Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus Scabies Dengan Pendekatan

Pelayanan Kedokteran Keluarga

Disusun Oleh:
Thya Fitriani – 112019017

Pembimbing :
dr. Inggrid Osya Far Far, MARS.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 22 November 2021 – 29 Januari 2022

1
Laporan Kasus Scabies Dengan Pendekatan
Pelayanan Kedokteran Keluarga

Lembar Pengesahan

Pembimbing

dr. Inggrid Osya Far Far, MARS.

2
Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini telah menjadi tantangan sekaligus
kepuasan tersendiri bagi penulis untuk mengimplimentasikan ilmu yang telah diperolehnya pada
rotasi stase ini. Sangat disadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, dan doa dari begitu
banyak pihak hingga tugas akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung hingga terselesaikan tugas akhir ini. Melalui kesempatan ini juga penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada dr. A, MS,Sp.OK selaku pembimbing
dan mentor yang telah memberikan informasi, kritikan, dan saran yang membangun untuk untuk
dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan karena
kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu dengan kerendahan hati saya
mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari para pembaca guna
perkembangan saya untuk dapat menjadi lebih baik. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya.

Jakarta, 26 Juli 2021

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes
scabiei var. hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachinida, ordo
Acarina, family Sarcoptidae. Skabies dapat menjangkit semua orang pada semua umur, ras dan
tingkat ekonomi social. Sekitar 300 juta kasus scabies di seluruh dunia dilaporkan setiap
tahunnya. Persentase kejadian scabies di Indonesi dilaporkan sekitar 4,60% - 12.95% dan
memasuki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. 1. Lesi pada scabies menimbulkan rasa
tidak nyaman karena sangat gatal sehingga penderita seringkali menggaruk dan mengakibatkan
infeksi sekunder terutama oleh bakteri Grup A Streptococcus dan Staphylococcus aureus.2,3
Tempat predileksi terjadinya scabies biasanya di daerah dengan stratum korneum yang tipis
seperti sela jari, pergelangan tangan, siku fleksor, telapak tangan dan telapak kaki, aksila aereola
mammae dan di bawah payudara (pada wanita), sekitar umbilicus, genital eksternal (pada pria)
serta bokong.4
Penularan scabies dapat terjadi secara langsung melalui kontak kulit dan tidak langsung
melalui benda yang digunakan bersama-sama. Risiko transmisi penyakit scabies meningkat pada
populasi yang padat misalnya pada pemukiman padat, penduduk, penjara, sekolah, dan tempat
pengungsian. The World Health Organization Departement of Neglected Tropical Disease
(NTD) Control memasukkan scabies ke dalam kelompok Negleted Tropical Disease pada tahun
2017 karena besarnya beban dan dampak dari scabies, distribusi geografis yang tumpang tindih
dan kesamaan strategi managemen. Data WHO, menunjukkan terdapat setidaknya 300 juta kasus
scabies di seluruh dunia yang dipaorkan setiap tahunnya. Angka kejadian scabies dilaporkan
lebih tinggi pada negara berkembang terutama pada anak-anak dan orang tua 5. Skabies
merupakan penyakit yang sangat menular dan cenderung mengalami kekambuhan, sehingga
penanganan yang tepat untuk penyakit ini adalah dengan menggunakan pendekatan kedokteran
keluarga secara holistik.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Scabies
Skabies merupakan suatu penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan oleh infeksi
dan sensitisasi oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis dan produknya.6 Sinonim atau nama
lain scabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan dan gatal agogo.

2.2 Epidemiologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic scabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosio ekonomi yang rendah, hygiene
yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalaha diagnosis dan
perkembangan demografi serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S
(Penyakit Akibat Hubungan Seksual).
Cara penularan (Transmisi) :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama
dam hubungan seksual)
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-
kadang oleh bentu larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang
dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang memelihara binatang peliharaan.

2.3 Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,
super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Selain itu
terdapat S.scabiei yang lain. Misalnya pada kambing dan babi. Secara morfologi
merupakan tungai kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.
Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina
berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2

5
pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina
berakhir pada rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
rabut dan keempat berkahir dengan alat perekat. Tungau betina besarnya 2 kali dari pada
yang jantan.7

2.4 Patofisiologi
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut: setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
diatas kulit, tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari
dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina ynag telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari
sambil meletakkan telurnya 2 hingga 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3-10 hari dan menjadoi larva
ayang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat
juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfra yang mempunyai 2 bentuk, jantan
dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari.8
Aktivitas S.scabiei didalam kulit menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan respons
imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan IgE baik di serum maupun du
kulit. Masa inkuasi berlangsung lama 4-6 minggu. Skabies sangat menular, transmisi
melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, dan tidak langsung melalui berbagai benda
yang terkonaminasi (seprei, sarung bantal, handuk dsb). Tungau skabies dapat hidup di luar
tubuh manusia selama 24-36 jam. Tungau dapat ditransmisi melalui kontak seksual,
walaupun menggunakan kondoml, karena kontak melalui kulit di luar kondom.
Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan qaktu kira-kira sebulan setelah investasi.
Pada saat itu, kelainan kulit meyerupai dermatitis dengan ditemukan papul, vesikel, urtika,
dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

2.5 Gejala Klinis

6
Ada 4 tanda kardinal :9
1. Pruritus Nokturna
Gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok


Misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuh perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan
hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami
infestasi tungau , tetapi tidak memberikan gejala. Pebderita ini bersifat sebagai
pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (Kunikulus)


Pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis
lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan
papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tenpat predileksinya biasanya merupakan tempat
dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita),
umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau
Merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup
tungan ini

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut

2.6 Diagnosis
Diagnosis pasti dibuat dengan menemukan tungau. Tungau dapat ditemukan dengan cara :

7
1) Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel
dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek, lalu di tutup
dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2) Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar.
3) Dengan membuat biopsy irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat
irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4) Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E

2.7 Diagnosis Banding


Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great imitator karena
dapat meyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding
adalah prurigo dan pedikulosis korporis , dan lain-lain10
Tabel 1. Diagnosis Banding Skabies
Manifestasi Diagnosis Banding
Klinik Skabies Prurigo Pedikulosis Corporis
Definisi Penyakit kulit yang Lesi pada kulit akibat Infeksi Kulit pada
disebabkan oleh garukan berulang manusia yang disebabkan
infestasi dan karena rasa gatal yang pediculus
sensitisasi terhadap dipicu oleh rangsangan
Sarcoptes scabiei pruritogenik
Etiologi Sarcoptes scabiei Masih belum diketahui Pediculus Humanis
var humanis Corporis
Efloresensi Papula atau vesikel. Nodul eksoriasis, nodul Papula eritema, macula
Bila timbul infeksi likenifikasi, efek curelea sebagai efek
sekunder ruam garukan gigitan
polimorf (Pustule
dan ekskoriasi)
Gejala Cardinal Sign : Pruritus intens, tidak Gatal yang intens
1.Pruritus Nocturna bisa menahan rasa gatal
2.Menyerang

8
Kelompok
3.Terdapat
terowongan pada
tempat predileksi
4.Menemukan
Tungau
Predileksi Intertigitalis manus, Ekstensor lengan, kaki Bisa dimana saja
fossa cubiti, axilla, dan badan
abdomen, genitalia,
gluteal, cruris
Cara Kontak secara - Pemakaian handuk dan
Penularan langsung dengan baju bersamaan
penderita dan tidak
langsung ( pakaian,
handuk )

2.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan pengobatan penyakit ini sebaiknya memenuhi syarat pengobatan yang
ideal yaitu efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak
toksik, tidak berbau dan kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan
harganya murah.

Non medikamentosa:
 Semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan air panas dan setrika panas serta mandi
dengan sabun.
 Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang kontak dengan penderita harus
diperiksa dan bila menderita scabies diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan
kembali.

Medikamentosa:
Obat-obatan yang terbukti efektif adalah:

9
 Sulfur presipitatum dengan kadar 4-20 % dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini
karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang
dari 3 hari. Obat ini dioleskan malam hari selama 3 malam berturut-turut.
Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian, kadang-kadang dapat
menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun atau aman
untuk bayi dan anak-anak.11
 Emulsi benzil-benzoas (20-25 %), efektif terhadap semua stadium. Diberikan setiap
malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh dan sering menyebabkan iritasi,
kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
 Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1 % dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang menyebabkan iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun
dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup
sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. Untuk lotion
dioleskan seluruh tubuh dan dibiarkan + 8 jam.
 Krotamiton 10 % dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai antiskabies dan antigatal, harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
Obat ini hanya menyembuhkan 50-60 % penderita. Dioleskan 2 malam berturut-turut
dan dibilas setelah 24 jam.
 Permetrin dengan kadar 5 % dalam krim, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10
jam. Dioleskan mulai dari leher ke bawah dan dicuci + 8 jam kemudian. Bila pada
pengolesan pertama belum sembuh, dapat diulangi 1 minggu kemudian. Merupakan
pyrethroid sintetik yang dapat mematikan tungau dan toksisitas rendah pada manusia.
Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.
 Keluhan gatal dapat diberi antihistamin, jika terdapat infeksi sekunder diberikan
antibiotika. Pada kasus skabies yang berat atau resisten terhadap pengobatan dengan
obat topikal dapat diberikan obat oral ivermectin 200 μg/kgBB dosis tunggal dan dapat
diulangi dalam 10-14 hari.

2.9 Pencegahan
Dalam upaya preventif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang penyakit skabies,

10
menjaga higiene pribadi, dan tata cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang terap
berlangsung walaupun kulit sudah bersih. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan
orang disekitar pasien yang berhubungan erat.
2.10 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilohan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor predisposisi, antara lain higiene, serta semua orang yang berkontak
erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini dapat diberantas dan prognosis baik.

11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Identitas Pasien
Nama Penderita : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 24 Oktober 1985
Alamat : Jalan Ks. Tubun Blok L, Lingkar Barat, Kota Bengkulu
Pekerjaan : Pegawai swasta

3.2 Anamnesis
 Tanggal Anamnesis :
25 Juli 2021
 Anamnesis :
Autoanamnesis (Via media Whatshaap video call)
 Keluhan Utama :
Gatal pada perut dan kedua tangan sejak ± 20 hari yang lalu
 Keluhan Tambahan :
Tidak ada
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh gatal pada perut dan kedua tangan sejak ± 20 hari yang lalu. Awalnya
timbul gatal pada tangan kanan. Gatal lebih terasa pada malam hari dan saat
berkeringat. Keluhan gatal semakin menjalar ke bagian bawah perut, genitalia sampai
ke paha. Gatal tidak dipengaruhi oleh cuaca maupun makanan yang dikonsumsi. Selain
pasien, anggota keluarga lainnya yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang
mengalami keluhan serupa. Sebelumnya, pasien mengaku pernah menginap di rumah
temannya yang juga mengalami keluhan yang sama dan sempat menggunakan handuk
teman pasien untuk mandi lalu menggunakan pakaian temannya tersebut. Sejak saat itu,
pasien mengeluhkan tubuhnya terasa sangat gatal pada malam hari hingga pasien tidak

12
bisa tidur. Gatal yang dirasakan oleh pasien semakin memberat dan mengganggu
aktivitas sehari-hari pasien. Hal ini kemudian membawa pasien ke puskesmas. Namun
setelah menggunakan obat yang diberikan keluhan hilang dan kemudian muncul
kembali. Selama ini pola pengobatan keluarga pasien merupakan kuratif, yakni anggota
keluarga berobat ke layanan kesehatan jika keluhan dirasakan sudah sangat
mengganggu saja. Pasien mandi dengan menggunakan air hangat dan selalu mengganti
pakaian. Riwayat alergi dan demam disangkal oleh pasien.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada
 Riwayat Pengobatan :
Pasien pernah mendapatkan obat oral berupa antibiotik 3x sehari dan salep kulit yang
diapaki 3 x sehari
 Riwayat Pribadi dan Sosial :
- Olahraga :
Olahraga ringan seperti lari pagi setiap hari minggu pagi
- Pola Jajan:
Membatasi minuman manis, tidak suka makanan yang mengandung MSG
- Pola makan :
3 kali dalam sehari, makanan bervariasi, tidak ada pantangan makan
- Pola rekreasi :
Senin-jumat berkumpul bersama keluarga sambil menonton, tidak ada aktivitas fisik
yang dilakukan. Sabtu-Minggu membersihkan rumah dan halaman luar rumah.
- Merokok :
Pasien Memiliki kebiasaan merokok sejak 2 tahun
- Alkohol :
Tidak ada kebiasaan minum-minuman beralkohol
- Obat-obat terlarang :
Tidak ada kebiasaan menggunakan obat-obatan terlarang

13
3.3 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 85 kali/menit
- Pernafasan : 20 kali/menit
- Suhu : 36,5 oC
 Status Gizi
- Berat Badan : 60 kg
- Tinggi Badan : 166 cm
- IMT : 21,7 kg/m2 (BB ideal)
- Lingkar Pinggang : 30 cm

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Penunjang yang dianjurkan :
Kerokan kulit dengan KOH 10%
Test Tinta Terowongan

3.5 Pendekatan Secara Holistik


Profil Keluarga
Pasien memiliki 1 orang anak (jenis kelamin laki-laki). Saat ini pasien tinggal; bersama
dengan ibu dan ayah , istri dan 1 orang adik laki-laki pasien serta 1 orang adik ipar pasien.

Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

No Nama Hubungan Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Keadaan


Dengan Kelamin (Tahun) Terakhir Kesehatan
Pasien Saat ini
1. Tn. K Ayah L 60 S.Sos Pensiunan Meninggal
Bank

14
2. Ny. Ibu P 58 S1 PNS Sehat
W (Guru)
3. Tn.H Adik Pasien L 29 S1 Pegawai Sehat
Swasta
4. Ny.E Adik Ipar P 29 SMA Pegawai Sehat
Swasta
5. Ny.S Isti Pasien P 33 S1 PNS Sehat
(Guru)
6. An. J Anak pasien L 5 - - Sehat

Genogram

Tn.R

: Laki-laki Normal : Laki-laki meninggal

: Perempuan Normal : Keluarga Tn R

: Laki-laki dengan skabies

15
Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah keluarga besar

Hubungan Anggota Keluarga


Tn R meruapakan suami dengan memiliki seorang anak laki-laki. Hubungan antara Tn. R
dengan anggota keluarga yang lain sangat baik. Hubungan antara anggota keluarga sangat
akrab.

Keadaan Umum Keluarga

Status Gizi

BB (kg) TB (cm) IMT (kg/m2) Keterangan

Ny. W 54 150 24 BB Ideal

Tn H 60 166 21,7 BB Ideal

Nn. Sp 55 155 22,9 BB ideal

Ny.E 60 160 23,4 BB ideal

Ny.S 60 155 25 BB Lebih

An.J 20 115 -2 SD s/d 2SD Normal

Pemeriksaan Fisik Keluarga

Tekanan
HR (x/menit) RR (x/menit) Suhu (ºC)
Darah (mmHg)
Ny.W 120/80 80 20 36,5
Tn. H 125/80 85 20 36,8
Nn. Sp 120/80 80 20 36,0
Ny. E 125/85 85 20 36,8
Ny. S 122/84 87 20 36,6
An. J 90/60 80 20 37,0

16
Riwayat Biologis Keluarga
 Keadaan kesehatan sekarang : Baik
 Kebersihan perorangan : Baik
 Penyakit yang sedang diderita (oleh anggota keluarga) :Tidak ada
 Penyakit keturunan : Tidak ada
 Penyakit kronis/menular : Tidak ada
 Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
 Pola makan : Baik
 Pola istirahat : Baik
 Jumlah anggota keluarga : 6 orang

Psikologis Keluarga
 Kebiasaan buruk : Tidak ada
 Pengambilan keputusan : Keluarga
(semua keputusan diambil
secara mufakat dengan melibatkan
seluruh anggota keluarga yang ada)
 Ketergantungan obat : Tidak ada
 Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas dan Rumah Sakit
( Jarak dari rumah ke Puskesmas
Dan Rumah Sakit Sekitar 2 km)
 Pola rekreasi : Baik

Spiritual Keluarga
 Ketaatan Ibadah : Baik
 Keyakinan tentang kesehatan : Baik

Keadaan Sosial Keluarga


 Tingkat pendidikan : Menengah ke atas
 Hubungan antar anggota keluarga : Baik

17
 Hubungan dengan orang lain : Baik
 Kegiatan organisasi sosial : Baik
 Keadaan ekonomi : Baik

Kultural Keluarga
 Adat yang berpengaruh : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada

Identitas Keadaan Rumah /Lingkungan (Berisiko/tidak)


 Daerah pemukiman : Tidak padat penduduk
 Jenis bangunan : Permanen
 Status kepemilikan rumah : Milik kedua orang tua
 Luas rumah : 12 x 12,7 m2
 Luas halaman rumah : 3 x 12,5 m2
 Lantai rumah : Keramik
 Dinding rumah : Beton
 Kebersihan rumah : Baik
 Ventilasi udara : Baik
 Penerangan listrik : 1.300 watt
 Dapur : Ada
 Jamban keluarga : Ada 2
 Ketersediaan air bersih : Ada (Satu)
 Sumber air minum : Air
 Sumber pencemaran air : Tidak ada
 Sistem pembuangan air limbah : Ada
 Pemanfaatan perkarangan : Ada
 Tempat pembuangan sampah : Ada, di dalam rumah dan di luar rumah
(petugas kebersihan mengambil sampah setiap hari)
 Sanitasi lingkungan : Baik
 Keadaan udara/polusi di luar rumah : Minimal
(rumah berada didalam kompleks dan jauh dari jalan raya)

Penilaian Perilaku Kesehatan


 Jenis tempat berobat : Puskesmas dan Rumah Sakit

18
 Asuransi/ Jaminan Kesehatan : BPJS

Pola Konsumsi Keluarga


Keluarga Tn. R memiliki kebiasaan makan dua hingga tiga kali dalam sehari dengan menu
makanan sehari-hari yang bervariasi. Menu makanan yang biasa disajikan di rumah Tn.R
terdiri dari nasi, sayur, dan lauk (kebanyakan melalui proses penggorengan) yang di masak
sendiri. Lauk yang paling sering dikonsumsi adalah ikan dan ayam. Konsumsi buah-
buahan juga tidak menentu, dalam seminggu bisa 2-3 kali mengkonsumsi buah-buahan
seperti pisang, semangka, ataupun melon. Selain itu, keluarga Tn.R suka membeli
makanan dari luar jika lauk yang di masak habis dan dikonsumsi saat malam hari.

Pola Dukungan Keluarrga


a. Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga
Pasien memiliki keluarga yang mendukung pasien untuk mengubah pola hidup. Selain
itu jarak dari rumah ke fasilitas kesehatan yang tidak jauh dan biaya pengobatan
ditanggung oleh biaya sendiri secara mandiri ( masih terjangkau oleh pasien )
b. Faktor Penghambat Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga
Diantara yang merupakan faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga
tersebut adalah dari diri pasien sendiri karena masih belum dapat menerapkan pola
hidup sehat secara maksimal

Fungsi Fisiologis ( Skor APGAR )


Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh
Rosan, Guyman dan Leyton dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga, antara lain:
 Adaptation : Tingkat kepuasaan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang dibutuhkan.
 Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah.
 Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga
dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota keluarga.
 Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional
yang berlangsung.
 Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu,

19
kekayaan dan ruang atas keluarga.

Penilaian
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0

Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita
Penilaian
Hampir
Hampi Kadang-
No. Pertanyaan Tidak
r Kadang
Pernah
Selalu (1)
(0)
(2)
1. Adaptation (Adaptasi)
Saya puas bahwa saya dapat kembali

kepada keluarga saya, bila saya
menghadapi masalah
2. Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan cara-cara keluarga √
saya membahas serta membagi masalah
dengan saya

3. Growth (Pertumbuhan)
Saya puas bahwa keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan √
saya melaksanakan kegiatan dan
ataupun arah hidup yang baru
4.
Affection (Kasih Sayang)

20
Saya puas dengan cara-cara keluarga

saya menyatakan rasa kasih sayang dan
menanggapi emosi
5. Resolve (Kebersamaan)
Saya puas dengan cara keluarga saya √
membagi waktu bersama
Total Skor 9

Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 9 ini menunjukkan Fungsi keluarga sehat.

Fungsi Patologis (SCREEM)


Aspek sumber daya patologis
 Sosial
 Pasien baik dalam bermasyarakat dengan tetangga
 Cultural
 Pasien adalah orang Indonesia yang makanan pokoknya adalah nasi.
 Dan pasien setiap makan hampir selalu mengkonsumsi nasi sesuai kebutuhan
 Religius
 Taat beribadah setiap hari sesuai dengan aturan agama.
 Ekonomi
 Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi sekarang mencukupi.
 Edukasi
 Pendidikan anggota keluarga sudah baik. Tn. R merupakan lulusan S1 . Anak pasien
berusia 5 tahun berjemis kelamin laki-laki.
 Medikasi
Pembiayaan pelayanan kesehatan sudah cukup baik. Pasien dan keluarganya biasanya
membayar secara mandiri. Keluarga ini juga berpendapat bahwa pemeriksaan rutin kesehatan
merupakan hal yang sangat perlu untuk dilakukan.

Diagnosis Pasien
 Biologi
Skabies
 Psikologis

21
Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan sangat baik & akrab
 Sosial
Pasien bersosialisasi baik dengan tetangga disekitar rumahnya.
 Ekonomi
Keadaan ekonomi pasien cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
 Religius
Pasien menjalankan ibadah dengan baik setiap hari sesuai dengan aturan agama.

Diagnosis Keluarga
 Biologi
Sehat
 Psikologi
Hubungan semua anggota keluarga terjalin dengan baik.
 Sosiologi
Anggota keluarga bersosialisasi baik dengan tetangga disekitar rumahnya.
 Ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga anggota keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 Religius
Pasien menjalankan ibadah dengan baik setiap hari sesuai dengan aturan agama.

Penatalaksanaan Penyakit dan Edukasi


Promotif
a. Health Promotion : Meningkatkan derajat kesehatan perorangan, mengurangi peranan
penyebab dan derajat risiko, dan meningkatkan lingkungan yang sehat secara optimal.
Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat.
Sasaran untuk keluarga Tn.R:
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit skabies bahwa penyakit
ini adalah penyakit yang sangat mudah menular dan cenderung mengalami kekambuhan
 Memberikan edukasi kepada keluarga pasien agar semua anggota keluarga atau orang seisi
rumah yang kontak dengan penderita harus diperiksa dan bila menderita skabies diobati
bersamaan agar tidak terjadi penularan
 Memberikan edukasi pada keluarga pasien agar semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan
air panas dan setrika panas serta mandi dengan sabun
 Memberikan edukasi pada keluarga pasien untuk memberi motivasi kepada pasien misalnya

22
memberi dorongan ke pasien agar rutin berobat.
Preventif
b. Spesific Protection : Tindakan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi
penyakit, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu (faktor risiko).
Sasaran untuk keluarga Tn.R:
 Menghindari faktor risiko yang dapat menyebabkan penularan skabies

Kuratif
c. Early Diagnosis and Prompt Treatment : Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini
mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat. Tindakan ini
bertujuan untuk mendeteksi, mencegah meluasnya penyakit, dan menghentikan proses penyakit
sejak dini.
Sasaran untuk keluarga Tn.R:
 Jika di keluarga Tn.R ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien segera
memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Karena penyakit skabies ini
sangat menular.
 Segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan begitu ada gejala walau sedikit.
 Konsultasi ke dokter dan kepatuhan menggunakan obat perlu diperhatikan

d. Disability Limitation : Tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan
penyakit yang telah lanjut, mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta
mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
Sasaran untuk keluarga Tn.R:
 Pengobatan dan perawatan yang sesuai agar tidak terjadi komplikasi, atau setidaknya dapat
melihat kemungkinan komplikasi agar tidak berkembang lanjut dengan cara kontrol rutin ke
fasilitas layanan kesehatan.
 Jika dirasakan gatal semakin bertambah agar segera memeriksakan diri ke dokter agar bisa
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui progesivitas penyakit.
 Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan
perawatan yang lebih intensif atau mengikuti saran untuk dirujuk ke tingkat yang lebih
tinggi.
 Mematuhi anjuran dokter untuk melakukan pengobatan dan kontrol teratur.

Rehabilitatif
e. Rehabilitation : Sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu yang sudah sembuh atau

23
terkontrol dalam usaha memulihkan fungsinya serta program rehabilitasi, untuk mengembalikan
pasien ke masyarakat dan berfungsi sebaik mungkin agar mereka dapat hidup dan bekerja secara
wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain.
Sasaran untuk Tn.R:
 Pasien diminta untuk tetap melakukan kontrol secara rutin ke fasilitas layanan kesehatan
untuk dilakukan pemantauan pengobatan dan melihat perkembangan penyakit.

Prognosis
Pasien
Prognosis pasien dubia et bonam. Belum terlihat adanya komplikasi yang terjadi. Selain itu
pasien juga selalu mendapatkan dukungan dari keluarganya.

Keluarga
Prognosis kesehatan keluarga saat ini dubia et bonam karena meskipun memiliki risiko
untuk tertular skabies, keluarga sudah cukup mengetahui cara mencegah penularan.

24
BAB IV

ANALISA KASUS

Pasien laki-laki berusia 36 tahun dengan keluhan gatal pada perut dan kedua
tangan sejak ± 20 hari yang lalu. Faktor pencetus terjadinya skabies pada pasien
kemungkinan besar dikarenakan tertular dari temannya yang pernah mengalami
keluhan yang serupa di mana pasien pernah menginap di rumah temannya dan
pernah menggunakan handuk dan pakaian secara bersamaan. Faktor pencetus
lainnya bukan faktor utama yang menyebabkan pasien mengalami penyakit
skabies. Dari keluhan pasien terdapat 2 dari tanda kardinal pasien mengalami
skabies , yaitu gatal pada malam hari dan terdapat kunnikulus.

Anjuran untuk Pasien dan Anggota Keluarga :

Sebagai penderita skabies, Tn.R dianjurkan untuk rutin kontrol ke fasilitas


pelayanan kesehatan sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokternya untuk melihat
progresifitas dari penyakitnya tersebut dan laukan edukasi pada pasien tentang
penyakit skabies, menjaga higiene pribadi, dan tata cara pengolesan obat. Rasa
gatal terkadang terap berlangsung walaupun kulit sudah bersih. Sedangkan untuk
keluarga pasien, pengobatan dilakukan pada orang serumah dan orang disekitar
pasien yang berhubungan erat agar menghindari penularan penyakit pasien.

25
BAB V
KESIMPULAN

Menurut Teori Blum bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu genetik,
perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Dimana unsur-unsur tersebut saling berinteraksi dan
saling terkait satu sama lain, juga mengacu pada kemampuan mengetahui, mengamati, menyadari, dan
menanggapi keadaan kesehatan individu.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa pasien menderita penyakit Skabies. Faktor pencetus
terjadinya penyakit skabies pada pasien adalah dikarenakan dari teman pasien yang mengalami keluhan
serupa dan pasien pernah menginap di rumah temannya serta pernah menggunakan pemakaian handuk
dan baju secara bersamaan dengan teman pasien.
Selain itu dari hasil anamnesis kondisi kesehatan keluarga pasien adalah sehat. Walaupun
demikian perlu menjadi perhatian bagi anggota keluarga yang lain dikemudian hari mengingat adanya
risiko penularan penyakit skabies ini. Maka dari itu, faktor prilaku seperti menjaga higienitas memiliki
peranan yang sangat besar umtuk mencegah penyakit skabies.
Dilihat dari hasil gambaran rumah pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal pasien sudah
memenuhi kriteria rumah sehat. Maka terbukti bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa
unsur-unsur yang disebutkan di Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di
Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan komunikasi, informasi dan edukasi perorangan untuk
memperbaiki pola hidup pasien, serta menerapkan prinsip kedokteran keluarga yaitu komperhensif
(promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif).

26
LAMPIRAN

Bagian Halaman Rumah

1. Tampak rapi dan bersih, tidak ada sampah yang berserakan


2. Banyak dimanfaatkan untuk menanam pepohonan

27
Ruang Keluarga

1. Digunakan sebagai tempat bersantai


2. Penerangan cahaya matahari baik

Ruang Tamu

1. Penerangan cukup
2. Kusi : bantal kursi selalu dijemur dan dibersihkan setiap 2 minggu sekali

28
Kamar Tidur

1. Dihuni oleh 3 orang


2. Jendela selalu dibuka pada pagi hari (sirskulasi udara baik)
3. Pencahayaan matahari pagi, penerangan lampu cukup
4. Kamar dibersihkan setiap hari
5. Sprei, selimut, dan sarung bantal dicuci setiap seminggu sekali
6. Bantal rutin dijemur
7. Gorden  dicuci setiap 2 minggu sekali

29
Kamar Mandi
1. Terdapat jendela kecil (penerangan dan sirkulasi udara baik)
2. Kamar mandi selalu dibersihkan setiap hari
3. Kondisi air di bak mandi jernih dan tidak berbau

30
DAFTAR PUSTAKA

1. RISKESDAS. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.


Available from : https://doi.org.1 (Accessed: 5 September 2020)
2. Ratnasari AF dan Sungkar S. Prevalensi skabies dan faktor-faktor yang berhubungan di
pesantren x, jakarta timur. eJKI [internet]. 2014 [diakses tanggal 30 November 2015];
2(1):7-12. Tersedia dari:http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/viewFile/3177/3401.
3. Stephen J dan Gilmore. Control strategies for endemic childhood scabies. PloS ONE
[internet]. 2011 [diakses pada 30 November 2015]; 6(1):e15990. Tersedia
dari:http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.001599.
4. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.2nd ed, Jakarta : Ikatan Dokter Indonesi; 2017
5. WHO. Water Sanitation and Health (WSH). Available
http://www.who.int/water_sanitation_health/diseases/scabies/en/(Accessed: 5 September
2020)
6. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI;2018.
7. Sungkar S. Skabies etiologic, pathogenesis,pengobatan, pemberantasan dan pencegahan.
Jakarta : Badan Penerbit FKUI;2016.
8. Chris T.2014. Kapita Selekta Kedokteran.Ed 4. Jakarta : Media Aesculapius.
9. American Academi Of Dermatology 1938; 2015 [diakses tanggal 30 Oktober 2015].
Tersedia dari: https://www.add.org/dermatology-a-toz/disease-and-treatments/q---t/
scabies/sign-symptoms
10. Mutiara H, Syailindra F. Medical Journal Of Lampung University. 2016. April : 5(2)
11. Alipour H, Goldust M. The efficacy of oral ivermevtin vs.sulfur 10% ointment for the
treatment of scabies. Anna Parasitol. 2015; 51(2):79-84

31

Anda mungkin juga menyukai