Anda di halaman 1dari 2

PERADILAN SEMU

Peradilan semu (moot court) atau ada juga yang menyebutnya dengan istilah pseudo court
merupakan sebuah tempat dimana kita khususnya para mahasiswa dapat belajar hukum peradilan
ditanah air. Lebih utamanya yaitu belajar tentang hukum acara ataupun hukum formil. Sesuai
dengan namanya, kegiatan peradilan semu merupakan tiruan dari proses peradilan yang
sebenarnya.
Di Indonesia, banyak sekali perlombaan tentang peradilan semu. Hampir semua fakultas hukum
di tanah air memiliki kompetisinya masing-masing hal ini membuat peradilan semu menjadi
salah satu kegiatan yang paling digelar dimasing-masing fakultas hukum tanah air. Seperti yang
sudah dijelaskan diatas bahwa peradilan semu merupakan sebuah tiruan proses peradilan yang
sebenarnya, jadi sudah dapat ditebak bahwa persiapan dalam mengikuti kegiatan ini memakan
waktu dan persiapan yang matang.

Dimulai dari pembuatan berkas, penyiapan dialoge dan scenario persidangan sampai dengan
belajar acting. Jadi wajarlah bila membutuhkan waktu dan persiapan yang matang.
Pemberkasanpun dibuat dari saat proses penyelidikan di Kepolisian sampai dengan proses
penjatuhan di persidangan.

Yang menarik dari kompetisi peradilan semu adalah, biasanya kasus posisi yang disiapkan oleh
panitia lomba memiliki banyak loop hole, yang seakan memerlukan kecermatan tersendiri dalam
menganalisanya sehingga tidak salah dalam menentukan scenario persidangan yang akan
dilakoni. Jenis kasusnya-pun beragam mulai dari ranah perdata, pidana, korupsi, money
laundering dan sebagainya. Sehingga penguasaan ilmu beracara memang merupakan kebutuhan
bari para moot courter.

Selain diperlukan sebuah kecermatan dalam menentukan arah jalan sebuah kasus, diperlukan
juga sebuah pemikiran kritis. Sehingga walaupun hanya sebatas kompetisi, mahasiswa sejak dini
sudah mulai bisa menerapkan konsep-konsep hukum yang sebenarnya. Hal ini sangat penting
sehingga dapat memulihkan kepercayaan masyarakan Indonesia terhadap lembaga peradilan.
Utamanya adalah untuk mewujudkan tujuan hukum itu sendiri, yaitu mencipatakan sebuah
kepastian, keadilan dan juga kemamfaatan hukum. Hal terakhir ini lah yang sering diabaikan
oleh para penegak hukum kita sekarang ini.
Biasanya dalam sebuah kompetisi, dibagi kedalam dua tahap, yaitu tahap penyisihan dan babak
final. Sehingga setiap tim harus mampu membuat dua berkas dan juga dua penampilan sidang.
Disini sangat dituntut kekompakan dalam tim, karena untuk membuat dua berkas dan
penampilan merupakan hal yang sulit.

Penjurian pun merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh setiap peserta kompetisi ini, hal ini
dikarenakan beragamnya macam juri yang disiapkan panitia. Biasanya para juri terdiri dari
empat komponen, yaitu dari hakim, jaksa, advokat dan juga akademisi. Oleh karena itulah berkas
kesempurnaan berkas dan persidangan baik secara akademis maupun praktis harus sangat
diperhatikan.
Tidak jarang mereka hanya memikirkan satu komponen tujuan hukum tanpa melihat komponen
lainnya. Contohnya, tidak jarang para hakim hanya memikirkan tentang tercapainya kepastian
hukum dengan mengabaikan keadilan hukum dan tentunya kemamfaatan hukum. Hal ini
sungguh disayangkan, karena diantara ketiga tujuan hukum tersebut, semuanya merupakan
komponen yang sama sekali tidak dapat diabaikan. Hal inilah yang menjadi perhatian utama dari
kompetisi peradilan semu, disamping belajar hukum kita juga belajar berpraktek hukum.

Biasanya yang menjadi penilain utama dalam kompetisi peradilan semu adalah, kelengkapan
berkas, kesesuain dengan undang-undang dan penampilan sidang. Dalam pembuatan berkas,
harus diusahakan membuat berkas yang selengkap-lengkapnya sehingga mendapatkan poin
maksimal saat penjurian. Kemudian dalam penampilan sidang, yang dituntut oleh para dewan
juri bukan hanya penguasaan hukum acara namun juga bagaimana jalannya sidang, scenario
sidang, ekspresi, variasi, dan masih banyak lagi. Hal ini membuat dalam persiapannya,
penampilan sidang merupakan salah satu yang sangat diperhatikan selain pemberkasan.

Disinipun, seperti yang sudah diterangkan diatas, kreasi juga merupakan salah satu faktor yang
dinilai dalam proses peradilan semu, sehingga tidak jarang, para tim berlomba untuk
mempertontonkan sebuah kreasi baru dalam praktek beracara di pengadilan.

Peradilan semu sebagai sebuah peradilan yang sebenarnya (moot court as a real court)
tampaknya ada benarnya. Hal ini dikarenakan peradilan semu menggambarkan segala hal yang
terjadi di peradilan yang sebenarnya. Selain itu, dari uraian diatas, dapatlah dikatakan bahwa
peradilan semu sebenarnya juga merupakan sebuah peradilan yang sebenarnya yang intinya
merupakan tempat bagi para calon juris menempa ilmu dalam proses beracara.

Anda mungkin juga menyukai