Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya
penyusunan laporan yang

berjudul Laporan

Penelitian Analisis Tempat Bersejarah

Peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda Lawang Sewu di Semarang Jawa Tengah.


Tujuan dari penyusunan proposal penelitian ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata
pelajaran Sejarah Wajib kelas XI di SMA NEGERI 2 KLATEN.
Dalam penyusunan proposal ini kami banyak mendapat bantuan, bimbingan serta
pengarahan dari berbagai pihak. Melalui halaman ini kami ucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Ibu C. Ambar Krismoyo, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Sejarah kelas XI di
SMA NEGERI 2 KLATEN.
2. Teman-teman kelas XI IPA 6 SMA NEGERI 2 KLATEN yang membantu kami
untuk mengatasi kesulitan dan menjawab pertanyaan dari kami penulis.
3. Semua pihak yang telah membantu penulisan ini.
Penyusunan laporan ini tentu masih ada banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan semoga hasil penelitian ini
berguna bagi semua pihak umumnya dan bagi kami tentunya.
Klaten, 28 Nopember 2014
Penulis

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL...
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI...
BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan..
BAB II HASIL PENELITIAN & ANALISIS...
A. Sejarah & Analisis
BAB III KESIMPULAN.
LAMPIRAN.
DAFTAR PUSTAKA..

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lawang Sewu merupakan gedung seribu pintu dengan berbagai cerita mistis
yang melatarinya adalah bekas kantor Nederlans-Indische Spoorweg Maatschappij
atau NIS, jawatan kereta api Belanda yang beroperasi di Semarang.
Gedung ini menjadi saksi bisu perjalanan perjuangan bangsa ini dalam meraih
kemerdekaan. Gedung ini pun tercatat sebagai lokasi pertempuran hebat selama 5 hari
antara Angkatan Muda Kerta Api (AMKA), BKR, AMRI, dan beberapa organisasi
kepemudaan lainnyadengan Kempetai dan Kidobutai yang dimulai pada 15 Oktober
1945 untuk melucuti tentara Jepang yang telah menyerah tanpa syarat. Setelah
kemerdekaan gedung ini dipaia sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik

Indonesia, lalu kantor Badan Sarana Prasarana Komando daerah Militer dan Kantor
Wilayah Kemeterian Perhubungan.
Saat ini Lawang Sewu sedang direnovasi dan direvitalisasi oleh Unit
Pelestarian Benda dan Bangunan PT. KAI.Beberapa ruang telah difungsikan sebagai
ruang peraga museum kereta api.
Dari uraian tersebut, kami ingin bereksplorasi lebih dalam tentang bagaimana
Lawang Sewu di Semarang Jawa Tengah di dirikan dan bagaimana sejarahnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang masalah tersebut diatas, kami merumuskan
masalah : Bagaimana analisis dari keadaan dan sejarah gedung Lawang Sewu di
Semarang?
C. TUJUAN
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui keadaan dan sejarah
Lawang Sewu di Semarang.
BAB II
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. SEJARAH & ANALISIS
Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang Jawa Tengah yang
merupakan kantor dari Nederlans-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS.
Dibangun pada 1904 dan selesai pada 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda
yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat stempat menyebutnya Lawang Sewu dikarenakan bangunan
tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya pintu yang ada tidak
sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar,
sehingga masyarakat menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Bangunan kuno dan megah yang menganut gaya Romanesque Revival
berlantai dua ini beberapa kali berpindah tangan. Setelah kemerdekaan gedung ini
dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau
sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor
Badan Sarana Prasarana Komando Militer (Kodam IV/ Diponegoro) dan Kantor
Wilayah (Kanwil) Kemeterian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan

gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa
Pertempuran Lima Hari di Semarang ( 14 Oktober-19 Oktober 1945). Pada
peristiwa bersejarah tersebut, gugur puluhan Angkatan Muda Kereta Api
(AMKA). Lima di antaranya dimakamkan di halaman depan Lawang Sewu.
Mereka adalah: Noersam, Salamoen, Roesman, RM Soetardjo, RM Moenardi.
Untuk memperingati mereka, di sebelah kiri pintu masuk (gerbang) didirikan
sebuah tugu peringatan bertuliskan nama para pejuang Indonesia yang gugur.
Gedung tua ini pun tercatat sebagai lokasi pertempuran hebat selama 5 hari
antara Angkatan Muda Kerta Api (AMKA), BKR, AMRI, dan beberapa organisasi
kepemudaan lainnyadengan Kempetai dan Kidobutai yang dimulai pada 15
Oktober 1945 untuk melucuti tentara Jepang yang telah menyerah tanpa syarat.
Maka dari itu pemerintah kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota
Nomor. 650/50/1992 memasukkan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102
bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Lawang Sewu adalah salah satu bangunan bersejarah yang dibangun oleh
pemerintahan kolonial Belanda, pada

Jumat 27 Februari 1904. Awalnya

bangunan tersebut didirikan untuk digunakan sebagai Het Hoofdkantoor van de


Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau Kantor Pusat Perusahaan
Kereta Api Swasta. Sebelumnya kegiatan administrasi perkantoran NIS dilakukan
di stasiun Semarang NIS. Jalur pertama yang dilayani saat itu adalah Semarang Yogyakarta. Pembangunan jalur itu dimulai pada Jumat 17 Juni 1864 di desa
Kamijen,Semarang ditandai dengan pencangkulan pertama oleh Gubernur Jendral
Hindia Belanda Sloet van Den Beele. Tiga tahun kemudian, yaitu 19 Juli 1868
kereta api yang mengangkut penumpang umum sudah melayani jalur sejauh 26
km dari Semarang ke Tanggung.
Namun pertumbuhan jaringan perkeretaapian yang cukup pesat,
perkembangan jalan kereta api di Indonesia kemudian meningkat dengan pesat.
Hingga 1900, panjang jalur kereta api mencapai 3.338 km. Dengan sendirinya

membutuhkan penambahan jumlah personel teknis dan bagian administrasi yang


tidak sedikit seiring dengan meningkatnya aktivitas perkantoran. Salah satu
akibatnya kantor pengelola di Stasiun Semarang NIS menjadi tidak lagi memadai.
NIS pun menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai jalan keluar
sementara. Namun hal tersebut dirasa tidak efisien. Belum lagi dengan
keberadaan lokasi Stasiun Samarang NIS yang terletak di kawasan rawa-rawa
hingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting.
Kemudian diputuskan untuk membangun kantor administrasi di lokasi baru.
Pilihan jatuh ke lahan yang pada masa itu berada di pinggir kota
berdekatan dengan kediaman Residen. Letaknya di ujung Bodjongweg Semarang
(sekarang Jalan Pemuda), di sudut pertemuan Bodjongweg dan Samarang naar
Kendalweg (jalan raya menuju Kendal). Lokasi itu merupakan perempatan Jalan
Pandanaran, Jalan Dr Soetomo, dan Jalan Siliwangi (kini Jalan Soegijapranata)
dengan luas lahan 18.232 meter persegi Tampaknya posisi itu kemudian
mengilhami dua arsitektur dari Belanda tersebut untuk membuat gedung bersayap,
terdiri atas gedung induk, sayap kiri, dan sayap kanan.
Saat itu arsitek yang mendapat kepercayaan untuk membuat desain adalah
Ir P de Rieau. Ada beberapa cetak biru bangunan itu, antara lain A 387 Ned. Ind.
Spooweg Maatschappij yang dibuat

pada Februari 1902, A 388 E Idem

Lengtedoorsnede bulan September 1902, dan A 541 NISM Semarang Voorgevel


Langevlenel yang dibuat tahun 1903. Ketiga cetak biru tersebut dibuat di
Amsterdam.
Namun sampai Sloet Van Den Beele meninggal, pembangunan gedung itu
belum dimulai. Pemerintah Belanda kemudian menunjuk Prof Jacob K
Klinkhamer di Delft dan BJ Ouedag arsitek yang berdomisisli di Amsterdam
pada tahun 1903 untuk membangun gedung NIS di Semarang dengan mengacu
arsitektur gaya Belanda. Pembangunan gedung ini selesai pada 01 Juli 1907.
Seluruh proses perancangan dilakukan di Negeri Belanda, baru kemudian gambar-

gambar dibawa ke kota Semarang. Melihat dari cetak biru Lawang Sewu tertulis
bahwa site plan dan denah bangunan ini telah digambar di Amsterdam pada tahun
1903. Begitu pula kelengkapan gambar kerjanya dibuat dan ditandatangi di
Amsterdam tahun 1903. Lawang Sewu memiliki menara kembar model ghotic
yang terletak di sisi kanan dan kiri pintu gerbang utama. Model bangunan gedung
yang memanjang ke belakang makin mengesankan kekokohan, kebesaran, dan
keindahan.
Sebelum pembangunan dilakukan, calon lokasi gedung tersebut dikeruk
sedalam 4 meter. Selanjutnya galian itu diurug dengan pasir vulkanik yang
diambil dari Gunung Merapi.
Pondasi pertama dibuat 27 Februari 1904 dengan konstruksi beton berat
dan di atasnya kemudian didirikan sebuah dinding dari batu belah. Semua
material penting didatangkan dari Eropa, kecuali batu bata, batu gunung, dan kayu
jati. Kaca mozaik yang menghiasi interior bangunan ini pun menampilkan
keindahan yang membuat kagum. Setiap hari ratusan orang pribumi menggarap
gedung ini. Lawang Sewu resmi digunakan tanggal 1 Juli 1907.
Sayangnya, pemerintah setempat sekarang kurang peka terhadap
keberadaan gedung tua ini. Bangunan Lawang Sewu dianggap tak ubahnya
barang rongsok yang tidak ada gunanya. Terkesan kumuh dan kotor, bahkan kalau
malam sama sekali tidak ada penerangan di dalam gedung. Mungkin karena
telantar membuat bangunan ini bertambah angker. Seperti wingit hingga kalau
malam hari tidak ada seorang pun yang berani melewat di depan gedung. Apalagi,
sampai berani masuk ke halaman Lawang Sewu.
Banyak kisah yang melatar belakangi bangunan bersejarah ini, mulai dari
menjadi sebuah kantor yang megah pada masanya, menjadi tempat lokasi
pertempuran hingga menjadi sebuah tempat penyiksaan dan penjara bawah tanah.
Ruangan ruangan yang terdapat di Lawang Sewu digunakan sebagai ruang pamer

berbagai koleksi benda bersejarah, seperti mesin-mesin tua, koleksi foto dan
lukisan yang menggambarkan tentang perkereta apian pada masa itu.
Memasuki salah satu Gedung Lawang Sewu, pengunjung disambut lorong
panjang yang dipenuhi pintu kayu di kanan dan kirinya. Bangunan yang dulu juga
berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai NIS ini dilengkapi dengan ballroom,
ruang makan yang luas, gedung serbaguna, hingga gedung pertunjukan berbentuk
bahtera terbalik di lantai atas. Sayangnya tidak ada lagi perabotan yang tersisa di
ruangan tersebut, yang ada hanyalah ruangan yang kosong dan hampa. Kunjungan
pengunjung ke Lawang Sewu dilanjutkan dengan menyusuri ruang bawah tanah
yaitu menyaksikan ruangan-ruangan sempit, gelap, dan lembab yang pernah
digunakan sebagai penjara berdiri dan penjara jongkok

yang membuat bulu

kuduk pengunjung meremang. Aroma kekejaman yang terjadi di masa lalu terasa
dengan jelas. Jam buka: Senin - Minggu, pukul 06:00 - 18:00 WIB . Harga tiket :
Rp 5.000 masuk ke Lawang Sewu, sedangkan harga tiket untuk Rp 10.000 yaitu
masuk ruang bawah tanah. Khusus untuk hari Kamis, Jumat, dan Sabtu adalah
paket mengitari Lawang Sewu pada pukul 24:00 WIB
Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan
revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah
PT Kereta Api Persero dan sekaligus sebagai tempat pariwisata di Kota
Semarang. Lawang Sewu merupakan nama yang diberikan masyarakat Semarang
yang berarti "Pintu seribu". Nama ini disematkan karena begitu banyak jumlah
pintu dan lubang yang ada dibangunan itu. Gedung ini dibuat dengan pendekatan
terhadap kondisi iklim setempat yang beriklim tropis.
Sentuhan seni yang tertuang membuat gedung ini tetap terlihat anggun
meski sudah berusia uzur. Kemegahan dan keindahan bangunan Lawang Sewu
telah membuat decak kagum banyak orang, karena Lawang Sewu juga mendapat
julukan Mutiara dari Semarang disematkan. Lawang Sewu kemudian menjadi
landmark Kota Loenpia ini.

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari laporan penelitian Gedung Lawang Sewu

adalah

Lawang Sewu adalah salah satu dari sekian banyak bangunan yang dibangun oleh
pemerintah kolonial Belanda di Indonesia yang berada di bundaran Tugu Muda
yang dahulu disebut Wilhelminaplein Semarang, Jawa Tengah, dengan luas lahan
18.232 meter persegi Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan
rancangan bangunan oleh arsitek yaitu Prof Jacob K Klinkhamer di Delft dan BJ
Ouedag yang berdomisili di Amsterdam Belanda.
Pembangunan gedung Lawang Sewu selesai pada 01 Juli 1907. Awalnya
bangunan tersebut didirikan untuk digunakan sebagai Het Hoofdkantoor van de
Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau Kantor Pusat Perusahaan
Kereta Api Swasta. Gedung tua ini pun tercatat sebagai lokasi pertempuran hebat
selama 5 hari

yaitu Pertempuran Lima Hari di Semarang ( 14 Oktober-19

Oktober 1945). Pada peristiwa bersejarah tersebut, gugur puluhan Angkatan Muda
Kereta Api (AMKA), BKR, AMRI dan beberapa organisasi kepemudaan lainnya

melawan Kempetai dan Kidobutai yaitu untuk melucuti tentara Jepang yang telah
menyerah tanpa syarat . Lima di antaranya dimakamkan di halaman depan
Lawang Sewu. Mereka adalah: Noersam, Salamoen, Roesman, RM Soetardjo,
RM Moenardi. Untuk memperingati mereka, di sebelah kiri pintu masuk
(gerbang) didirikan sebuah tugu peringatan bertuliskan nama para pejuang
Indonesia yang gugur.
Jam buka: Senin - Minggu, pukul 06:00 - 18:00 WIB . Harga tiket : Rp
5.000 masuk ke Lawang Sewu, sedangkan harga tiket untuk Rp 10.000 yaitu
masuk ruang bawah tanah. Khusus untuk hari Kamis, Jumat, dan Sabtu adalah
paket mengitari Lawang Sewu pada pukul 24:00 WIB
Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan
revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah
PT Kereta Api Persero dan sekaligus sebagai tempat pariwisata di Kota
Semarang. Lawang Sewu merupakan nama yang diberikan masyarakat Semarang
yang berarti "Pintu seribu". Nama ini disematkan karena begitu banyak jumlah
pintu dan lubang yang ada dibangunan itu. Gedung ini dibuat dengan pendekatan
terhadap kondisi iklim setempat yang beriklim tropis.
Sentuhan seni yang tertuang membuat gedung ini tetap terlihat anggun
meski sudah berusia uzur. Kemegahan dan keindahan bangunan Lawang Sewu
telah membuat decak kagum banyak orang, karena Lawang Sewu juga mendapat
julukan Mutiara dari Semarang disematkan. Lawang Sewu kemudian menjadi
landmark Kota Loenpia ini.

LAMPIRAN

Gedung Lawang Sewu tampak dari depan

Gedung Lawang Sewu tampak dari sisi samping

tangga ke lantai dua

lorong di ruang dalam

penjara jongkok di basement

jendela lawang sewu

basement lawang sewu

Gedung Lawang Sewu tampak dari bawah

Atap gedung

Lokomotif uap Lawang Sewu

Lorong di Lawang Sewu

Penjara berdiri

tempat pemenggalan kepala tahanan

Gedung tampak dari luar

Pintu menuju lorong bawah tanah

Peta alur wisata Lawang Sewu

DAFTAR PUSTAKA

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Lawang_Sewu
http://semua-ad.blogspot.com/2013/06/sejarah-pembangunan-gedung-lawangsewu.html?m=1
http://semarang.yogyes.com/id/see-and-do/architectural-sight/lawang-sewu/
http://www.smartnewz.info/2011/05/sejarah-bangunan-lawang-sewu-1000_20.html?
m=1
http://dhannysurya.blogspot.com/2013/01/lawang-sewu-seribu-pintu-denganseribu.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai