Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSIKOLOGI SOSIAL TENTANG “PERSEPSI SOSIAL”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Sosial
Dosen pengampu :Dr. Dedeh Rukaesih, Dra., M.Pd

KELMPOK 4
KELAS J/K KERJASAMA
Disusun Oleh :
Nur Aziz Buchori (3506200063)
Fery Irawan (3506200024)
Rusti Otaviani (3506200172)
Elma Eltisah (3506200202)
Yosi Amelia (35062001007)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatka kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-nya,Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Persepsi
Sosial" tepat pada waktunya.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas dosen studi Ilmu pemerintahan mata kuliah
Psikologi Sosial. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan yang lebih luas dan
pengetahuan kita tentang Presepsi da pengukurannya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuiah psikologi sosial Ibu Dr.
Dedeh Rukaesih, Dra., M.Pd selaku Dosen mata kuliah psikologi sosial. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan para penulis

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 22 Mei 2021

Penyusun
Daftar isi
Kata pengatar
Bab I Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan Pembelajaran 4
1.3 Rumusan Masalah 5
1.4 Manfaat 5
Bab II Pembahasan 6
2.1 Pengertian persepsi Sosial 6
2.2 Ciri-ciri Persepsi Sosial 6
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial 8
2.4 Bagaimana Pengenalan Persepsi Sosial sebagai Proses 9
Bab III Penutup 12
Kesimpulan 13
Saran 13
Daftar Pustaka 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Persepsi sosial merupakan proses yang digunakan untuk mengetahui dan memahami
orang lain. Pengetahuan akurat tentang orang lain akan sangat berguna untuk mengatur
hubungan saling interaksi. Dalam hubungan social, persepsi social dapat dijadikan
sebagai kerangka berpikir untuk mempermudah dan mengatur hubungan seseorang
dengan orang lain. Selain bermanfaat, persepsi social terkadanga dapat juga menimbulkan
masalah berkenaan dengan kesalahan persepsi. Kesalahan persepsi itu terutama karena
terlalu sempitnya sudut tinjauan individu dalam mencoba memahami dan menilai orang
lain.

Persepsi sosial dalam arti mengenali dan mengerti orang lain, merupakan aktivitas
yang sangat kompleks karena orang lain juga merupakan sesuatu yang kompleks. Tidak
mudah mengenali orang lain karena selain karakteristik yang dimiliki setiap orang sangat
banyak, orang juga tidak selalu menampilkan diri apa adanya dan bisa jadi
menyembunyikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Namun, meskipun persepsi
sosial merupakan tugas yang sangat kompleks kegiatan ini merupakan hal yang perlu dan
harus kita lakukan karena peran orang lain sangat penting dalam hidup kita. Di mana pun
kita berada, kita selalu berada bersama orang lain. Dunia manusia adalah dunia bersama
dan unutk hidup di situ kita harus juga berhubungan erat serta mengerti orang lain.

Persepsi sosial juga berhubungan erat dengan kesehatan mental. Kesehatan mental
salah satunya ditandai oleh fungsi sosial dari individu. Fungsi sosial mensyarakatkan
kemampuan untuk mengenali keadaan emosional diri sendiri dan orang lain, sehingga
diperlukan juga kemampuan menganalisis ekspresi wajah. Sangat rendahnya kemampuan
mengenali keadaan emosi melalui ekspresi wajah merupakan karakteristik utama pada
penderita skizofrenia (Baudouin & Nicolas Franck, 2008). Defisit kemampuan kita itu
tampak ketika perasaan dikomunikasikan baik Damelalui ekspresi wajah maupun melalui
modalitas lainnya.

1.2 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar dapat memahami orang lain kita
mengendalkan informasi yang ditampilkan oleh penampilan fisik mereka, kita mencoba
mengenali mereka melalu tingkah laku nonverbal mereka, seperti perubahan ekspresi
wajah, kontak mata, postur tubuh dan gerakan badan. Tingkah laku nonverbal dapat
membantu kita untuk mencapai beragam tujuan (Patterson, 1983), sebagai berikut:

Tingkah laku nonverbal menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara ajek.
Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menangkap keintiman.
Lebih khusus lagi, dengan persepsi sosial kita berusaha.
Mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, dikehendaki dan didambakan
orang lain. Membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah,
tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata dan tingkah laku mereka. Menyesuaikan
tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan
terhadap orang tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas diharapkan kita mengetahui tentang:


1.Pengertian persepsi sosial ?
2.Ciri-ciri sosial ?
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sosial ?
4.Bagaimana pengenalan persepsi sosial sebagai proses ?

1.4 Manfaat

Manfaat dalam mempelajari materi ini adalah :


1. Agar dapat mengetahui pengertian persepsi sosial
2. Agar dapat mengetahui ciri-ciri sosial
3. Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sosial
4. Agar dapat mengetahui bagaimana pengenalan persepsi sosial sebagai proses
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persepsi Sosial

Persepsi sosial adalah proses (aktif) untuk memahami orang lain, di mana mereka
sebelumnya sudah memiliki dan mendapatkan skema-skema atau informasi tentang keadaan
sosial yang terekam di dalam memori, yang kemudian diolah atau dibayangkan kepada suatu
objek. Proses ini juga bisa mempengaruhi hasil jika ternyata nilai-nilai yang ada sebelumnya
(skema-skema yang ada sebelumnya) ternyata berbeda dengan keadaan realitas yang mereka
temukan atau alami.

Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses pemerolehan, penafsiran,


pemiliihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses
perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa
yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial
serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain.
Teori-teori dan penelitian sosial berurusan dengan kodrat, penyebab-penyebab dan
konsekuensi dari persepsi terhadap satuan-satuan sosial, seperti diri sendiri, individu lain,
kategori-kategori sosial dan kumpulan atau kelompok tentang seseorang tergabung atau
kelompok lainnya. Persepsi sosial juga merujuk pada bagaimana orang mengerti dan
mengategorisasikan dunia. Seperti persepsi lainnya, persepsi sosial merupakan sebuah
konstruksi. Sebagai hasil konstruksi, pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari
persepsi sosial tidak selalu sesuai dengan kenyataan.
Isi dari persepsi sosial bisa berupa apa saja. Atribut-atribut individual dapat mencakup
kepribadian, sifat-sifat, disposisi tingkah laku, karakteristik fisik, dan kemampuan menilai.
Atribut-atribut kelompok dapat mencakup property-properti seperti ukuran, kelekatan,
sifat-sifat budaya, pola stratifikasi, pola-pola jaringan, legitimasi, dan unsur-unsur sejarah.
Akan tetapi, ruang lingkup persepsi sosial biasanya ditekankan pada sisi mikro, terarah
kepada penyimpulan individual berkaitan dengan karakteristiknya sendiri atau karakteristik
individu lain.
Lebih khusus lagi, dengan persepsi sosial kita berusaha:
Mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, dikehendaki dan didambakan orang
lain .Membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan
suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata dan tingkah laku mereka
Menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan
pembacaan terhadap orang tersebut.

2.2 Ciri-ciri Sosial

CIRI PERSPEKTIF SOSIAL


Di dalam setiap ilmu pengetahuan,senantiasa ada perspektif atau imajinasi tertentu,di dalam
sosiologi hal tersebut disebut dengan perspektif atau imajinasi sosiologikal.Ciri-ciri
perspektif sosiologikal:
1. Keterkaitan pada interelasi sosial yang berpola
Interelasi sosial adalah hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara
individu dengan individu,kelompok dengan kelompok,serta antara individu dengan
kelompok.Contoh:hubungan antara seoreng Ibu dengan anaknya,antara pejabat
dengan rakyat.Interelasi sosial menjadi inti dari pergaulan hidup,dan seorang sosiolog
senantiasa akan berpaling pada kerangka berfikir yang didasarkan pada interelasi
sosial.Masyarakat terjadi dan berprose karena interelasi sosial tersebut. Oleh karena
itu,interelasi sosial yang berpola dibutuhkan dalam proses hubungan sosial untuk
meminimalisir konflik dan membuat suatu hubungan yang teratur.

2. Mempunyai Interest yang luas


Dalam sosiologi,interest berarti kepentingan.Kepentingan disini terdapat dalam ruang
lingkup yang luas misalnya kepentingan masyarakat.Hubungan sosial
seseorang,kelompok,dan masyarakat memiliki kepentingan-kepentingan baik
kepentingan yang sama maupun kepentingan yang berbeda.Kepentingan yang sama
dan kepentingan yang berbeda dapat memicu terjadinya konflik.Contoh:kepentingan
yang sama adalah pada waktu Pemilihan Kepala Daerah dan kepentingan yang
berbeda antara Guru dan Petani.Dibutuhkan interest yang luas didalam ilmu sosial
agar suatu hubungan sosial tidak tertuju pada satu kepentingan tetapi untuk semua
kepentingan kalangan luas.Kepentingan orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan
kepentingan orang yang tinggal di pedalaman Kalimantan.

3. Konsentrasi pada kondisi sosial


Ilmu sosial sangat mengerti tentang keadaan suatu daerah dengan dasar unsur-unsur
sosial yang ada didalam masyarakat.Unsur-unsur sosialyang pokok dalam masyarakat
antara lain:
a. Kelompok sosial, baik yang teratur maupun yang tidak teratur. Contohnya
(keluarga yang teratur) dan kerumunan (tidak teratur).
b. Kebudayaan yang merupakan hasil karya,rasa dan cipta yang didasarkan pada
karsa. Contohnya rumah, kaedah, ilmu pengetahuan, dan bahasa.
c. Lembaga sosial, yaitu himpunan kaedah-kaedah dari segala tingkatan yang
berkisar pada kebutuhan pokok manusia. Contohnya sekolah, rumah sakit,
rekreasi.
d. Stratifikasi sosial, yaitu lapisan sosial dalam masyarakat yang didasarkan
pada kekayaan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kehormatan, dsb.
e. Kekuasaan dan wewenang. Kekuasaan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain, sehingga pihak tersebut mengikuti kehendak yang
memberi pengaruh. Wewenang merupakan kekuasaan yang diakui. Contohnya
hubungan antara murid dan guru.
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sosial

Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Sosial Robbin (1989 dalam Hanurawan, 2010)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa factor utama yang memberi pengaruh terhadap
pembentukan persepsi social. Faktor-faktor itu adalah:

A. Factor penerima ( the perceiver)


Tidak dapat disangkal bahwa pemahaman suatu proses kognitif akan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat. Diantaranya adalah
konsep diri, nilai, sikap, pengalaman masa lalu dan harapan-harapan yang terdapat
dalam dirinya. Seseorang yang memiliki konsep diri tinggi akan cenderung melihat
orang lain dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistic. Orang yang
memegang nilai dan sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi social yang
berbeda dengan orang yang memegang nilai dan sikap liberal. Pengalaman di masa
lalu sebagai bagian dasar informasi juga menetukan pembentukan persepsi seseorang.
Demikian pula harapan-harapan sering memberi semacam kerangka dalam diri
seseorang untuk melakukan penilaian orang lain.

B. .Factor situasi (the situation)


Pengaruh factor situasi dalam proses persepsi social dapat dibagi menjadi tiga yaitu
seleksi, kesamaan dan organisasi. Secara alamiah sesorang akan lebih memusatkan
perhatian pada obyek-obyek yang dianggap lebih disukai daripada obyek-obyek yang
tidak disukai. Hal ini sering disebut dengan seleksi informasi tentang keberadaan
suatu obyek baik fisik maupun social. Yang kedua, kesamaan. Kesamaan adalah
kecenderungan dalam proses persepsi sosila untuk mengklasifikasikan orang-orang ke
dalam suatu kategori yang kurang lebih sama.

Pada konteks relasi social dengan orang lain seringkali individu mengelompokkan
orang lain ke dalam stereotype tertentu seperti berdasar pada latar belakang jenis
kelamin, status social dan etnik. Kemudian unsur ketiga dalam factor social adalah
organisasi perseptual. Dalam proses persepsi social, individu cenderung untuk
memahami orang lain sebagai obyek persepsi ke dalam system yang bersifat logis,
teratur dan runtut. Pemahaman sistematik semacam itu biasa disebut dengan
organisasi perseptual. Apabila sesorang menerima informasi maka ia mencoba untuk
menyesuaikan informasi itu ke dalam pola-pola yang telah ada.

Pada suatu situasi (tempat suatu stimulus yang muncul), memiliki konsekuensi bagi
terjadinya interpretasi-interpretasi yang berbeda. Interpretasi itu menunjukkan
hubungan diantara manusia dengan dunia stimulus. Cara individu mendefinisikan
suatu situasi memiliki konsekuensi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap perilaku
orang lain. Misalnya sebuah universitas sebagi sebuah institusi akan dapat
diinterpretasi secara berbeda oleh mahasiswa, dosen, sopir angkot, pegawai dan
penjaja makanan.
C. Faktor obyek sasaran (the target)
Beberapa ciri yang terdapat dalam diri obyek sangat memungkinkan untuk dapat
memberi pengaruh yang menentukan terhadap terbentuknya persepsi social. Ciri
pertama yang dapat menimbulkan kesan pada target adalah keunikan (novelty).
Ciri-ciri unik yang terdapat dalam diri seseorang salah satu unsur penting yang
menyebabkan orang lain merasa tertarik untuk memusatkan perhatiannya sehingga
lebih mudah dipersepsi keberadannya. Ciri kedua adalah kekontrasan. Seseorang akan
lebih mudah oleh orang lain terutama apabila ia memiliki karakteristik berbeda
dibanding lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.

Misalnya seseorang yang berkulit hitam tinggal di lingkungan yang sebagian besar
berkulit putih. Ciri ketiga adalah ukuran dan intensitas dala diri obyek. Misalnya
seorang miss world yang cantik akan lebih mudah menimbulkan kesan pada orang
lain dibanding gadis-gadis pada umumnya. Ciri keempat adalah kekompakan
(proximity) obyek dengan latar belakang social orang lain. Kecenderungan
mengklasifikasikan dengan ciri-ciri yang sama karena hubungan kedekatan. Misalnya
dosen ekonomi diklasifikasikan sebagai seseorang yang memiliki sifat ekonomis,
efisien dan sebagainya

2.4 Bagaimana pengenalan persepsi sosial sebagai proses

Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau
tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupakan
informasi yang dijadikan bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh.
Dari informasi-informasi nonverbal, kita membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa
kira-kira yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Kemudian, ungkapan-ungkapan
verbal melengkapi penyimpulan-penyimpulan dari tanda-tanda nonverbal.
Dengan menggunakan informasi-informasi dari tingkah laku nonverbal dan verbal, kita
membentuk kesan-kesan tentang orang lain. Kita bisa mendapatkan kesan apakah orang lain
yang kita temui ramah, baik hati, judes, pelit, pemarah, pintar, dan sebagainya. Kesan-kesan
itu tidak bisa kita kenali secara sendiri-sendiri, melainkan kita perbandingkan satu sama lain
untuk mendapatkan kesan yang lebih menyeluruh tentang orang lain. Asch (1946)
menunjukkan bahwa orang melakukan persepsi terhadap sifat-sifat dalam hubungannya satu
sama lain sehingga sifat-sifat itu dipahami sebagai bagian yang terintegrasi dengan
kepribadian orang-orang yang memilikinya. Sekali kita membentuk kesan tentang orang lain,
kita cenderung tidak suka mengubahnya bahkan jika kita menenukan fakta yang bertentangan
dengan kesan itu.

Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui
dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses ini, kita membentuk kesan tentang orang lain.
Kesan yang kita bentuk didasarkan pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita
terdahulu tentang rangsang-rangsang yang relevan dan mood kita saat ini. Manusia cenderung
beroperasi di bawah bias-bias tertentu keitka membentuk kesan tentang orang lain.
Contohnya, ketika cenderung berpersepsi bahwa orang yang berpakaian rapi sebagai orang
baik (baik hati, dermawan atau menyenangkan) daripada orang yang pakaiannya berantakan.

Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain dari penampilannya terdahulu
yang dianggap baik disebut dengan efek halo. Di ini lain, kita juga bisa menilai orang yang
berpakaian tidak rapi, mempunyai rambut gondrong dan acak-acakan, serta cara bicara yang
apa adanya sebagai orang yang tidak baik, sembarangan, atau tidak berpendidikan. Apa yang
ditampilkan orang lain secara fisik mempengaruhi cara kita menilai aspek psikologisnya.
Meskipun kecenderungan ini tidak serta merta memberikan pengetahuan dan pemahaman
yang tepat tentang orang lain, orang-orang cenderung mempertahankannya sebab setiap
orang membutuhkan pegangan dan petunjuk tentang siapa yang lain yang sedang
dihadapinya.

Tingkah Laku dan Komunikasi Non Verbal


Persepsi sosial terjadi ketika kita menangkap stimulus sosial, baik melalui pengindraan
maupun komunikasi nonverbal (ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, gerakan atau
sentuhan). Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, kita
berusaha menemukan informasi-informasi tentang orang lain. Bisa saja kita bertanya kepada
orang lain tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Akan tetapi, cara initidak selalu
memberikan hasil yang tepat. Orang bisa saja mengatakan sesuatu yang berbeda, bahkan
bertentangan dari yang dialaminya. Apalagi jika orang lain itu adalah orang yang baru kita
kenal.
Orang-oran cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain yang
baru dikenalnya. Mereka bahkan berusaha menutupi atau membantah informasi tentang apa
yang dipikirkan dan dirasakannya, terutama pada saat mereka merasa emosi negatif. Usaha
untuk menutupi dan menyembunyikan perikiran dan perasaan juga dilakukan pada
orang-orang yang melakukan kejahatan. Usaha untuk menyembunyikan apa yang dipikirkan
dan dirasakan hamper selalu ditampilkan orang-orang yang sedang melakukan negosiasi, juga
pada orang yang sedang berjudi. Kita tidak dapat mengandalkan informasi verbal mereka
untuk mengetahui serta mengerti apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Apa yang mereka
katakan, tidak jarang bertolak belakang dengan apa yang mereka pikirkan dan rasakan.

Dalam keadaan seperti itu, untuk memahami orang lain kita mengendalkan informasi yang
ditampilkan oleh penampilan fisik mereka; kita mencoba mengenali mereka melalu tingkah
laku nonverbal mereka, seperti perubahan ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh dan
gerakan badan. Tingkah laku nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai beragam tujuan
(Patterson, 1983), sebagai berikut:

Tingkah laku nonverbal menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara ajek.
Contohnya, emosi sedih yang dialami seseorang dapat dikenali dari ekspresi wajanya
meskipun orang itu menyatakan ia tidak sedang sedih.
Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola interaksi. Sebagai
contoh, dalam kegitan diskusi, ekspresi wajah atau seseorang yang mengangkat tangan dapat
menjadi tanda bahwa orang itu hendak ikut berbicara dalam diskusi sehingga peserta diskusi
lainnya dapat member kesepatan padanya. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk
menangkap keintiman, misalnya melalui sentuhan, rangkulan dan tatapan mata.
Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menegakkan dominasi atau kendali, seperti
kita kenal dalam ancaman nonverbal seperti mata melotot, rahang yang dikatupkan
rapat-rapat dan gerakan-gerakan yang diasosiasikan sebagai tindakan agresif tertentu.
Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menfasilitasi pencapaian tujuan, dengan
menunjuk, member tanda pujian dengan mengangkat jempol dan menampilkan senyum
sebagai tanda memberi dukungan positif.

Dari penampilan fisik tersebut, kita mengenai tanda-tanda nonverbal untuk mencari tahu apa
yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Di sisi lain, orang lain juga mencoba mengenali
kita melalui tingkah laku nonverbal. Aktivitas saling mengenali melalui tingkah laku
nonverbal itu disebut sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal didefinisikan
sebagai cara orang berkomunikasi tanpa kata-kata, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Dalam komunikasi nonverbal, kita mencermati tekanan suara, sentuhan, gesture
(gerakan-gerakan tubuh), ekspresi wajah, dan tanda-tanda nonverbal lainnya. Tingkah laku
nonverbal digunakan untuk mengungkapkan emosi, menunjukkan sikap, mengomunikasikan
sifat-sifat kepribadian, dan menfasilitasi atau memperbaiki komunikasi verbal.

Dalam keseharian sehari-hari, kita sering melakukan komukikasi nonverbal. Contohnya, saat
melewati rumah tetangga dan orangnya sedang duduk diteras depan, kita tersenyum
kepadanya dan ia juga membalas senyum. Di situ kita telah melakukan komunikasi nonverbal
dengan tetangga kita. Orang juga sering menggunakan komunikasi nonverbal pada saat
tertarik kepada lawan lain untuk menunjukkan kekaguman atau kepedulian merupakan
tanda-tanda nonverbal yang sering digunakan dalam komunikasi non verbal.

Penelitian-penelitian tentang tingkah laku dan komunikasi nonverbal banyak


dilakukan oleh psikolog sosial (diantaranya Ekman & Frieson, 1974; Izard, 1991; Keltner,
1995; Forest & Fieldman, 2000; Neumann & Strack, 2000; DePaulo et al, 2003). Dari
penelitian-penelitian itu diperoleh pemahaman bahwa tanda-tanda nonverbal yang
ditampilkan orang lain dapat mempengaruhi perasaan kita, bahkan ketika kita tidak member
perhatian kepada hal itu secara sadar: Pengaruh tanda-tanda nonverbal bekerja meskipun kita
tidak memfokuskan atau memikirkannya. Contohnya, ketika kita tiba-tiba bertemu dengan
seseorang yang menampilkan ekspresi wajah marah dan tekanan suara yang tinggi, ktia bisa
dengan tiba-tiba juga menampilkan ekspresi wajah marah atau kesal dan tekanan suara kita
pun meninggi. Kita bisa juga menjadi takut jika orang lain itu adalah atasan kita. Dari contoh
ini dapat dikatakan bahwa tanda-tanda nonverbal memiliki efek penularan emosional.

Neumann dan Strack (2000) menunjukkan terjadinya penularan emosional itu melalui
penelitiannya. Mereka menemukan bahwa ketika orang mendengarkan orang lain membaca
pidato, tekanan suara orang yang membaca itu (senang, netral, atau sedih) dapat
mempengaruhi mood atau suasana hati si pendengar meskipun si pendengar berkonsentrasi
pada isi dari pidato yang dibacakan. Penularan emosional adalah sebuah mekanisme transfer
perasaan yang seakan-akan berlangsung secara otomatis dari satu orang ke orang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Persepsi merupakan suatu proses yangdidahului oleh pengindraan. Pengindraan


adalah merupakan suatu prosesditerimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima
yaitu alat indra.Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya
stimulustersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, danproses
selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidakdapat lepas dari
proses pengindraan, dan proses pengindraan merupakan prosesyang mendahului
terjadinya persepsi. Proses pengindraan terjadi setiap saat,yaitu pada waktu individu
menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alatindra. Alat indra merupakan
penghubung antara individu dengan dunia luarnya(Branca, 1964; Woodworth dan
Marquis, 1957).

Saran
Materi persepsi sosial ini juga sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari terutama
dalam memahami orang lain dalm melihat keadaan emosi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,masih
banyak terdapat kesalahan-kesalahan , baik dalam bahasa,materi dan penyusunan.Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik ,saran dan masukan yang dapat
membangun penulisan makalah ini.
Daftar pustaka

http://viapurwawisesasiregar.blogspot.com/2014/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.ht
ml

https://www.universitaspsikologi.com/2018/06/persepsi-sosial-pengertian-proses-dan-faktor.ht
ml?m=1

Anda mungkin juga menyukai