Anda di halaman 1dari 3

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM TRADISI KEILMUAN

ISLAM
A. DEFINISI DAN CABANG FILSAFAT
Dalam tradisi intelektual islam, kita temukan tiga istilah yang umum untuk
filsafat. Ketiganya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pertama, hikmah. Menurut Al-Kindi,falsafah itu artinya hubb al-
hikmah ‘cinta pada kearifan. Sementra aibnu sina menyatakan bahwa
hikmah adalah kesempurnaan jiwa manusia tatkala berhasil
menangkap makna segala sesuatu dan mampu menyatakan kebenaran
dengan pikiran dan perbuatannya sebatas kemampuannya sebagai
manusia. Namun demikian, Imam Al-Ghazali menentang penggunaan
lafazh ‘hikmah’ pada filsafat. Menurutnya, lafazh ‘hikmah’ telah
dikorupsi untuk kepentingan fisuf, karena ‘hikmah’ yang dimaksud
dalam Al-Qur’an itu bukan filsafat, melainkan syari’at islam yang
diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul.
2. Kedua, ‘ulum al-awa’il. Maksudnya, ilmu-ilmu zaman dulu. Yaitu,
ilmu-ilmu yang berasal dari peradaban kuno pra-islam, seperti India,
Persia, Yunani dan Romawi. Termasuk diantaranya, ilmu matematika,
logika, astronomi, fisika, biologi, kedokteran, dan sebaginya.
3. Ketiga, falsafah. Kata ini adalah serapan ke dalam Bahasa arab dari
terjemahnya karya-karya Yunani Kuno. Menurut Al-Kindi, falsafah
adalah ilmu yang nempelajari segala sesuatu sebatas kemampuan
manusia. Filsafat teoretis mencari kebenaran, manakala filsafat praktis
mengarahkan pelakunya agar ikut kebenaran. Berfilsafat itu berusaha
meniru perilaku tuhan. Filsafat itu merupakan usaha manusia
mengenai dirinya. Demikian tulisan Al-Kindi. Selainitu, sekelompok
cendekiawan bernama “Ikhwan as-Shafa” menambahkan “filsafat itu
berangkat dari rasa ingin tahu. Adapun puncaknya adalah berkata dan
berbuat sesuai denga napa yang anda tahu (al-falsafah awwaluha
mahabbatul ‘ulum…wa akhiruha al-qaul wal-‘amal bi-ma
yuwafiqul-‘ilm)”.

Dari ketiga istilah dan definisi filsafat tersebut, diketahui bhawa para
ulama dan cendekiawan muslim, sebenarnya tidak memiliki kesepakatan
tentang ap aitu filsafat. Tetapi, dari istilah itu, kami dapat mengatakan
bahwa filsafat adalah keingintahuan secara menyeluruh dan mendasar
yang diwujudkan melalui aktivitas belajar agar dapat berkata dan berbuat
berdasarkan ilmu yang sesuai dengan syari’at islam yang diturunkan
Allah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Filsafat terdiri atas tiga cabang besar, yaitu : ontology epistemology, dan
aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan.
1) Pertama ontology membicarakan hakikat (segala sesuatu).
Ontology ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu.
Ontolgi mencakup banyak sekali filsafat, mungkin semua filsfat
masuk di sini, filsafat Pendidikan secara umum , logika,
metafisika, dan selainnya, termasuk filsafat Pendidikan
matematika. Adapun ontology Pendidikan matematika yang
dimaksud dalam buku ini adalah hakikat Pendidikan matematika.
Secara ontologis, terdapat dua alam yang dikenal dan disebutkan
dalam al-qur’an yaitu metafisik (‘alam al-ghayb) dan alam fisik
atau yang tampak (‘alam al-syahadah).
2) Kedua epistemology membicarakan cara memperoleh pengetahuan
itu. Epistemology hanya mencakup satu bidang saja yang
membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan. Dengan
demikian, epistemology Pendidikan matematika membicarakan
tentang cara memperoleh ilmu Pendidikan matematika atau cara
mempelajari ilmu Pendidikan matematika.
Epistemology berasal dari bhasa Yunani, ‘Epistem’ yang berarti
‘pengetahuan’ dan ‘logos’ yang berarti ‘ilmu’. Biasanya
epistemology didefiniskan sebagai cabang ilmu filsafat yang
membahas ilmu pengetahuan secara menyeluruh dan mendalam.
3) Ketiga aksiologi membicarakan kegunaan pengetahuan itu.
Aksiologi hanya membicarakan guna (nilai) pengetahuan itu. Ini
pun berlaku bagi semua cabang filsafat , Adapun aksilogi
Pendidikan matematika membicarakan tentang kegunaan
Pendidikan matematika. Guna atau nilai yang paling pokok adalah
adab, yaitu lahirnya calon pendidik matematika yang beriman dan
bertakwa pada Allah ‘azza wajalla, serta berakhlak mulia melalui
Pendidikan matematika.
B. RAMBU-RAMBU BERFILSAFAT
Dalam menetapkan sifat Allah, kita tidak boleh melakukan tahrif, ta’thil,
tamtsil, dan takyif. Penjelasan maksud keempat istilah tersebut dapat
dipaparkan sebagai berikut.
1. Pertama, tahrif.
Tahrif artinya mengubah, baik mengubah lafaz maupun makna.
Namun yang banyak terjadi adalah tahrif makna. Pelakunya tahrif
disebut muharrif.
2. Kedua, ta’thil.
Ta’thil artinya mengosongkan dan meninggalkan. Maksudnya
mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah yang telah Allah
tetapkan untuk diri-Nya, baik mengingkari keseluruhan maupun
Sebagian, baik dengan men-tahrif maknanya maupun menolaknya.
3. Ketiga, takyif.
Takyif artinya menyebutkan tentang kaifiyah (karakteristik) suatu
sifat. Takyif merupakan jawaban dari pertanyaan “bagaimna?”
4. Keempat, tamtsil.
Tamtsil adalah menyebutkan sesuatu dengan yang semisalnya.

Demikianlah rambu-rambu dan Batasan yang harus diperhatikan


dalam berfilsafat, khususnya mengenai sifat-sifat Allah subhanahu
wata’ala. Karenaya kalaupun kita berpikir dan bertanya terus-
menerus, hendaknya kita memastikan bahwa pemikiran dan
pertanyaan kita senantiasa berada koridor yang benar dan bermanfaat
untuk beramal agar makna filsafat dan kearifan dan pengetahuan yang
dicapai manusia dengan akal pikirannya akan senantiasa
meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah ‘Azza wa
Jalla.

Anda mungkin juga menyukai