dengan arsitektur campuran ( Eropa dan Asia ).

RUANG OMMENLANDEN
Catatan : dalam ruangan ini menceritakan tentang kehidupan diluar wilayah Batavia
(ommelanden) meliputi wilayah bogor, tanggerang, bekasi dan lain sebagainya. Dalam ruangan
ini terdapat beberapa koleksi diantaranya :

- Keramik berhiaskan tulisan Arab

- Kristal

- Lampu berbahan gerabah\

- Meja Abad ke – 19
- Lemari Abad ke – 19

RUANG BALKON
Ruangan ini dahulunya digunakan untuk para hakim dan gubernur jenderal untuk melihat
eksekusi hukuman mati yang dilaksanakan di area Palaza sebelah kiri, dan hukuman tersebut
disaksikan oleh masyarakat Batavia, pemberitahuannya melalui bunyi lonceng yang berada
diatas gedung balaikota (Museum Sejarah Jakarta).

RUANG DEWA KOTAPRAJA


Baiklah Bapak Ibu dan Adik – adik sekalian, Di ruangan ini dulunya digunakan untuk membuat
hukum peraturan dalam tindak perdata, namun setiap undang-undang yang dibuat apabila tidak
sesuai dengan Gubernur Jenderal undang-undang tersebut bisa dirubah sepihak oleh Gubernur
Jenderal.
Meja bulat yang dibuat dari satu batang pohon tanpa sambunagn dengan diameter skitar 2,25
Cm.

- Sketsel Sketsel atau pembatas ruangan terbuat dari kayu jati,berukuran panjang ±5 M dan
tinggi ±2,5 M. Menjadi koleksi Museum Sejarah Jakarta sejak tahun 1974, merupakan
peninggalan dari koleksi Oud Bataviasche Museum, pada sketsel ini perlambangan antara
lain :
Dewi Perang, Terletak pada bagian tengah sketsel, dewi perang ini digambarkan dengan
sosok wanita setengah badan bermahkota, dibahu kiri dan kanan pada bagian belakang
terpampang jenis senjata antara lain : Tombak, Panah dan lainnya. Ini merupakan
perlambangan Dewi Perang yaitu Dewi yang menguasai medan perang.
Ukiran Daun/Bunga, Terletak pada bagian kiri dan kanan sketsel. ini melambangkan
kehidupan, kelembutan, kedamaian dan cinta.

Catatan : disini terdapat beberapa koleksi diantaranya :

- Dan terdapat juga catatan mengenai masyarakat Betawi, dimana dijelskan bahwa
masyarakat Betawi merupakan hasil perkawinan percampuran dari satu daerah dengan
daerah yang lain, yang terjadi menjadi empat daerah Betawi, Betawi Pusat, Betawi
Pinggir, Betawi Tengah, Betawi Pesisir

- Koleksi Budaya Betawi : terdapat perhiasan pengantin Betawi wanita yang dipengaruhi
budaya China dan juga terdapat makanan tradisional masyarakat Betawi yang terbuat dari
tepung dan dicampur dengan kacang hijau yang dicetak dengan cetakan kayu yang
bergambar ikan dan bentuk lain. Yang dinamakan kue tersebut kue satu.

(bridging) Baiklah Bapak Ibu dan Adik – adik sekalian, kali ini kita akan menuju taman
belakang dimana di taman belakang terdapat beberapa area menarik yang menjadi masterpiece di
Museum Sejarah Jakarta

RUANG PENJARA
- Penjara Bawah Tanah.
Terdapat 5 ruangan penjara yang khusus untuk laki-laki dengan panjang 6 m, lebar 3 m,
dan tinggi 165 CM. para tahanan dipasung dengan bola besi yang beratnya skitar 40 kg,
Maksimal menampung 50 orang. 83% diantaranya meninggal didalam ruangan ini
dikarenakan ruangan kotor dan berpenyakit. Pahlawan kita yang pernah ditahan
diantaranya adalah Untung Suropati dan Pangeran Diponogoro pada. Adapun yang
dipenjara disni dibagi menjadi dua bagian yaitu : tindakan keriminal dan politik

- Penjara Wanita.
Ruangan ini dulu dikenal dengan sebutan lorong gelap karena ruangan ini gelap gulita
disaat jendelanya ditutup dan slalu tergenang air disaat musim hujan pahlawan wanita yg
pernah disini Cut Nyadien yg kemudian diasingkan kedaerah Sumedang. Dan ukuran
ruangan tersebut panjang 9 M, lebar 6 M dan tinggi ±120 CM.

MERIAM SI JAGUR
Dihalaman depan museum terdapat Meriam Si Jaguar, meriam ini dibuat dari 16 meriam kecil
yang dilebur menjadi satu yaitu Meriam Sijagur, diatas meriam tersebut terdapat tulisan “Ex me
ipsa renata sum” (dari aku menjadi aku). Meriam ini peninggalan Portugis dengan berat 3,5 ton
dibuat di kota Maccao Cina dengan nama bengkel JAGOBARA. Pada tahun 1641 Portugis
dikalahkan oleh Belanda di Malaka dan meriam ini dibawa Belanda ke Batavia dan diletakkan di
benteng Diamont, meriam ini oleh masyarakat sekitar dianggap sebagai Dewa Kesuburan yang
bisa menyembuhkan kemandulan khususnya untuk wanita.

AIR MANCUR
Yang dibuat pada tahun 1743 yang dahulu digunakan masyarakat Batavia mengambil air, namun
Air Mancur sekarang ini merupakan replika yang dibuat tahun 1973 yang diambil dari lukisan
Johannes Rach tahun 1783. Dahulu Air Mancur ini airnya dialiri dari daerah Gelodok (Pancoran)
dengan menggunakan Hong ( PIPA ) yang terbuat dari tanah liat yang dibakar, namun abad 19
air sudah tidak dapat dipergunakan dikarenakan Hong tersebut tidak kuat menahan akar-akar
pohon dan menimbulkan keretakan yang membuat airnya tercemar.

SUMUR
Sumur ini dibuat pada abad ke 18, semula sumur ini digunakan untuk kebutuhan pembangunan
gedung, kemudian sumur ini digunakan untuk minum para tahanan dan memandikan kuda,
sumur ini memiliki kedalaman ± 6 meter, saat ini airnya tidak lagi digunakan untuk konsumsi
namun hanya digunakan untuk menyiram tanaman yang berada di area halaman belakang
museum.

TEMPAT MINUM KUDA


Tempat minum kuda ini dahulunya ada di daerah pasar kembang cikini dan kemudian di
pindahkan ke halaman belakang gedung Museum Sejarah Jakarta. Dan kegunaannya yaitu untuk
tempat minum kuda.

PATUNG HERMES
Patung Hermes dahulu berada di jembatan Harmoni Pada tahun 1900, Wilhem Stolz mendapat
kewarganegaraan Belanda dan membuka toko di Rijswijksestraat (sekarang Jalan Veteran). Toko
yang bernama Jenny & Co ini khusus menjual barang-barang logam dan gelas dari Geislingen.
Toko itu maju pesat, sehingga Karl membuka cabang di Semarang dan Surabaya.
Pada Agustus 1999, patung antik ini hilang dari tempatnya. Warga Jakarta terkejut. Tapi
kemudian pemerintah Jakarta membuat pernyataan bahwa patung Hermes dipindahkan ke
Museum Fatahillah untuk melindunginya dari pencurian dan mutilasi. Jadi Patung Hermes yang
kita lihat di Jembatan Harmoni saat ini adalah duplikat. Patung aslinya ditempatkan di halaman
belakang Museum Sejarah Jakarta

Dalam Mitologi Yunani hermes merupakan simbol dewa perdagangan, dewa kerumunan
orang, dewa pengetahuan, dewa atlet serta pelindung pejalan kaki.

Patung Hermes terletak dihalaman belakang Museum Sejarah Jakarta yang berukuran tinggi
±2 M terbuat dari perunggu. Sejak tahun 2000 menjadi koleksi Museum Sejarah Jakarta,
semula Patung Hermes ini berada di jembatan harmoni yang ditempatkan sejak tahun 1930-an.

RUANG DIPONEGORO
Didalam ruangan ini Pangeran Diponegoro pernah ditahan selama 26 hari, menunggu putusan
Dewan Pengadilan Belanda. Keputusan akhir pengadilan saat itu memvonis Diponegoro untuk
diasingkan hingga ke Sulawesi, tepatnya di Makassar.

Terdapat satu replika Ranjang kayu yang digunakan Pangeran untuk tempat beristirahat, juga
terdapat kelambu dan tikar sebagai alasnya.

Di sampingnya, terdapat meja dan dua bangku yang digunakan Pangeran diponegoro saat itu
untuk menulis. Di atasnya pun dipamerkan replika dari tulisan asli Diponegoro berupa surat
yang ditulis untuk istri dan anak tertua nya.

Selain itu dipamerkan lukisan-lukisan yang berhubungan dengan Diponegoro. Seperti lukisan
Pangeran Diponegoro saat ditangkap oleh Jenderal Hendrik Markus de Kock karya Raden
Saleh yang dibuat pada 1857, Sketsa lukisan Diponegoro yang dilukis oleh Adrianus Johanes
Bik (A.J Bik) yang menjadi penjaga ruang tahanan pangeran pada saat itu.

Terdapat pula Peta perjalanan Diponegoro dari ditangkap hingga dibuang ke Makassar.
Terdapat replika batik yang digunakan Diponegoro pada saat Perang Jawa yang berada di balik
kaca.

Selain itu, ada uang kertas pecahan Rp 1000 , Rp 100, dan logam dengan gambar Pengeran
Diponegoro didalam bingkai. Dan ada pula karya sastra dari beberapa tokoh terkenal yaitu
Puisi Diponegoro karya Chairil Anwar, Poster Muhamadiyah yang terdapat sosok Pangeran
diponegoro didalamnya

PENUTUPAN (CLOSING)

Baiklah Bapak Ibu, apakah ada yang ingin bertanya tentang kunjungan hari ini?
Jika tidak, saya rasa kunjungan kita berakhir disini, mohon maaf apabila ada kekurangan dalam
pelayanan kami. Mari saya antarkan ke souvenir shop untuk melihat – lihat souvenir khas
Museum Sejarah Jakarta, apabila Bapak atau Ibu berminat, Bapak dan Ibu dapat membelinya di
souvenir shop kami. Setelah itu, kita akan foto bersama untuk dokumentasi dan mengakhiri
kunjungan di Museum Sejarah Jakarta.

Jakarta, 15 Februari 2010


Koordinator Tourist Guide
UP Museum Kesejarahan Jakarta

Amat Kusaini Al - Alexs

Anda mungkin juga menyukai