DOSEN PEMGAMPU:
DISUSUN OLEH:
( 2201010035 )
TAHUN 2022/2023
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah yang berjudul
INTERAKSI SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIETNIS ini dapat tersusun sampai dengan
selesai.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca maupun penulis. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa saya praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dan saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
COVER..............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................
KESIMPULAN ................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk Tuhan yang multi dimensi dan kompleks.1Manusia adalah mahluk
sosial dan mahluk budaya. Manusia selalu ingin melakukan kerjasamadan interaksi sosial.
Interaksi itu tidak hanya dipicu oleh dorongan kebutuhan ekonomis, biologis, emosional dan
sebagainya yang mengikat dirinya, melainkan juga sebagai fitrah yang tak terbantahkan
pada dirinya. Alam Alquran sendiri dinyatakan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa untuk saling kenal-mengenal (QS. al-Hujurat ayat 13). Ayat ini secara
implisit menegaskan bahwa manusia ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk
saling kenal-mengenal. Proses terjadinya suku bangsa berawal dari interaksi antar individu dan
antar kelompok manusia sehingga membentuk satu komunitas sosial yang lebih besar. 3. Hal
ini berarti bahwa memiliki kecenderungan untuk memperkenalkan dirinya dan mengenal orang
lain, yang mungkin lebih populer dengan istilah proses sosialisasi. Sosialisasi ini tidak
mungkin terwujud tanpa ada proses interaksi.
Oleh karena itu, salah satu faktor yang bisa mempengaruhi komunikasi interpersonal
pada remaja adalah citra tubuh. Citra tubuh merupakan cara seseorang mempersepsikan
tubuhnya dengan konsep ideal yang dimilikinya pada pola kehidupan setempat dan dalam
hubungannya dengan cara orang lain menilai tubuhnya (Hurlock, 1990). Majalah fashion wanita
dikaitkan dengan citra tubuh yang lebih negatif, reaksi ini telah diperburuk oleh kecenderungan
perempuan menilai tubuh buruk mereka sendiri (Turner, dkk, 1997). Bentuk tubuh langsing yang
ideal tampaknya selalu dipamerkan oleh media massa (Wolf, 1990).
Hal ini didukung oleh sebuah studi menyatakan bahwa analisis dari gambar-gambar
yang disodorkan media massa memperkuat bukti bahwa tipe bentuk tubuh langsing sangat
mendominasi dan bahwa anggapan sosial yang positif selalu dihubungkan dengan kelangsingan,
sebaliknya anggapan sosial yang negatif dihubungkan pada kegemukan. Ketika kebanyakan
orang berpikir tentang aspek–aspek penampilan fisik, daya tarik fisik, dan kecantikan itu
merupakan citra tubuh. Namun definisi citra tubuh lebih kompleks mengenai pengalaman
individual tentang tubuhnya, suatu
PEMBAHASAN
Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai budaya, secara logis akan mengalami
berbagai permasalahan, di antara permasalah tersebut adalah terjadinya silang budaya,
apakah antara sesama budaya lokal maupun dengan budaya yang datang dari luar.
Diabad ke-21 ini, yang dikenal dengan era trasnparansi atau era lintas-batas
(globalisasi) yang ditandai dengankemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
berdampak pada perubahan perilaku sosial masyarakat. Sebagai konsekuensi logis dari
kemajuan dan perkembangan IPTEK tersebut, batas-batas territorial antar negara, kesukuan,
kepercayaan, kebudayaan yang dulu dianggap sebagai hambatan dalam berinteraksi kini
menjadi lenyap dan menjadi sebuah keniscayaan yang dihadapi. Akibat hilangnya batas-
batas tersebut orang merasa lebih mudah dalam melakukan interaksi baik regional maupun
nasional bahkan internasional, baik personal maupun kelompok.
Salah satu konsekuensi logis era globalisasi dalam kenyataan sosial adalah silang
kebudayaan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain, yang pada gilirannya
berdampak kepada persentuhan antar budaya. Nilai-nilaiyang terkandung dalam kebudayaan
menjadi acuan sikap dan perilaku manusia sebagai makhluk individual yang tidak terlepas
dari kaitannya pada kehidupan masyarakat dengan orientasi kebudayaannya yang khas,
sehingga baik pelestarian maupun pengembangan nilai-nilai budaya merupakan proses yang
bermatra individual, sosial dan cultural sekaligus.
Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 87) berlangsungnya suatu proses interaksi sosial
didasarkan pada beberapa faktor, yakni sebagai berikut.
1. Faktor imitasi
Yaitu proses seseorang mencontoh orang lain atau kelompok. Contohnya, seorang anak
perempuan bermain masak-masakan karena melihat ibunya memasak di dapur.
2. Faktor sugesti
Merupakan pengaruh yang dapat menggerakkan hati seseorang. Misalnya, seorang pasien
yang akan berobat ke dokter, pasien tersebut akan cepat mengalami penyembuhan yang
salah satunya disebabkan adanya rasa sugesti pada dokter tersebut (yakin terhadap
profesinya).
3. Faktor identifikasi
Yakni kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan orang lain. Contohnya, seorang anak yang mengidolakan
figur publik, sehingga semua tingkah laku idolanya akan diikuti dan dilakukan.
4. Faktor simpati
Merupakan kemampuan untuk merasakan diri seolah-olah dalam keadaan orang lain dan
ikut merasakan apa yang dilakukan, dialami, atau diderita orang lain. Contohnya adalah
ketika ada tetangga yang tertimpa musibah, maka kita ikut merasakan kesedihannya dan
berusaha membantunya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN