BIOLOGI SEL
DISUSUN OLEH:
DYAN MAHANI
(2006150010007)
GAYO LUES
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Pengertian Sel................................................................................................4
2.2 Sel Prokariotik Dan Eukariotik....................................................................6
2.2.1 Sel Prokariotik.......................................................................................6
2.2.2 Sel Eukariotik........................................................................................7
2.2.3 Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik.......................................9
2.3 Dinding Sel..................................................................................................11
2.4 Membran Plasma.........................................................................................13
2.4.1 Lipid Membran...................................................................................15
2.4.2. Protein pada Membran Sel.................................................................18
2.4.3. Sistem Transpor Molekul Melalui Membran Sel...............................20
2.5. Ribosom (Pabrik Protein)...........................................................................26
2.6. Retikulum endoplasma (RE)......................................................................30
BAB III PENUTUP...............................................................................................39
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Biologi Sel tepat waktu.
Makalah Biologi Sel disusun guna memenuhi tugas dari bapak Fajar Okta Widarta,
S.Pd,M.Pd. Pada mata kuliah Biologi di Universitas Syiah Kuala PSDKU Gayo Lues.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Biologi Sel. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Fajar Okta Widarta, S.Pd,M.Pd selaku dosen mata kuliah Biologi Sel. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
BAB 1 PENDAHULUAN
Dyan Mahani
1.1 Latar Belakang
1
biologi khususnya tentang Sel. Ini dikarenakan sel merupakan dasar dari sebuah
kehidupan. Sel-sel tersebut membentuk kesatuan untuk membetuk kehidupan.Kita bisa
lihat bahwa alam semesta ini begitu luas. Namun apabila kita selidiki lebih dalam lagi
ternyata terdapat kehidupan yang lebih kecil dan lebih sederhana dari yang kita
bayangkan.dari masa kemasa dilakukan penelitian dan penemuan tentang sel.Dimulai dari
penemuan Robert Hook dengan sel gabusnya pada tahun 1665 sampai sekarang pun masih
dilakukan penelitian bahkan sudah mencapai tahap materi genetik.Sel memiliki ukuran
yang sangat kecil dan tak kasat mata. Ada yang hanya 1-10 mikron, ada yang mencapai 30-
40 mikron, bahkan ada yang beberapa sentimeter.Didalam ukuran yang sangat kecil bentuk
yang bermacam-macam tersebut, sel memiliki bagian-bagian sel yang memiliki fungsi
masing- masing. Pada bagian sel itu melakukan interaksi dan saling ketergantungan. Oleh
karena itu sel dipandang sebagai dasar kehidupan makhluk hidup.Dalam pembagiannya sel
terdiri dari Eukariot “eu”(sejati),“karyon”(inti) yang memiliki membran inti dan Prokariot
“pro”(sebelum),“karyon”(inti) yang tidak memiliki membran inti dan pada umumnya
makhluk hidup uniseluler.
2
3
BAB II PEMBAHASAN
Sel adalah bagian terkecil dari makluk hidup yang dapat melakukan aktivitas biologis.
Kehidupan bermula dari terjadinya interaksi kimia seperti C, O, H, N, P, S. Senyawa diatas
berinteraksi membentuk senyawa baru yang lebih kompleks sampai terjadinya beberapa
kombinasi yang unik yang mempunyai kemampuan reproduksi sehingga menjadi suatu
kehidupan seperti sekarang. Kehidupan yang paling sederhana terjadi pada ruang yang
yang dikelilingi oleh membran yang disebut Sel. Sel merupakan kerangka alamiah dari
hampir semua reaksi biokimia.
Istilah sel pertama kali dikemukakan oleh Robert Hooke (1667) pada saat mengamati
sayatan gabus dengan mikroskop. Ia melihat adanya ruangan-ruangan kecil yang
disebutnya cella yang berarti kamar kecil.
Evolusi
sains seringkali berada sejajar dengan penemuan peralatan yang memperluas indera
manusia untuk bisa memasuki batas-batas penemuan baru. Penemuan dan kajian awal
4
mikroskop pada abad ke-17. Sehingga mikroskop sejak awal tidak dapat dipisahkan
dengan sejarah penemuan sel.
Galileo Galilei (abad 17) dengan alat dua lensa menggambarkan struktur tipis dari mata
serangga. Galilei sebenarnya bukan seorang biologiwan pertama yang mencatat hasil
pengamatan biologi melalui mikroskop. Robert Hook (1635-1703) melihat gambaran satu
sayatan tipis gabus suatu kompertemen atau ruang-ruang disebut dengan nama latin
cellulae (ruangan kecil), asal mula nama sel. Anton van Leeuwenhoek (24 Oktober 1632–
26 Agustus 1723), menggunakan lensa-lensa untuk melihat beragam spermatozoa, bakteri
dan protista. Robert Brown (1733-1858) pada tahun 1820 merancang lensa yang dapat
lebih fokus untuk mengamati sel. Titik buram yang selalu ada pada sel telur, sel polen, sel
dari jaringan anggrek yang sedang tumbuh. Titik buram disebut sebagai nukleus.
Ahli botani Pada tahun 1838 Matthias Schleiden dan ahli zoologi Theodor Schwan
keduanya tertarik dengan adanya kesamaan yang terdapat pada struktur jaringan tumbuhan
dan hewan, mereka mengajukan konsep bahwa semua organisme tersusun atas sel dan sel
merupakan struktural makhluk hidup. H.J. Dutrochet (1824) menemukan bahwa semua
tumbuhan dan hewan terdiri dari sel berbentuk gelembung yang sangat kecil.
Felix Dujardin (1835) Pendahuluan 3 mengemukakan bahwa isi sel tersebut berupa cairan
yang oleh Johannes Purkinje (1840) dan Hugo Van Mohl (1846) menyebutnya dengan
istilah protoplasma. Hugo von Mohl bersama Karl Nugeli (1835) mempelajari peristiwa
pembelahan sel. Mereka berkesimpulan bahwa inti dan plasma sel mengalami pembelahan
untuk menjadi dua sel anak.
R. Virchow (1859) berkesimpulan bahwa semula sel berasal dari sel yang telah lebih dulu
ada dengan istilah omnis cellulae cellula. Lewat pembelahan sel itulah bahan genetika
(hereditas) diwariskan kepada keturunan dari satu generasi ke generasi berikutnya. E.
Straburger dan W. Flemming (1870) berkesimpulan bahwa inti sel memelihara
kelangsungan hidup suatu jenis makhluk dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Flemming mengenal istilah mitosis bagi pembelahan sel. O. Hertwig (1875) membuktikan
bahwa inti spermatozoa bersatu dulu dengan inti ovum untuk terjadinya embrio atau
generasi baru. W. Schultze (1860) mengatakan bahwa protoplasma adalah dasar fisik
seluruh kehidupan.
5
2.2 Sel Prokariotik Dan Eukariotik
Sel prokariotik merupakan bentuk kehidupan yang terkecil dan memiliki metabolisme
paling bervariasi. Kata prokariotik sendiri berarti “ sebelum nukleus” yaitu suatu
organisme bersel satu tanpa memiliki nukleus. Hal ini berarti bahwa sel prokariotik ini
merupakan nenek moyang dari sel eukariotik, karena dia ada sebelum sel eukariotik ada.
Sel prokariotik ini memiliki tiga komponen dasar diantaranya yaitu: plasmalemma,
ribosom, dan nukleoid. Beberapa prokariotik tidak memiliki kapsul yang menyelubungi
dinding sel, kecuali prokariot yang dapat berfotosintesis. Sel prokariotik ini dapat
mengabsorbsi bahan organik untuk pertumbuhannya.
Sel prokariotik memiliki ukuran antara 1 – 10 µm. Masing – masing sel prokariotik dapat
menghasilkan sel baru dengan cara membelah diri dan menghasilkan spora atau melakukan
pertunasan. Bagian dari sel prokarotik pada komponen plasmalemma atau membran sel
terdapat sitoplasma dan nukleoid sedangkan bagian luarnya terdapat dinding sel yang
berfungsi untuk mengokohkan dan memberi bentuk kepada sel. Mycoplasma merupakan
salah satu jenis prokariotik yang tidak memiliki dinding sel tetapi memiliki plasmalemma
dengan ketebalan 10 nm. Adapun contoh dari sel prokariotik ini ialah pleuropneumonia–
like organism (PPLO), bakteri, alga biru (Cyanobacteria, blue green algae), dan archaea.
Sel prokariotik ini kebanyakan jenisnya memiliki dinding sel di sekitar membran plasma.
Sel ini memiliki struktur yang sederhana tetapi memiliki jenis variasi yang banyak.
Bakteri merupakan salah satu contoh organisme yang memiliki sel tipe prokariotik.
Untuk itu mempelajari struktur dan fungsi pada sel prokariotik, sel bakteri merupakan
6
contoh yang cukup mewakili dari berbagai tipe sel prokariotik. Bakteri memiliki
ukuran (panjang) berkisar antara 0,15 – 15µ. Struktur sel bakteri terdiri dari bagian
luar sebagai penutup sel dan sitoplasma.
Bagian luar sel bakteri terdiri dari: kapsula, dinding sel, dan membran plasma. Kapsula
yaitu bagian yang paling luar berupa lendir yang berfungsi untuk melindungi sel.
Bahan kimia pembangun kapsula adalah polisakarida. Dinding sel terdiri dari berbagai
bahan seperti karbohidrat, protein, dan beberapa garam anorganik serta berbagai asam
amino.
Sel eukariotik ialah sel yang memiliki inti atau nukleus (karion) yang dikelilingi oleh
membran, sehingga sel ini memiliki dua membran yaitu membran sitoplasma dan membran
inti (membran nukleus). Kata eucaryotic ini berasal dari kata yunani, eu (sejati), dan
karyon (bagian dalam biji/nukleus). Oleh sebab itu, sel ini dinamakan sel yang memiliki
membran inti (nukleus). Sel eukariotik memulai kehidupannya dengan sebuah nukleus
yang dikelilingi oleh berbagai macam organel yang memiliki struktur dan fungsi tertentu
7
dan terbungkus dalam sebuah membran sehingga bentuknya kokoh dan tersusun dengan
teratur.
Sel eukariotik ini merupakan salah satu hasil evolusi secara fisik dan biologis yang terjadi
berjuta tahun yang lalu, dimana sel ini terbentuk dari sekelompok organisme anaerobik dan
organisme aerobik yang saling berhubungan secara simbiosis sehingga dapat hidup
bersama dan saling ketergantungan satu dengan yang lainnya sehingga terbentuklah sel
eukariotik. Sel eukariotik memiliki nukleus yang terbungkus di dalam membran, sehingga
DNA yang terdapat di dalam nukleus dapat tersimpan dalam kompartmen khusus yang
terpisah dari bagian lain dari sel yang disebut sitoplasma. Disamping itu, terdapat juga
jenis organella lain yaitu mitokondria dan kloroplas, yang terbungkus dalam dua lapis
membran yaitu membran dalam dan membran luar yang secara kimiawi memiliki
perbedaan dengan membran yang membungkus nukleus. Mitokondria terdapat pada
hampir semua jenis sel sedangkan kloroplas hanya terdapat pada sel yang mampu
melakukan fotosintesis yaitu pada tumbuhan, tetapi pada hewan dan jamur tidak ada.
Mitokondri dan kloroplas berasal dari satu simbiosis yang sama, dimana keduanya saling
ketergantungan satu dengan yang lainnya.
8
Sel eukariotik ini terdapat pada organisme yang lebih kompleks lagi dan susunan
organelnya sudah tersusun dengan teratur. Sel ini terdapat pada sel hewan dan sel
tumbuhan. Walaupun demikian, sel ini tidak semuanya ada pada masing – masing sel
karena ada bagian yang berbeda satu dengan yang lainnya dan memiliki bentuk, ukuran,
dan fungsi fisiologis yang berbeda juga. Meskipun demikian, ada bagian sel yang sama
diantaranya yaitu membran plasma, 23 sitoplasma, organel (seperti retikulum endoplasma,
kompleks golgi, lisosom, mitokondria), dan inti sel (nukleus).
Sel prokariotik dan sel eukariotik meskipun memiliki jenis yang berbeda satu dengan yang
lainnya sel ini juga masih memiliki keterkaitan dan saling membutuhkan. Sel prokariotik
ini lebih dahulu berkembang baru kemudian sel eukariotik yang berkembang. Kedua sel ini
memiliki perbedaan yang utama diantaranya adalah lokasi DNA – nya, seperti yang
terdapat dalam kedua jenis sel tersebut. Dalam sel eukariotik sebagian besar DNA berada
dalam organel yang disebut nukleus, yang dibatasi oleh membran ganda. Sedangkan pada
sel prokariotik DNA – nya terkonsentrasi pada wilayah yang tidak memiliki membran yang
disebut nukleoid. Interior yang terdapat pada sel prokariot disebut sitoplasma, sedangkan
pada sel eukariot sitoplasma ini juga merupakan bagian interior yang terdapat diantara
nukleus dengan membran plasma. Di dalam sel eukariotik, sitoplasma ini keberadaannya
memiliki berbagai macam organel dengan bentuk dan fungsinya secara terspesialisasi,
yang tersuspensi dalam sitosol sedangkan pada sel prokariot tidak memiliki hal tersebut
sehingga ada atau tidaknya nukleus sejati pada kedua sel tersebut merupakan salah satu
perbedaan dari kompleksitas struktural antara kedua sel.
9
Bagan 1 Perbedaan Sel Prokariotik dan Eukariotik
Gambar 5 perbedaan sel prokariotik dan eukariotik pada tumbuhan,hewan dan bakteri
10
Sel eukaritok umunya memiliki ukuran yang lebih besar dari pada sel prokariotik, hal ini
dikarenakan sel eukariotik memiliki organel sel yang lebih banyak dan lebih besar dari
pada sel prokariotik. Kebutuhan – kebutuhan yang terkait dengan metabolisme juga
menetapkan batas atas teoritis terhadap ukuran yang praktis untuk sel tunggal. Perbatasan
ini berfungsi sebagai perintang selektif yang memungkinkan lalu lintas Oksigen, Nutrien,
dan zat buangan yang cukup untuk melayani keseluruhan sel. Kebutuhan terhadap luas
permukaan yang cukup besar dapat mengakomodasi volume dalam membantu menjelaskan
ukuran sel baik secara mikroskopis maupun makroskopis. Organisme yang lebih besar
umumnya tidak memiliki sel yang lebih besar daripada organisme yang lebih kecil
melainkan hanya memiliki lebih banyak selnya saja.
Dinding sel merupakan bagian dari sel tumbuhan yang terletak di luar membran plasma
dengan bentuk yang tebal. Dinding sel ini mudah ditembus oleh saluran – saluran yang ada
didalamnya yang disebut plasmodesma. Plasmodesma ini dapat menghubungkan
sitoplasma dengan sel – sel yang ada bersebelahan dengannya. Dinding sel ini terbentuk
dari polisakarida yang disebut selulosa dan protein lainnya dan berperan penting dalam
mempertahankan bentuk sel, dan melindungi sitoplasma dan membran plasma dari
kerusakan mekanis, dan juga sebagai alat transportasi zat dari dalam keluar sel atau
sebaliknya. Dinding sel yang terdapat pada tumbuhan terdiri dari empat lapisan
yaitu:lamella tengah, dinding primer, sekunder, dan juga tersier yang sebagian besar terdiri
atas selulosa atau zat kitin.
1. Lamela tengah ialah suatu lapisan yang kaya akan pektin. Lapisan terluarnya
berfungsi sebagai penghubung antara sel – sel tanaman yang berdekatan dan
saling menempel.
2. Dinding sel primer memiliki struktur yang tipis dan fleksibel serta terbentuk
sementara dalam sel tumbuhnya.
3. Dinding sel sekunder ialah suatu lapisan tebal yang terbentuk di dalam dinding
sel utama setelah sel menjadi dewasa. Dinding sel sekunder tidak ditemukan di
dalam semua jenis sel dan hanya ditemukan di dalam pembuluh kayu saja.
Selulosa dan kitin merupakan molekul polisakarida, yang berarti suatu zat yang
11
terdiri dari banyak molekul gula yang saling berkaitan. Selulosa termasuk
polimer 34 dari glukosa, yang memiliki unsur karbon, hidrogen, dan oksigen,
sedangkan zat kitin merupakan polimer dari N-asetil glukosamin yang memiliki
kandungan zat gula yang memiliki unsur nitrogen.
Dinding sel yang terdapat pada tumbuhan mempunyai kekuatan daya tarik yang cukup
tinggi dalam menahan tekanan osmosis yang dihasilkan dari perbedaan konsentrasi zat
terlarut antara sel interior dan air di bagian ekstraseluler. Dinding sel memiliki ukuran
ketebalan sekitar 0,1 µm.
12
2.4 Membran Plasma
Membran plasma atau membran sel atau sering disebut juga dengan nama plasmalemma
merupakan suatu sistem membran yang merupakan lapisan terluar yang membatasi isi sel
dari lingkungannya. Membran ini terdapat pada sel hewan dan sel tumbuhan yang sangat
tipis, hidup, dan bersifat semipermeabel. Rangka membran sel merupakan lapisan lipid
bilayer, dua lapisan fosfolipid dengan ekor membentuk susunan sandwich di antara kepala.
Membran plasma ini memiliki bagian yang tersusun dari lemak (lipid) dan protein
(lipoprotein). Membran plasma merupakan bagian terluar dari sel yang membungkus
semua organel sel lainnya. Membran plasma ini berfungsi dalam mengatur pertukaran zat
antara sitoplasma dengan larutan di luar sel, menyelenggarakan pertahanan mekanisme dan
untuk memberi bentuk pada sel. Membran ini juga berfungsi sebagai penyelenggara
komunikasi antar sel da juga sebagai organel yang dapat mengontrol masuknya nutrisi dan
mineral kedalam sel. Berdasarkan pemeriksaan secara teliti, ditemukan bahwa membran
tersebut memiliki tiga lapisan di dalam sel yaitu dua garis gelap dan dipisahkan oleh ruang
yang jernih. Cara lain untuk mengetahui keberadaan membran sel ialah dengan melakukan
isolasi dari sisa sel dan memeriksakan molekul – molekul yang menjadikannya sebagai
membran sel.
Membran sel berfungi sebagai barier selektif antara sitoplasma dengan cairan ekstraselular
Gambar 9 Struktur Membran Sel
yang merupakan lingkungan internal. Sel untuk hidup memerlukan suplai air, gas oksigen,
nutrien, dan elektrolit dari lingkungannya. Begitu pula sebaliknya, sel yang hidup pasti
melakukan metabolisme dalam tubuhnya, yang akan menghasilkan produk metabolisme,
seperti gas karbondioksida dan urea, yang harus dibuang ke cairan ekstra selular dan
13
selanjutnya ke luar tubuh mahluk mikroorganisme. Arus molekul dari luar sel ke dalam sel,
atau sebaliknya, memerlukan peran pasif dan aktif membran sel.
Apabila membran sel tersusun hanya oleh lipid bilayer, maka membran sel dapat dilintasi
(permeable) oleh molekul-molekul hidrofobik (non-polar), seperti molekul O2, CO2, N2,
dan hormon steroid. Permeabilitas membran sel semakin berkurang terhadap molekul-
molekul hidrofilik (polar) tidak bermuatan berukuran kecil, seperti air (H2O), urea, dan
gliserol, dan molekul-molekul hidrofilik tidak bermuatan berukuran besar, antara lain
glukosa dan sukrosa. Pada akhirnya, membran sel tidak mudah dilewati (impermeable)
terhadap ion-ion yang bermuatan atau elektrolit, misalnya H+ , Na+ , HCO3 -K + , Ca2+,
Cl-,Mg2+.
Gambar 10 Komposisi elektrolit pada cairan intra selular dan cairan ekstra selular
14
Sisi dalam membran sel
bermuatan lebih negatif
dibandingkan sisi luar
membran sel, sehingga
terdapat perbedaan/gradien
muatan, yakni mendorong
masuknya (influks) ion
bermuatan positif, akan tetapi
mencegah masuknya ion
bermuatan negatif, ke dalam
sel. Dengan demikian, terdapat
kombinasi gradien konsentrasi
dan muatan yang disebut
Gambar 11 Permeabilitas membran sel terhadap molekul
dengan gradien elektrokimiawi.
Gradien elektrokimiawi merupakan kekuatan pendorong (driving force) transport molekul,
khususnya transport pasif.
Lipid pembentuk membran sel mamalia terutama adalah fosfolipid, glikosfingolipid, dan
kolesterol.
15
1. Fossolipid
Dari dua kelas fosfolipid pembentuk membrane, fosfogliserida adalah yang paling umum
ditemukan. Fosfogliserida atau gliserofosfolipid terdiri dari tulang punggung berupa
gliserol dimana terikat dua asam lemak melalui ikatan ester dan alcohol terfosforilasi
(Gambar 2, 3 dan 4). Konstituen asam lemak biasanya adalah asam lemak dengan atom C
berjumlah genap dan tidak bercabang. Sekitar 50% asam lemak dalam fosfolipid
merupakan asam lemak jenuh, biasanya asam lemak atom C-16 dan 18. Sebagian asam
lemak yang lain adalah asam lemak tidak jenuh. Konformasi yang umum ditemukan adalah
ikatan ganda -cis. Jumlah ikatan tidak jenuh akan mempengaruhi fluiditas membrane.
Asam lemak tidak jenuh yang banyak ditemukan pada membrane sel hewan adalah asam
oleat, di samping juga asam arakidonat, asam linoleate dan asam linolenat.
2. Fosfogliserida
Gambar 14 Fosfatidilkolin
16
Kelas fosfolipid kedua adalah sphingolipid .Sphingolipid merupakan bagian penting pada
membrane jaringan sel saraf. Tulang punggung sphingolipid bukan gliserol, melainkan
sfingosin. Pada sphingosine menempel asam lemak yang teresterifikasi pada gugus amino.
Perlu diketahui bahwa baik jumlah maupun jenis asam lemak pada fosfolipid bervariasi
pada berbagai membrane. Tiga jenis sphingolipid adalah sphingomyelin, cerebroside, dan
ganglioside. Dari namanya dapat diketahui bahwa sphingomyelin merupakan bagian
penting pada myelin, jaringan system saraf. Pada sphingomyelin, Satu asam lemak
menempel pada gugus amino melalui ikatan amida, membentuk seramida. Gugus -OH dari
sfingosin teresterifikasi dengan fosforilkolin.
Gambar 15 Struktur fosfogliserida terdiri dari asam-asam lemak (R1 dan R2), gliserol, dan komponen
alcohol. Pada asam fosfatidat, gugus R3 adalah atom hydrogen.
Gambar 16 6 Struktur sphingomyelin terdiri dari tulang punggung sfingosin, satu asam lemak menempel
pada gugus amino melalui ikatan amida.
3. Glikosfingolipid
Adalah lipid yang mengandung gugus gula yang menempel pada tulang punggung berupa
gugus seramida. Contohnya adalah galaktosil-, glukosil-seramida dan gangliosida.
Kebanyakan glikosfingolipid ditemukan di membrane plasma sel.
17
4. sterol
Golongan sterol yang paling banyak ditemukan pada membrane adalah kolesterol
yang banyak terdapat di membrane plasma pada sel-sel mamalia. Dalamjumlah kecil,
kolesterol juga ditemukan di membrane mitokondria, kompleks golgi, dan membran inti.
Pada membrane sel, kolesterol berada di antara fosfolipid. Gugus -OH dari kolesterol
mengarah ke interfase dengan air dan struktur cincin kolesterol mengarah arah lapisan
lipid. Semua jenis lipid di atas (fosfolipid, glikosfingolipid, dan sterol) dapat dipisahkan
satu dari yang lain dengan berbagai Teknik pemisahan seperti, kolom kromatografi dan
kromatografi lapis tipis. Bobot molekul dari masing-masing lipid dapat ditentukan dengan
gas kromatografi.
Protein perifer tidak melekat dengan kuat pada membran dan mudah lepas.
Protein perifer mengandung asam amino dengan rantai hidrofilik yang
menyebabkan adanya interaksi dengan air di sekelilingnya dan permukaan
lapisan lemak yang hidrofilik. Protein perifer pada permukaan sel sebelah
luar biasanya berisi rantai molekul gula atau senyawa dengan substansi
lain .
18
Beberapa substansi yang merupakan persenyawaan dengan protein porifer
2. Protein Integral
19
tempat dalam struktur bilayer membran di samping ekor asam lemak serupa. Pada
permukaan dalam membran berjangkar asam lemak prenol. Pada permukaan luar
membran umumnya berjangkar glycophosphatidylinositol (GPI).
4. Transport Pasif
5. Difusi sederhana
6. Difusi terfasilitasi
Difusi terfasilitasi adalah difusi yang bergerak dari daerah konsentrasi tinggi
menuju konsentrasi rendah. Senyawa berikatan dulu dengan facilitative transporer
(protein carrier – protein integral membran) sebagai fasilitator difusi pada membran
sel. Fasilitator difusi berupa senyawa yaitu asam amino, glukosa, molekul protein
kecil. Difusi terfasilitasi yaitu molekul secara random berpindah melalui pori yang
terbuka. Tidak membutuhkan energi (proses pasif). Molekul berpindah dari wilayah
konsentrasi tinggi ke wilayah kosentrasi rendah.
20
Gambar 19 difusi terfasilitasi
7. Osmosis
Osmosis sebagai bagian dari difusi merupakan gerakan molekul air melintasi
membran sel yang bersifat semipermeabel menuruni gradien konsentrasi air
atau melawan konsentrasi gradien solute. Semipermeabel artinya permebel
selektif terhadap molekul-molekul tertentu. Apabila membran sel dapat dilalui
oleh molekul air, akan tetapi tidak dapat dilintasi oleh molekul yang terlarut
(solute), maka membran sel tersebut bersifat semipermeabel. Pada osmosis,
sebagian molekul air akan berpindah dari larutan yang kurang pekat (larutan
dengan osmolalitas rendah) menuju ke larutan yang lebih pekat (larutan dengan
osmolalitas tinggi). Osmolalitas adalah konsentrasi partikel aktif yang terlarut
dalam suatu larutan dengan satuan osmoles per kg air. Osmolaritas hampir sama
7 dengan osmolalitas, hanya saja berat air diganti dengan volume air dengan
satuan liter. Osmolaritas = g x C Keterangan: g = jumlah partikel dalam larutan
(Osm/mol) C = concentration (mol/L) Osmosis menyebabkan penurunan
volume larutan dengan osmolaritas rendah (kompartemen A) dan peningkatan
volume larutan dengan osmolaritas tinggi (kompartemen B). Perbedaan volume
ini akan menghasilkan tekanan hidrostatis. Tekanan hidrostatis akan mendorong
(pushing) cairan untuk berpindah dari kompartemen B kembali ke
kompartemen A. Besarnya tekanan hidrostatis ini lama-kelamaan akan setara
dengan besarnya tekanan osmosis di kompartemen B yang menarik (pulling) air
dari kompartemen A, sehingga osmosis tidak akan berlangsung terus-menerus.
21
Gambar 20 osmosis
8. Transport Aktif
Terdapat tiga protein transporter yang terlibat dalam transpor aktif, yaitu
uniport, symport, dan antiports .
22
membatasinya memerlukan pengikatan ion Na+ dan asam amino
secara bersamaan ke protein transporter yang sama.
Antiports adalah pergerakan dua ion pada arah yang berlawanan.
Satu ke luar dan yang lain ke dalam sel. Misalnya banyak sel yang
memiliki pompa Na-K yang menggerakkan Na+ ke luar sel dan K+
ke dalam sel.
Proses transpor aktif ada transpor aktif primer; pompa Na-K dan transpor
aktif sekunder:
23
Gambar 22 proses Transpor Aktif Primer
24
3. Eksositosis
Eksositosis adalah mekanisme untuk mentranspor materi keluar
dari sel. Organel sel yang memiliki peran dalam proses ini
adalah aparatus golgi yang melakukan pengemasan mejadi
vesikula-vesikula untuk disekresikan. Vesikula yang terbentuk
dari aparatus golgi akan dipindahkan menuju membran sel.
Vesikula tersebut nantinya akan mengalami penyatuan dengan
membran dan melepaskan materinya ke lingkungan di luar sel.
Gambar 24 Eksositosis
4. Endositosis
Endositosis adalah mekanisme untuk memasukkan
makromolekul ke dalam sel melalui membran sel. Terdapat
duajenis proses endositosis. Pertama, fagositosis. Pada dasarnya
fagositosis adalah kebalikan dari eksositosis, dimana materi
ekstraselular melekat di membran dan terjadi pelekukan ke
dalam atau cleavage. Zat yang dimasukkan ke dalam sel dengan
fagositosis adalah materi yang berukuran besar. Sebagai contoh
suatu amuba yang ”memakan” bakteri dengan menggunakan
kaki semu (pseudopodia). Kedua pseudopodia nantinya akan
menyatu di baian ujung dan menyelubungi seluruh bakteri.
25
Pelekukan yang semakin dalam ini nantinya akan memisahkan
diri dari membran sel dan menjadi vakuola. Kedua, pinositosis.
Proses ini hampir sama dengan fagositosis namun untuk
molekul yang memiliki ukuran lebih kecil. Biasanya berupa
droplet atau tetesan cairan yang di dalamnya mengandung
bahan-bahan makanan. Bisa kita lihat perbedaan antara
fagositosis dan Pinositosis adalah jika fagositosis partikel
padatan yang akan masuk kedalam sel, sedangkan pinositosis
adalah larutan yang masuk kedalam sel.
Gambar 25 endositosis
Ribosom ditemukan pertama kali oleh George Emil Palade, seorgang ilmuwan biologi sel
yang berkebangsaan Romania pada pertengahan tahun 1950- an, dengan menggunakan
mikroskop elektron. Kata Ribosom berasal dari bahasa Yunani soma yang artinya “badan”
dan ribonucleic acid (asam ribonukleat). Kata “Ribosom” digunakan pertama kali oleh
seorang ilmuwan yang bernama Richard B. Roberts pada tahun 1958. Albert Claude,
Christian de Duve, dan George Emil Palade bersama – sama mendapatkan Hadiah Nobel
dalam bidang Kesehatan dan Fisikologi pada tahun 1974 karena penelitiannya mengenai
26
siklus hidup ribosom. Hadiah Nobel dalam bidang kimia tahun 2009 didapatkan oleh
Venkatraman Ramakrishnan, Thomas A. Steitz, dan Ada E. Yonath karena telah berhasil
mendemonstrasikan secara terperinci mengenai struktur rinci dan mekanisme ribosom.
Ribosom adalah suatu organel yang berukuran kecil, padat, dan tidak memiliki membran
yang ada pada semua sel yang hidup, diameter pada ribosom antara 17 – 20 µm. Ribosom
berperan sebagai tempat terjadinya reaksi sintesis protein. Molekul utama yang digunakan
sebagai penyusun ribosom adalah ribosomal RNA atau disingkat rRNA serta protein.
Ribosom merupakan salah satu organel yang keberadaannya juga terdapat pada sel
eukariot dan prokariot yang jumlahnya hingga ribuan buah. Asam ribonukleat merupakan
bagian dari DNA yang berasal dari nucleolus, yang merupakan sebuah tempat dalam
ribosom untuk mensintesis protein dalam sel. Ribosom terdiri atas dua sub unit yaitu sub
unit besar dan sub unit kecil. Kedua sub unit ini akan berdifusi jika proses translasi
berlangsung. Sub unit ribosom dinyatakan dengan satuan S (Svedberg) yang merupakan
nama penemunya, satuan ini menunjukkan kecepatan pengendapan pada saat sub unit
tersebut disentrifugasi. Di dalam sel, keberadaan ribosom ada di dua area sitoplasma.
Beberapa ribosom yang ditemukan tersebut tersebar dalam sitoplasma dan disebut sebagai
Ribosom bebas, sedangkan ribosom lain yang menempel pada retikulum endoplasma
disebut Ribosom terikat. Permukaan pada Retikulum Endoplasma yang terdapat ribosom
dalam keadaan menempel disebut Retikulum Kasar Endoplasma (RER).
27
Gambar 25 Struktur Ribosom
Ribosom hanya dapat terlihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ribosom ini
merupakan organel kompleks yang terbuat dari RNA ribosom dan protein. Ribosom yang
terdapat pada bakteri lebih kecil jika dibandingkan dengan ribosom pada organisme yang
lebih tinggi, sehingga sangat sulit untuk melihat struktur dasarnya kecuali dengan
mikroskop elektron. Salah satu contohnya ialah ribosom yang terdapat pada bakteri E.coli
pada saluran pencernaan, dimana bakteri ini memiliki satu duplikat dari setiap tiga molekul
RNA yang berlainan. Ribosom dianggap sebagai kumpulan (agregat) molekul makro yang
tersusun secara tepat berhubungan dengan struktur makroyang dikenal yaitu RNA dan
protein.
28
Di dalam suatu sel bakteri, ribosom mensintesis protein dalam sitoplasma melalui
transkripsi sejumlah ribosom gen operons. Proses pengambilan tempat terjadi dalam
sitoplasma sel dan nukleolus, yang berada di dalam inti sel, sedangkan proses perakitannya
melibatkan beberapa peranan yang terkoordinasi lebih dari 200 protein sintesis dan
pemrosesannya berada pada empat rRNA, serta perakitan rRNA dengan protein ribosomal.
Ribosom bebas dapat berpindah tempat dimana saja dalam sitosol kecuali di inti sel dan
organel lain. Protein yang disusun di ribosom bebas akan dikeluarkan dari sitosol dan
digunakan oleh sel.
Beberapa protein yang disintesis di dalam sel hanya ditambah dengan fluida sitoplasma
dan melakukan fungsinya disana. Sintesis protein ini misalnya pada hemoglobin dalam sel
darah merah yang terjadi secara acak dan tersebar di seluruh sitoplasma, kemudian protein
yang baru disintesis ini dikemas dalam suatu organel yang dibatasi oleh membran. Sel – sel
yang terdapat pada hati dan pankreas, dapat mensintesis sebanyak mungkin protein yang
dikemas dalam membran dan pada akhirnya disekresi dari sel. Ribosom yang mensintesis
protein ini memiliki keterikatan pada membran retikulum endoplasma. Di dalam sel
prokariotik, ribosom ini sering ditemukan bebas dalam sitoplasma dan tidak menempel
pada organel sitoplasma lainnya. Sedangkan pada sel eukariotik, selain tersebar bebas
dalam sitoplasma sebagai polisom (poliribosom), ribosom juga menempel pada permukaan
RE, teristimewa pada RE Kasar. Ribosom terikat maupun ribosom bebas identik secara
struktural, dan ribosom dapat berganti – ganti antara kedua peranan itu. Sebagian besar
protein yang dibuat di ribosom bebas berfungsi dalam sitosol. Contoh lainnya yaitu
terdapat pada enzim – enzim yang mengkatalisis langkah pertama dalam penguraian gula.
Ribosom terikat umumnya membuat protein yang ditakdirkan untuk disisipkan ke dalam
membran dan dikemas ke dalam organel tertentu seperti lisosom.
29
Gambar 26 Anatomi Ribosom
Gambar 27 RE Kasar
30
Retikulum endoplasma (RE) ialah serangkaian saluran yang membentuk jaringan yang
saling sambung – menyambung dan terbentang dari membran sel hingga ke membran
nukleus. RE ini merupakan membran yang bersifat lipoprotein dan terdapat di dalam
sitoplasma antara membran inti dengan membran sitoplasma. Secara umum fungsi
Retikulum Endoplasma yaitu menjadi tempat penyimpan Calcium, bila sel berkontraksi
maka calcium akan dikeluarkan dari RE dan menuju ke sitosol, sebagai tempat
memodifikasi protein yang disintesis oleh ribosom untuk disalurkan ke kompleks golgi dan
akhirnya dikeluarkan dari sel, sebagai tempat mensintesis lemak dan kolesterol, ini terjadi
di hati (RE kasar), sebagai tempat menetralkan racun (detoksifikasi) misalnya RE yang ada
di dalam sel – sel hati (RE kasar dan RE halus), dan sebagai alat transportasi molekul –
molekul dari bagian sel yang satu ke bagian sel yang lain (RE kasar dan RE halus). RE
merupakan perluasan dari membran nukleus yang membentuk kompartmen berkelanjutan
dan terlipat hingga membentuk saluran dan kantung. Dua jenis RE ini diberi nama
berdasarkan penampilan di dalam mikrograf elektron yaitu RE kasar dan RE halus. Jika
terlihat lebih dekat mikrograf elektron tersebut, maka akan terlihat dengan nyata baris –
baris ribosom yang berjarak sama menempel pada permukaan membran retikulum yang
menghadap sitosol. Ribosom tersebut membentuk rantai polipeptida, yang kemudian
keluar pada bagian dalam RE tersebut. Di dalam RE, terdapat protein yang melipat dan
membentuk struktur tersier dan beberapa protein yang lainnya terbagi menjadi bagian
membran RE dan dibawa menuju fungsinya masing – masing di dalam sel.
Jika dilakukan pengamatan pada mikroskop, pada preparat sel irisan yang terlihat pada
membran RE akan terlihat jaringan selnya saling berpasang – pasangan, meliputi rongga –
rongga dan tabung pipih. Ruang yang terkurung pada bagian tersebut akan saling
berhubungan. Membran – membran tersebut memiliki struktur lipid yang sama dengan
membran yang lainnya. RE tersebut memiliki ruangan – ruangan kosong yang ditutupi
dengan membran dengan ketebalan 4 nm (nanometer, 10-9 meter). RE terdiri dari jejaring
yang berbentuk tubulus dan kantung bermembran yang disebut sisterna (penampung
cairan). Membran RE memisahkan kompartmen internal RE, yang disebut lumen (rongga)
RE atau ruang sisterna dari sitosol.
31
Pada bagian RE
tertentu, terdapat
ribuan ribosom.
Ribosom merupakan
tempat dimana proses
pembentukan protein
terjadi di dalam sel.
Secara struktural,
RE dibedakan atas dua
macam, yaitu RE kasar
dan RE halus. Gambar 28 Sel Hewan yang Memperlihatkan Letak RE Kasar dan RE Kedua RE
ini dapat Halus dalam Sel diuraikan
sebagai berikut:
1. RE Kasar
RE kasar banyak terkandung dalam sel – sel glandular yang mensekresi protein.
Ribosom yang menempel pada RE kasar ini merupakan molekul yang berukuran 20
– 25 nm, terdiri dari 2 sub unit protein; yaitu sub unit besar dan sub unit kecil, serta
rRNA. Sub unit protein besar berikatan langsung dengan membran RE kasar. Selain
32
menempel pada RE kasar, ribosom juga terdapat bebas pada matriks sitoplasma.
Kedua bentuk ribosom (terikat pada retikulum dan bebas pada sitoplasma) memiliki
fungsi yang sama, yaitu mensintesis protein. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
ribosom harus terikat dengan mRNA yang berisi informasi tentang urutan asam
amino yang akan disintesis membentuk polipeptida. Satu kelompok ribosom yang
terdiri dari lebih dari 10 ribosom dapat terikat pada satu untai mRNA untuk
melakukan sintesis protein. Kelompok ribosom ini dinamakan polyribosome atau
polysome.
Banyak jenis sel yang mensekresikan protein yang dihasilkan oleh ribosom yang
melekat pada RE Kasar. Proses protein sekresi ini misalnya terdapat pada sel
pankreas yang mensintesis protein insulin di RE dan menyekresikan hormon insulin
ini ke dalam aliran darah. Proses ini terjadi ketika rantai polipeptida tumbuh dari
ribosom terikat, rantai tersebut dibebaskan ke dalam lumen RE melalui suatu pori
yang dibentuk oleh kompleks protein dalam membran RE. Ketika memasuki lumen
RE, protein baru melipat diri menjadi bentuk aslinya. Sebagian besar glikoprotein
(glycoprotein) atau protein sekresi saling berikatan secara kovalen dengan
karbohidrat. Karbohidrat ini dilekatkan ke protein dalam RE oleh molekul
terspesialisasi yang ada dalam membran RE. Setelah protein sekresi terbentuk,
33
membran RE menjaga protein tersebut agar terpisah dari protein yang dihasilkan
oleh ribosom bebas dan akan tetap terjaga dalam sitosol. Protein sekresi
meninggalkan RE dalam kondisi terbungkus membran vesikel yang bertunasyang
disebut RE transisional. Vesikel yang bergerak dari satu bagian sel ke bagian sel
lainnya disebut vesikel transpor (transport vesicle).
Selain membuat protein sekresi, RE Kasar dikenal juga sebagai pabrik membran sel
atau dikenal dengan pabrik sintesis protein dengan bantuan ribosom. Proses sintesis
protein oleh ribosom ini dimulai sejak mRNA menempel pada sub unit protein,
selanjutnya terjadi penambahan asam amino oleh tRNA yang sesuai dengan kode
pada mRNA. Proses penambahan asam amino akan membentuk rantai asam amino,
dan akan berakhir pada kode tertentu dlm mRNA. Rantai asam amino yang juga
disebut polipeptida, akan dilepaskan dari ribosom dan masuk ke RE kasar untuk
disalurkan ke organel lain, misalnya kompleks Golgi.
34
Gambar 29 RE Kasar
2. RE Halus
35
inti sel. di dalam RE Halus ini terdapat sejenis RE yang khusus ditemukan pada sel
otot lurik, RE ini dinamakan RE Sarkoplasmik, yang membedakan RE
sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya. RE halus mensintesis
molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE
sarkoplasmik berperan dalam pemicu kontraksi otot.
Gambar 30 RE Halus
36
membantu mendetoksifikasi obat – obatan dan racun, terutama pada sel hati.
Detoksifikasi biasanya melibatkan penambahan gugus hidroksil ke molekul obat –
obatan sehingga molekul tersebut lebih larut dan mudah mengeluarkannya bersama
tubuh melalui urine. Selain itu, beberapa enzim detoksifikasi memiliki kerja yang
relatif luas, perbanyakan RE Halus sebagai respons terhadap satu obat dapat
meningkatkan toleransi terhadap obat – obatan yang lain.
Di dalam sel otot, membran RE Halus yang terspesialisasi banyak memompa ion –
ion kalsium dari sitosol ke dalam lumen RE. Ketika sel otot tersebut dirangsang
oleh impuls saraf, ion – ion kalsium membanjiri lintasan membran RE yang
kembali kearah sitosol dan kemudian memicu terjadinya kontraksi sel otot tersebut.
Sedangkan pada jenis sel yang lainnya, pelepasan ion kalsium dari RE halus
memicu respons yang berbeda – beda.
37
Gambar 31 RE Halus Mengemas Protein Baru kedalam Vesikel Transport
Pada sebagian organel sel, RE Halus tidak sering ditemukan terutama berfungsi
sebagai pusat pengemasan dan tempat pengeluaran bagi molekul yang akan
diangkut dari RE. Protein dan lemak yang baru mengalami pembentukan dalam
melakukan proses melalui RE kasar untuk berkumpul di RE halus. Pada bagian RE
halus yang disebut “bud off” yaitu membentuk suatu gelembung yang keluar pada
permukaan kemudian terbebas keluar membentuk suatu vesikel transport yang
memiliki kandungan molekul baru dan terbungkus di dalam kapsul bulat yang
berasal dari membran RE halus. Komponen membran yang baru disintesis secara
cepat digabungkan dengan membran RE itu sendiri untuk menggantikan membran
yang digunakan dalam membungkus molekul vesikel transport. Vesikel transport
mengalir ke Kompleks Golgi.
38
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sel merupakan unit structural terkecil dari organisme hidup. Secara struktural, sel
merupakan satuan terkecil mahluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan, yang
merupakan unit terkecil penyusun mahluk hidup. Secara fungsional, sel berfungsi untu
menjalankan fungsi kehidupan (menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel penyusunya
berfungsi), kemudian membentuk organisme. Setiap organisme tersusun atas salah satu
dari dua jenis sel yang secara struktur berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua
jenis sel ini dibedakan berdasarkan posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada
eukariota terselubung membran organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan
prokariota tidak memiliki nukleus. Fungsi sei adalah (Metabolisme) Keseluruhan reaksi
kimia yang membuat makhluk hidup mampu melakukan aktivitasnya. Kemampuan sel
untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan 'sinyal' dari dan kepada sel lain,
menentukan interaksi antarorganisme uniseluler serta mengatur fungsi dan perkembangan
tubuh organisme multiseluler.
39
DAFTAR PUSTAKA
Jenie, D. d. (t.thn.). M.Med.Sc. PRINSIP TRANSPORT MOLEKUL MELALUI MEMBRAN SEL , 2-7.
40