Oleh:
HUZAIMA ODE SAMURA (09402311006)
RATI NURBAITI (09402311029)
ARDIANSYAH TUARA (09402311062)
NURULGINAYAH MUKHLIS (09402311074)
FAIRY AZZAHRAH ILHAM (09402311075)
NUR NAILA (09402311080)
Dosen Pengampu:
Fatoni Achmad, S.Pd.I., M.Pd.I
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita seringkali merasa ketidaknyamanan dalam menjalani
hidup. Seperti menghadapi situasi kemiskinan, kelaparan, dll. kita juga seringkali
menghadapi perilaku-perilaku manusia yang mana orang lain sering kali
membiarkan keburukan terjadi layaknya hal yang biasa dalam kehidupan sehari-
hari yang menunjukan manusia gagal dalam memahami dan menjalankan
hakikatnya sebagai manusia yang seutuhnya. Hal terseut menunjukan bahwa
manusia sudah mulai kehilangan sifat kemanusiaan dalam dirinya. Padahal sudah
seharusnya manusia sebagai makhluk yang diciptakan ALLAH SWT. Yang memiliki
akal sehat harus menunjukkan manusia yang sesungguhnya seperti tolong
menolong, tidak iri dengki, memiliki sifat sombong, menghilangkan rasa tamak
dalam diri terhadap orang lain guna menciptakan kehidupan yang baik. Maka
untuk memaham, dan mengerti hakekatnya sebagai manusia, manusia itu harus
mengenal arti Insan Kamil.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Integritas, Iman, Islam, dan Ihsan dalam
membentuk Insan Kamil?
2. Bagaimana konsep dasar Insan Kamil?
3. Bagaimana konsep dasar manusia dalam al-qur’an?
4. Unsur-unsur dan karakteristik apa saja yang membentuk Insan Kamil
dalam diri manusia?
5. Bagaimana metode dalam menjadi manusia insan khamil seutuhnya
dalam islam, iman,dan ihsan
C. Tujuan
1. Untuk memahami konsep dasar Integritas Iman, Islam, dan Ihsan dalam
membentuk manusia yang seutuhnya
2. Untuk memahami konsep dasar Insan Kamil
3. Untuk memahami konsep dasar manusia dalam al-qur’an
4. Untuh mengetahui unsur-unsur dan karakteristik apa saja yang membentuk
Insan Kamil dalam diri manusia
5. Untuk mengetahui metode menjadi manusia insan khamil seutuhnya dalam
islam, iman, dan ihsan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menelusuri Konsep Dasar Integritas, Iman, Islam, dan Ihsan Dalam
Membentuk Insan Kamil
Istilah integritas sering dikaitkan dengan sikap atau perilaku yang menggambarkan
diri seorang individu. Sikap integritas penting Bagi setiap individu untuk membentuk
sikap tanggung jawab atas diri. Integrasi berasal dari bahasa Latin, yaitu “integrate”
yang berarti memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Adapun menurut Kamus
Besar Bangsa Indonesia (KBBI), integrasi adalah pembauran sampai menjadi satu
kesatuan yang bulat dan utuh. Integrasi ini dapat terjalin dengan baik dan lancar jika
dalam individu tersebut pun mampu bersatu dengan adanya perbedaan namun
dapat menghasilkan suatu keserasian dengan saling menghargai dan saling
menghormati agar dapat meminimalisir terjadinya konflik yang akhirnya
menimbulkan perpecahan.
Sedangkan dalam Iman berasal dari tiga huruf (hamzah, min dan nun) yang
mengandung arti kedamaian hati. Iman juga dapat diartikan percaya didalam hati,
meyakini tanpa keraguan serta mengimplementasikan/mengamalkannya dalam
kehidupan. Sedangkan secara syara’ tertuang dalam sabda Rasulullah SAW, yang
artinya: “Iman itu bukanlah dengan angan-angan, tetapi apa yang telah mantap di
dalam hati dan dibuktikan kebenerannya dengan amalan”.
Selanjutnya yaitu Islam dibentuk dari kata (aslama yuslimu islaaman) yang berarti
sebagaimana dalam arti pokoknya yaitu berserah diri, tunduk, taat, selamat, aman).
Islam adalah agama yang didasarkan pada wahyu yang berasal dari Allah SWT melalui
perantara Nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir serta Islam adalah ajaran yang
mengajarkan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang ada dimuka bumi ini.
Orang yang telah masuk Islam dinamakan muslim dan merupakan orang yang
mengaku atas dirinya telah taat, berserah diri serta patuh atas apa yang
diperintahkan oleh Allah swt. serta menjauhi larangan-laranganNya.
Dengan demikian, sejalan dengan firman Allah swt. dalam (QS. Al-Baqarah(2):112)
Dan yang terakhir konsep dasar Ihsan dibentuk dari kata (hasana yuhsinu) yang
artinya berbuat baik atau bentuk masdarnya yaitu ihsanan yang artinya kebaikan.
Ihsan dapat juga diartikan sebagai bentuk pernyataan dan dibuktikan secara nyata
dengan perbuatan terpuji, kelakuan yang baik, dan mengacu pada kualitas diri
seseorang dengan tujuan kepada banyak hal baik kepada Allah swt. dalam hal ini
beribadah, baik kepada manusia, serta baik kepada semua ciptaanNya.
Allah swt. pun berfirman mengenai hal ini dalam “Surat Al-Isra’ ayat 7” dan “Surah
Al-Qashash ayat 77”
Kedua: Manusia sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon). Jauh sebelum Aristoteles
memaparkan teori Zoon Politicon Allah sudah menjelaskan dalam dalam Al-Qur-an
sebagai mana tertera dala surat Ali Imran ayat 110; "kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik."
Kajian ini bertujuan menjelaskan term ”manusia” dalam Al- Quran. Ada tiga
term yang biasa diterjemahkan sebagai ”manusia” dalam Al-Quran, yakni
basyar, al-insān, dan an-nās. Dalam banyak tulisan, basyar disebut-sebut
sebagai dimensi jasmaniah, al-insān dimensi psikologis-rohaniah, dan an-nās
dimensi sosiologis-kemasyarakatan dari manusia. Dengan menggunakan
metode Al-Qarafi, term basyar lebih memperingatkan manusia yang cenderung
mempertuhankan hawa-nafsunya (yang berwujud jiwa-raga). Term al-insān
merupakan peringatan dari Allah bahwa manusia cenderung kafir. Term an-nās
pun memperingatkan manusia yang cenderung mengikuti agama leluhur,
agama mayoritas, dan agama yang menarik perhatiannya, atau mengikuti
pendapatnya sendiri; bukannya mengikuti man anāba ilayya (orang yang
kembali kepada-Ku), yakni para nabi, para rasul, atau para khalifah-Nya (wakil
Tuhan di bumi).
ٓ ࣖࣖ َاَّيُتَها الَّنْفُس اْلُم ْطَم ِٕىَّن اْر ِج ِع ْٓي ِاٰل ى َر ِّبِك َر اِضَيًة َّم ْر ِض َّيًةۚ َفاْدُخ ِلْي ِفْي ِع ٰب ِد ْۙي َو اْدُخ ِلْي َج َّنِتْي
ُۙة
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan
diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke
dalam surga-Ku. (Q.S. Al-Fajr [89]: 27-30)
Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa nafsu muthma’inah merupakan titik
berangkat untuk kembali kepada tuhan.
ِإَّنَم ا ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنوَن ٱَّلِذ يَن ِإَذ ا ُذ ِكَر ٱُهَّلل َو ِج َلۡت ُقُلوُبُهۡم َو ِإَذ ا ُتِلَيۡت َع َلۡي ِهۡم َء اَٰي ُت ۥُه َز اَد ۡت ُهۡم ِإيَٰم ٗن ا َو َع َلٰى َر ِّبِهۡم
َٰٓل
َيَتَو َّك ُلوَن ٱَّلِذ ين ُيِقيُم وَن ٱلَّص َلٰو َة َوِمَّم ا َر َز ۡق َٰن ُهۡم ُينِفُقوَن ُأْو ِئَك ُهُم ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنوَن َح ّٗق ۚا َّلُهۡم َد َر َٰج ٌت ِع نَد َر ِّبِهۡم
مٞق َك ِر يٞ ة َو ِر ۡزٞ َو َم ۡغ ِفَر
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Yaitu) orang-
orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan
ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal, [8]: 2-4).
Ayat diatas menjelaskan bahwa kriteria bagi orang-orang mukmin sejati yaitu:
Senantiasa mengingat nama ALLAH SWT, bila mendengar ayat-ayat ALLAH SWT.
iman dan ketakwaannya bertambah, bertawakkal ke pada ALLAH SWT, menegakkan
shalat dan menjalankan puasa dan, menginfakkan Sebagian rezekinya.
b) Untuk mencapai insan kamil, harus sungguh-sungguh beribadah dengan benar serta
ikhlas. Ibadah berupa rukun Islam harus benar-benar bermakna. Berikut
penjelasannya:
1. Mengikrarkan dua kalimat syahadat
Bersaksi bahwa Tuhan yang diimaninya adalah Allah Swt. sehingga dapat mencapai
ma'rifat billah. Di samping itu, muslim yang ingin menjadi insan kamil juga diawal
dengan ikrar bahwa Nabi Muhammad merupakan Rasulullah, kemudian berguru dan
meneladaninya.
2. Mendirikan salat
Dalam membentuk insan kamil, muslim harus mendirikan salat secara khusyuk serta
selalu mengingat Allah Swt. Kendati tidak sedang menjalankan salat, muslim
hendaknya senantiasa mengingat Allah (salat da'im), sehingga terhindar dari
perbuatan keji dan mungkar.
3. Membayar zakat
Menyadari bahwa harta merupakan anugerah dari Allah adalah salah satu upaya
mewujudkan insan kamil. Seorang insan kamil hendaknya mudah mengeluarkan
zakat dan segala ibadah harta lainnya seperti sedekah dan infak. Selain itu, ia juga
mesti memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
4. Berpuasa di bulan Ramadan
Puasa tidak hanya menahan haus dan dahaga, melainkan juga sarana untuk
meningkatkan ketakwaan bagi muslim yang ingin menjadi insan kamil.
5. Menunaikan ibadah haji ke baitullah
Dalam membentuk insan kamil, seseorang harus menunaikan haji untuk mencapai
ma'rifat billah, dengan syarat mampu. Sebagai contoh, wukuf dimaknai sebagai
upaya menghentikan segala yang menjadi penghalang mata hati untuk "melihat"
Tuhan. Sementara itu, tawaf dimaknai sebagai perjalanan menuju Tuhan.