Anda di halaman 1dari 3

NAMA : HOLYLUR RACHMAN ATRYA

KELAS : X BDP 1
MAPEL : BAHASA INDONESIA

LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM FATAHILLAH

Museum Fatahillah memilik nama resmi Museum Sejarah Jakarta adalah sebuah
museum yang terletak di jalan Taman Fatahilah No.1, Jakarta Barat dengan luas lebih dari
1.300 meter. Bangunan ini terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan
barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor.
Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanaan sejarah Jakarta,
replika peninggalanmasa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta,
mebel antik mulai dari abad ke 17 sampai 19, yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa,
Republik Rakyat Tiongkok, dan Indonesia. Juga ada keramik, gegabah, dan batu prasasti.
Koleksi-koleksi seperti ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta,
Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang
Batavia. Selain itu, di Museum Fatahillah ini juga terdapat bekas penjara yang setinggi 70 cm
yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan Belanda.
Pada hari minggu, 22 September 2019. Saya melakukan kunjungan ke Museum
Fatahillah yang berada di Kota Tua Jakarta. Harga tiket yang saya beli adalah Rp 3000,-
/orangnya. Pada saat memasuki Museum Fatahillah, sudah terdapat tanda panah di lantai
gedung sebagai petunjuk arah, hal ini dimaksudkan agar pengunjung museum dapat
menikmati semua ruangan museum tanpa terlewat dan juga sebagai penertib agar pengunjung
yang masuk tidak berlawanan arah dengan pengunjung yang keluar.
Pada saat itu, saya memasuki ruangan Kamar Dipenogoro di lantai 2. Didalam ka-mar
itu juga terdapat lukisan Dipenogoro, meja, bangku, tempat tidur, serta buku ten-tang
Dipenogoro. Di lantai 1, terdapat pen-jara bawah tanah yang tingginya hanya 70 cm.
Sejarahnya, Cut Nyak Dien pernah di penjara di situ pada tahun 1902.
Di ruangan berlantaikan batu berwarna abu abu kehitaman ini terdapat sebuah lukisan
yang berukuran besar. Lebar lukisan kurang lebih 10 meter dengan tinggi 3 meter. Terdapat
tiga lukisan yang menceritakan penyerbuan Mataram ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629.
Bagian kiri lukisan menceritakan mengenai Sultan Agung Hanyokrokusumo sedang
mempersiapkan rapat untuk menyerang Batavia. Bagian tengah menceritakan mengenai
peperangan antara pasukan Mataram dan Belanda pada sebuah lapangan besar. Bagian kanan
dari lukisan adalah kisah bupati Tegal dan J.P Coen yang sedang berdialog.
Lalu setelah itu, saya pergi ke ruangan selanjutnya yang terdapat sebuah lemari buku
besar. Lemari ini selesai dibuat pada tahun 1748, alasan pembuatan lemari uku karena Dewan
Hakim membutuhkan tempat untuk meletakkan arsip dan dokumen. Detail pada lemari buku
sangat indah. Kayu dari lemari di sepuh emas. Pada bagian atas kiri atas lemari terdapat
patung Dewi keadilan, dan bagian kanan atas lemari terdapat patung dewi kebenaran. Di
antara kedua patung terdapat detail empat belas lambang keluarga Dewan pengadilan.
Setelah mengelilingi semua ruangan lantai 2, saya turun kembali ke lantai 1, lalu berjalan
menuju halaman belakang museum. Sesampainya di halaman belakang, saya melihat sebuah
patung besar bergaya Yunani
ditengah-tengah halaman terse-
but, patung tersebut adalah
Patung Dewa Hermes. Hermes
adalah dewa perdagangan dan
pelindung pejalan kaki pada
mitologi Yunani. Selain itu
pada halaman belakang
terdapat jalan bercabang
menuju ke penjara bawah
tanah.
Setelah selesai melihat-
lihat bagian penjara, maka
selesai lah kunjungan saya ke Museum Fatahillah tersebut, saya mengikuti arah jalan menuju
gerbang keluar pada halaman belakang.

Kesimpulan : Setelah mengunjungi Museum Fatahillah, saya mendapat banyak pengalaman


dan pengetahuan mengenai sejarah-sejarah perjuangan bangsa kita
melawan penjajah dari Belanda. Walaupun sudah banyak koleksi
tersebut yang sudah tidak ada, tetapi karena itulah kita wajib menjaga
sisa koleksi yang ada, agar dapat dilihat oleh generas-generasi penerus
kita.

Anda mungkin juga menyukai