Anda di halaman 1dari 3

POLITIK ETIS

Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu


pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial
memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan
pribumi.

Latar belakang munculnya politik etis ialah:


a. Sistem tanam paksa yang menimbulkan penderitaan
rakyat Indonesia
b. Sistem ekonomi liberal tidak memperbaiki
kesejahteraan rakyat
c. Belanda melakukan penekanan dan penindasan
kepada rakyat.
d. Rakyat kehilangan tanah
e. Adanya kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri

Tokoh-tokoh yang melancarkan kritik :


a. van Kol
b. van Deventer
c. de Waal
d. Baron van Hoevell, dll.

PELAKSANAAN POLITIK ETIS


a. Desentralisasi Pemerintahan
- Sebelum tahun 1900, pemerintahan dilakukan secara
sentralisasi.
- Pada tahun 1903, diumumkan Undang Undang
desentralisasi yang diantaranya berisi tentang
pembentukan dewan-dewan local, baik dewan
keresidenan, maupun dewan local.
- Pada tahun 1905, didirikan dewan local di Batavia,
Jatinegara,dan Bogor.
- Pada tahun 1906, didirikan dewan local di beberapa
tempat di Jawa dan luar Jawa.
- Pada tahun 1916 didirikan Dewan rakyat (volksraad)
- Pada tahun 1922 Hindia Belanda dibagi atas beberapa
profinsi.

b. Irigasi
Sarana yang sangat vital bagi para petani adalah irigasi.
Maka dari itu, pada tahun 1885 Belanda membangun
bangunan irigasi di Brantas dan Demak.

c. Transmigrasi
Karena terjadi peningkatan penduduk secara drastis, dan
daerah yang subur menjadi padat penduduknya, akhirnya
diadakan transmigrasi.
Transmigrasi yang dilakukan keluar Jawa dikarenakan
adanya permintaan pekerjaan. Sedangkan transmigrasi ke
Lampung dilakukan untuk menetap.

d. Edukasi
Pada mulanya, Belanda membuat 2 macam sekolah, sekolah
kelas 1 untuk anak pegawai negeri, bangsawan, dan orang
kaya. Dan sekolah kelas 2 untuk anak pribumi pada
umumnya.
Untuk mendidik pamong praja, didirikan 3 sekolah OSVIA di
Bandung, Magelang, dan Probolinggo. Selain itu, ada 3
sekolah guru di Bandung, Yogyakarta, dan Probolinggo.
Selain itu, ada 1 selkolah dokter di Jakarta.

e. Bidang Hukum dan Pengadilan


Pada awalnya, bidang hukum di Hindia Belanda dibagi
menjadi 2 yaitu Pengadilan Gubernemen, dan Pengadilan
Pribumi. Pada , 1819 didirikan Mahkamah Agung. Pada
tahun 1848, Mahkamah Agung mendapat kekuasaan untuk
mengawasi pengadilan Jawa Pada tahun 1869, pamong
praja dibebaskan dari pengadilan Pribumi Pada tahun
1891, pengadilan diketuai oleh ahli hukum. Pada tahun
1914, , pengadilan diserahkan pada hakim negeri. Pada
tahun 1918, hukum pidana Hindia Belanda didasari pada 1
kitab Undang – Undang yang berlaku bagi orang Eropa dan
Pribumi.

KEGAGALAN POLITIK ETIS


Pada tahun 1014, masyarakat mulai bergolak dan mengkritik
bahwa pelaksanaan politik etis telah dianggap gagal.
Kegagalan tersebut terlihat dari :
a. Sejak pelaksanaan system ekonomi liberal, Belanda
mendapat keuntungan yang tinggi, sedangkan tingkat
kesejahteraan rakyat rendah.
b. Hanya sebagian kecil kaum pribumi memperoleh
keuntungan dan kedudukan, yaitu golongan pegawai
negeri.
c. Pegawai negeri dari golongan pribumi hanya digunakan
sebagai alat saja, sehingga dominasi Belanda tetap
sangat kuat.

Anda mungkin juga menyukai