Anda di halaman 1dari 17

MATERI KD 3.

5
Materi
Untuk menguasai materi ini perhatikan peta konsep berikut.
Tentara keenam belas
Kedatangan Jepang di Indonesia
Tentara keduapuluh lima
Wil.
Armada selatan ke-2
Sistem pemerintahan Militer
Osamu Seirei
Jepang di Indonesia
Susunan Pemerintahan Jepang
Organisasi bentukan
Bid. Pol Jepang
Organisasi yang tidak
terorganisir
Kelompok pemuda
Dampak Pend. Jepang
Menurunnya hasil panen
Bid. Eko Akibat menurunnya
perekonomian jaman
Jepang
Bid. Pendiidkan
Gerakan 3A
Masa Putera
Organisasi
Pendudukan Jawa Hokokai
Pergerakan Nasional Nilai
Jepang jaman Jepang
Seinendan
Semi Militer
Kexbondan
Barisan pelopor
Fujinkei
Heiho
Organisasi Mil. Peta

Perlawanan legal Gerakan 3A


Reaksi kaum PN
Putera
terhadap Jepang
Peta
Perlawanan ilegal Gol. Amir Syarifudin
Gol. Sutan Syahrir
Gol. Sukarni
Gol. Ahmad Subarjo
Perlawanan militer Perlw. Peta di Blitar
Pembentukan Perlw. Peta di Aceh
Upaya
PENDUDUKAN JEPANG mempersiapkan BPUPKI Perlw. Peta di
Singapura
kemerdekaan
Pembentukan
Indonesia
PPKI

ra1
Kedatangan Jepang ke Indonesia
Setelah Meiji Restorasi, Jepang mengalami kemajuan pesat antara lain tumbuh
sebagai Negara Industri sehingga Jepang banyak bahan mentah. Untuk itu tujuan Jepang
menguasai Indonesia untuk menguasai sumber alam terutama minyak.

Setelah berkuasa di Industri Jepang tidak berbeda dengan Belanda. Jepang


menjajah Indonesia bahkan lebih menyengsarakan bangsa Indonesia.

1. Perang Pasifik
Ditandai dengan penyerangan atas pangkalan laut AS di Pearl Harbour dipimpin
Laksamana Nagano, sehingga perang di kawasan Asia dikenal dengan perang pasifik
karena terjadi di laut pasifik. Alasan Jepang meyerang AS karena Jepang khawatir terhadap
kedudukan AS di Pearl Harbour. Kekhawatiran Jepang itu timbul karena:

a. AS dapat menyerang Jpeang sewaktu-waktu.


b. Kedudukan AS tersebut merupakan penghalang Jpeang untuk menguasai negara-
negara kawasan selatan.
Reaksi sekutu segera membentuk pasukan gabungan ABDACOM (Amerika Dutch Australian
Command), segera menyerang Jepang dengan kekuatan dari negara-negara gabungan.

2. Masuknya Jepang ke Indonesia


Untuk menguasai negara-negara di sekitar laut pasifik, Jepang membagi angkatan
perangnya menjadi 2 kelompok sebagai berikut.

a. Angkatan Darat (Rikugun), bergerak dari Indocina untuk merebut Mlaysia,


Singapura, Pulau Luzon, Myanmar, dan Sumatra dipimpin oleh Jenderal
Yamashita. Operasi penyerangannya dikenal dengan Operasi Gurita dan berhasil
menghancurkan kapal inggris: Prince of Wales dan Refulse.
b. Angkatan Laut Jepang (Kaigun), bergerak dari Pulau Hawaii, Mindanao, Kalimantan,
Sulawesi, Ambon, dan Papua.
Pada tanggal 11 Januari 1942, jepang berhasil mendarat di Tarakan, Kalimantan
Timur. Daerah tersebut merupakan penghasil minyak yang utama. Komandan Belanda di
Pulau itu menyerah pada tanggal 12 Januari 1942. Jatuhnya daerah Tarakan ke tangan
Jepang diikiuti dengan daerah-daerah yang lain. Daerah-daerah itu adalah Balikpapan pada
tanggal 24 Januari 1942 (sebagai sumber minyak kedua), Pontianak pada tanggal 29
Januari 1942, samarinda pada tanggal 3 februari 1942, Kotabangun pada tanggal 5 Februari
1942, dilanjutkan ke lapangan terbang Samarinda, dan terakhir Banjarmasin pada tanggal 10
Februari 1942.

Tentara Jepang kemudian melanjutkan penyerangan ke Pulau Sumatra dan Jawa.


Di Sumatra, Jepang berhasil menduduki Palembang sebagai sumber minyak pada tanggal
16 Februari 1942. Selanjutnya, giliran Jawa yang menjadi Lembang, dekat Bandung di
Indonesia. ABDACOM berusaha mempertahankan kekuasaan Be;anda di Pulau Jawa. Pada
saat itu, panglima tentara Belanda dijabat oleh Jenderal H. Ter Poorten. Namun, usaha
Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya tidak berhasil dengan baik. Pertempuran di
Jawa berakhir dengan kemenangan Jepang.

Pada tanggal 1 Maret 1942, Tentara Keenam belas Jepang mendarat di Teluk
Banten, di Eretan Wetan (Jawa Barat) dan di Kragan (Jawa Tengah). Pendaratan Jepang di

ra2
Eretan dilanjutkan dengan menduduki Subang dan lapangan terbang Kalijati (hanya 40 km
dari Bandung). Jalan itu ditempuh supaya Jepang dapat menguasai Bandung. Belanda
berusaha merebut kembali Subang samapai tiga kali yaitu pada tanggal 2, 3, dan 4 Maret
1942. Namun, usaha tersebut mengalami kegagalan.

Tentara Jepang melanjutkan usahanya untuk menguasai Bandung pada tanggal 5


Maret 1942. Mereka bergerak dari kalijati untuk menyerbu Bandung dari arah utara.
Pertahanan tentara Belanda yang pertama-tama digempur Japang adalah Clater. Serangan
ini mengakibatkan tentara Belanda mundur ke Lembang. Kota Lembang merupakan
pertahanan tentara Belanda yang terakhir. Namun, pertahanan ini akhirnya jebol juga. Pada
petang hari tanggal 7 Maret 1942, tentara Jepang berhasil menguasai Lembang. Antara
Belanda dan Jepang kemudian terjadi tawar-menawar. Belanda mengajukan permintaan
penyerahan secara lokal. Namun, Jepang yang diwakili oleh Jenderal Hitoshi Imamura
menuntut penyerahan total semua pasukan Belandadi Jawa dan bagian Indonesia lainnya,
serta Gubernur Jenderal Hindia Belanda agar ikut dalam perundingan di Kalijati. Jika
belanda tidakmengindahkan ultimatum Jepang, maka Bandung akan dibom dari udara.

Akhirnya Belanda dan jepang terjadi perundingan antara Jepang dengan Belanda di
Kalijati yang dikenal dengan keputusan Kalijati dihadiri oleh Ijarda van Starkenborgh dan
panglima tentara Belanda Jendral H. ter Poorten dan wakil dari Jepang Hiroshi imamura
maka 8 Maret 1942 kekuasaan Belanda berakhir di Indonesia dan digantikan oleh Jepang.

Awal kedatangan Jepang di Indonesia dapat diterima dengan baik oleh bangsa
Indonesia sebab:

a. Propaganda Jepang yang sangat menarik, yaitu ingin membantu bangsa Indonesia
untuk mengusir bangsa Belanda dan Indonesia.
b. Propaganda Jpeang ingin membentuk negara persemakmuran Asia Timur Raya,
termasuk Indonesia.
c. Propaganda Jepang melalui Gerakan 3A, yaitu:
1) Jepang sebagai pelindung Asia,
2) Jepang sebagai cahaya Asia, dan
3) Jepang sebagai pemimpin asia.
d. Jepang menempatkan tokoh-tokoh nasionalis sebagai pemimpin lembaga yang
dibentuk Jepang.
e. Bahasa Indonesia boleh digunakan sebagai alat komunikasi
f. Bendera merah putih boleh dikibarkan sejajar dengan bendera Jepang.

3. Pembentukan Pemerintahan Militer


Pada saat Jepang berkuasa di Indonesia, Jepang dalam suasana perang sehingga
Jepang menjalankan pemerintahan militer di Indonesia. Jepang membagi 3 pemerintahan
militer untuk menjalankan pemerintahan pendudukan.

Pembagian wilayah kekuasaan Jepang di Indonesia sebagai berikut:

a. Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara ke-25) disebut juga “Gunseibu” untuk
menguasai wilayah Sumatra dan Malaka di bawah pimpinan Letnan Jenderal
Yamashita, bermarkas di Bukittinggi.
b. Pemerintahan Militer Angkatan darat atau “Gunseibu” (Tentara ke-16) untuk
menguasai Jawa, Madura, dan sebagian Sumatra, di bawah pimpinan Jenderal
Hitoshi Imamura. Pusat kekuasaannya berada di Jakarta.

ra3
c. Pemerintahan Militer Angkatan laut atau disebut juga “Minseibu” (Armada Selatan
ke-2) untuk menguasai Kalimantan, Sulawesi, Irian Barat, dan Maluku yang
bermarkas di
Makassar.

Semua bagian pemerintahan militer tersebut berada di bawah Komando panglima


Besar Tebtyara Jepang untuk wilayah Asia Tenggara yang berkedudukan di Saigon,
kemudian baru berhubungan dengan kaisar Jepang di Tokyo. Untuk melaksanakan
pemerintah militer, Jepang mengeluarkan UU No. 1 pasal 1 yang disebut Osamu Seirei
yang dikeluarkan oleh panglima tentara ke-16 tanggal 7 Maret 1942. Isinya:

a. Bala tentara Nippon melangsungkan pemerintahan militer sementara waktu di


daerah-daerah yang telah ditempati supaya segera mendatangkan keamanan.
b. Pembesar bala tentara memegang kekuasaan pemerintah militer yang tertinggi dan
juga segala kekuasaan yang dahulu berada di tangan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda.
c. Semua badan pemerintah, kekuasaan hukum, dan undang-undang dari pemerintah
yang dahulu tetap diakui sah untuk sementara waktu, asal tidak bertentangan
dengan aturan pemerintahan militer.
d. Bala tentara Jepang akan menghormati kedudukan dan kekuasaan pegawai yang
setia
kepada Jepang.

Adapun susunan Pemerintahan Militer Jepang dengan urutan dari atas, adalah:

a. Gunshireikan (panglima tentara) Jepang yang dijabat oleh Hitoshi Imamura.


b. Gunseikan (kepala pemerintahan militer) yang dijabat oleh Seizaburo Okasasi.
c. Gunseibu (koordinator pemerintahan militer setempat) semacam gubernur.
Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer pendudukan Jepang mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 27 tentang aturan pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor
28 tentang aturan pemerintahan Syu dan Tokubetsu Syi. Kedua undang-undang tersebut
menandai berakhirnya masa pemerintahan sementara dan merupakan pelaksanaan dari
struktur pemerintahan yang dilengkapi tenaga pemerintahan sipil Jepang di Pulau Jawa.
Tujuan Jepang melakukan hal itu adalah untuk reorganisasi, yaitu menjadikan Pulau Jawa
sebagai sumber perbekalan perang di wilayah selatan.

Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia


1. Bidang Politik
Pada masaa pendudukan Jepang, kebebasan berorganisasi tersebut benar-benar
ter-belenggu. Jepang tidak membenarkan adanya organisasi yang mengarah pada
pergerakan nasional. Organisasi yang boleh berjalan hanya organisasi yang dibentuk
Jepang.

a. Organisasi Bentukan Jepang


Pada masa selanjutnya, Jepang membentuk organisasi yang dipimpin oleh bnagsa
Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai Jepang adalah untuk menanamkan kepercayaan
bangsa Indonesia kepada Jepang. Organisasi-organisasi tersebut sebagai berikut.

1) Gerakan Tiga A, dipimpin oleh Mr. Syamsuddin.


ra4
2) Putera (Pusat Tenaga Rakyat), dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno,
Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansyur.
3) Peta (Pembela Tanah Air), dipimpin oleh Supriyadi.
b. Kelompok-kelompok yang Terorganisir
Para tokoh nasional yang memiliki semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi
memanfaatkan organisasi-organisasi bentukan Jepang sebagai wadah untuk
mempersiapkan perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, sikap
Jepang yang keras dan kaku ingin memaksa tokoh-tokoh nasional Indonesia untuk
membantu Jepang. Akibatnya, timbul kelompok-kelompok sebagai berikut.

1) Kelompok Pangreh Praja dan Pegawai


Kelompok ini tetap mempertahankan sifat konservatif karena takut kehilangan
jabatan dan kedudukannya sebagai pegawai.

2) Kelompok Nasionalis Nonagama


Kelompok ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang bersifat
kooperatif, sebagai taktik untuk mencapai kemerdekaan.

3) Kelompok Santri dan Ulama (Nasionalis Agama)


Kelompok ini menentang budaya Barat, sehingga Jepang mengizinkan Majelis Islam
Ala Indonesia tetap berdiri.

4) Kelompok Sosialis
Kelompok ini dipimpin oleh Sutan Sjahrir dan bersikap antifasisme Jepang.
Kelompok ini terdiri atas kaum terpelajar dari berbagai kota di Indonesia.

5) Kelompok Komunis
Kelompok ini dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin dan bersikap antikapitalis serta
antifasisme, yang berarti anti-Jepang.

6) Kelompok Pemuda
Kelompok pemuda terbagi atas 2 kelompok, yaitu:

a) Kelompok pemuda yang dipimpin oleh Tan Malaka condong ke komunis; dan
b) Kelompok pemuda yang dipimpin oleh Ahmad Subardjo (terdiri atas para
pegawai Dinas Angkatan Laut Jepang).

2. Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi pemerintah Jepang sangat ketat mengawasi bidang pereko-
nomian. Jepang melakukan perampasan kehormatan rakyat. Rakyat dibebani tanam paksa
untuk memenuhi kebutuhan perang dan kerja paksa untuk memenuhi bangunan militer.
Sesungguhnya pada zaman Jepang bangsa Indoensia tidak hidup dalam lingkungan
kemakmuran bersama, melainkan dalam lingkungan kemiskinan bersama.

Dalam bidang keuangan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tertanggal 8 Maret


1942, pemerintah Jepang menetapkan mata uang Hindia Belanda sebagai satu-satunya
mata uang ang berlaku untuk kepentingan jual beli dan alat pembayaran.

ra5
a. Penyebab Penurunan Perekonomian Zaman Jepang
Pada masa pendudukan Jepang, keadaan ekonomi di Indonesia mengalami
kemerosotan. Penyebabnya antara lain sebagai berikut.

1) Para penyuluh pertanian bukan tenaga-tenaga ahli pertanian.


2) Hewan-hewan yang berguna bagi pertanian banyak yang dipotong.
3) Kurangnya tenaga kerja petani karena banyak yang dijadikan Romusha.
4) Banyaknya penebangan hutan secara liar.
5) Kewajiban menyerahkan hasil bumi kepada Jepang.
b. Akibat Penurunan Perekonomian Zaman Jepang
Penurunan perekonomian pada zaman Jepang mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.

1) Hasil pertanian dan perkebunan menurun sehingga terjadi kekuarangan bahan


pangan.
2) Perdagangan mengalami kemunduran sehingga ekspor dan impor lumpuh.
3) Keadaan rakyat bertambah miskin sehingga tidak mampu membeli barang.
4) Jepang terpaksa mengakui mata uang Belanda sebagai alat pembayaran yang syah.

3. Bidang Pendidikan
Pada masa Jepang di Indonesia, kehidupan pendidikan berkembang pesat di
banding padamasa Belanda. Jenis sekolah yang ada terdiri atas sekolah umum dan sekolah
guru.

a. Sekolah umum mulai dari Sekolah Rakyat 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama 3
tahun, dan Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun.
b. Sekolah guru ada yang 2 tahun, 4 tahun, dan 6 tahun.
Pada masa Jepang, sekolah terbuka bagi semua golongan penduduk sehingga
semua siswa mendapat kesempatan yang sama. Pada saat itu, sistem pengajaran dan
kurikulumnya ditujukan untuk keperluan Perang Asia Timur raya. Selain itu juga untuk
menarik simpati bangsa Indonesia. Kegiatan pembelajaran berpedoman pada kurikulum
yang mengaju keperluan Jepang. Pelaksanaan kurikulum itu pertama-tama dengan
melakukan indoktrinasi tentang paham HOKKO ICHIU. Hokko Ichiu adalah suatu paham dari
agama Shinto yang berarti delapan benang di bawah satu atap. Intinya adalah pembentukan
suatu lingkungan yang didominasi oleh Jepang.

Adapun kewajiban para siswa sebagai berikut. (Proses Japanisasi)

a. Belajar bahasa Indonesia dan Jepang.


b. Menghormat ke arah Istana kaisar Jepang dengan posisi membungkuk 90 0
(Seikerei).
c. Menghormati adat kebiasaan Jepang.
d. Latihan kemiliteran untuk mendidik murid-murid supaya memiliki semangat seperti
tentara Jepang (Nippon Seisyin).
e. Kerja bakti (kinrohosyi) untuk mengumpulkan bahan-bahan yang berguna untuk
perang, menanam ubi, menanam jarak, dan memperbaiki jalan.
f. Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (Kimigayo).
g. Melakukan gerak badan (Taiso).

4. Bidang Penggunaan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak kelas 3 SD dan dijadikan bahasa pengantar
sekaligus pelajaran utama. Jepang berusaha menjadikan Bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi. Hal ini bertuyjuan supaya dapat mengerahkan seluruh bangsa Indonesia untuk
ra6
perang Asia Timur Raya. Semakin lama semakin banyak orang yang bisa menggunakan
Bahasa Indonesia, bahkan Bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi serta wahana
integrasi bangsa Indonesia.

Pada tanggal 20 Oktober 1943, Kantor Pengajaran Jepang di Jawa mendirikan


Komisi Penyempurnaan Bahasa Indonesia dengan susunan pengurus sebagai berikut.

Ketua : Mori (Kepala Kantor Pengajaran)

Wakil Ketua : Iciki

Penulis : Mr. R. Suwandi

Penulis Ahli : Mr. Sutan Takdir Alisyahbana

Anggota : Abas Sutan Pamuncak, Mr. Amir Syarifuddin, Armyn Pane, Ir. Soekarno,
Drs. Moh Hatta, H. Agus Salim, Sanusi Pane, dan Dr. Priyono.

Tugas komisi ini adalah untuk menetapkan istulah-istilah modern dan menyusun
tata bahasa yang sesuai dengan ketentuan serta menetapkan kata-kata umum bagi bahasa
indonesia. Bahasa indonesia dapat berkembangcepat karena didukung oleh beberapa surat
kabar, seperti Suara Asia (di Surabaya), Asia Raya (di jakarta), Cahaya (di Bandung), Sinar
Baru (di Semarang), Sinar Matahari (di Jogjakarta), serta buku-buku karya sastra yang ditulis
oleh sastrawan Indonesia.

5. Bidang Budaya
Dalam bidang budaya Jepang melakukan proses Japanisasi. Proses Japanisasi
ditempuh dalam berbagai wujud: mengajarkan bahasa Jepang dan memasukkan unsur-
unsur Jepang dalam lagu anak-anak dan tarian.

Dengan diijinkannya penggunaan bahasa indonesia telah mendorong


perkembangan seni sastra, lukis, drama, sandiwara, lagu, film yang semuanya mengandung
semangat Nasionalisme dan nilai patriotisme. 1 April 1943 Jepang mendirikan pusat
kebudayaan dengan nama Keimin Bunka Shidosho. Tujuan agar karya sastra sesuai dengan
semangat untuk memenangkan perang pasifik.

Karya sastra yang berkembang pada masa pendudukan Jepang antara lain.

a. Hasil karya sastra yang mendukung politik Jepang, antraa lain Cinta Tanah Suci
(karya Nur Sutan Iskandar), Palawija (karya Karim Halim), dan Angin Fuji (karya
Umar Ismail).
b. Hasil sastra yang tidak mendukung politik Jepang dan dilarang terbit, antara lain
Siap Sedia (karya Chairil Anwar) dan Sebuah Lagu dalam Sandiwara (karya Cak
Durasin).
c. Seni musik, antara lain Tumpah Darahku dan Maju Putra Putri Indonesia ciptaan C.
Simanjuntak.
d. Seni drama, antara lain Api dan Citra (Karya Usmar Ismail) serta Taufan di Atas Asia
dan Dewi Rini (karya El Hakin).
e. Film dan sandiwara, antara lain Bintang Surabaya, Cahaya Timur, dan Miss Tjitjih.
Pengarang dan penyair lain yang bermunculan pada waktu itu adalah Mochtar
Lubis, Amir Hamzah, Nursyamsu, Anas Ma’ruf, dan Rosihan Anwar.

ra7
6. Dampak dalam Bidang Militer
Jepang membentuk organisasi kemiliteran yang terdiri atas para pemuda Indonesia
untuk memperkuat kedudukannya di Indonesia. Akibatnya, para pemuda Indonesia
mempunyai pengetahuan militer, pengalaman militer, dan teknik serta keterampilan militer.
Pemuda-pemuda inilah yang kelak menjadi tiang utama perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Adapun beberapa kesatuan pertahanan yang telah dibentuk yaitu Seinendan (Barisan
Pemuda), Keibodan ( Barisan Pembantu Polisi), Heiho (Pembantu Prajurit Jepang), Fujinkai
(Barisan Wanita), Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa), Seisyintai ( Barisan pelopor), dan
tenatara Peta (Pembela Tabah Air).

7. Bidang Mobilisasi Sosial


Jepang mengadakan mobilisasi sosial atau perpindahan penduduk dari satu tempat
ke tempat lain sebagai tenaga romusha (pengerahan massa sebagai tenaga kerja di daerah
lain). Hal ini dilakukan supaya para romusha tidak melarikan diri. Sebagian besar dari
mereka dikirim ke Birma, Muangthai, dan Malaysia untuk membuat jalan kereta api. Hal ini
menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut.

a. Jumlah tenaga kerja di pedesaan berkurang sehingga banyak tanah pettanian yang
tidak tergarap.
b. Banyak tenaga kerja yang menjadi romusha mengalami kelaparan dan mati.
c. Menurunnya hasil pertanian sehingga rakyat kekurangan bahan makanan.
d. Penduduk yang tinggal di pedesaan hanyalah kaum wanita.
e. Rakyat mengalami kesulitan bahan pangan dan pakaian sehingga mereka terpaksa
makan ubi-ubian yang sangat kurang gizinya dan bekicot yang sebelumnya
dianggap menjijikkan. Selain itu, rakyat terpaksa berpakaian goni atau rami.

8. Bidang Birokrasi
Jepang mengambangkan sistem pemerintahan militer dan membuat tata
pemerintahan seperti di negara Jepang, antara lain dengan mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 1942 tentang Pewmerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1942 tentang Pemerintahan Syu dan Syi.

Tata urutan pemerintahan daerah menurut Undang-Undang Nomor 27 adalah Syu


(dahulu, disebut karesidenan)/Syi (kotapraja)-Ken (kabupaten)-Gun (kawedanan)-Son
(kecamatan) –Ku (kelurahan)-Aza (dukuh)-Gumi (semacam RT). Struktur pemerintahan
angkatan laut adalah Menseifu-Minsebu-Syu-Ken-bunken-Gun-Son.

Pergerakan Nasional pada Masa Jepang


Setelah berkuasa di Indonesia, Jepang membuat peraturan-peraturan untuk
memperkuat kedudukannya. Salah satu di antaranya adalah UU No. 2 Tahun 1942, tentang
larangan berserikat dan berkumpul. Jepang membekukan segala kegiatan politik di
Indonesia dengan melarang berkembangnya organisasi pergerakan nasional. Satu-satunya
organisasi yang diperbolehkan berdiri oleh jepang hanya Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI).

MIAI merupakan wadah dari gabungan organisasi yang mewakili umat Islam. Dalam
kehidupan politik, Jepang memberi perhatian khusus kepada golongan Islam. Golongan ini

ra8
memperoleh lebih banyak kelonggaran dibandingkan dengan golongan lain karena dinilai
bahwa Islam pada dasarnya anti-Barat sehingga akan mudah bekerja sama dengan Jepang.
Namun, penilaian Jepang tersebut ternyata meleset. Perlawanan rakyat terhadap Jepang
yang terjadi di berbagai daerah justru dipimpin oleh golongan utama/ulama.

Jepang segera mengubah kebijaksanaan politiknya, yaitu dengan mengajak kerja


sama golongan nasionalis. Kerja sama dengan golongan nasionalis ternyata mereka
perlukan untuk dua hal, yaitu untuk menarik simpati rakyat dan untuk mengisi jabatan-
jabatan pemerintahan. Sebaliknya, golongan nasionalis bersedia bekerja sama dengan
perhitungan dapat mengembangkan perasaan kebangsaan di kalangan rakyat dengan kedok
membantu Jepang, selain pertimbangan keamanan dan keuangan.

Kerja sama Jepang diawali dengan pembebasan pemimpin nasionalisme Indonesia


yang ditawan oleh Hindia Belanda, antara lain Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta dan Syahir.
Namun, di antara tokokh nasional ada yang menolak bekerja sama dengan Jepang antara
lain: Sutan Syahir, Cipto Mangunkusumo, Mr. Amir Syarifuddin. Maret 1942 kerja sama
dengan Jepang semakin erat dengan berdirinya organisasi-organisasi.

1. Organisasi Nasional
Organisasi-organisasi nasional yang berkembang pada jaman Jepang antara lain:

a. Gerakan Tiga A (Mei 1942)


Gerakan Tiga suatu perhimpunan bentukan Jepang yang bersemboyan
Nippon, Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. dalam
propagandanya dijelaskan bahwa Gerakan Tiga A adalah organisasi kemakmuran
bersama yang kegiatannya meliputi segala lapangan untuk seluruh Asia. ketua
Gerakan Tiga A adalah Mr. Syamsuddin, seorang tokoh Parindra dari Jawa Barat, ia
mencoba mempropagandakan Gerakan Tiga A ke seluruh Jawa, tetapi tidak
berhasil. Menurut penelitian Jepang, Gerakan Tiga A tidak berhasil karena hal-hal
berikut.

1) Gerakan Tiga A tidak efektif dalam mengerahkan bangsa Indonesia.


2) Pemimpin Gerakan Tiga A kurang dikenal masyarakat Indonesia.
b. Putera (Pusat Tenaga Rakyat) (1 Maret 1943)
Tokoh Nasionalis yang memimpin Putera adalah Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki
Hajar Dewantoro, dan Mas Mansur. Keempat tokoh ini disebut empat serangkai.
Tujuannya adalah untuk membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu
yang telah dihancurkan Belanda. Tugasnya adalah memusatkan segala potensi
masyarakat Indonesia guna membantu Jepang dalam peperangan. Putera cepat
berkembang dan mendapat sambutan dari masyarakat. pAda akhirnya, Putera
dimanfaatkan oleh pemimpin-pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Hal ini bertentangan dengan tujuan Jepang dalam
mendirikan Putera yaitu untuk memusatkan segal potensi masyarakat Indonesia
dalam rangka membantu usaha perangnya.

Perkembangan Putera kurang memuaskan Jepang karena kurang memberi


dukungan pada Jepang tetapi cenderung menguntungkan bangsa Indonesia. Oleh
karena

itu Putera dibubarkan diganti Jawa HOKOKAI.


ra9
c. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa)
Organisasi ini dibentuk oleh Jenderal Kumakici Harada pada tahun 1944.
Alasannya, perang semakin hebat sehingga perlu digiatkan dan dipersatukan
segenap tenaga rakyat lahir dan batin. Tujuannya supaya rakyat Jawa
mendarmabaktikan tenaganya kepada pemerintah demi kemenangan Jepang.
Pendarmabaktian tersebut memuat pengertian:

1) Mengorbankan diri,
2) Mempertebal persaudaraan, dan
3) Melaksanakan sesuatu dengan bukti.
Adapun program kegiatannya, yaitu:

1) Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah


Jepang,
2) Memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat
persaudaraan,
3) Memperkukuh pembelaan tanah air, dan
4) Memperteguh kehidupan di masa perang.
Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah Jepang. Untuk
mencegah agar Jawa Hokokai tidak dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh nasionalis,
pimpinan-

nya langsung di bawah pengawasan Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer).

d. MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia)


Pada tanggal 4 September 1942, Jepang mengizinkan MIAI tetap aktif karena
organisasi ini bersifat keagamaan dan tidak membahayakan pemerintahan Jepang.
Golongan Islam mendapat perhatian istimewa dari Jepang karena Isam dinilai
agama yang anti-Barat sehingga mudah dirangkul oleh Jepang. Tugas MIAI pada
masa pendudukan Jepang adalah:

1) Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak di masyarakat, dan


2) Mengharmoniskan Islam dengan kebutuhan zaman.
Adapun program MIAI, yaitu:

1) Menyelamatkan dan memelihara kehormatan dan kejayaan umat Islam,


2) Membangun mesyarakat muslim yang mampu memelihara perdamaian, serta
3) Meningkatkan kepengurusan semua masalah kaum muslim.
Dalam perkembangannya, MIAI tidak sesuai dengan harapan Jepang
sehingga pada tanggal 24 Oktober 1943 MIAI dibubarkan. Kemudian, MIAI diganti
dengan Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dipimpin oleh Hasyim
Asyari. Tokoh Masyumi yang lain adalah Mas Mansyur, Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, dan Abdul Wahab sebagai penasihat. Tokoh-tokoh muda Masyumi
adalah Moh. Natsir, Harsono Cokroaminoto, dan Prawoto Mangunsasmito.

2. Pembentukan Organisasi Semiliter dan Militer


Terjadinya pertempuran di Laut Koral (Australia) dan jatuhnya Kepulauan Solomon
menyebabkan Jepang mengubah strateginya, yaitu dari melakukan serangan (ofensif),
menjadi bertahan (defensif). Peristiwa itu membuat Jepang harus melakukan pengerahan

ra10
tenaga rakyat Indonesia untuk membantu Jepang. Jepang melakukan pengerahan tenaga
rakyat dengan cara-cara sebagai berikut.

a. Organisasi Semi Militer


1) Seinendan (Barisan Pelopor)
Organisasi ini berdiri pada tanggal 29 April 1942 dan anggotanya adalah
pemuda berumur 14 – 22 tahun. Seinendan mendidik para pemuda Indonesia untuk
menjaga dan mempertahankan tanah air. Dalam perang Seinendan merupakan
barisan cadangan yang mengaman garis belakang. Tokoh Seinendan yaitu Sukarni
dan Abdul

Latief Hendraningrat.

2) Keibodan (Pembantu Polisi) = Bogodan (di kalimantan)


Organisasi ini lahir besama Seinendan yait tanggal 29 April 1942. Organisasi
ini bertugas membantu polisi Jepang, antara lain: mengatur lalu lintas dan
pengamanan desa. Anggotanya para pemuda berusia 26 – 35 tahun. Untuk
menghindari pengaruh dari Nasionalis organisasi Keibodan didirikan di desa-desa
dan langsung di bawah pengawasan departemen Kepolisian Jepang.

3) Barisan pelopor (14 September 1944)


Organisasi ini merupakan bagian dari Jawa Hokokai. Pemimpinnya adalah Ir.
Soekarno, R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, Dr. Buntaran Martoatmojo.
Kegiatannya antara lain mengadakan pidato dari para pemimpin nasionalis,
menggerakkan massa,

memperkuat pertahanan, dan kesejahteraan rakyat.

4) Fujinkai (Barisan Khusus Wanita)


5) Hisbullah
Organisasi ini dibentuk pada tanggal 15 Desember 1944, sebagai wadah umat
Islam (Masyumi) dalam perjuangan membantu Jepang. Pengurus Hisbullah adalah
K.H. Zainal Arifin (ketua), dan Moh. Rum (wakil ketua). Anggotanya adalah
Prawoto Mangunsasmito, Kiai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto. Jumlah
anggota Hisbullah mencapai 50.000 orang. Pelatih Hisbullah adalah Kapten
Yanagawa.

b. Pembentukan Organisasi Militer


Untuk memenangkan perang, Jepang membentuk organisasi militer. Organisasi
militer

yang terkenal adalah Heiho dan tentara Peta.

1) Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)


Heiho adalah pembantu prajurit Jepang, yang ditempatkan di dalam Ankatan
Darat dan Angkatan laut Jepang. Syarat menjadi Heiho ialah berbadan sehat,
berkelakukan baik, berumur 18 – 25 tahun, dan pendidikan terakhir sekolah dasar.
ra11
Para pemuda Heiho diberikan latihan-latihan militer agara dapat dimanfaatkan untuk
mempertahankan negeri-negeri yang telah mereka duduki. Selain itu, Heiho juga
digunakan untuk membangun kubu-kubu pertahanan, dan menjaga tahanan. Ketika
perang semakin menghebat, Heiho dipersenjatai untuk membantu tentara Jepang,
bahkan ada yang dilatih mengemudikan

pesawat untuk menangkis serangan udara.

2) Tentara Pembela Tanah Air (Tentara Peta)


Tentara Pembela Tanah Air (Peta) adalah organisasi bentukan Jepang.
Pembentukan tentara Peta dibuat sedemikian rupa, sehingga seolah0olah
merupakan usul dari bangsa Indonesia sendiri. Ide ini berasal dari Panglima Letnan
Jenderal Kumakici Harada. Gatot Mangkupraja dipercaya untuk menulis surat
permohonan pembentukan tentara yang anggotanya terdiri atas orang Indonesia
kepada Gunseikan. Ia mengirim surat pada tanggal 7 September 1943.
Permohonan tersebut dikabulkan dengan dikeluarkannya Osamu Seirei nomor 44
pada tanggal 3 Oktober 1943 yang isinya: “Pembentukan pasukan sukarela untuk
membela tanah Jawa”.

Penduduk Indonesia ternyata sangat tertarik menjadi tentara Peta. Anggota


tentara Peta berasal dari berbagai golongan masyarakat. Di kalangan masyarakat,
anggota Peta dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi, bahkan sering lebih
tinggi dari seorang kepala daerah. Lima macam pangkat (jabatan) dalam peta
adalah daidanco (komandan batalion), cudando (komandan kompi), shodanco
(komandan peleton), bundanco (komandan regu), dan giyuhei (prajurit sukarela).

Dalam perkembangannya, beberapa tentara Peta merasa kecewa terhadap


Jepang. Kekecewaan tersebut disebabkan mereka terisolasi dari masyarakat luas.
Namun, setelah mereka berhubungan dengan dunia luar, ternyata mereka
menyaksikan penderitaan fisik dan mental rakyat Indonesia dan para romusha
(pekerja paksa). Musnahlah rasa simpati mereka terhadap Jepang. Ternyata,
Jepang tidak berbeda dengan Belanda yang merupakan bangsa penindas dan
penjajah. Puncak kebencian mereka terwujud dalam pemberontakan-
pemberontakan. Misalnya, pemberontakan Peta di Blitar yang dipimpin oleh
Shodanco Supriyadi dan Muradi. Namun, ada juga manfaat yang didapat selama
menjadi anggota tentara Peta, yaitu mereka lebih bersifat inspiratif daripada
instruktif. Mereka menjadi percaya kepada diri sendiri bahwa mereka mampu
berjuang melawan kekuatan yang lebih kuat dan terlatih. Ketika Peta menjadi
semakin besar dan membahayakan kedudukan Jepang, pada tahun 1944 Peta
dibubarkan.

3. Reaksi Kaum Pergerakan Nasional terhadap Jepang


Strategi para nasionalis dalam menghadapi Jepang:

a. Perlawanan Legal
Gerakan yang dilakukan melalui organisasi bentukan Jepang antara lain:

1) Gerakan Tiga A, yang dipimpin oleh Mr. Syamsuddin.


2) Pusat Tenaga Rakyat (Putera), yang dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir.
Soekarno, Drs. Moh Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan Kiai Haji Mas Mansyur. Tokoh-
ra12
tokoh nasionalis mempersiapkan anggotanya untuk mencapai kemerdekaan melalui
Putera.
3) Pembela Tanah Air (Peta), yaitu organisasi yang etrdiri atas pemuda-pemuda
Indonesia yang mendapatkan pendidikan militer Jepang. Peta sangat bermanfaat
bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan melalui perjuangan fisik. Tokoh
Peta antara lain
Sudirman dan Supriyadi.

b. Perlawanan Ilegal (di bawah tanah)


Tindakan Jepang yang terlalu kejam menimbulkan perlawanan dari para pemimpin
Pergerakan Nasional. Selain melalui organisasi-organisasi bentukan Jepang, pemimpin-
pemimpin nasional juga melakukan gerakan bawah tanah.

Perlawanan-perlawanan itu antara lain sebagai berikut.

1) Golongan Mr. Amir Syarifuddin, gerakan antifasisme Jepang.


2) Golongan Sutan Sjahrir.
3) Golongan Sukarni.
4) Golongan Kaigun, dipimpin oleh Ahmad Subardjo.
c. Perlawanan Rakyat
Perlawanan rakyat terhadap Jepang di antaranya terjadi di daerah-daerah berikut
ini.

1) Perlawanan Rakyat Aceh


Tengku Abdul Jalil memimpin rakyat Aceh melawan Jepang karena rakyat Aceh
mengalami penderitaan akibat kesewenang-wenangan Jepang. Meteka banyak
yang menjadi romusha untuk membuat parit, lapangan terbang, jalan, dan lain-lain.
Perlawanan terjadi di Cot Plieng, Lhokseumawe pada tanggal 10 November 1942.
Perlawanan di Cot Plieng ini juga disebabkan Jepang melakukan penembakan
terhadap orang-orang Aceh

yang sedang sholat subuh.

2) Perlawanan Rakyat Singaparna


Rakyat Singaparna melakukan perlawanan terhadap Jepang pada bulan Februari
1944. Pemimpin perlawanannya adalah Kiai Zainal Mustafa. Sebab-sebab
perlawanannya adalah rakyat disuruh melakukan upacara Seikerei, yaitu
penghormatan kepada Kaisar jepang. Caranya dengan membungkuk ke arah
Jepang seperti orang Islam melakukan rukuk (salah satu gerakan dalam sholat).
Sebab lainnya adalah adanya perlakukan yang sangat buruk dari Jepang. Akibat
perlawanan yang dilakukannya, Kiai Zainal Mustafa akhirnya ditangkap Jepang
pada tanggal 25 Februari 1944. Namun, baru pada tanggal 25

Oktober 1944, ia dihukum mati.

3) Perlawanan Rakyat Indramayu


Latar belakang perlawanan rakyat Indramayu hampir sama dengan oerlawanan di
Singaparna. Perlawanan rakyat Indramayu terjadi di Desa Kaplongan, Distrik
Karang-

ampel, pada bulan April 1944.

ra13
4) Perlawanan di Blitar
Perlawanan di Blitar dilakukan oleh tentara Peta yang dipimpin oleh Shodanco
Supriyadi dan Muradi. Pemberontakan terjadi pada tanggal 29 Februari 1945.
Pemberontakan tentara Peta ini dapat ditumpas Jepang, tetapi merupakan
perlawanan terbesar pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Penyebab
perlawanan Peta mudah ditumpas adalah:

a) Kurang matangnya perencanaan perlawanan.


b) Tidak ada kerja sama antara daida satu dengan daidan yang lain.
c) Kurangnya dukungan rakyat.
d) Mudahnya bangsa kita terkena tipu muslihat Jepang.

5) Perlawanan di Daerah Lain


Daerah-daerah lain di Indonesia juga melakukan perlawanan terhadap jepang.
Perlwanan ini misalnya terjadi di Kalimantan yang dipimpin oleh Pang Suma dan di
papua dipimpin oleh L. Rumkorem di Mokmer.

Upaya Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia


Awal tahun 1944 Jepang mulai mengalami kekalahan. Kekalahan ini menimbulkan
krisis kabinet Jepang yang berakhir dengan mundurnya PM. Tojo Hiduki yang diganti dengan
Jendral Kuniaki Koiso (17 Juli 1944). Bulan Agustus kekalahan-kekalahan Jepang semakin
besar.

Guna mempertahankan pengaruh Jpenag di antara penduduk negeri yang


dikuasainya, PM Koiso dalam pidatonya pada tanggal 7 September 1944 memberikan “Janji
kemerdekaan Indonesia di kelak kemudian hari”. Sebagai realisasinya, terjadi perombakan
besar di Indonesia. Sejarah mencatat bahwa selama penjajahan Belanda dan Jepang, baru
kali ini rakyat Indonesia mendapat kebebasan berserikat dan mengemukakan pendapat.

Sebagai salah satu realisasi dari “Janji Koiso” tersebut, Jepang membentuk suatu
badan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Kedua badan tersebut adalah Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemmerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia
Persiapan Kemrdekaan Indonesia (PPKI).

1. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau


Dokuritsu Jumbi Cosakai
Pada tanggal 1 Maret 1945, Saiko Sikikan (Kumakici Harada) mengumumkan
pembentukan Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), tujuan
BPUPKI adalah untuk menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan segi-segi
politik, ekonomi, tata pemerintahan, dan lain-lain yang diperlukan bagi Negara Indonesia
Merdeka. Adapun susunan pengurusnya baru diumumkan pada tanggal 29 April 1945
(bersamaan dengan hari kelahiran Kaisar Jepang).

Susunan pengurus tersebut sebagai berikut.

Ketua : Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat

Wakil Ketua : a. Ichibangase (merangkap Kepala Badan Perundingan)


ra14
b. R.P Soeroso

Kepala Sekretariat : a. Mr. A.G. Pringgodigdo

b. Toyohito Masuda

Anggota : 67 orang terdiri atas:

a. 54 orang Indonesia,
b. 4 orang golongan Cina,
c. 1 orang golongan Arab,
d. 1 orang Peranakan Belanda, dan
e. 7 orang Jepang tanpa hak suara.
Upacara peresmian Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia dilakukan pada tanggal 28 Mei 1945. Tugas BPUPKI adalah mempelajari dan
menyusun rencana-rencana pembangunan politik/pemerintahan Indonesia Merdeka.
Realisasi dari tugas BPUPKI terlihat dalam dua kali pelaksanaan sidangnya.

a. Sidang I (29 Mei – 1 juni 1945)


Pokok pembahasan dalam sidang I ini adalah Dasar Negara Indonesia Merdeka.
Pembicara pokok pada Sidang I ini sebagai berikut.

1) Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)


Mr Muh. Yamin mengemukakan lima “Asas dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia”, yaitu:

a) Peri Kebangsaan
b) Peri Kemanusiaan
c) Peri Ketuhanan
d) Peri Kerakyatan
e) Kesejahteraan Rakyat
2) Prof. Dr. Soetopo (31 Mei 1945)
Prof. Dr. Soepomo mengemukakan 5 dasar sebagai berikut.

a) Persatuan
b) Kekeluargaan
c) Mufakat dan Demokrasi
d) Musyawarah
e) Keadilan Sosial
3) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Ir. Soekarno mengemukakan 5 dasar yang dinyatakan sebagai Pancasila. Atas usul
seorang ahli bahasa, materi yang dikemukakannya sebagai berikut.

a) Kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c) Mufakat atau Demokrasi
d) Kesejahteraan Sosial
e) Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Masa Reses
Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945. Setelah itu,
BPUPKI memasuki masa reses. Pada saat inilah, BPUPKI membentuk panitia kecil untuk
menindaklanjuti hasil sidangnya yang pertama. Panitia ini disebut Panitia Sembilan. Pada
ra15
tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan naskah yang oleh Mr. Muh.
Yamin disebut dengan Piagam Jakarta. Dalam naskah tersebut termuat rancangan dasar
negara. Ada perbedaan antara rumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta dengan rumusan
Pancasila yang sekarang, yakni pada sila ke-1 rumusan Piagam Jakarta berbunyi Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.

Nama-nama tokoh yang termasuk dalam Panitia Sembilan yaitu:

1) Ir. Soekarno 6) H. Agus Salim


2) Abdul Kahar Muzakir 7) Mr. Ahmad Subardjo
3) Drs. Moh. Hatta 8) Abikusno Tjokrosoejoso
4) Wachid Hasyim 9) Mr. A.A. Maramis
5) Mr. Muh. Yamin
c. Sidang II (10 Juli 1945 – 16 Juli 1945)
Pokok pembahasan pada sidang II ini adalah Perumusan Undang-Undang Dasar
(UUD). Adapun rincian kegiatannya yang penting sebagai berikut.

1) Pada tanggal 10 Juli 1945, dibentuk Panitia Perancang UUD, yang terdiri atas 19 orang
yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
2) Pada tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang UUD menerima dengan baik Piagam
Jakarta sebagai pembukaan UUD. Setelah itu, panitia tersebut membentuk Panitia Kecil
Perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Dr. Soepomo. Panitia Kecil itu beranggotakan
13 orang.
3) Pada tanggal 13 Juli 1945, Panitia Perancang UUD menerima hasil kerja Panitia Kecil
berupa Rancangan UUD. Rancangan UUD ini kemudian diserahkan kepada Panitia
Penghalus Bahasa yang terdiri atas 3 orang, yaitu Prof. Dr. Husein Jayadiningrat, Prof.
Dr. Soepomo, dan H. Agus Salim.
4) Pada tanggal 14 Juli 1945, Panitia Perancang UUD menyerahkan hasil kerjanya kepada
BPUPKI berupa:
a) Pernyataan Indonesia Merdeka
b) Pembukaan UUD
c) UUD (Batang Tubuh)

2. Pembentukan PPKI (Dokuritsu Jumbi Inkai)


Pada tanggal 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima dibom atom oleh Amerika Serikat.
Hal ini menyebabkan kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik semakin terdesak.
Selanjutnya, pada tanggal 7 Agustus 1945, Dokuritsu Jumbi Cosakai dibubarkan dan
sebagai gantinya dibentuk Dokuritsu Jumbi Inkai (PPKI). Tugas PPKI adalah melanjutkan
pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. PPKI beranggotakan 21 orang
yang berasal dari berbagai daerah. Anggota PPKI dipilih langsung oleh Jendral terauchi
selaku penguasa perang tertinggi Jepang di asia Tenggara. Kemudian anggota PPKI
ditambah 6 orang tanpa seizin Jepang, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantoro, Mr.
Kasman Singodimerjo, Sajuti Melik, Iwa Kusuma, dan Ahmad Subardjo.

PPKI beranggotakan 21 orang yang berasal dari berbagai daerah. Pada tanggal 9
Agustus 1945, Jenderal Terauchi memanggil Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. K.R.T.
Radjiman Wediodiningrat ke Dalat, Saigon untuk mempersiapkan peresmian dan pelantikan
PPKI. Pada tanggal 9 Agustus 1945, Kota Nagasaki dibom atom oleh Amerika Serikat
sehingga Jepang lumpuh. Akhirnya, pada tanggal 15 Agustus Jepang menyerah tanpa
syarat kepada sekutu. Setelah PPKI mendengar bahwa Jepang telah menyerah kepada

ra16
Sekutu, PPKI terus mengadakan pertemuan-pertemuan untuk mempersiapkan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

ra17

Anda mungkin juga menyukai