Anda di halaman 1dari 1

Pangeran Antasari (Kayu Tanfi, Kesultanan Banjar, 1809 – Bayan Begok, Hindia Belanda, 11 Oktober

1862 pada umur 53 tahun) adalah seoranga Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah sultan banjar.
Pada 14 Maret 1862, dia dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar
menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukninin dihadapan para kepala suku Dayak
dan adipati Dusun atas, Kapus dan Kahayan.

Pangeran Antasari merupakan cucu Pangeran Amir. Nama Pangeran Antasari adalah Gusti Inu
Kartapati. Ayahnya adalag Pangeran Masohut (Mas’ud) bin Pangeran Amir.

Setelah Sultan Hidayatullah Ditipu Belanda dengan menyandera Ratu Siri (Ibunda Pangeran
Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur, maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan pula
oleh pangeran antasari. Maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278
Hijriah, dimulai dengan seruan “Hidup untuk Allah dan mati untuk Allah!” Seluruh rakyat, para
panglima Dayak, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan Banjar dengan suara bulat
mengankat antasari menjadi “Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin”, yaitu pemimpin
pemerintah, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.

Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara
milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya peperangan-peperangan dikomandoi
pangeran antasari di seluruh wilayah kerajaan Banjar.

Pertempuran yang berkecambuk makin sengit antara tentara pasukan Pangeran Antasari dan
pasukan Belanda. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan
modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Pangeran Antasari. Dan akhirnya Pangeran
Antasari memindahkan pusat benteng pertahanannya Muara Teweh.

Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia tetap pada
pendiriannya, in tergambar pada suratnya yang ditunjukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di
Banjarmasin tertanggal 20 juli 1861.

“ Dengan tegas kami terangkan kepada tuan. Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami
berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)”

Dalam peperangan, Belanda pernah menawarkan kepada siapapun yang mampu menangkap dan
mumbunuh Pangeran Antasari akan diberi 10.000 gulden. Namun sampi perang selesai tidak
seorangpun mau menerima tawaran ini.

Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah


pasukannya tanpa pernah tertangkap,menyerah dan tertipu. Pada tanggal 11 Oktobe 1862 di Tanah
Kampung Bayan Begok, Sampirang. Usia lebih antara 53 tahun wafat, menjelang wafatnya ia terkena
sakit paru-paru dan cacar. Penjuangannya dilanjutkan oleh Muhammad Seman

Anda mungkin juga menyukai