Anda di halaman 1dari 2

Nama kelompok:

1. Alifia Tirsa Zefalia


2. Dwi Dinda Wahyuni
3. I Putu Mertayasa
4. Rodiatul Jannah
5. Septa Riza Abyandini

Teks Sejarah
“R.A Kartini”
Orientasi

Raden Ajeng Kartini atau yang kita kenal dengan Ibu Kartini. Dia adalah salah satu
keturunan keluarga terpandang yang lahir pada tanggal 21 April 1879. Dan keluarganya yang
mewariskan suatu hal yaitu pendidikan.

Beliau pernah duduk dibangku sekolah dasar sampai tamat sekolah sekolah dasar.
Beliau tidak pernah puas akan ilmu pengetahuan dan membuat beliau ingin melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi

Namun ayahnya tidak sependapat dengan beliau untuk melanjutkan pendidikanya.


Tahu sikap ayahnya sperti itu beliau sedih namun tidak bisa mengubah keputusan ayahnya.

Peristiwa dan Masalah

Adat dikeluarganya yaitu seorang gadis atau wanita yang belum menikah belum
dibolehkan keluar rumah atau juga disebut dipingit. Untuk mengisi waktu luangnya beliau
membaca buku ilmu pengetahuan yang ia miliki. Beliau memang gemar membaca atau kutu
buku dan menjadi keseharianya saat banyak waktu luang. Bahkan dia tidak takut untuk
bertanya kepada ayahnya bila dia tidak mengerti atau kurang paham.

Kartini mempunyai teman yang banyak di Belanda dan sering bekomunikasi dengan
mereka. Bahkan pernah meminta kepada Mr.J.H. Abendanon untuk memberikan dirinya
beasiswa untuk bersekolah di Belanda. Belum sempat menyampaikan keinginanya beliau
dinikahkan dengan Adipati Rembang yang bernama Raden Adipati Oyodiningrat. Walaupun
begitu beliau tidak berhenti untuk bercita cita dan karena suaminya pula mendukung cita
citanya.

Dengan ketekunan dan kegigihan dari beliau dan suaminya mendirikan sekolahan
wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Madiun, Cirebon, dan Malang. Sekolahan
tersebut diberi nama dengan dengan sekolahan kartini.

Pada tanggal 17 September 1904 Kartini meninggal dunia pada usia 25 saat
melahirkan anak pertama dan satu-satunya.

Kemudian kisah beliau menjadi pelopor emansipasi wanita ditanah jawa. Kemudian kisah
R.A Kartini di bukukan oleh Abendanon dengan judul “Door Duistemis Tot Licht” atau yang
kita kenal dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang” Buku ini telah menginspirasi wanita di
Indonesia tidak hanya pada waktu itu tapi sampai sekarang.

Reorientasi

Kita tidak boleh melupakan jasa R.A Kartini tetapi, kita harus mengenang jasa dan
meniru sifatnya yang pantang menyerah terhadap masalah apapun. Karena setia masalah pasti
ada jalan keluarnya.

Anda mungkin juga menyukai