Anda di halaman 1dari 5

NAMA: AJENG SUSAN PRASANTI

KELAS: XI-TKJ 2

SEJARAH INDONESIA
Kota Sawahlunto

Kota Sawahlunto adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota yang
terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang ini, dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera
Barat, yaitu kabupaten Tanah Datar, kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota
Sawahlunto memiliki luas 273,45 km yang terdiri dari 4 kecamatan dengan jumlah penduduk
lebih dari 54.000 jiwa. Pada masa pemerintah Hindia Belanda, kota Sawalunto dikenal sebagai
kota tambang batu bara. Kota ini sempat mati, setelah penambangan batu bara dihentikan.

-SEJARAH KOTA SAWAHLUNTO.

Cikal bakal dijadikannya Sawahlunto sebagai kota terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh
beberapa geolog asal Belanda ke pedalaman Minangkabau (saat itu dikenal sebagai Dataran
Tinggi Padang), sebagaimana yang ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Penelitian pertama dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian
dilanjutkan oleh Ir. Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867. Dalam penelitian De Greve,
diketahui bahwa terdapat 200 juta ton batu bara yang terkandung di sekitar aliran Batang
Ombilin, salah satu sungai yang ada di Sawahlunto. Sejak penelitian tersebut diumumkan ke
Batavia pada tahun 1870.Kota ini mulai memproduksi batu bara sejak tahun 1892.Seiring dengan
itu, kota ini mulai menjadi kawasan pemukiman pekerja tambang, dan terus berkembang menjadi
sebuah kota kecil dengan penduduk yang intinya adalah pegawai dan pekerja tambang. Sampai
tahun 1898, usaha tambang di Sawahlunto masih mengandalkan narapaidana yang dipaksa
bekerja untuk menambang dan dibayar dengan harga murah. Pada tahun 1889, pemerintah
Hindia Belanda mulai membangun jalur kereta api menuju Kota Padang untuk memudahkan
pengangkutan batu bara keluar dari Kota Sawahlunto. Jalur kereta api tersebut mencapai Kota
Sawahlunto pada tahun 1894, sehingga sejak angkutan kereta api mulai dioperasikan produksi
batu bara di kota ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai ratusan ribu ton per tahun.

-AKHIR PERKEMBANGAN KOTA SAWAHLUNTO

Pada akhir tahun 2002, kegiatan tambang yang di kelola oleh PTBA. UPO bisa dikategorikan
mati suri. Walaupun kegiatan tambang tetap terus selalu di upayakan akan tetapi sangat tampak
sekali bahwa itu selalu di paksakan. Dampaknya, sangat besar sekali.Bukan hanya PTBA.UPO
saja yang mengalami kerugian akan tetapi pedagang pedagang kecil (Sektor Riil) yang
berjualan di pasar Tradisional pun mengalami penurunan permintaan. Dalam kurun waktu setelah
tahun 2002, kota Sawahlunto terus mencoba melakukan terobosan terobosan untuk tetap
bertahan dari romantisme romantisme sosial budaya, kerusakan ekologi, hambatan, dan konflik
ekonomi. Suatu upaya dan gagasan muncul yaitu dengan memutar haluan kebijakan. Awalnya
kebijakan kebijakan yang di terapkan adalah ekonomi pertambangan. Karena ekonomi
pertambangan tidak bisa mendukung lagi 100 persen permintaan dan penawaraan maka ekonomi
pariwisata pun di coba untuk dimunculkan ke permukaan. Upaya tersebut secara institusional
dilakukan dengan cara pengalihan visi kota Sawahlunto pada 24 Desember 2002 yang
dituangkan dalam Perda 6 tahun 2003 yaitu menjadikan Sawahlunto tahun 2020 menjadi kota
tambang wisata yang berbudaya.

-BUKTI-BUKTI PERKEMBANGAN KOLONIALISME DI KOTA SAWAHLUNTO.

1. Lubang Mbah Soero

Tempat pertama yang wajib kamu kunjungi saat sedang traveling ke Sawahlunto adalah Lubang
Mbah Soero. Lubang Mbah Soero merupakan sebuah tunnel panjang yang digunakan untuk
proses penggalian dan pengangkutan batubara pada jaman pemerintahan Belanda.

2. Museum Goedang Ransoem


Ukuran tempat masak di museum ini ada yang memiliki diamter 124 cm dengan tinggi 148 cm.
Jumlah pekerja tambang pada era kolonial jumlahnya sangat banyak sehingga membutuhkan
perlengkapan masak dengan skala besar untuk memenuhi kebutuhan makanan para pekerja
tersebut. Pada jaman dulu satu dapur umum bisa memasak hingga 65 pikul beras setiap hari.

3. Museum Kereta Api

Musem kereta api ini dulunya adalah stasuin kereta api yang dibangun oleh pemerintah Belanda
pada tahun 1918. Lokasi museum ini berada di Jl Kampung Teleng dan beroperasi mulai pukul
08.00 s/d 17.00. Kecuali hari Senin, museum ini siap menerima kunjungan para traveler yang
ingin merasakan naik kereta api jaman dulu.Salah satu daya tarik utama museum ini adalah Mak
Itam, yakni sebuah lokomotif bertenaga batubara. Lokomotif berwarna hitam tersebut siap
menarik gerbong-gerbong kereta yang ada di museum untuk membawah pengunjung berkeliling
kota Sawahlunto. Di museum ini juga terdapat peralatan perkeretapian yang usianya sudah
lebihd ari 100 tahun.
4. Hotel Ombilin

Inilah salah satu saksi bisu kejayaan Sawahlunto di masa lalu, Hotel Ombilin. Hotel ini pada
jaman dulu sering digunakan sebagai tempat menginap tamu-tamu Belanda. Hotel ini dibangun
pada tahun 1918. Tentu saja dengan arsitektur khas BelandaSetelah kemerdekaan Indonesia,
bangunan ini sempat beberapa kali mengalami alih fungsi. Termasuk sebagai kantor polisi militer
kotamadya Sawahlunto tahun 197-an. Saat ini bangunan ini dikembalikan ke fungsi aslinya
sebagai hotel. Kalau kamu mencari tempat menginap di Sawahlunto, kamu bisa menjadikan hotel
ini sebagai referensi untuk semakin menjiwai wisata sejarahmu di Sawahlunto

Anda mungkin juga menyukai