DENGAN PANCACILA
SEMESTER109
DOSEN:
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6:
Melly P 15085180
FAKULTAS TEKNIK
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai kaitan
museum perumusan naskah proklamasi dengan pancasila. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi
penulis berhasil menyelesaikan dengan baik.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah Museum Perumusan Teks Proklamasi.
2. Untuk mengetahui ruangan penting dan objek yang terdapat di
Museum Perumusan Naskah Prolamasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah jelang proklamasi.
4. Untuk memahami kaitan antara Museum Perumusan Teks Proklamasi
dengan pancasila.
3
BAB II PEMBAHASAN
Pada 1961, gedung ini dikontrak oleh Kedutaan Inggris sampai dengan
1981. Selanjutnya gedung ini diterima oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan pada 28 Desember 1981. Tahun 1982, gedung ini sempat
digunakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran.
Gedung ini menjadi sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia karena
pada 16-17 Agustus 1945 terjadi peristiwa sejarah, yaitu perumusan naskah
proklamasi bangsa Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 1984, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto, menginstruksikan
kepada Direktorat Permuseuman agar merealisasikan gedung bersejarah ini
menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
4
2.2 Ruangan Penting dan Objek Yang Terdapat di Museum
Perumusan Naskah Proklamasi
Lantai 1
1. Ruang Pertemuan
Ruang ini merupakan tempat
peristiwa bersejarah yang pertama
dalam persiapan Perumusan
Naskah Proklamasi. Ruangan
tersebut adalah ruang tamu yang
juga digunakan sebagai kantor oleh
Maeda.
5
sebagai barang inventaris yang harus diserahkan Jepang kepada Sekutu.
Oleh karena itu mereka menyatakan untuk merdeka sekarang juga serta
menunjukkan bangsa lain, sebagai bangsa yang berhak menentukan
nasibnya memproklamasikan kemerdekaan.
2. Ruang Perumusan
Proklamasi
Djakarta, 17-8-05
Wakil-wakil Bangsa Indonesia
6
3. Ruang Pengesahan
7
4. Ruang Pengetikan
Lantai 2
8
2. Ruang Sekitar Proklamasi
9
4. Ruang Tokoh Yang Hadir
12 Agustus 1945
Sukarno, Hatta dan Dr. Radjiman bertemu pimpinan Jepang di kota
Saigon. Pada pertemuan itu, Terauchi, seorang pejabat Jepang
mengutarakan pemberian hadiah dari pemerintah Jepang.
Ia berpidato singkat. "Tuan-tuan, saya mengabarkan bahwa pemerintah
Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia." Bung Karno pun menyambut hangat pemberian itu. "Kami
berjanji akan berusaha segiat-giatnya untuk melaksanakan kewajiban
kami dengan segenap jiwa dan raga yang berkobar-kobar."
Hatta sendiri seusai pertemuan itu menyampaikan kepada Bung Karno
perlunya mempercepat proses kemerdekaan. "Kita harus mempercepat
persiapan kita untuk melaksanakan kemerdekaan kita. Panitia Persiapan
10
Kemerdekaan Indonesia harus segera bersidang dan mengesahkan UUD
Republik Indonesia."
15 Agustus 1945
Sukarno dan Hatta menuju kantor Yamamoto di Gunseikanbu, Kantor
Pusat Administrasi Militer Jepang, di dekat Gambir (sekarang kantor
Pertamina) untuk menanyakan betul tidaknya Jepang sudah menyerah
kepada sekutu.
Sayang kantor Yamamoto kosong, Ahmad Subardjo yang waktu itu
menjabat Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang mengusulkan untuk
mencari informasi dari Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor
Kaigun Bukanhu (Penghubung antara Angkatan Laut dan Angkatan Darat
Jepang) di sebelah Utara lapangan Ikada di gedung "Volkscreditwezen"
(sekarang gedung Markas Besar Angkatan Darat jalan Medan Merdeka,
Jakarta).
Kemudian ditanyakan perihal sudah menyerahnya Jepang. "Laksamana
Maeda, benarkah berita yang sekarang tersiar di masyarakat bahwa
Jepang sudah minta damai kepada Sekutu?"
"Benar, berita itu memang disiarkan oleh Sekutu, tetapi kami di sini belum
lagi memperoleh berita dari Tokyo, sebab itu berita itu belum kami
pandang benar. Hanya instruksi dari Tokyo yang menjadi pegangan
kami," ujar Maeda.
11
Wikana kemudian maju, matanya menyorot tajam, ia memandang
Sukarno dan berkata setengah menggeram, "Apabila Bung Karno tidak
mau mengucapkan pengumuman kemerdekaan malam ini juga, besok
pagi akan terjadi pembunuhan dan penumpahan darah."
Tidak mau kalah Bung Karno yang waktu itu sedang menderita malaria
membalas dengan wajah merah padam, sambil menyorongkan lehernya.
"Ini leherku, seretlah aku ke pojok sana, dan sudahilah nyawaku malam
ini juga, jangan menunggu sampai besok."
12
Sekitar Pukul 20.00, 16 Agustus 1945
Sampailah di kediaman Bung Karno. Hanya Fatmawati dan Guntur yang
turun. Bung Karno melanjutkan menemani Bung Hatta pulang.
13
Ikada atau Pegangsaaan Timur
Sukarni menyatakan naskah proklamasi harus dibacakan di Lapangan
Ikada karena sudah memberitahukan kepada rakyat agar mendatangi
lapangan itu. Usul itu ditolak Sukarno. "Lebih baik dilakukan di tempat
kediaman saya, Pegangsaan Timur. Pekarangan di depan rumah cukup
luas untuk ratusan orang. Untuk apa kita harus memancing-mancing
insiden."
Polemik pembacaan itu terjadi pukul 03.00 pagi. Akhirnya Bung Karno
memutuskan, "Karena itu, saya minta saudara sekalian untuk hadir di
Pegangsaan Timur 56 pukul 10.00 pagi".
Selesai naskah proklamasi diketik Sayuti Melik, keluarlah Laksamana
Maeda dengan beberapa orang Jepang dan mengucapkan selamat.
14