Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN PANCASILA

KAITAN MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI

DENGAN PANCACILA

SEMESTER109

DOSEN:

Dr. Ir. Ridawati, M.Si.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6:

Fira Mulianisa 1508518008

Megi Maharani 1508518023

Rizky Agung Pratama 1508518026

Ghaida Fakhriyyah 1508518046

Melly P 15085180

BISNIS JASA MAKANAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai kaitan
museum perumusan naskah proklamasi dengan pancasila. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi
penulis berhasil menyelesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusulan makalah ini tidak terlepas


dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
teimakasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, bantuan,


serta bimbingan baik moral maupun material.
2. Ibu Dr. Ir. Ridawati, M.Si. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila.
3. Segenap staff pengurus Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi


pembaca. Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
juga mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
laporan ini.

Jakarta, 29 Desember 2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 4
2.1 Sejarah Gedung Museum Perumusan Teks Proklamasi........................... 4
2.2 Ruangan Penting Yang Terdapat di Museum Perumusan Naskah
Proklamasi ................................................................................................................... 5
2.3 Sejarah Jelang Proklamasi ............................................................................. 10

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kunjungan museum merupakan bentuk pencarian informasi dari luar
lingkungan kampus. Dengan dilaksanakannya kunjungan museum ini, maka
salah satu manfaat yang didapatkan adalah kita dapat mengamati dan
mempelajari secara lansung suatu objek maupun suatu informasi yang ada di
dalam museum.

Dipilihnya objek Museum Perumusan Naskah Proklamasi karena untuk


mengetahui lebih jelas tentang sejarah proses perumusan naskah proklamasi
dan kaitannya dengan pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Museum Perumusan Naskah Proklamasi?
2. Apa saja ruangan penting dan objek yang terdapat di Museum
Perumusan Teks Proklamasi?
3. Bagaimana sejarah jelang proklamasi?
4. Apa kaitan antara Museum Perumusan Teks Proklamasi dengan
pancasila?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah Museum Perumusan Teks Proklamasi.
2. Untuk mengetahui ruangan penting dan objek yang terdapat di
Museum Perumusan Naskah Prolamasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah jelang proklamasi.
4. Untuk memahami kaitan antara Museum Perumusan Teks Proklamasi
dengan pancasila.

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Gedung Museum Perumusan Teks Proklamasi


Gedung ini didirikan sekitar tahun 1920 dengan arsitektur Eropa (Art
Deco), dengan luas tanah 3.914 meter persegi dan luas bangunan 1.138 meter
persegi. Pada tahun 1931, pemiliknya atas nama PT Asuransi Jiwasraya. Ketika
pecah Perang Pasifik, gedung ini dipakai British Consul General sampai Jepang
menduduki Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman


Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan
Laut dengan Angkatan Darat. Setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945,
gedung ini tetap menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda
sampai Sekutu mendarat di Indonesia, September 1945. Setelah kekalahan
Jepang gedung ini menjadi Markas Tentara Inggris.

Pemindahan status pemilikan gedung ini, terjadi dalam aksi nasionalisasi


terhadap milik bangsa asing di Indonesia. Gedung ini diserahkan kepada
Departemen Keuangan, dan pengelolaannya oleh Perusahaan Asuransi
Jiwasraya.

Pada 1961, gedung ini dikontrak oleh Kedutaan Inggris sampai dengan
1981. Selanjutnya gedung ini diterima oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan pada 28 Desember 1981. Tahun 1982, gedung ini sempat
digunakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran.

Gedung ini menjadi sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia karena
pada 16-17 Agustus 1945 terjadi peristiwa sejarah, yaitu perumusan naskah
proklamasi bangsa Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 1984, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto, menginstruksikan
kepada Direktorat Permuseuman agar merealisasikan gedung bersejarah ini
menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


No.0476/1992 tanggal 24 November 1992, gedung yang terletak di Jalan Imam
Bonjol No. 1 ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi, yaitu
sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang kebudayaan dibawah Direktorat
Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

4
2.2 Ruangan Penting dan Objek Yang Terdapat di Museum
Perumusan Naskah Proklamasi
 Lantai 1

1. Ruang Pertemuan
Ruang ini merupakan tempat
peristiwa bersejarah yang pertama
dalam persiapan Perumusan
Naskah Proklamasi. Ruangan
tersebut adalah ruang tamu yang
juga digunakan sebagai kantor oleh
Maeda.

Sepulang dari Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945,


pukul 22.00 WIB, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta. dan Mr. Ahmad
Soebardjo diterima oleh Maeda di ruang ini. Pertemuan ini dihadiri oleh
Nishijima (Asisten Maeda) dan Mijoshi (seorang diplomat karir
kementerian Jepang).

Setelah saling memberi hormat. Soekarno mengucapkan terima


kasih atas kesediaan Maeda meminjamkan rumah kediamannya untuk
rapat mempersiapkan Proklamasi. Maeda menjawab : “Itu sudah
kewajiban saya yang mencintai Indonesia Merdeka”. Disamping itu
Maeda memberitahukan pesan dari Gunseikan bahwa rombongan yang
pulang dari Rengasdengklok segera menemuinya.

Setelah pembicaraan antara Tokoh Nasional dengan Maeda


selesai, rombongan yang terdiri dari Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo,
Mijoshi dan Maeda berangkat menemui Gunseikan. Akan tetapi,
rombongan hanya bertemu dengan Jenderal Nishimura. Pertemuan
dengan Nishimura menimbulkan reaksi dari Soekarno dan Hatta berupa
protes, bahwa pihak Jepang tidak menepati janji. Akhirnya rombongan
kembali menuju kediaman Maeda.

Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo dan Mijoshi segera memasuki


ruangan dan disambut Maeda. Ketika pembicaraan berlangsung,
pemimpin bangsa telah menyatakan bahwa Indonesia menolak dijadikan

5
sebagai barang inventaris yang harus diserahkan Jepang kepada Sekutu.
Oleh karena itu mereka menyatakan untuk merdeka sekarang juga serta
menunjukkan bangsa lain, sebagai bangsa yang berhak menentukan
nasibnya memproklamasikan kemerdekaan.

2. Ruang Perumusan

Ruang ini adalah ruang makan dan


tempat mengadakan rapat. Dini hari
menjelang pukul 03.00 WIB. Soekarno, Hatta
dan Ahmad Soebardjo memasuki ruangan ini
dan mengitari meja bundar, sedangkan
Soediro (mbah), dan B.M. Diah mengikuti
dan duduk di ruang agak belakang.

Soekarno mulai mempersiapkan


penanya dan menulis draft naskah Proklamasi, sedangkan Hatta dan
Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan. Rumusan
teks proklamasi ini ditulis dalam kertas bergaris biru. Setelah teks diberi
judul “Proklamasi” dialog pertama, yang dihasilkan dari kesepakatan
bertiga tokoh nasional itu adalah. “Kami Bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan Kemerdekaan Indonesia”. Kemudian kalimat kedua ditambah
oleh Hatta berupa pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan.

Dengan demikian teks proklamasi menjadi sebagai berikut:

Proklamasi

Kami Bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.


Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17-8-05
Wakil-wakil Bangsa Indonesia

Akhirnya selesailah konsep Naskah Proklamasi tersebut, dengan


beberapa coretan sebagai tanda pertukaran pendapat dalam
merumuskannya.

6
3. Ruang Pengesahan

Konsep Naskah Proklamasi


diutarakan kepada hadirin di
serambi muka (ruang pengesahan/
penandatanganan naskah
proklamasi). Soekarno mulai
membacakan rumusan pernyataan
kemerdekaan yang telah dibuat itu secara perlahan-lahan dan berulang-
ulang. Setelah itu beliau bertanya kepada hadirin, setuju. Kemudian
diulang lagi pertanyaan oleh Soekarno, Benar-benar semua saudara
setuju? Jawabannya adalah sama yaitu, “setuju”.

Ketika sampai saat untuk menandatangani timbul pertentangan


pendapat dan suara gaduh. Menurut Teukoe Moehammad Hassan, ada
tiga usulan yang diajukan dalam menandatangani naskah proklamasi:
1. Menandatangani semua
2. Membagi kelompok yang hadir dan tiap kelompok satu orang
menandatangani
3. Hanya ketua dan wakil ketua saja yang menandatangani

Akhirnya Sukarni maju ke muka dengan suara lantang


mengatakan : Bukan kita disini harus menandatangani naskah, cukuplah
dua orang saja yang menandatangani atas nama rakyat Indonesia, yaitu
Soekarno dan Hatta. Usul tersebut diterima oleh hadirin dengan tepuk
tangan dan berseri-seri.

Naskah Proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta di atas


sebuah piano yang terletak di bawah tangga atas nama Bangsa
Indonesia.

Selesai Naskah Proklamasi ditandatangani, dibicarakan mengenai tempat


pembacaan naskah proklamasi dan atas pertimbangan keamanan maka
Soekarno mengumumkan, bahwa pembacaan naskah proklamasi
diadakan di halaman depan rumah kediamannya Jl. Pegangsaan Timur
No.56.

7
4. Ruang Pengetikan

Setelah mendapat persetujuan dari


hadirin, Soekarno meminta agar Sayuti Melik
mengetik Naskah Proklamasi. Sayuti Melik
mengetik Naskah Proklamasi di ruang bawah
tangga dekat dapur dengan ditemani oleh
B.M. Diah.

Konsep naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik dengan


mengadakan perubahan tiga kata, yaitu kata “tempoh” menjadi “tempo”,
kata “Wakil-Wakil Bangsa Indonesia” menjadi “Atas Nama Bangsa
Indonesia”, begitu juga dengan penulisan hari, bulan dan tahun.

 Lantai 2

1. Ruang Menjelang Proklamasi

Di ruangan ini terdapat objek-


objek sebagai berikut:

Koran Asia Raya tanggal 9


September 1944
Foto Penyerahan Hindia Belanda,
4 Serangkai, Tentara PETA, Seinendan & Keibondan, BPUPKI,
Suasana Sidang BPUPKI, PPKI, Jatuhnya Bom Atom di Hiroshima,
Rumah di Rengasdengklok & Gedung Tempat Perumusan Naskah
Proklamasi.

8
2. Ruang Sekitar Proklamasi

Di ruangan ini terdapat objek-objek


sebagai berikut:

Koran Asia Raya tanggal 9


September 1944
Foto Penyerahan Hindia Belanda, 4
Serangkai, Tentara PETA, Seinendan & Keibondan, BPUPKI, Suasana
Sidang BPUPKI, PPKI, Jatuhnya Bom Atom di Hiroshima, Rumah di
Rengasdengklok & Gedung Tempat Perumusan Naskah Proklamasi.

3. Ruang Mempertahankan Proklamasi

Di ruangan ini terdapat objek-objek


sebagai berikut:

Patung dada Sutan Sjahrir, stempel


pasukan hantu maut dan master
poster, Foto Pertempuran 5 hari di
Semarang, Insiden Bandung,
Peristiwa Surabaya, Perundingan Indonesia-Belanda 17 November
1945 & 17 Oktober 1946, Pertempuran Medan Area, Peristiwa Merah
Putih di Sulawesi Utara, Bandung Lautan Api, Perundingan Linggar Jati,
Puputan Margarana, Peristiwa Westerling, Pertempuran 5 Hari 5 Malam
di Palembang, Agresi Militer I, Kedatangan Komisi Tiga Negara (KTN),
Penandatanganan Perjanjian Renville,

9
4. Ruang Tokoh Yang Hadir

Di ruangan ini terdapat objek-objek


sebagai berikut:

Koleksi pribadi Soepomo, Suwiryo,


Sukarni, Iwa Kusuma Sumantri, I
Goesti Ketut Poedja & A.A
Hamidhan.
Profil Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, B M Diah,
A.A Hamidhan, Ki Hadjar DewanTRA, Soepomo, Johannes
Latoeharhary, Radjiman Wedyodiningat, G.S.S.J. Ratulangi, Sukarni, I
Goesti Ketut Poedja dan Iwa Kusumasumantri.

2.3 Sejarah Jelang Proklamasi


Pergumulan penentuan Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945 sudah dimulai sekitar seminggu sebelum pembacaan naskah proklamasi.
Perjuangan puluhan tahun itu dipenuhi persaingan antara kelompok pemuda
yang ingin segera mengaklamasikan kemerdekaan dan ikon perjuangan seperti
Sukarno Hatta. Tempo mencoba mengangkat momen bersejarah detik-detik
proklamasi tersebut.

 12 Agustus 1945
Sukarno, Hatta dan Dr. Radjiman bertemu pimpinan Jepang di kota
Saigon. Pada pertemuan itu, Terauchi, seorang pejabat Jepang
mengutarakan pemberian hadiah dari pemerintah Jepang.
Ia berpidato singkat. "Tuan-tuan, saya mengabarkan bahwa pemerintah
Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia." Bung Karno pun menyambut hangat pemberian itu. "Kami
berjanji akan berusaha segiat-giatnya untuk melaksanakan kewajiban
kami dengan segenap jiwa dan raga yang berkobar-kobar."
Hatta sendiri seusai pertemuan itu menyampaikan kepada Bung Karno
perlunya mempercepat proses kemerdekaan. "Kita harus mempercepat
persiapan kita untuk melaksanakan kemerdekaan kita. Panitia Persiapan

10
Kemerdekaan Indonesia harus segera bersidang dan mengesahkan UUD
Republik Indonesia."

 15 Agustus 1945
Sukarno dan Hatta menuju kantor Yamamoto di Gunseikanbu, Kantor
Pusat Administrasi Militer Jepang, di dekat Gambir (sekarang kantor
Pertamina) untuk menanyakan betul tidaknya Jepang sudah menyerah
kepada sekutu.
Sayang kantor Yamamoto kosong, Ahmad Subardjo yang waktu itu
menjabat Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang mengusulkan untuk
mencari informasi dari Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor
Kaigun Bukanhu (Penghubung antara Angkatan Laut dan Angkatan Darat
Jepang) di sebelah Utara lapangan Ikada di gedung "Volkscreditwezen"
(sekarang gedung Markas Besar Angkatan Darat jalan Medan Merdeka,
Jakarta).
Kemudian ditanyakan perihal sudah menyerahnya Jepang. "Laksamana
Maeda, benarkah berita yang sekarang tersiar di masyarakat bahwa
Jepang sudah minta damai kepada Sekutu?"
"Benar, berita itu memang disiarkan oleh Sekutu, tetapi kami di sini belum
lagi memperoleh berita dari Tokyo, sebab itu berita itu belum kami
pandang benar. Hanya instruksi dari Tokyo yang menjadi pegangan
kami," ujar Maeda.

 Pukul 9.30, 15 Agustus 1945


Sekelompok pemuda yaitu Wikana, Soebadio, Chaerul Saleh, Sukarni,
Adam Malik, Darwis, dan Soeroto Kunto mendatangi kediaman Bung
Karno di Pegangsaan. Wikana yang bekerja di kantor Kaigun Bukanhu
pimpinan Maeda mengutarakan niatnya agar Bung Karno dan Bung Hatta
supaya segera menyatakan kemerdekaan, lepas dari janji Jepang dan
PPKI. Pada saat yang sama pemuda lainnya juga mendatangi kediaman
Bung Hatta. Waktu itu Hatta sedang menyiapkan pidato kemerdekaan
yang akan dibagikan kepada anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan.
Hatta diajak agar mau mendatangi kediaman Bung Karno menyiapkan
rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

11
Wikana kemudian maju, matanya menyorot tajam, ia memandang
Sukarno dan berkata setengah menggeram, "Apabila Bung Karno tidak
mau mengucapkan pengumuman kemerdekaan malam ini juga, besok
pagi akan terjadi pembunuhan dan penumpahan darah."
Tidak mau kalah Bung Karno yang waktu itu sedang menderita malaria
membalas dengan wajah merah padam, sambil menyorongkan lehernya.
"Ini leherku, seretlah aku ke pojok sana, dan sudahilah nyawaku malam
ini juga, jangan menunggu sampai besok."

 Pukul 3 pagi, 16 Agustus 1945


Para pemuda mendatangi kediaman Bung Karno. Chaerul Saleh dan
beberapa pemuda masuk dengan diam-diam, berpakaian seragam PETA.
"Berpakaianlah Bung. Sudah tiba saatnya," kata seorang pemuda.
Pemuda lain berkata, "Oleh karena itu kami akan melarikan Bung keluar
kota. Sudah kami putuskan untuk membawa Bung ke tempat yang
aman."

 Pukul 4 pagi, 16 Agustus 1945


Di pekarangan rumah Bung Karno sudah ada dua mobil. Mobil yang satu
sudah diisi Hatta, Sukarno, Fatmawati dan Guntur masuk ke mobil Fiat.
Selama di Rangasdengklok rombongan Bung Karno dan Hatta
disembunyikan di rumah Djiauw Kie Siong.

 Pukul 18.00, 16 Agustus 194


Sukarni, seorang aktivis Menteng 31 mendatangi persembunyian kedua
tokoh tersebut. Ia membawa pesan bahwa Ahmad Subardjo telah datang
dan ditugasi oleh Gunseikan untuk membawa rombongan kembali ke
Jakarta. Alasanya Panitia Persiapan Kemerdekaan tidak bisa bekerja
tanpa kehadiran dua tokoh yang diculik tersebut.
Rombongan kembali ke Jakarta menggunakan tiga mobil. Mobil pertama
berisi Sukarni (aktivis Menteng 31), Ahmad Subardjo menemani Bung
Karno, Fatmawati, Guntur dan Bung Hatta. Mobil kedua merek Skoda diisi
Sudiro (Pemimpin Harian Barisan Pelopor) dan Kunto. Mobil ketiga diisi
oleh tentara PETA.

12
 Sekitar Pukul 20.00, 16 Agustus 1945
Sampailah di kediaman Bung Karno. Hanya Fatmawati dan Guntur yang
turun. Bung Karno melanjutkan menemani Bung Hatta pulang.

 Pukul 22.00, 16 Agustus 1945


Bung Karno bersama Subadjo menjemput Bung Hatta menuju rumah
Laksamana Maeda. Dalam pertemuan itu Maeda meminta Bung Karno
mencegah pemberontakan. "Tuan-tuan, kita harus mencegah
pemberontakan para pemuda dan tentara PETA malam ini karena
mereka pasti akan berhadapan dengan tentara Jepang."

 Dinihari 17 Agustus 1945


Sukarno dan Hatta kembali ke rumah Maeda. Di dalam rumah Maeda
sudah banyak orang hadir, Tampak Latuharhary SH, Otto Iskandardinata,
Teuku Mohammad Hasan juga tokoh pemuda seperti Chairul Saleh,
Sukarni, BM Diah dan Sayuti Melik.
Kemudian Sukarno dan Hatta merancang naskah proklamasi. Awalnya
Bung Karno meminta Hatta yang merancang, namun ditolak Hatta.
"Apabila aku mesti memikirkannya, lebih baik Bung menuliskan, aku
mendiktekannya."
Bung Karno sempat menanyakan kepada Ahmad Subardjo. "Masih
ingatkah Saudara teks dari Bab Pembukaan Undang-undang Dasar kita?"
Teks itu ditanyakan karena Bung Karno memerlukan kalimat-kalimat yang
menyangkut proklamasi.
Terjadi perdebatan setelah Bung Hatta menanyakan siapa saja yang
harus ikut menandatangani naskah proklamasi itu. Akhirnya Sayuti Melik,
setelah berunding dengan tokoh lain melontarkan idenya kemada
Sukarni.
Langsung dilontarkan Sukarni, "Bukan kita semuanya yang hadir di sini
harus menanda tangani naskah itu. Cukuplah dua orang saja menanda
tangani atas nama rakyat Indonesia, yaitu Bung Karno dan Bung Hatta."

13
 Ikada atau Pegangsaaan Timur
Sukarni menyatakan naskah proklamasi harus dibacakan di Lapangan
Ikada karena sudah memberitahukan kepada rakyat agar mendatangi
lapangan itu. Usul itu ditolak Sukarno. "Lebih baik dilakukan di tempat
kediaman saya, Pegangsaan Timur. Pekarangan di depan rumah cukup
luas untuk ratusan orang. Untuk apa kita harus memancing-mancing
insiden."
Polemik pembacaan itu terjadi pukul 03.00 pagi. Akhirnya Bung Karno
memutuskan, "Karena itu, saya minta saudara sekalian untuk hadir di
Pegangsaan Timur 56 pukul 10.00 pagi".
Selesai naskah proklamasi diketik Sayuti Melik, keluarlah Laksamana
Maeda dengan beberapa orang Jepang dan mengucapkan selamat.

 Pukul 9.50, 17 Agustus 1945


Beberapa orang nampak gelisah karena Bung Hatta tidak kunjung
datang. Bung Karno pun bersikeras tidak akan membacakan bersama
tanpa kehadiran rekanya itu. Akhirnya lima menit menjelang pukul 10.00
Hatta datang dan disambut meriah.
Dalam buku Sepekan Menjelang Kemerdekaan yang ditulis Buntje
Harbunangin, selesai membacakan naskah proklamasi, Bung Karno
memberikan pidato singkatnya. "Demikianlah saudara-saudara, kita
sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah
air kita dan bangsa kita. Mulai saat ini kita menyusun negara kita. Negara
Merdeka, dengan Republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insya
Allah, Tuhan memberkati kita, kemerdekaan kita ini"

14

Anda mungkin juga menyukai