Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PROSEDUR KELENGKAPAN DOKUMEN PERDAGANGAN


DALAM DAN LUAR NEGERI “

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS EKOB

DISUSUN OLEH:

ARNETHALIA NABILA WIDIANTO

X AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA 2


SMK NEGERI 1 CILACAP

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
memberikan banyak kenikmatannya kepada saya sehingga saya mampu menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang direncanakan. Makalah ini saya buat untuk
menambah pengetahuan dan memenuhi tugas dalam pelajaran ekonomi bisnis. Saya
sebagai penyusun makalah pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini,yang mempunyai banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami
memohon maaf atas segala kekurangannya.

Laporan ini kami susun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Ahmad Murwanto, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK N 1 Cilacap
2. Ibu Dinda Trisna Paramita selaku pembimbing mata pelajaran Ekonomi Bisnis.

Cilacap , 2 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I MATERI

A. SUMBER HUKUM EKSPOR ........................................................................... 1


1. KETENTUAN EKSPOR.............................................................................. 1
2. IZIN EKSPOR .............................................................................................. 2
B. SUMBER HUKUM IMPOR .............................................................................. 3
1. KETENTUAN IMPOR ................................................................................ 3
2. ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API) ................................................... 4
a. KETENTUAN API ................................................................................ 4
b. TATA CARA DAN PERSYARATAN API .......................................... 5
c. MASA BERLAKU API ......................................................................... 7
d. KEWAJIBAN PEMEGANG API .......................................................... 7
e. PEMBAHARUAN API .......................................................................... 7
f. SANKSI .................................................................................................. 7
C. LETTER OF CREDIT ........................................................................................ 8
1. PENGERTIAN LETTER OF CREDIT ........................................................ 8
2. PIHAK-PIHAK DALAM L/C ..................................................................... 9
3. JENIS-JENIS L/C ......................................................................................... 9
4. LETTER OF CREDIT IMPOR .................................................................... 11
5. LETTER OF CREDIT EKSPOR ................................................................. 12
D. PROSEDUR EKSPOR ....................................................................................... 12
1. SYARAT EKSPOR ...................................................................................... 12
2. KELOMPOK MATA DAGANGAN EKSPOR ........................................... 12
3. KODE HS ..................................................................................................... 13
4. KONTRAK DAN SYARAT-SYARAT PENJUALAN .............................. 13
5. THERMS PENJUALAN .............................................................................. 14
6. STANDAR DAN PENGAWASAN MUTU ................................................ 14

iii
7. SURAT KETERANGAN/SERTIFIKASI.................................................... 14

BAB II PENUTUP

KESIMPULAN .............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

iv
BAB I

PEMBAHASAN

A. SUMBER HUKUM EKSPOR


1. Ketentuan Ekspor

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor :


182/MPP/Kep/4/1998 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor

a. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean;


b. Eksportir adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan
ekspor;
c. Eksportir terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah
mendapat pengakuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk
mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d. Daerah pabean adalah Wilayah RI yang meliputi wilayah darat, perairan,
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi
eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan;
e. Barang yang di atur ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya
dapat dilakukan oleh eksportir terdaftar;
f. Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya
dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan atau Pejabat yang ditunjuk;
g. Barang yang dilarang ekspornya adalah barang yang tidak boleh di
ekspor;
h. Barang yang bebas ekspornya adalah barang yang tidak termasuk
pengertian butir e, f, dan g.

Ekspor pada mulanya hanya dapat dilakukan oleh perusahaan berbentuk


Badan Hukum yang telah mendapatkan izin dari Departemen Perdagangan.

2. Izin Ekspor :

1
a. APE (Angka Pengenal Ekspor) untuk eksportir umum, berlaku untuk
jangka 5 tahun dan dapat diperpanjang.
b. APES (Angka Pengenal Ekspor Sementara), berlaku untuk jangka waktu
2 tahun dan tidak dapat diperpanjang.
c. APE maupun APES dikeluarkan oleh Kanwil, Departemen Perdagangan.
d. APET (Angka Pengenal Ekspor Terbatas),untuk perusahaan Penanaman
Modal Asing/Penanaman Modal Dalam Negeri (PMA/PMDN).
e. APETS (Angka Pengenal Ekspor Terbatas Sementara).
f. APET maupun APETS dikeluarkan oleh BKPM.
g. APES Produsen diberikan kepada perusahaan yang selain melakukan
kegiatan produksi juga melakukan kegiatan ekspor bahan baku /
penolong untuk proses produksi industri di luar negeri.

Setelah keluarnya Keputusan Menteri Perdagangan No. 331/Kp/XII/87


tanggal 23 Desember 1987 mengubah ketentuan di atas sehingga ekspor dapat
dilakukan oleh setiap pengusaha yang telah memiliki :

1. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); atau


2. Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non
Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
dan
3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Setiap eksportir yang melakukan ekspor barang yang diatur ekspornya harus
memenuhi persyaratan dan telah mendapat pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar dari
Menteri Perindustrian dan Perdagangan, dalam hal ini Direktur Jendral Perdagangan
Internasional.

Setiap eksportir yang melakukan ekspor barang yang diawasi ekspornya


harus memenuhi persyaratan dan telah mendapat persetujuan ekspor dari Menteri
Perindustrian dan Perdagangan, dalam hal ini Direktur ekspor dengan
mempertimbangkan usulan dari Direktur Pembina Teknis yang bersangkutan di
lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan/atau instansi/ departemen
yang terkait.

2
Barang yang diatur ekspornya, diawasi ekspornya dan dilarang ekspornya
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini sebagaimana telah
dirubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor :
57/MPP/Kep/I/2002 Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 558/MPP/Kep/12/1998 Tentang Ketentuan
Umum dibidang ekspor sebagaimana telah diubah beberapa kali Terakhir dengan
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 294/MPP/Kep/10/2001
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia.

Pembayaran ekspor dapat dilakukan dengan Letter Of Credit atau dengan


cara pembayarn lain yang lazim berlaku dalam perdagangan internasional sesuai
kesepakatan antara penjual dengan pembeli.

Terhadap barang ekspor tertentu, Menteri Perindustrian dan Perdagangan


dalam hal ini Direktur Jendral Perdagangan Internasional menetapkan Harga Patokan
Ekspor secara berkala sebagai dasar perhitungan Pajak Eksportir. Eksportir yang
melanggar ketentuan dalam keputusan imi dapat dikenakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

B. SUMBER HUKUM IMPOR


1. Ketentuan Impor

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:


229/MPP/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Impor

a. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean;


b. Daerah Pabean adalah wilayah RI yang meliputi wilayah darat, perairan,
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi
eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan;
c. Barang yang diatur tata niaga impornya adalah barang yang impornya
hanya boleh dilakukan oleh perusahaan yang diakui dan disetujui oleh
Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mengimpor barang yang
bersangkutan;

3
d. Impor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah emiliki Angka
Pengenal Importir (API), Angka Pengenal Importir Sementara (APIS)
atau Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT)
2. Angka Pengenal Importir (API)
a. Ketentuan API

Ketentuan mengenai API diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian


Dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 253/MPP/Kep/7/2000 Tentang Perubahan
Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor 550/MPP/Kep/10/1999
Tentang Angka Pengenal Importir (API).

 Angka Pengenal Importir disingkat API adalah tanda pengenal


sebagai importir yang harus dimiliki setiap perusahaan yang
melakukan perdagangan impor;
 Perusahaan importir adalah Perusahaan yang melakukan kegiatan
perdagangan impor barang;
 Perusahaan Dagang adalah setiap bentuk usaha perseorangan,
persekutuan, koperasi atau badan hukum yang berkedudukan di
Indonesia yang melakukan kegiatan usaha perdagangan;
 Perusahaan Industri adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
dibidang usaha imdustri;
 Menteri adalah Menteri Perindustrian dan Perdagangan;Direktur
adalah Direktur Impor Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri,
Departemen Perindustrian dan Perdagangan;
 KANWIL adalah Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan
Perdagangan;
 KANDEP adalah Kantor Departemen Perindustrian dan
Perdagangan.

Kegiatan usaha perdagangan impor hanya dapat dilaksanakan oleh


Perusahaan yang telah memiliki API. API terdiri dari:

 Angka Pengenal Importir Umum (API-U);


 Angka Pengenal Importir Produsen (API-P).

4
Setiap Perusahaan Industri di luar PMA/PMDN yang melakukan impor
wajib memiliki API-U.

Perusahaan pemilik API-U dapat mengimpor semua jenis barang kecuali


barang yang diatur tata niaga impornya dan barang yang dilarang impornya.

Perusahaan pemilik API-P hanya dapat mengimpor barang modal dan bahan
buku/ penolong untuk keperluan proses produksinya sendiri, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

b. Tata Cara Persyaratan API


1. API diterbitkan oleh kepala KANWIL atas nama Menteri di tempat
kantor pusar perusahaan berdomisili.
2. Setiap perusahaan dagang hanya berhak memiliki 1 (satu) API-U
3. Setiap perusahaan dagang hanyaberhak memiliki API-P
4. Perusahaan Dagang dan Perusahaan Industri sebagaimana dimaksud
pada keputusan ini adalah setiap bentuk usaha perorangan,
persekutuan, koperasi atau badan hukum yang berkedudukan di
Indonesia.

Untuk dapat memperoleh API-U dan API-P, perusahaan yang bersangkutan


wajib mengajukan permohonan kepada Kepala KANWIL, tembusan kepada Kepala
KANDEP dengan melampirkan:

1. Formulir Isian (disediakan dengan cuma-cuma);


2. Copy akte notaris pendirian perusahaan dan perubahannya;
3. Nama dan susunan pengurus perusahaan (asli);
4. Surat keterangan kelakuan baik pengurus perusahaan dari kepolisian
(asli)
5. Copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Tanda Daftar
Perusahaan (TDUP) untuk API-U dan copy Izin Usaha dari
Departemen terkait untuk API-P;
6. Copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
7. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan;

5
8. Surat keterangan domisili kantor pusat yang masih berlaku dari
Kantor Kecamatan apabila milik sendiri atau dari pemilik gedung
apabila sewa/kontrak (asli);
9. Copy perjanjian sewa/kontrak tempat berusaha yang masa waktu
sewa/kontaknya minimal 2(dua) tahun;
10. Referensi Bank Devisa (asli);
11. Pas foto pengurus 2 (dua) lembar ukuran 2 x 3
12. Copy KTP pengurus.

Kepala KANDEP setempat, selambat-lambatnya 12 hari kerja sejak


diterimanya tembusan permohonan API dan formulir isian berikut lampirannya telah
selesai melakukan pemerikasaan ke lapangan.

Pemeriksaan ke lapangan sebagai mana dimaksud untuk memastikan


kebenaran dokumen yang diajukan oleh pemohon dilaksanakan oleh 2 (dua) orang
pegawai dari KANDEP dimana kantor perusahaan tersebut berdomisili.

Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dibuatkan Berita Acara


Pemerikasaan (BAP) yang ditandatangani pleh Kepala KANDEP atau Pelaksana Tugas
KANDEP dan seorang pegawai dari KANDEP yang melakukan pemeriksaan langsung
ke lapangan.

Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud, selambat-lambatnya 3


(tiga) hari kerja telah disampaikan oleh Kepala KANDEP atau Pelaksana Tugas Kepala
KANDEP kepada Kepala KANWIL.

Kepala KANWIL selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) hari


kerja terhitung sejak diterima BAP telah menerbitkan API atau menolak permohonan.

API-U berwarna biru muda dan API-P berwarna hijau muda;

Nomor API terdiri dari 9 (sembilan) digit:

 2 (dua) digit di depan untuk nomor kode Provinsi;


 2 (dua) digit berikutnya untuk nomor kode Kabupaten/Kota Madya;
 5 (lima) digit lainnya untuk nomor urut API yang diterbitkan.

6
c. Masa Berlaku API

Masa berlaku API selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal


diterbitkannya API tersebut. API dapat digunakan untuk melaksanakan impor diseluruh
Daerah Pabean Republik Indonesia.

d. Kewajiban Pemegang API

Perusahaan pemilik API wajib melaporkan kepada Kepala KANWIL


mengenai:

1. Kegiatan setiap 1 (satu ) tahun;


2. Setiap perubahan nama, bentuk badan usaha, pengurus dan
alamat perusahaan;
3. Penutupan perusahaan atau penghentian kegiatan impor disertai
dengan pengembalian API asli;
e. Pembaharuan API

API-U, API-P, APIS Umum dan APIS Produsen yang telah diterbitkan
sebelumdan atau pada tanggal ditetapakannya keputusan ini wajib diperbaharui dalam
jangka waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak ditetapkannya keputusan ini.
APIS Umum dan APIS Produsen diperbaharui menjadi API-U dan API-P.

f. Sanksi

API dibekukan apabila pemilik perusahaan/pengurus perusahaan pemilik


API:

1. Sedang diperiksa oleh penyidik karena diduga melakukan tindak pidana


yang berhubungan dengan penyalahgunaan API.
2. Tidak melaksanakan kewajibannya melaporkan kepada Kepala Kanwil
mengenai kegiatan usaha setiap 1 (satu) tahun; setiap perubahan
nama,bentuk badan usaha,pengurus dan alamat perusahaan.

API yang telah dibekukan, dapat dicairkan apabila :

1. Telah dikeluarkannya perintah pemberhentian oleh penyidik;

7
2. Dinyatakan tidak bersalah/dibebaskan dari segala tuntutan hukum yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dengan melampirkan amar
pengadilan;atau
3. Telah melaksanakan kewajibannya melaporkan kepada Kepala Kanwil
mengenai kegiatan usaha selama 1 (satu) tahun; setiap perubahan nama,
bentuk badan usaha, pengurus dan alamat perusahaan.

API dicabut apabila perusahaan/pengurus perusahaan pemilik API ;

1. Tidak melaksanakan kewajibannya melapor sebanyak 2 (dua) kali


mengenai kegiatan usaha kepada Kepala Kanwil.
2. Tidak melaksanakan kewajibannya pemberitahuan pengubahan nama,
bentuk badan usaha, pengurus dan alamat perusahaan. Selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembekuan;
3. Memalsukan, mengubah, menambah dan/atau mengganti surat yang
diberikan oleh Instansi lain, dengan maksud untuk mendapatkan surat
persetujuan dan/atau surat keterangan dari Departemen Perindusrian dan
Perdagangan;

Dalam hal ini tidak ada HPE, Pajak Ekspor dihitung berdasarkan harga FOB
yang tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Kurs sebagaimana
dimaksud adalah kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan secara berkala.

C. LETTER OF CREDIT (L/C)


1. Pengertian

L/C merupakan janji bayar dari Bank Pembuka kepada pihak eksportir
sepanjang mampu menyerahkan dokumen yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C.
bagi para nasabah importir, BCA menyediakan jasa layanan untuk penerbitan berbagai
jenis L/C, mulai dari Sight L/C (atas unjuk), Usance L/C (berjangka), Red Clause L/C
(pembayaran di muka), hingga Standby L/C. penerbitan L/C dapat dilayani dalam 22
mata uang asing ke berbagai penjuru dunia di mana Anda bermitra bisnis.

Suatu instrumen (dapat berupa telex, swift, surat) dikeluarkan oleh bank
penerbit L/C atas permintaan nasabahnya (importir/ buyer/ applicant) yang memberikan

8
kuasa kepada penjual ( eksportir/ seller/ beneficiary ) untuk menarik dengan sehelai
wesel/draft sejumlah uang jika telah memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam instrumen tersebut.

Manfaat bagi nasabah :

a. Nasabah (eksportir) mendapat jaminan pembayaran atas barang yang mereka


ekspor, sedangkan bagi nasabah (importir) mendapat jaminan penerimaan
barang yang mereka impor.
b. Karyawan mempunyai alternatif lain dalam memanfaatkan dana yang dimiliki.
c. Menghindari korespondensi yang berkali-kali.
2. Pihak – pihak dalam L/C
a. Pemohon (Applicant)
b. Bank Penerbit (Issuing Bank)
c. Penerima (Beneficiary)
d. Bank Penerus (Advising Bank)
e. Bank yang ditunjuk (Nominated Bank)
f. Bank Penegosiasi (Negotiating Bank)
g. Bank Pengkonfirmasi (Confirming Bank)
3. Jenis-jenis L/C
Dilihat dari kekuatannya :
 Revocable L/C

Adalah L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah secara


sepihak oleh opener atau issuing bank tanpa memerlukan persetujuan dari beneficiary.

 Irrevocable L/C

Adalah L/C yang tidak bisa dibatalkan selama jangka berwaktu (validity) yang
ditentukan dalam L/C tersebut dan opening bank tetap menjamin untuk menerima
wesel-wesel yang ditarik atas L/C tersebut. Pembatalan mungkin juga dilakukan, tetapi
harus atas persetujuan semua pihak yang bersangkutan dengan L/C tersebut.

 Irrevocable dan Confirmed L/C

9
L/C ini dianggap paling sempurna dan paling aman dari sudut penerima L/C
(beneficiary) karena pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas L/C ini dijamin
sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh advising bank, bila segala syarat-syarat
dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan karena sifatnya irrevocable.

Dilihat dari persyaratannya:

 Clean L/C

Dalam L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk penarikan suatu
wesel. Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya, bahkan pengambilan uang
dari kredit yang tersedia dapat dilakukan dengan kuitansi biasa.

 Documentary L/C

Penarikan uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi dengan dokumen-
dokumen lain sebagaimana disebut dalam syarat-syarat dari L/C.

 Documentary L/C dengan Red Clause

Jenis L/C ini, penerima L/C (beneficiary) diberi hak untuk menarik
sejumlah L/C yang tersedia dengan penyerahan kuitansi biasa atau dengan penarikan
wesel tanpa memerlukan dokumen lainnya, sedangkan sisanya dilaksanakan seperti
dalam hal hal documentary L/C. L/C ini merupakan kombinasi open L/C dengan
documentary L/C.

 Revolving L/C

L/C ini memungkinkan kredit yang tersedia dipakai ulang tanpa


mengadakan perubahan syarat khusus pada L/C tersebut. Misalnya, untuk jangka waktu
enam bulan, kredit tersedia setiap bulannya US$ 1.200, berarti secara otomatis tiap
bulan (selama enam bulan) kredit tersedia sebesar US$ 1.200, tidak peduli apakah
jumlah itu dipakai atau tidak.

Jenis lainnya:

 Back to Back

10
Dalam L/C ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan pemilik barang,
tetapi hanya perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa meminta bantuan
banknya untuk membuka L/C untuk pemilik barang-barang yang sebenarnya dengan
menjaminkan L/C yang diterimanya di luar negeri.

 Transferable L/C

Beneficiary berhak meminta kepada bank yang diamanatkan untuk


melakukan pembayaran/akseptasi kepada setiap bank yang berhak melakukan
negosiasi,untuk menyerahkan hak atas kredit sepenuhnya/ sebagian kepada pihak
ketiga.

 Standby by L/C

Suatu jaminan khusus yang biasanya dipakai sebagai “ stand by “ oleh pihak
beneficiary atau bank atas nama nasabahnya. Dalam hal ini apabila pihak applicant
gagal untuk melaksanakan suatu kontrak/gagal membayar pinjaman/memenuhi
pinjamannya, maka bank yang bersangkutan akan membayar kepada pihak beneficiary
atas penyerahan selembar sight draft dan surat pernyataan dari pihak beneficiary yang
menyatakan bahwa applicant atau kontraktor tidak dapat melaksanakan kontrak yang
disetujui/membayar pinjaman/memenuhi kewajibannya.

4. L/C Impor
a. Copy API.
b. SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
c. Copy KTP pejabat perusahaan.
d. Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen
impor.
e. Mengisi dan menandatangani formulir syarat-syarat umum L/C.
f. Mengisi dan menandatangani formulir penggunaan fasilitas L/C
Sight/Usance.
g. Membuka rekening di Bank (untuk memudahkan pemotongan biaya-biaya
yang timbul dalam proses L/C Impor).
SKBDN (Surat Berdokumen Dalam Negeri )
a. SIUP/ NPWP/ TDP/ Akte Pendirian Perusahaan.

11
b. Copy KTP pejabat perusahaan.
c. Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen
SKBDN.
d. Mengisi dan menandatangani formulir syarat-syarat umum SKBDN.
e. Membuka rekening di bank.
5. L/C Ekspor
a. SIUP/ NPWP/ TDP/ Akte Pendirian Perusahaan.
b. Copy KTP pejabat perusahaan.
c. Mengisi dan menandatangani formulir syarat-syarat umum pengoperan
wesel ekspor.
d. Menyerahkan L/C asli untuk negosiasi ( jika L/C tidak melalui Bank
Pelaksana Negosiasi ).
e. Membuka rekening di bank.
D. PROSEDUR EKSPOR
1. Syarat Ekspor
a. Memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), untuk mendapatkannya
perusahaan dapat mengajukan permohonan melalui Kantor Departemen
Perdagangan (Kandepdag).
b. Memiliki Surat Ijin Usaha dari Departemen Teknis atau Lembaga
Pemerintah non Teknis lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Kelompok Perdagangan Ekspor
a. Barang yang diatur tataniaga ekspornya, dan dilakukan oleh eksportir
terdaftar yang telah mendapatkan pengakuan dari Menperindag. Komoditas
pertanian yang temasuk kelompok ini antara lain komositi: maniok, kopi.
b. Barang yang diawasi ekspornya, dilakukan oleh eksportir yang mendapat
persetujuan dari Meperindag/ pejabat yang ditunjuk berdasarkan
rekomendasi instansi teknis yang terkait. Komoditas yang termasuk
kelompok ini antara lain: tepung terigu, kedelai, beras, biji karet, inti kelapa
sawit, nener.
c. Barang yang dilarang ekspornya, komoditas yang termasuk kelompok ini
antara lain: kulit mentah, karet bongkah, biji kapok, induk udang, ikan hias.

12
d. Barang yang bebas ekspornya.
3. Kode HS / The Harmonized System

System kode digunakan untuk menunjuk komoditas secara lebih spesifik,


sehingga dapat terhindar dari pemilihan komoditi yang diperjualbelikan. System kode
yang dipergunakan terdiri dari 9 digit yaitu 6 digit pertama adalah kode asli HS yang
berlaku secara internasional dan 3 digit terakhir dimaksudkan sebagai kode
pengelompokan komoditi lebih lanjut secara nasional, sehingga penyebutannya
menjadi: digit pertama menunjukkan Bab, digit berikutnya menunjukan Pos, digit
selanjutnya menunjukkan sub pos HS, 2 digit terakhir menunjukkan sub pos nasional.

4. Kontrak dan Syarat-syarat Penjualan / Therms Of Sale

Dalam merundingkan kontrak, bagi eksportir dianjurkan untuk:

a. Mengetahui status kelayakan dari calon importir melalui Bank Eksportir atau
perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri.
b. Mengecek status bank yang mengeluarkan L/C.
c. Guna mengatasi resiko pembayaran dalam mengekspor disarankan untuk
menghubungi PT. Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI ).

Beberapa kelengkapan berikut ini merupakan informasi penting yang


sebaiknya dimasukkan kedalam kontrak, yaitu:

a. Jumlah yang dibeli


b. Harga yang dikenakan dinyatakan dalam syarat–syarat penjualan yang
disetujui, dan mata uang yang digunakan dalam transaksi.
c. Syarat-syarat pembayaran
d. Waktu penyerahan barang
e. Prosedur hukum dan arbitasi jika ada perselisihan
f. Syarat-syarat pengepakan
g. Cara angkut
h. Asuransi
5. Therms Penjualan

13
Pembeli diluar negeri dalam transaksi pasar sering lebih menginginkan
untuk therms penjualnya menggunakan C&F atau CIF agar terjamin pengepakannya
sampai tangan importir/pembeli. Informasi tentang jasa yang tersedia dan
perusahaanekspedisi yang terpercaya dapat diperoleh dari Cargo Tariff and Packing
Departement dengan alamat sebagai berikut:

Eksportir indonesia masih sering pula menggunakan FOB (Freight On


Board) dalam therms penjualannya guna menghindarkan diri dari resiko angkutan /
shipping dan asuransi.

6. Standar Pengawasan Mutu

Peraturan pengawasan mutu pelaksanaannyamerupakan hal yang sangat


penting untuk menjamin bahawa produk ekspor memenuhi:

a. Spesifikasi yang ditetapkan dalam kontrak


b. Syarat kesehatan, keamanan dan peraturan pengawasan mutu yang
ditetapkan oleh negara pengimpor.
c. Tingkat mutu minimum yang ditetapkan oleh yang berwenang di Indonesia
d. Menjaga mutu secara konsisten sebagaimana yang diminta pembeli adalah
sangat penting. Kegagalan dalam hal ini tidak saja akan merusak reputasi
eksportir secara individu, tetapi juga akan merusak nama Indonesia secara
keseluruhan.

Standar komoditi dikeluarkan oleh Dewan Standarisasi Nasional (DSN) dan


disebut Standar Nasional Indonesia (SNI). Pelayanan informasi mengenai standar
nasional, regional, dan internasional diberikan oleh lembaga standarisasi dari Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI).

7. Surat Keterangan/Sertifikasi

Semua komoditi standarnya sudah ditetapkan memerlukan surat keterangan.


Terdapat dua bentuk surat keterangan untuk komoditi ertanian antara lain:

a. Surat Pernyataan Mutu (SPM), yaitu surat pernyataan dari eksportir bahwa
komoditiyang diekspor memenuhi standarnya.

14
b. Sertifikasi Mutu (SM), yaitu surat pernyataan yang diterbitkan oleh
Laboratorium Penguji Mutu bahwa partai komoditi yang bersangkutan telah
memenuhi standar berdasarkan uji contoh.

SM dapat dikeluarkan oleh:

1. Pusat Pengujian dan Pengawasan Mutu Barang


2. Balai Sertifikasi Mutu Barang
3. Laboratorium yang ditunjuk
4. Produsen/ eksportir yang telah memenuhi syarat

15
BAB II

PENUTUP

Kesimpulan

Dengan adanya peraturan yang mengatur kegiatan ekspor impor seperti:

a. Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor :


182/MPP/Kep/4/1998 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor;
b. Keputusan Menteri Perdagangan No. 331/Kp/XII/87 tanggal 23 Desember
1987;
c. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:
229/MPP/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Impor;
d. Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor
550/MPP/Kep/10/1999 Tentang Angka Pengenal Importir (API);

Persyaratan juga harus dipenuhi untuk melakukan kegiatan ekspor impor.


Dengan demikian, kegiatan ekspor impor akan berjalan dengan lancar dan terkendali.
Lain halnya jika kegiatan tersebut tidak didasari dengan peraturan atau tata laksana
sebagai syarat utama dalam kegiatan tersebut, maka akan banyak terjadi penyelewengan
dan penyeludupan barang-barang dari luar negeri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Modul Ekonomi Bisnis SMK 2017, hal. 96 – 112. Menerapkan Prosedur Kelengkapan
Dokumen Perdagangan Dalam dan Luar Negeri.

https://destyanarahmah.wordpress.com/2017/11/24/menerapkan-prosedur-kelengkapan-
dokumen-perdagangan-dalam-dan-luar-negeri/

https://wahyuawaludinblog.worpress.com/2017/11/24/prosedur-kelengkapan-dokumen-
perdagangan-dalam-dan-luar-negeri/

17

Anda mungkin juga menyukai