&
METODE PENGAJARAN BKBPK
Kelompok 6
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu artinya
pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila tidak mampu mendengar atau kurang
mampu mendengar suara. Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan
anak dengar pada umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa anak tersebut
mengalami tunarunguan.
Karakteristik Anak
Tunarungu
• Karakteristik dari segi intelegensi
Pada umumnya anak tunarungu memiliki entelegensi normal dan rata-rata. Prestasi
anak tunarungu seringkali lebih rendah daripada prestasi anak normal karena
dipengaruhi oleh kemampuan anak tunarungu dalam mengerti pelajaran yang
diverbalkan. Namun untuk pelajaran yang tidak diverbalkan, anak tunarungu
memiliki perkembangan yang sama cepatnya dengan anak normal.
• Karakteristik dari segi bahasa dan bicara
Alat komunikasi terdiri dan membaca, menulis dan berbicara, sehingga anak tunarungu akan
tertinggal dalam tiga aspek penting ini. Anak tunarungu memerlukan penanganan khusus dan
lingkungan berbahasa intensif yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasanya. Kemampuan
berbicara anak tunarungu juga dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh anak
tunarungu.
• Karakteristik dari segi emosi dan sosial
Ketunarunguan dapat menyebabkan keterasingan dengan lingkungan. Keterasingan tersebut akan
menimbulkan beberapa efek negatif seperti: egosentrisme yang melebihi anak normal,
mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas, ketergantungan terhadap orang lain,
perhatian mereka lebih sukar dialihkan, umumnya memiliki sifat yang polos dan tanpa banyak
masalah, dan lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
Klasifikasi Anak
Tunarungu
Menurut Boothroyd (dalam Murni Winarsih, 2007:23) klasifikasi ketunarunguan adalah
sebagai berikut.
• Kelompok I : kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses atau ketunarunguan ringan; daya tangkap
terhadap suara cakapan manusia normal.
• Kelompok II: kehilangan 31-60, moderate hearing losses atau ketunarunguan atau ketunarunguan
sedang; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia hanya sebagian.
• Kelompok III: kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses atau ketunarunguan berat; daya tangkap
terhadap suara cakapan manusia tidak ada.
Klasifikasi Anak
Tunarungu
• Kelompok IV: kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses atau ketunarunguan sangat berat;
daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.
• Kelompok V: kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses atau ketunarunguan total; daya
tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.
Bina Persepsi Bunyi
dan Irama
Pengertian Bina Persepsi Bunyi dan
Irama
Secara harfiyah Bina persepsi bunyi dan irama (BPBI) berarti latihan berbicara. BPBI
dapat dipandang sebagai suatu seri latihan yang berstruktur yang ditata dari tahap yang
sederhana sampai yang kompleks meliputi latihan deteksi, diskriminasi, pengenalan dan
pemahaman wicara/ungkapan lisan. Tujuan program BPBI adalah membantu anak
”tunarungu” belajar mendengar, menafsirkan rangsangan bunyi yang sampai ketelinganya.
Anak Tunarungu mendengar melalui dua sarana atau persyaratan yaitu dengan alat bantu
dengar dan dengan latihan (earobics). Program/latihan BPBI dikembangkan sesuai daya
dengar anak dan matriks lingkup pembinaan BPBI.
Program Bina Persepsi Bunyi dan
Irama
Cakupan programnya adalah latihan deteksi/kesadaran bunyi, membedakan berbagai
bunyi, mengenal bunyi, memahami bunyi, ikhtisar tubuh, menemukan sumber bunyi,
membilang jumlah bunyi.
Berdasarkan pendekatan Tomatis, program latihan (earobics) atau BPBI dilakukan
melalu; 1) fase pasif dan 2) fase aktif.
Hakikat Persepsi Bunyi dan Irama
1. Persepsi Bunyi
Deskripsi tradisional tentang pendengaran menjelaskan persepsi bunyi ini mirip dengan melihat
dalam penglihatan dan memberikan peranan aktif pada telinga sebatas dalam situasi-situasi
khusus. Ketika terpapar bunyi yang sangat keras, telinga melindungi diri dengan bantuan dua
otot kecil yang berlokasi di telinga bagian tengah. Otot-otot itu adalah otot martil, atau tensor
tympani, dan otot sanggurdi, atau apedius. Apabila bebunyian sangat keras dan membahayakan,
otot martil melunakan getaran gendang telinga, sementara otot sanggurdi beraksi di jendela oval
untuk mengurangi intensitas getaran bebunyian tersebut
2. Irama (Rithme)
Terjadinya irama disebabkan oleh suatu susunan peristiwa yang secara teratur terjadi berulang-
kali, misalnya peristiwa suara atau bunyi yang datangnya dari sumber bunyi dengan sasarannya
berupa waktu. Bunyi atau suara yang menimbulkan irama dapat muncul dari suara jam, jatuhnya
titik-titik air hujan, ketukan-ketukan jari-jemari di meja kesemuanya berada dalam suatu ukuran
waktu yang memerlukan interval tertentu. Kesadaran kita terhadap waktu dilandasi oleh
pengamatan terhadap suara atau bunyi dalam bentuk yang berbeda-beda.
Materi Latihan Persepsi Bunyi dan
Irama
● Metode imitasi, yaitu melatih anak untuk menirukan apa yang dilakukan
oleh guru.
● Metode Resitasi/mengulang, yaitu mengulang materi yang dilatih
beberapa kali, agar siswa mendapat kesan yang mendalam serta agar alat
bicaranya terlatih.
Terima Kasih