Anda di halaman 1dari 7

ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH

(Museum Fatahillah (Museum Sejarah Jakarta 1974)

Disusun Oleh:

WAHYU RINALDI (170160090)

Dosen pembimbing: Ibu Armelia Dafrina, ST., MT

KELAS III C
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2018
Museum Fatahillah (Museum Sejarah Jakarta 1974)

Museum Fatahillah adalah salah satu gedung peninggalan era penjajahan Belanda, Museum
ini memiliki ketertarikan tersendiri, karna selain letaknya yang ada pada pusat kota(Jakarta
pusat).museum ini juga merupakan salah satu gedung yang menjadi saksi bisu perjuangan
bangsa kita untuk meraih kemerdekaan. Khususnya dari penjajah belanda yang ada di Jakarta.
Museum ini merupakan salah satu tempat yang harus kita kunjungi, karna museum ini dapat
menumbuhkan pemikiran bagi kita generasi penerus bangsa agar menghargai perjuangan para
pahlawan yang telah rela berkorban dan berjuang keras agar bangsa kita mencapai
kemerdekaan.
museum ini bergaya Neoklasik dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan
jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata
angin. Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Pekarangan dengan susunan
konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
Sejarah Museum Fatahillah
Pada awalnya museum
fatahillah merupakan bangunan
kolonial Belanda yang dipergunakan
sebagai balai kota. Peresmian gedung
dilakukan pada tanggal 27 April 1626,
oleh Gubernur Jenderal Pieter de
Carpentier (1623-1627) dan
membangun gedung balai kota baru
yang kemudian direnovasi pada tanggal
25 Januari 1707, pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal
Joan van Hoorn dan baru selesai pada
tanggal 10 Juli 1710 di masa
pemerintahan lain, yaitu pada Gubernur
Jenderal Abraham van
Riebeeck.Gedung yang dipergunakan
sebagai Balaikota ini, juga memiliki
fungsi sebagai Pengadilan, Kantor
Catatan Sipil, tempat warga beribadah di
hari Minggu, dan Dewan
Kotapraja (College van Scheppen). Kemudian sekitar tahun 1925-1942,
gedung tersebut  juga digunakan untuk mengatur sistem Pemerintahan pada
Provinsi Jawa Barat. Kemudian  tahun 1942-1945, difungsikan sebagai  kantor
tempat pengumpulan
logistik Dai sekarang
Nippon.
Kemudian sekitar tahun 1919
untuk memperingati berdirinya
batavia ke 300 tahun, warga kota
Batavia khususnya para orang
Belanda mulai tertarik untuk
membuat sejarah tentang kota
Batavia. Lalu pada tahun 1930,
didirikanlah yayasan yang
bernama Oud Batavia (Batavia
Lama) yang bertujuan untuk
mengumpulkan segala hal tentang
sejarah kota Batavia.
Tahun 1936, Museum Oud Batavia
diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1936-1942),
dan dibuka untuk umum pada tahun 1939.. Setelah itu pada tahun 1968 gedung ini diserahkan
kepada Pemda DKI Jakarta dan kemudian dijadikan sebagai Museum pada tahun 1974.

Interior Museum Fatahillah


Pada sejarah museum fatahillah berdasarkan pembentukannya hingga bisa kita kunjungi
sampai sekarang ini, menyimpan sisa penjajahan di dalamnya. Terbentuk menjadi dua lantai
dengan ruang bawah tanah ini, berisikan banyak peninggalan bersejarah yaitu :

Lantai bawah : Berisikan peninggalan VOC seperti


patung, keramik-keramik barang kerajinan seperti
prasasti, gerabah, dan penemuan batuan yang
ditemukan para arkeolog. Terdapat pula peninggalan
kerajinan asli Betawi (Batavia) seperti dapur khas
Betawi tempo dulu

Lantai dua : Terdapat perabotan peninggalan para bangsa Belanda mulai dari tempat tidur
dan lukisan-lukisan, lengkap dengan jendela besar yang menghadap alun-alun. Konon,
jendela besar inilah yang digunakan untuk melihat hukuman mati para tahanan yang
dilakukan di tengah alun-alun.
Ruang bawah tanah : Yang tidak kalah penting pada bangunan ini adalah, penjara bawah
tanah para tahanan yang melawan pemerintahan Belanda. Terdiri dari 5 ruangan sempit dan
pengap dengan bandul besi, sebagai belenggu kaki para tahanan.

Ciri Khas Bangunan


Penunjuk arah mata angin yang ada diatap dan tulisan GOUVERNEURSKANTOOR
yang ada dibagian depan.

Koleksi
Objek-objek yang dapat ditemui di museum
ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta, replika
peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil
penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai
dari abad ke-17 sampai 19, yang merupakan
perpaduan dari gaya Eropa, Republik Rakyat
Tiongkok, dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah,
dan batu prasasti. Koleksi-koleksi ini terdapat di
berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta,
Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang
Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang Batavia.
Terdapat juga berbagai koleksi tentang
kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak. Bahkan
kini juga diletakkan patung Dewa Hermes (menurut
mitologi Yunani, merupakan dewa keberuntungan dan
perlindungan bagi kaum pedagang) yang tadinya
terletak di perempatan Harmoni dan meriam Si
Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis.
Selain itu, di Museum Fatahillah juga terdapat
bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat
digunakan pada zaman penjajahan Belanda.
Aktivitas
Sejak tahun 2001 sampai dengan 2002 Museum Sejarah Jakarta menyelenggarakan
Program Kesenian Nusantara setiap minggu ke-II dan ke-IV untuk tahun 2003 Museum
Sejarah Jakarta memfokuskan kegiatan ini pada kesenian yang bernuansa Betawi yang
dikaitkan dengan kegiatan wisata kampung tua setian minggu ke III setiap bulannya.
Selain itu, sejak tahun 2001 Museum Sejarah Jakarta setiap tahunnya menyelenggarakan
seminar mengenai keberadaan Museum Sejarah Jakarta baik berskala nasional maupun
internasional. Seminar yang telah diselenggarakan antara lain adalah seminar tentang
keberadaan museum ditinjau dari berbagai aspek dan seminar internasional mengenai
arsitektur gedung museum.
Untuk merekonstruksi sejarah masa lampau khususnya peristiwa pengadilan atas masyarakat
yang dinyatakan bersalah, ditampilkan teater pengadilan di mana masyarakat dapat
berimprovisasi tentang pelaksanaan pengadilan sekaligus memahami jiwa zaman pada abad
ke-17.
Aktivitas Yang Dapat Diikuti Pengunjung

1. Wisata Kampung Tua, minimal 20 Orang


2. Jelajah Malam Museum, minimal 20 Orang
3. Workshop Sketsa Gedung Tua, minimal 10 Orang
4. Nonton Bareng film-film Jadul, minimal 20 Orang
5. Pentas Seni Ala Jakarta
6. Kunjungan ala tentara indonesia
Fasilitas
Perpustakaan
Perpustakaan Museum Sejarah Jakarta mempunyai koleksi buku 1200 judul. Bagi para
pengunjung dapat memanfaatkan perpustakaan tersebut pada jam dan hari kerja Museum.
Buku-buku tersebut sebagian besar peninggalan masa kolonial, dalam berbagai bahasa
diantaranya bahasa Belanda, Melayu, Inggris dan Arab. Yang tertua adalah Alkitab/Bible
tahun 1702.
Kantin Museum
dengan suasana nyaman Taman menawarkan makanan dan minuman khas betawi yang khas.
Souvenir Shop
Museum menyediakan cenderamata untuk kenang-kenangan para pengunjung yang dapat
diperoleh di "souvenir shop" dengan harga terjangkau.
Sinema Fatahillah
Menampilkan Film-film Dokumenter Zaman Batavia dan Film Populer Dalam Dan Luar
Negeri.
Musholla
Museum ini menyediakan musholla dengan perlengkapannya sehingga pengunjung tidak
perlu khawatir kehilangan waktu salat.
Ruang Pertemuan dan Pameran
Menyediakan ruangan yang representatif untuk kegiatan pertemuan, diskusi, seminar dan
pameran dengan daya tampung lebih dari 150 orang.
Taman Dalam
Taman yang asri dengan luas 1000 meter lebih, serta dapat dimanfaatkan untuk Gathering,
resepsi pernikahan, Pentas Seni.
Denah Museum jakarta

Daftar pustaka :

 http://satupedang.blogspot.com/2015/02/sejarah-gedung-museum-
fatahillah.html#ixzz5WtNAf93b

https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillah

Anda mungkin juga menyukai