Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini untuk mengetahui peninggalan dan peristiwa bersejarah
yang terdapat dibanten lama dapat ditempuh dengan melakukan observasi,
wawancara dengan oorang yang mengetahui sejarah banten dan dengan cara
membaca buku atau wacana tentang sejarah banten kususnya dalam karya
tulis ini tentang masa peninggalan kepurbakalaan banten lama.
Banten merupakan tempat yang baik untuk dikunjungi oleh masyarakat
umum,pengunjung yang datang bukan dari daerah Banten saja melainkan dari
berbagai daerah diluar banten juga banyak bekunjung kebanten untuk
berjiarah kemakam sultan Maulana Hasanudin dan berekreasi. Banten sudah
dikenal orang sebagai tempat yang menyimpa banyak sejarah dan
peninggalan purbakala bagi rakyat banten . Beberapa peninggalan yang ada
dan dikenal masyarakat ialah Masjid Agung Banten, Museum Situs
Kepurbakalaan Banten Lama ,keraton Surosoan dan lain sebagainya. Dengan
memperhatikan hal-hal yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dan menuliskannya dalam bentuk karya tulis
dengan judul “Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama”.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusun dan pembuat karya tulis ini, yaitu Untuk
melatih keterampilan dan kemampuan penulis dalam memehami masa
peninggalan kepurbakalaan banten lama.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang penulis pergunakan untuk memperoleh data dalam karya
tulis ini adalah sebagai berikut:
a) Observasi atau mengunjungi tempat-tempat yang bersejarah di
Banten lama secara langsung
b) Interview atau wawancara
c) Study pustaka
BAB II
HASIL KUNJUNGAN KE MUSEUM SITUS KEPERBAKALAAN
BANTEN LAMA

A. Sejarah
Diungkapnya data arkeologi secara ilmiah yang didapat dan
terkumpul di dalam gudang sebagai hasil penelitian terhadap kawasan Banten
Lama agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Pada tanggal 13 Juli 1985
diresmikannya Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama oleh Direktur
Jenderal Kebudayaan saat itu, Prof. DR. Haryati.
Pendirian museum ini didasari karena adanya potensi budaya yang
pernah hidup dan berkembang di wilayah Banten. Oleh karena itu cakupan
koleksi yang dihimpun adalah benda-benda yang memberikan gambaran
tentang sejarah alam dan budaya yang berkembang sejak masa prasejarah
hingga yang masih hidup sampai sekarang. Koleksi museum dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok koleksi, yakni: arkeologika, di
dalamnya adalah arca Nandi, mamolo, gerabah, atap, lesung batu, dan lain
sebagainya; numismatika, di dalamnya adalah koleksi mata uang, baik mata
uang asing maupun uang yang dicetak masyarakat banten; etnografika, di
dalamnya adalah miniatur rumah adat suku Baduy, berbagai macam senjata
tradisional, koleksi pakaian adat, dan lain-lain; dan keramologika.

B. Asal usul Debus Banten


Debus adalah sebuah kesenian bela diri asli dari Banten. Kesenian
ini tercipta pada masa Pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin (1532-1570
di abad ke-16 . kesenian debus biasaya mempertunjukan kekuatan atau
kemampuan manusia yang luar biasa, diantaranya ilmu ke kebalan yang tahan
dari hantaman senjata tajam, hempasan api, minum air keras, memasukan
benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala, berjalan diatas
beling, menaiki tangga golok danlain sebagainya.
Pada jaman penjajahan Belanda tepat ketika kerajaan banten
dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682, Debus digunaka sebagai
media pembangkit semangat para pejuang untuk melawan penjajahan
peragangan Belanda yang kala itu tergabung dalam Vereenigde Oost Indische
(VOC).
Jika ditelaah dalam bahasa arab debus Berarti senjata tajam yang
terbuat dari besi yang mempunyai ujunga yang runcing dan bentuknya sedikit
bundar. Nah , karena itulah alat tersebut dipergunakan sebagai alat untuk
menghantam atau melukai setiap pemain debus, yang mempertunjukan
atraksi kekebalan tubuh. Selain itu juga masih banyak variasi-variasi atraksi
lain seperti menusuk perut, dengan benda tajam biasa nya mengunakan paku
banten yang runcing, memakan bara api, menusukan jarum panjang kelidah,
kulit, pipi sampai tembus dan hasilnya tidak ada luka sama sekali dan
mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga,
menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan
hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh masih banyak lagi
atraksi yang mereka lakukan.
Dibanten sendiri kesenian debus atau keahlian melakukan debus
menjadi sesuatu yang lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya.
Untuk saat ini biasanya kesenian debus di pentaskan dalam acara-acara
seperti pesta pernikahan, sunatan, acara 17 agustusan, dan banyak lagi acara
yang biasanya mempertunjukan kesenian ini.
C. Bangunan
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah
kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun
dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada
bentuk atapnya.
D. Koleksi
Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berupa benda-
benda koleksi baik asli maupun replika/reproduksi, miniatur, diorama, dan
lain sebaginya.
1. Koleksi Arkeologika
Koleksi arkeologika yang terdapat di Museum meliputi sejumlah benda-
benda peninggalan sejarah dan purbakala yang ditemukan di Situs Banten Lama
yang berasal dari masa prasejarah, klenik (Hindu-Budha), masa Kesultanan
Banten, dan masa kolonial. Koleksi arkeologika ini mencerminkan Banten Lama
sudah ada sejak masa pra-sejarah di Indonesia. Koleksi-koleksi tersebut antara
lain: kapal batu, arca Nandi, atap bangunan, pagar besi, pegangan kunci, rumah
kunci, paku, dan pipa saluran air.

2. Fragmen Kapal dan Jenis-jenis Bata


Jalur perdagangan rempah-rempah melalui laut menjadikan laut dan pantai
Banten ramai lalu lalang kapal dagang berbagai bentuk dan ukuran dari berbagai
negara. Tinggalan dari keramaian perdagangan laut itu diantaranya adalah
fragmen bagian dari tiang pagar tangga kapal yang terbuat dari logam dipenuhi
hiasan, dan juga fragmen badan kapal yang terbuat dari kayu. Diantara fragmen
kapal, didapati juga tapal (sepatu kuda).
Bata . Beberapa bangunan masa Kesultanan Banten dibuat menggunakan
bata, sehingga beberapa diantaranya masih dapat bertahan hingga sekarang
sebagai bangunan monumen bersejarah. Bata yang digunakan berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 29x15 cm. Dalam penggunaannya, bata-bata persegi
panjang tersebut untuk keperluan tertentu dapat dibentuk sesuai peruntukkan.
3. Elemen pintu dan perlengkapan rumah lainnya.
Elemen Pintu , Perlengkapan yang dapat dijumpai dalam keseharian juga
ditemukan di SItus Banten Lama, seperti anak kunci, rumah kunci, engsel
pintu/jendela, pegangan pintu, dan paku berbagai ukuran serta baut.
Pipa Saluran Air, Pipa untuk menyalurkan air banyak digunakan pada
masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682 Masehi). Beliau
berinisiatif membangun satu jaringan distribusi air bagi penduduk, dimulai dengan
pembuatan danau/waduk Tasikardi sebagai sumber airnya, kemudian dialirkan
melalui pipa hingga ke Keraton untuk kemudian didistribusikan ke lingkungan
sekitarnya untuk masyarakat. Sepanjang jalur air dari Tasikardi hingga Keraton
air dialirkan melalui pipa. Pipa yang terbuat dari tanah liat digunakan untuk
menyalurkan air ke kota, sedangka pipa yang terbuat dari batu dan timah
digunakan untuk menyalurkan air limbah. Perjernihan air dilakukan dengan
pembuatan tiga bangunan pengindelan/pengendapan (pengindelan abang, putih,
dan emas), sehingga saat air mengalir masuk kota telah layak untuk digunakan.
Serumbung sumur-sumur kuno di Banten berdasarkan bentuknya ada dua macam,
yakni sumur yang bentuknya persegi empat dan sumur yang bentuknya lingkaran.

4. Koleksi Keramolika
Koleksi Keramologika berupa keramik dan gerabah. Keramik-keramik
yang menjadi koleksi museum ini terdiri dari keramik asing dan keramik lokal.
Keramik asing umumnya berasal dari Birma (Myanmar), Vietnam, China, Jepang,
Timur Tengah serta negara-negara Eropa dengan cirinya masing-masing.
Keberadaan keramik ini mencerminkan bahwa pada saat itu Banten Lama
merupakan sebuah daerah yang ramai dengan aktivitas perdagangannya dengan
berbagai macam bangsa yang datang ke Banten lama, dimana gerabah-gerabah
tersebut umumnya dipergunakan sebagai alat rumah tangga, unsur bangunan serta
wadah pelebur logam yang biasa disebut kowi.

5. Koleksi Memolo dan Keramik


Memolo adalah hiasan atap mesjid yang terbuat dari bahan liat. Memolo
ini ditemukan dalam keadaan relatif utuh di situs Banten Lama yang berasal dari
masa Kesultanan Banten sekitar abad 16-19 Masehi. Teknik membuat memolo
berupa teknik roda putar dengan hiasan motif bunga dan motif geometris. Dalam
memberi hiasan digunakan teknik ukir dan teknik cungkil. Memolo merupakan
salah satu benda seni yang digunakan untuk kepentingan keagamaan/religi.
Keramik Cina banyak ditemukan di wilayah situs Banten Lama, hal tersebut
dapat menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten dengan pelabuhannya sangat ramai
dan sebagai jalur perdagangan pada abad 16-17 Masehi, terutama dalam
perdagangan rempah-rempah.
Hiasan Kerpus dan Ragam Lantai.
Ragam Lantai Keraton Surosowan Penelitian secara arkeologis
mendapati bahwa Keraton Surosowan pada beberapa bagiannya menggunakan
lantai ang dilapisi tegel yang terbuat dari tanah liat dan marmer dengan beberapa
ukuran.
Hiasan Kerpus Beberapa bangunan di dalam lingkungan Keraton
Surosowan beratapkan genteng, ini dapat disimpulkan dari adanya temuan berupa
hiasan karpus. (1) Hiasan karpus bagian tengah atap dengan bentuk binatang.
DIlihat dari bentuk kepala, sayap, dan ekor, hiasan ini berupa figur burung merak,
(2) Hiasan kerpus bagian tepi, secara arkeologis di duga berasal dari abad 17
Masehi.

Berbagai keramik hasil temuan peggalian dari Keraton Surosowan dan


beberapa hasil penyerahan dari penduduk.
Kerajaan Islam Banten sebagai salah satu kerajaan maritim di Nusantara
menjadikannya sebagai ajang transaksi perdagangan lokal dan internasional.
Pelabuhan Banten menjadi pelabuhan pemberangkatan, persinggahan, dan tujuan
dagang. Selain itu Banten menjadi tempat pertemuan para pedagang dari berbagai
bangsa dan pusat perdagangan di Asia Tenggara bahkan Asia. Menurut cacatan
Cornelis de Houtman tahun 1596 di Banten telah tinggal berbagai bangsa yang
mengadakan jual beli ataupun tukar menukar barang (barter).
Bangsa asing yang berdagang di Banten pada saat itu antara lain Persia,
Arab, Keling, Koja, Pagu, China, Melayu, Eropa, dan sebagainya. Barang-barang
yang diperdagangkan di Banten ialah sutra, beludru, porselin, kertas, emas, dan
kipas (China), kaca, gading, permata (keling), batu delima, obat-obatan, minyak
zaitun, permadani, minyak wangi (Persia dan Arab), tekstil halus dan kasar
(Gujarat), dan lain sebagainya.
Sementara itu, pedagang-pedagang lokal yang ikut meramaikan Banten
antara lain: Bugis, Jawa, Madura, Bali, Banjar, Indramayu, Cirebon, dan
sebagainya. Sedangkan penduduk Banten menyediakan buah-buahan, sayur
mayur, madu guci, beras, keris, tombak, gambir, lada, dan rempah-rempah
lainnya.

6. Koleksi Numismutika
Koleksi Numismutika merupakan koleksi yang berupa mata uang. Koleksi
yang ada di museum ini berupa mata uang yang dicetak di Banten Lama sendiri
maupun mata uang asing seperti dari China, VOC, dan Inggris.
Berbagai jenis uang logam yang ditemukan dan timbangan emas.

7. Koleksi Etnografika
Koleksi etnografika yang terdapat pada museum Banten Lama Berupa
koleksi alat tenun. Koleksi ini merupakan alat tenun yang ada di daerah Banten
sejak Banten sebelum Islam sampai sekarang masih digunakan. Selain itu juga
terdapat sejumlah benda-benda tradisional dari daerah Banten seperti pakaian,
senjata, dan alat kesenian.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini untuk mengetahui peninggalan dan peristiwa bersejarah yang
terdapat dibanten lama dapat ditempuh dengan melakukan observasi, wawan cara
dengan oorang yang mengetahui sejarah banten dan dengan cara membaca buku
atau wacana tentang sejarah banten kususnya dalam karya tulis ini tentang masa
peninggalan kepurbakalaan banten lama.
Banten merupakan tempat yang baik untuk dikunjungi oleh masyarakat
umum,pengunjung yang datang bukan dari daerah Banten saja melainkan dari
berbagai daerah diluar banten juga banyak bekunjung kebanten untuk berjiarah
kemakam sultan Maulana Hasanudin dan berekreasi. Banten sudah dikenal orang
sebagai tempat yang menyimpa banyak sejarah dan peninggalan purbakala bagi
rakyat banten . Beberapa peninggalan yang ada dan dikenal masyarakat
ialah Masjid Agung Banten, Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ,keraton
Surosoan dan lain sebagainya. Dengan memperhatikan hal-hal yang telah
diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
menuliskannya dalam bentuk karya tulis dengan judul “Museum Situs
Kepurbakalaan Banten Lama”.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusun dan pembuat karya tulis ini, yaitu Untuk
melatih keterampilan dan kemampuan penulis dalam memehami masa
peninggalan kepurbakalaan banten lama.

C. Metode Pengumpulan Data


Metode yang penulis pergunakan untuk memperoleh data dalam karya tulis
ini adalah sebagai berikut;
a) Observasi atau mengunjungi tempat-tempat yang bersejarah di Banten lama
secara langsung.
b) Interviu atau wawancara
c) Study pustaka

BAB II
HASIL KUNJUNGAN KE MUSEUM SITUS KEPERBAKALAAN
BANTEN LAMA
A.Sejarah
Diungkapnya data arkeologi secara ilmiah yang didapat dan terkumpul di
dalam gudang sebagai hasil penelitian terhadap kawasan Banten Lama agar dapat
dinikmati oleh masyarakat luas. Pada tanggal 13 Juli 1985 diresmikannya
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama oleh Direktur Jenderal Kebudayaan
saat itu, Prof. DR. Haryati.
Pendirian museum ini didasari karena adanya potensi budaya yang pernah
hidup dan berkembang di wilayah Banten. Oleh karena itu cakupan koleksi yang
dihimpun adalah benda-benda yang memberikan gambaran tentang sejarah alam
dan budaya yang berkembang sejak masa prasejarah hingga yang masih hidup
sampai sekarang. Koleksi museum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok koleksi, yakni: arkeologika, di dalamnya adalah arca Nandi, mamolo,
gerabah, atap, lesung batu, dan lain sebagainya; numismatika, di dalamnya adalah
koleksi mata uang, baik mata uang asing maupun uang yang dicetak masyarakat
banten; etnografika, di dalamnya adalah miniatur rumah adat suku Baduy,
berbagai macam senjata tradisional, koleksi pakaian adat, dan lain-lain; dan
keramologika.

B. Asal usul Debus Banten


Debus adalah sebuah kesenian bela diri asli dari Banten. Kesenian ini tercipta
pada masa Pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin (1532-1570 di abad ke-
16 . kesenian debus biasaya mempertunjukan kekuatan atau kemampuan
manusia yang luar biasa, diantaranya ilmu ke kebalan yang tahan dari
hantaman senjata tajam, hempasan api, minum air keras, memasukan benda
kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala, berjalan diatas beling,
menaiki tangga golok danlain sebagainya .
Pada jaman penjajahan Belanda tepat ketika kerajaan banten dipegang oleh
Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682, Debus digunaka sebagai media
pembangkit semangat para pejuang untuk melawan penjajahan peragangan
Belanda yang kala itu tergabung dalam Vereenigde Oost Indische (VOC).

Jika ditelaah dalam bahasa arab debus Berarti senjata tajam yang terbuat
dari besi yang mempunyai ujunga yang runcing dan bentuknya sedikit
bundar. Nah , karena itulah alat tersebut dipergunakan sebagai alat untuk
menghantam atau melukai setiap pemain debus, yang mempertunjukan
atraksi kekebalan tubuh. Selain itu juga masih banyak variasi-variasi atraksi
lain seperti menusuk perut, dengan benda tajam biasa nya mengunakan paku
banten yang runcing, memakan bara api, menusukan jarum panjang kelidah,
kulit, pipi sampai tembus dan hasilnya tidak ada luka sama sekali dan
mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga,
menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan
hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih
banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.
Dibanten sendiri kesenian debus atau keahlian melakukan debus menjadi
sesuatu yang lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya. Untuk
saat ini biasanya kesenian debus di pentaskan dalam acara-acara seperti
pesta pernikahan, sunatan, acara 17 agustusan, dan banyak lagi acara yang
biasanya mempertunjukan kesenian ini.

C. Bangunan
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang
lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya
arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya.

Bangunan Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

C. Koleksi
Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berupa benda-benda
koleksi baik asli maupun replika/reproduksi, miniatur, diorama, dan lain
sebaginya.
1. Koleksi Arkeologika
Koleksi arkeologika yang terdapat di Museum meliputi sejumlah benda-
benda peninggalan sejarah dan purbakala yang ditemukan di Situs Banten Lama
yang berasal dari masa prasejarah, klenik (Hindu-Budha), masa Kesultanan
Banten, dan masa kolonial. Koleksi arkeologika ini mencerminkan Banten Lama
sudah ada sejak masa pra-sejarah di Indonesia. Koleksi-koleksi tersebut antara
lain: kapal batu, arca Nandi, atap bangunan, pagar besi, pegangan kunci, rumah
kunci, paku, dan pipa saluran air.

Fragmen Kapal dan Jenis-jenis Bata


Jalur perdagangan rempah-rempah melalui laut menjadikan laut dan pantai
Banten ramai lalu lalang kapal dagang berbagai bentuk dan ukuran dari berbagai
negara. Tinggalan dari keramaian perdagangan laut itu diantaranya adalah
fragmen bagian dari tiang pagar tangga kapal yang terbuat dari logam dipenuhi
hiasan, dan juga fragmen badan kapal yang terbuat dari kayu. Diantara fragmen
kapal, didapati juga tapal (sepatu kuda).
Bata . Beberapa bangunan masa Kesultanan Banten dibuat menggunakan
bata, sehingga beberapa diantaranya masih dapat bertahan hingga sekarang
sebagai bangunan monumen bersejarah. Bata yang digunakan berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 29x15 cm. Dalam penggunaannya, bata-bata persegi
panjang tersebut untuk keperluan tertentu dapat dibentuk sesuai peruntukkan.
Elemen pintu dan perlengkapan rumah lainnya.
Elemen Pintu , Perlengkapan yang dapat dijumpai dalam keseharian juga
ditemukan di SItus Banten Lama, seperti anak kunci, rumah kunci, engsel
pintu/jendela, pegangan pintu, dan paku berbagai ukuran serta baut.
Pipa Saluran Air, Pipa untuk menyalurkan air banyak digunakan pada
masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682 Masehi). Beliau
berinisiatif membangun satu jaringan distribusi air bagi penduduk, dimulai dengan
pembuatan danau/waduk Tasikardi sebagai sumber airnya, kemudian dialirkan
melalui pipa hingga ke Keraton untuk kemudian didistribusikan ke lingkungan
sekitarnya untuk masyarakat. Sepanjang jalur air dari Tasikardi hingga Keraton
air dialirkan melalui pipa. Pipa yang terbuat dari tanah liat digunakan untuk
menyalurkan air ke kota, sedangka pipa yang terbuat dari batu dan timah
digunakan untuk menyalurkan air limbah. Perjernihan air dilakukan dengan
pembuatan tiga bangunan pengindelan/pengendapan (pengindelan abang, putih,
dan emas), sehingga saat air mengalir masuk kota telah layak untuk digunakan.
Serumbung sumur-sumur kuno di Banten berdasarkan bentuknya ada dua macam,
yakni sumur yang bentuknya persegi empat dan sumur yang bentuknya lingkaran.
2. Koleksi Keramolika
Koleksi Keramologika berupa keramik dan gerabah. Keramik-keramik
yang menjadi koleksi museum ini terdiri dari keramik asing dan keramik lokal.
Keramik asing umumnya berasal dari Birma (Myanmar), Vietnam, China, Jepang,
Timur Tengah serta negara-negara Eropa dengan cirinya masing-masing.
Keberadaan keramik ini mencerminkan bahwa pada saat itu Banten Lama
merupakan sebuah daerah yang ramai dengan aktivitas perdagangannya dengan
berbagai macam bangsa yang datang ke Banten lama, dimana gerabah-gerabah
tersebut umumnya dipergunakan sebagai alat rumah tangga, unsur bangunan serta
wadah pelebur logam yang biasa disebut kowi.

Koleksi Memolo dan Keramik


Memolo adalah hiasan atap mesjid yang terbuat dari bahan liat. Memolo
ini ditemukan dalam keadaan relatif utuh di situs Banten Lama yang berasal dari
masa Kesultanan Banten sekitar abad 16-19 Masehi. Teknik membuat memolo
berupa teknik roda putar dengan hiasan motif bunga dan motif geometris. Dalam
memberi hiasan digunakan teknik ukir dan teknik cungkil. Memolo merupakan
salah satu benda seni yang digunakan untuk kepentingan keagamaan/religi.
Keramik Cina banyak ditemukan di wilayah situs Banten Lama, hal tersebut
dapat menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten dengan pelabuhannya sangat ramai
dan sebagai jalur perdagangan pada abad 16-17 Masehi, terutama dalam
perdagangan rempah-rempah.

Hiasan Kerpus dan Ragam Lantai.


Ragam Lantai Keraton Surosowan Penelitian secara arkeologis
mendapati bahwa Keraton Surosowan pada beberapa bagiannya menggunakan
lantai ang dilapisi tegel yang terbuat dari tanah liat dan marmer dengan beberapa
ukuran.
Hiasan Kerpus Beberapa bangunan di dalam lingkungan Keraton
Surosowan beratapkan genteng, ini dapat disimpulkan dari adanya temuan berupa
hiasan karpus. (1) Hiasan karpus bagian tengah atap dengan bentuk binatang.
DIlihat dari bentuk kepala, sayap, dan ekor, hiasan ini berupa figur burung merak,
(2) Hiasan kerpus bagian tepi, secara arkeologis di duga berasal dari abad 17
Masehi.
Berbagai keramik hasil temuan peggalian dari Keraton Surosowan dan
beberapa hasil penyerahan dari penduduk.
Kerajaan Islam Banten sebagai salah satu kerajaan maritim di Nusantara
menjadikannya sebagai ajang transaksi perdagangan lokal dan internasional.
Pelabuhan Banten menjadi pelabuhan pemberangkatan, persinggahan, dan tujuan
dagang. Selain itu Banten menjadi tempat pertemuan para pedagang dari berbagai
bangsa dan pusat perdagangan di Asia Tenggara bahkan Asia. Menurut cacatan
Cornelis de Houtman tahun 1596 di Banten telah tinggal berbagai bangsa yang
mengadakan jual beli ataupun tukar menukar barang (barter).
Bangsa asing yang berdagang di Banten pada saat itu antara lain Persia,
Arab, Keling, Koja, Pagu, China, Melayu, Eropa, dan sebagainya. Barang-barang
yang diperdagangkan di Banten ialah sutra, beludru, porselin, kertas, emas, dan
kipas (China), kaca, gading, permata (keling), batu delima, obat-obatan, minyak
zaitun, permadani, minyak wangi (Persia dan Arab), tekstil halus dan kasar
(Gujarat), dan lain sebagainya.
Sementara itu, pedagang-pedagang lokal yang ikut meramaikan Banten
antara lain: Bugis, Jawa, Madura, Bali, Banjar, Indramayu, Cirebon, dan
sebagainya. Sedangkan penduduk Banten menyediakan buah-buahan, sayur
mayur, madu guci, beras, keris, tombak, gambir, lada, dan rempah-rempah
lainnya.

3. Koleksi Numismutika
Koleksi Numismutika merupakan koleksi yang berupa mata uang. Koleksi
yang ada di museum ini berupa mata uang yang dicetak di Banten Lama sendiri
maupun mata uang asing seperti dari China, VOC, dan Inggris.

Berbagai jenis uang logam yang ditemukan dan timbangan emas.

4.Koleksi Etnografika
Koleksi etnografika yang terdapat pada museum Banten Lama Berupa
koleksi alat tenun. Koleksi ini merupakan alat tenun yang ada di daerah Banten
sejak Banten sebelum Islam sampai sekarang masih digunakan. Selain itu juga
terdapat sejumlah benda-benda tradisional dari daerah Banten seperti pakaian,
senjata, dan alat kesenian.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Menarik sekali memang ketika berkunjung ke musem purbakala ini, selain
melihat berbagai benda yang mempunyai nilai budaya tinggi, kita juga bisa belajar
kearifan kehidupan di masa Kesultanan Banten yang nilai-nilainya masih kita bisa
terapkan sampai sekarang, “kerukunan, persahabatan dengan tetap mempunyai
barisan tentara yang kuat,”
Peninggalan arkeologi yang berupa artefak kecil-kecil telah ditemukan di
Situs Banten dalam jumlah yang banyak. Diantaranya adalah berupa : gerabah
untuk keperluan hidup, periuk, jembangan, keramik asing, patung, kapak batu dan
lain-lain. Penemuan-penemuan tersebut merupakan bagian dari aktifitas
masyarakat Banten dari abad 16 M sampai dengan abad 19 M.
Koleksi yang ada di Museum sekarang dapat diklarifikasikan menjadi
beberapa kelompok koleksi, yaitu :
1. Arkeologika, termasuk di dalamnya adalah arca Nandi, mamolo, gerabah,
atap, lesung batu dan lain sebagainya.
2. Numismatika, termasuk di dalamnya adalah koleksi mata uang, baik mata
uang asing maupun uang yang dicetak masyarakat banten.
3. Etnografika, termasuk di dalamnya adalah miniatur rumah adat suku
Baduy, berbagai macam senjata tradisional, koleksi pakaian adat dan lain-
lain.

B.Saran
Semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi para pembaca, sehingga kita semua dapat mengetahui Masa Peninggalan
Kepurbakalaan Banten Lama dan objek-objek peninggalan Banten lama.
Penulis juga menyarankan agar ilmu pengetahuan yang di dapat dari karya
tulis ini dapat dijadikan suri tauladan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.

DAFTAR PUSTAKA
Anduk, Budi. 2011. Teknik Dasar Photosop. Semarang: Sinar Kreatif
Fauzi, Anis. 2012. Beternak Lele. Magelang: Sinar Harapan
Pamungkas, Budi. 2012. Cara Menulis yang Benar. Bangkalan: Sinar Abadi
http://www.raddien.com/2011/01/museum-situs-kepurbakalaan-banten-lama_441.html

Diposting oleh Unknown di 02.34 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2016 (1)
o ▼ Mei (1)
 Contoh KARYA TULIS ILMIAH Tentang BANTEN
LAMA

Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.


PENUTUP

A.Kesimpulan
Menarik sekali memang ketika berkunjung ke musem purbakala ini, selain
melihat berbagai benda yang mempunyai nilai budaya tinggi, kita juga bisa belajar
kearifan kehidupan di masa Kesultanan Banten yang nilai-nilainya masih kita bisa
terapkan sampai sekarang, “kerukunan, persahabatan dengan tetap mempunyai
barisan tentara yang kuat,”
Peninggalan arkeologi yang berupa artefak kecil-kecil telah ditemukan di
Situs Banten dalam jumlah yang banyak. Diantaranya adalah berupa : gerabah
untuk keperluan hidup, periuk, jembangan, keramik asing, patung, kapak batu dan
lain-lain. Penemuan-penemuan tersebut merupakan bagian dari aktifitas
masyarakat Banten dari abad 16 M sampai dengan abad 19 M.
Koleksi yang ada di Museum sekarang dapat diklarifikasikan menjadi
beberapa kelompok koleksi, yaitu :
1. Arkeologika, termasuk di dalamnya adalah arca Nandi, mamolo, gerabah,
atap, lesung batu dan lain sebagainya.
2. Numismatika, termasuk di dalamnya adalah koleksi mata uang, baik mata
uang asing maupun uang yang dicetak masyarakat banten.
3. Etnografika, termasuk di dalamnya adalah miniatur rumah adat suku
Baduy, berbagai macam senjata tradisional, koleksi pakaian adat dan lain-
lain.

B.Saran
Semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi para pembaca, sehingga kita semua dapat mengetahui Masa Peninggalan
Kepurbakalaan Banten Lama dan objek-objek peninggalan Banten lama.
Penulis juga menyarankan agar ilmu pengetahuan yang di dapat dari karya
tulis ini dapat dijadikan suri tauladan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.

DAFTAR PUSTAKA
Anduk, Budi. 2011. Teknik Dasar Photosop. Semarang: Sinar Kreatif
Fauzi, Anis. 2012. Beternak Lele. Magelang: Sinar Harapan
Pamungkas, Budi. 2012. Cara Menulis yang Benar. Bangkalan: Sinar Abadi
http://www.raddien.com/2011/01/museum-situs-kepurbakalaan-banten-lama_441.html

Anda mungkin juga menyukai