Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini untuk mengetahui peninggalan dan peristiwa bersejarah yang terdapat
dibanten lama dapat ditempuh dengan melakukan observasi, wawan cara dengan oorang yang
mengetahui sejarah banten dan dengan cara membaca buku atau wacana tentang sejarah
banten kususnya dalam karya tulis ini tentang masa peninggalan kepurbakalaan banten lama.
Banten merupakan tempat yang baik untuk dikunjungi oleh masyarakat
umum,pengunjung yang datang bukan dari daerah Banten saja melainkan dari berbagai
daerah diluar banten juga banyak bekunjung kebanten untuk berjiarah kemakam sultan
Maulana Hasanudin dan berekreasi. Banten sudah dikenal orang sebagai tempat yang
menyimpa banyak sejarah dan peninggalan purbakala bagi rakyat banten.
Beberapa peninggalan yang ada dan dikenal masyarakat ialah Masjid Agung
Banten, Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ,keraton Surosoan dan lain sebagainya.
Dengan memperhatikan hal-hal yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dan menuliskannya dalam bentuk karya tulis dengan judul “Museum
Situs Kepurbakalaan Banten Lama”.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusun dan pembuat karya tulis ini, yaitu Untuk melatih
keterampilan dan kemampuan penulis dalam memehami masa peninggalan kepurbakalaan
banten lama.

C. Metode Pengumpulan Data


Metode yang penulis pergunakan untuk memperoleh data dalam karya tulis ini adalah
sebagai berikut;
1) Observasi atau mengunjungi tempat-tempat yang bersejarah di Banten lama secara
langsung.
2) Interviu atau wawancara
3) Study pustaka

1
BAB II
HASIL KUNJUNGAN KE MUSEUM SITUS KEPERBAKALAAN BANTEN LAMA

A. Sejarah
Diungkapnya data arkeologi secara ilmiah yang didapat dan terkumpul di dalam
gudang sebagai hasil penelitian terhadap kawasan Banten Lama agar dapat dinikmati oleh
masyarakat luas. Pada tanggal 13 Juli 1985 diresmikannya Museum Situs Kepurbakalaan
Banten Lama oleh Direktur Jenderal Kebudayaan saat itu, Prof. DR. Haryati.
Pendirian museum ini didasari karena adanya potensi budaya yang pernah hidup dan
berkembang di wilayah Banten. Oleh karena itu cakupan koleksi yang dihimpun adalah
benda-benda yang memberikan gambaran tentang sejarah alam dan budaya yang berkembang
sejak masa prasejarah hingga yang masih hidup sampai sekarang.
Koleksi museum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok koleksi, yakni:
arkeologika, di dalamnya adalah arca Nandi, mamolo, gerabah, atap, lesung batu, dan lain
sebagainya; numismatika, di dalamnya adalah koleksi mata uang, baik mata uang asing
maupun uang yang dicetak masyarakat banten; etnografika, di dalamnya adalah miniatur
rumah adat suku Baduy, berbagai macam senjata tradisional, koleksi pakaian adat, dan lain-
lain; dan keramologika.

2
B. Asal usul Debus Banten
Debus adalah sebuah kesenian bela diri asli dari Banten. Kesenian ini tercipta pada
masa Pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin (1532-1570 di abad ke-16 . kesenian debus
biasaya mempertunjukan kekuatan atau kemampuan manusia yang luar biasa, diantaranya
ilmu ke kebalan yang tahan dari hantaman senjata tajam, hempasan api, minum air keras,
memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala, berjalan diatas beling,
menaiki tangga golok danlain sebagainya .

Pada jaman penjajahan Belanda tepat ketika kerajaan banten dipegang oleh Sultan
Ageng Tirtayasa (1651-1682, Debus digunaka sebagai media pembangkit semangat para
pejuang untuk melawan penjajahan peragangan Belanda yang kala itu tergabung dalam
Vereenigde Oost Indische (VOC).
Jika ditelaah dalam bahasa arab debus Berarti senjata tajam yang terbuat dari besi
yang mempunyai ujunga yang runcing dan bentuknya sedikit bundar. Nah , karena itulah alat
tersebut dipergunakan sebagai alat untuk menghantam atau melukai setiap pemain debus,
yang mempertunjukan atraksi kekebalan tubuh.
Selain itu juga masih banyak variasi-variasi atraksi lain seperti menusuk perut, dengan
benda tajam biasa nya mengunakan paku banten yang runcing, memakan bara api,
menusukan jarum panjang kelidah, kulit, pipi sampai tembus dan hasilnya tidak ada luka
sama sekali dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga,
menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah
beling/serpihan kaca, membakar tubuh, Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.
Dibanten sendiri kesenian debus atau keahlian melakukan debus menjadi sesuatu yang
lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya. Untuk saat ini biasanya kesenian debus
di pentaskan dalam acara-acara seperti pesta pernikahan, sunatan, acara 17 agustusan, dan
banyak lagi acara yang biasanya mempertunjukan kesenian ini.

3
C. Bangunan
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih
10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional
Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya

Bangunan Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

D. Koleksi
Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berupa benda-benda koleksi baik
asli maupun replika/reproduksi, miniatur, diorama, dan lain sebaginya.
1. Koleksi Arkeologika
Koleksi arkeologika yang terdapat di Museum meliputi sejumlah benda-benda
peninggalan sejarah dan purbakala yang ditemukan di Situs Banten Lama yang berasal dari
masa prasejarah, klenik (Hindu-Budha), masa Kesultanan Banten, dan masa kolonial. Koleksi
arkeologika ini mencerminkan Banten Lama sudah ada sejak masa pra-sejarah di Indonesia.
Koleksi-koleksi tersebut antara lain: kapal batu, arca Nandi, atap bangunan, pagar besi,
pegangan kunci, rumah kunci, paku, dan pipa saluran air.

A. Fragmen Kapal dan Jenis-jenis Bata


Jalur perdagangan rempah-rempah melalui laut menjadikan laut dan pantai Banten
ramai lalu lalang kapal dagang berbagai bentuk dan ukuran dari berbagai negara. Tinggalan
dari keramaian perdagangan laut itu diantaranya adalah fragmen bagian dari tiang pagar
tangga kapal yang terbuat dari logam dipenuhi hiasan, dan juga fragmen badan kapal yang
terbuat dari kayu. Diantara fragmen kapal, didapati juga tapal (sepatu kuda).

4
B. Bata
Beberapa bangunan masa Kesultanan Banten dibuat menggunakan bata, sehingga
beberapa diantaranya masih dapat bertahan hingga sekarang sebagai bangunan monumen
bersejarah. Bata yang digunakan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 29x15 cm. Dalam
penggunaannya, bata-bata persegi panjang tersebut untuk keperluan tertentu dapat dibentuk
sesuai peruntukkan.

C. Elemen pintu dan perlengkapan rumah lainnya.


1. Elemen Pintu
Perlengkapan yang dapat dijumpai dalam keseharian juga ditemukan di SItus Banten
Lama, seperti anak kunci, rumah kunci, engsel pintu/jendela, pegangan pintu, dan paku
berbagai ukuran serta baut.
2. Pipa Saluran Air
Pipa untuk menyalurkan air banyak digunakan pada masa pemerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa (1651-1682 Masehi). Beliau berinisiatif membangun satu jaringan distribusi air
bagi penduduk, dimulai dengan pembuatan danau/waduk Tasikardi sebagai sumber airnya,
kemudian dialirkan melalui pipa hingga ke Keraton untuk kemudian didistribusikan ke
lingkungan sekitarnya untuk masyarakat. Sepanjang jalur air dari Tasikardi hingga Keraton
air dialirkan melalui pipa.
Pipa yang terbuat dari tanah liat digunakan untuk menyalurkan air ke kota, sedangka
pipa yang terbuat dari batu dan timah digunakan untuk menyalurkan air limbah. Perjernihan
air dilakukan dengan pembuatan tiga bangunan pengindelan/pengendapan (pengindelan
abang, putih, dan emas), sehingga saat air mengalir masuk kota telah layak untuk digunakan.
Serumbung sumur-sumur kuno di Banten berdasarkan bentuknya ada dua macam,
yakni sumur yang bentuknya persegi empat dan sumur yang bentuknya lingkaran.

5
3. Koleksi Keramolika
Koleksi Keramologika berupa keramik dan gerabah. Keramik-keramik yang menjadi
koleksi museum ini terdiri dari keramik asing dan keramik lokal. Keramik asing umumnya
berasal dari Birma (Myanmar), Vietnam, China, Jepang, Timur Tengah serta negara-negara
Eropa dengan cirinya masing-masing.
Keberadaan keramik ini mencerminkan bahwa pada saat itu Banten Lama merupakan
sebuah daerah yang ramai dengan aktivitas perdagangannya dengan berbagai macam bangsa
yang datang ke Banten lama, dimana gerabah-gerabah tersebut umumnya dipergunakan
sebagai alat rumah tangga, unsur bangunan serta wadah pelebur logam yang biasa disebut
kowi.
A. Koleksi Memolo dan Keramik
Memolo adalah hiasan atap mesjid yang terbuat dari bahan liat. Memolo ini ditemukan
dalam keadaan relatif utuh di situs Banten Lama yang berasal dari masa Kesultanan Banten
sekitar abad 16-19 Masehi. Teknik membuat memolo berupa teknik roda putar dengan hiasan
motif bunga dan motif geometris.
Dalam memberi hiasan digunakan teknik ukir dan teknik cungkil. Memolo merupakan
salah satu benda seni yang digunakan untuk kepentingan keagamaan/religi.

6
Keramik Cina banyak ditemukan di wilayah situs Banten Lama, hal tersebut dapat
menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten dengan pelabuhannya sangat ramai dan sebagai jalur
perdagangan pada abad 16-17 Masehi, terutama dalam perdagangan rempah-rempah.

B. Hiasan Kerpus dan Ragam Lantai.


Ragam Lantai Keraton Surosowan Penelitian secara arkeologis mendapati bahwa
Keraton Surosowan pada beberapa bagiannya menggunakan lantai ang dilapisi tegel yang
terbuat dari tanah liat dan marmer dengan beberapa ukuran.
Hiasan Kerpus Beberapa bangunan di dalam lingkungan Keraton Surosowan beratapkan
genteng, ini dapat disimpulkan dari adanya temuan berupa hiasan karpus. (1) Hiasan karpus
bagian tengah atap dengan bentuk binatang. Dilihat dari bentuk kepala, sayap, dan ekor,
hiasan ini berupa figur burung merak, (2) Hiasan kerpus bagian tepi, secara arkeologis di
duga berasal dari abad 17 Masehi.

7
Berbagai keramik hasil temuan peggalian dari Keraton Surosowan dan beberapa hasil
penyerahan dari penduduk.
Kerajaan Islam Banten sebagai salah satu kerajaan maritim di Nusantara
menjadikannya sebagai ajang transaksi perdagangan lokal dan internasional. Pelabuhan
Banten menjadi pelabuhan pemberangkatan, persinggahan, dan tujuan dagang. Selain itu
Banten menjadi tempat pertemuan para pedagang dari berbagai bangsa dan pusat
perdagangan di Asia Tenggara bahkan Asia.
Menurut cacatan Cornelis de Houtman tahun 1596 di Banten telah tinggal berbagai
bangsa yang mengadakan jual beli ataupun tukar menukar barang (barter).
Bangsa asing yang berdagang di Banten pada saat itu antara lain Persia, Arab, Keling,
Koja, Pagu, China, Melayu, Eropa, dan sebagainya. Barang-barang yang diperdagangkan di
Banten ialah sutra, beludru, porselin, kertas, emas, dan kipas (China), kaca, gading, permata
(keling), batu delima, obat-obatan, minyak zaitun, permadani, minyak wangi (Persia dan
Arab), tekstil halus dan kasar (Gujarat), dan lain sebagainya.
Sementara itu, pedagang-pedagang lokal yang ikut meramaikan Banten antara lain:
Bugis, Jawa, Madura, Bali, Banjar, Indramayu, Cirebon, dan sebagainya. Sedangkan
penduduk Banten menyediakan buah-buahan, sayur mayur, madu guci, beras, keris, tombak,
gambir, lada, dan rempah-rempah lainnya.

4. Koleksi Numismutika
Koleksi Numismutika merupakan koleksi yang berupa mata uang. Koleksi yang ada
di museum ini berupa mata uang yang dicetak di Banten Lama sendiri maupun mata uang
asing seperti dari China, VOC, dan Inggris.

8
Berbagai jenis uang logam yang ditemukan dan timbangan emas.

5. Koleksi Etnografika
Koleksi etnografika yang terdapat pada museum Banten Lama Berupa koleksi alat
tenun. Koleksi ini merupakan alat tenun yang ada di daerah Banten sejak Banten sebelum
Islam sampai sekarang masih digunakan. Selain itu juga terdapat sejumlah benda-benda
tradisional dari daerah Banten seperti pakaian, senjata, dan alat kesenian.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menarik sekali memang ketika berkunjung ke musem purbakala ini, selain melihat
berbagai benda yang mempunyai nilai budaya tinggi, kita juga bisa belajar kearifan
kehidupan di masa Kesultanan Banten yang nilai-nilainya masih kita bisa terapkan sampai
sekarang, “kerukunan, persahabatan dengan tetap mempunyai barisan tentara yang kuat,”
Peninggalan arkeologi yang berupa artefak kecil-kecil telah ditemukan di Situs
Banten dalam jumlah yang banyak. Diantaranya adalah berupa : gerabah untuk keperluan
hidup, periuk, jembangan, keramik asing, patung, kapak batu dan lain-lain. Penemuan-
penemuan tersebut merupakan bagian dari aktifitas masyarakat Banten dari abad 16 M
sampai dengan abad 19 M.
Koleksi yang ada di Museum sekarang dapat diklarifikasikan menjadi beberapa
kelompok koleksi, yaitu :
1. Arkeologika, termasuk di dalamnya adalah arca Nandi, mamolo, gerabah, atap, lesung
batu dan lain sebagainya.
2. Numismatika, termasuk di dalamnya adalah koleksi mata uang, baik mata uang asing
maupun uang yang dicetak masyarakat banten.
3. Etnografika, termasuk di dalamnya adalah miniatur rumah adat suku Baduy, berbagai
macam senjata tradisional, koleksi pakaian adat dan lain-lain.

B. Saran
Semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
pembaca, sehingga kita semua dapat mengetahui Masa Peninggalan Kepurbakalaan Banten
Lama dan objek-objek peninggalan Banten lama.
Penulis juga menyarankan agar ilmu pengetahuan yang di dapat dari karya tulis ini
dapat dijadikan suri tauladan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anduk, Budi. 2011. Teknik Dasar Photosop. Semarang: Sinar Kreatif


Fauzi, Anis. 2012. Beternak Lele. Magelang: Sinar Harapan
Pamungkas, Budi. 2012. Cara Menulis yang Benar. Bangkalan: Sinar Abadi
http://www.raddien.com/2011/01/museum-situs-kepurbakalaan-banten-
lama_441.html

11

Anda mungkin juga menyukai